Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator keberhasilan
layanan kesehatan di suatu negara. Kematian ibu dapat terjadi karena beberapa
sebab, diantaranya karena anemia. Penelitian Chi, dkk menunjukkan bahwa angka
kematian ibu adalah 70% untuk ibu-ibu yang anemia dan 19,7% untuk mereka
yang non anemia. Kematian ibu 15-20% secara langsung atau tidak langsung
berhubungan dengan anemia. Anemia pada kehamilan juga berhubungan dengan
meningkatnya kesakitan ibu.
Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia
pada ibu hamil dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. Oleh karena itu
anemia gizi pada masa kehamilan sering diidentikkan dengan anemia gizi besi.
Hal ini juga diungkapkan oleh Simanjuntak tahun 1992, bahwa sekitar 70 % ibu
hamil di Indonesia menderita anemia gizi.
Anemia defisiensi zat besi merupakan masalah gizi yang paling lazim di
dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia. Dengan frekuensi yang masih
cukup tinggi, berkisar antara 10% dan 20%.
Badan kesehatan dunia (World Health Organization/WHO) melaporkan
bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75%,
serta semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia kehamilan. 1,3%
Anemia defisiensi zat besi lebih cenderung berlangsung di negara yang sedang
berkembang daripada negara yang sudah maju. Tiga puluh enam persen (atau
sekitar 1400 juta orang) dari perkiraan populasi 3800 juta orang di negara yang
sedang berkembang menderita anemia jenis ini, sedangkan prevalensi di negara
maju hanya sekitar 8% (atau kira-kira 100 juta orang) dari perkiraan populasi
1200 juta orang. Di Indonesia prevalensi anemia pada kehamilan masih tinggi
yaitu sekitar 40,1% (SKRT 2001). Lautan J dkk (2001) melaporkan dari 31 orang
wanita hamil pada trimester II didapati 23 (74%) menderita anemia, dan 13 (42%)
menderita kekurangan besi. Mengingat besarnya dampak buruk dari anemia

OBAT ANTI ANEMIA

defisiensi zat besi pada wanita hamil dan janin, oleh karena itu perlu kiranya
perhatian yang cukup terhadap masalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian obat anemia?
2. Apa saja macam-macam obat anemia?
3. Bagaimana cara kerja obat anemia?
4. Bagaimana indikasi dan kontraindikasi obat anemia?
5. Bagaimana dosis pemberian obat?
6. Bagaimana efek samping dan cara mengatasinya?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian obat anemia.
2. Untuk mengetahui apa saja macam-macam obat anemia.
3. Untuk mengetahui cara kerja obat anemia.
4. Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi obat anemia.
5. Untuk mengetahui dosis pemberian obat.
6. Untuk mengetahui efek samping dan cara mengatasinya.

OBAT ANTI ANEMIA

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Obat Anemia
Obat anemia adalah obat yang dapat diberikan berupa suplemen zat besi (Fe)
untuk memulihkan kekurangan sel darah merah. Selain zat besi, vitamin B12
sering diberikan untuk pengobatan anemia pernisiosa. Jalan terakhir jika anemia
sudah mencapai stadium akut dan parah adalah dengan transfusi darah.
Obat anemia juga merupakan suatu senyawa baik sintesis maupun alamiah
yang bekerja untuk meningkatkan pasokan oksigen dalam darah baik dengan
meningkatkan volume plasma darah ataupun dengan meningkatkan proses
pembentukan sel darah merah.
2.2 Macam-Macam Obat Anemia
Seperti halnya penyakit lain, pengobatan anemia juga harus ditujukan pada
penyebab terjadinya anemia. Misalnya anemia yang disebabkan oleh perdarahan
pada usus maka perdarahan itu harus kita hentikan untuk mencegah berlanjutnya
anemia. Jika memang diperlukan, operasi dapat dilakukan pada keadaan tertentu.
Suplemen besi diperlukan pada anemia yang disebabkan oleh karena
kekurangan zat besi. Pemberian suntikan vitamin B12 diperlukan untuk
mengkoreksi anemia pernisiosa. Transfusi darah merupakan pilihan untuk anemia
yang disebabkan oleh perdarahan hebat. Adapun beberapa obat anemia,
diantaranya :
1. Tablet besi ( Fe )
Kekurangan (defisiensi) zat besi merupakan penyebab yang paling
umum dari anemia kronis-anemia yang berkembang sejalan dengan waktu.
Seperti bentuk-bentuk anemia kronis yang lain, anemia defisiensi zat besi
akan menimbulkan muka pucat, kelelahan, pusing-pusing, sesak napas saat
beraktivitas, dan gejala umum lain dari iskemia jaringan. Adaptasi
kardiovaskuler terhadap anemia kronis-takikardia, menaikkan curah jantung,
vasodilatasi-dapat memperburuk kondisi pasien-pasien yang menderita
penyakit kardiovaskuler.

OBAT ANTI ANEMIA

Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin ( Hb ), sehingga


defisiensi Fe akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih
kecil dengan kandungan Hb yang rendah dan menimbulkan anemia
hipokronik mikrositik.
2. Vitamin B12 (Sianokobalamin)
Vitamin B12 berfungsi sebagai suatu kofaktor untuk beberapa reaksireaksi biokimia penting pada manusia. Kekurangan vitamin B 12 akan
menyebabkan anemia, gejala-gejala, fastrointestinal, dan abnormalitas
neurologis. Sedangkan efisiensi vitamin B12 yang disebabkan oleh pasokan
yang tidak cukup dalam diet merupakan sesuatu yang tidak umum,
kekurangan vitamin B12 pada orang dewasa-terutama pada orang dewasa usia
lanjut-yang disebabkan oleh absorbsi yang tidak normal dari vitamin B12
dalam makanan, secara relatif merupakan sesuatu yang umum dan merupakan
gangguan yang mudah diobati.
3. Asam Folat
Bentuk-bentuk asam folat yang direduksi diperlukan untuk reaksireaksi biokimia esensial yang menyediakan prekusor-prekusor untuk sintesis
asam amino, purin, dan DNA. Defisiensi folat merupakan hal yang biasa,
meskipun kekurangan itu dengan mudah dapat diatasi dengan memberikan
asam folat. Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kekurangan folat melebihi
masalah anemia karena kekurangan folat ini dianggap sebagai penyebab
malaformasi kongenital pada bayi baru lahir dan mungkin berperan dalam
penyakit vaskular.
Asam
folat

terdiri

atas

bagian-bagian

pteridin,

asam

paraaminobenzoat dan asam glutamat. Folat terdapat dalam hampir setiap


jenis makanan dengan kadar tertinggi dalam hati, ragi dan daun hijau yang
segar. Folat mudah rusak dengan pengolahan ( pemasakan ) makanan.
4. Eritropoietin
Eritropoietin merupakan suatu gliko protein dengan berat molekul 3439 DA, merupakan factor pertumbuhan hematopoietic yang pertama kali
diisolasi. Eritropoietin merupakan factor pertumbuhan sel darah merah yang
diproduksi terutama oleh ginjal dalam sel peritubuler dan tubuli proksimalis.
2.3 Cara Kerja Obat Anemia
OBAT ANTI ANEMIA

1) Tablet Besi ( Fe )
Distribusi dalam tubuh
Tubuh manusia sehat mengandung 3,5 g fe yang hampir seluruhnya
dalam bentuk ikatan kompleks dengan protein. Kira-kira 70% dari fe yang
terdapat dalam tubuh merupakan fe fungsional atau esensial, dan 30%
merupakan fe yang nonesensial.
Farmakokinetik
a) Absorpsi
Absorpsi fe melalui saluran cerna terutama berlangsung di duodenum
dan jejenum proksimal; makin ke distal absorpsinya makin berkurang. Zat ini
lebih mudah di absorpsi dalam bentuk fero. Transportnya melalui sel mukosa
usus terjadi secara transport aktif. Ion fero yang sudah di absorpsi akan di
ubah menjadi ion feri dalam sel mukosa. Selanjutnya ion feri akan masuk
kedalam plasma dengan perantara transferin, atau si ubah menjadi feritin dan
di simpan dalam sel mukosa usus. Secara umum, bila cadangan dalam tubuh
tinggi dan kebutuhan akan zat besi rendah, maka lebih banyak fe di ubah
menjadi feritin. Bila cadangan rendah atau kebutuhan meningkat, maka fe
yang baru di serap akan segera di angkut dari sel mukosa ke sum-sum tulang
untuk eritropoesis.
b) Distribusi
Setelah di absorpsi, fe dalam tubuh akan di ikat dalam transferin
( siderofilin ), suatu beta 1-globulin glikoprotein, untuk kemudian di angkut ke
beberapa jaringan, terutama ke sumsum tulang dan depot fe
c) Metabolisme
Bila tidak digunakan untuk eritropoesis, fe meningkat suatu protein
yang di sebut apoferitin dan membentuk feritin. Fe disimpan terutama pada sel
mukosa usus halus dan dalam sel-sel retikuloendotelial ( di hati, limpa dan
sumsum tulang ). Cadangan ini tersedia untuk di gunakan oleh sumsum tulang
dalam proses eritropoesis; 10% di antaranya terdapat dalam labile pool yang
cepat dapat dikerahkan untuk prose ini, sedangkan sisanya baru di gunakan
bila labile pool telah kosong. Besi yang terdapat dalam parenkim jaringan
tidak dapat di gunakan untuk eritropoesis.

OBAT ANTI ANEMIA

Bila fe diberikan IV , cepat sekali di ikat oleh apoferitin ( protein yang


membentuk feritin ) dan di simpan terutama di dalam hati. Sedangkan setelah
pemberian per oral terutama akan di simpan di limpa dan sumsum tulang. Fe
yang berasal dari pemecahan eritrosit akan masuk ke dalam hati dan limpa.
Penimbunan fe dalam jumlah abnormal tinggi dapat terjadi akibat transfusi
darah yang berulang-ulang atau akibat penggunaan preparat fe dalam jumlah
berlebihan yang di ikuti absorpsi yang berlebihan pula.
d) Eksresi
Jumlah fe yang dieksresi setiap hari sedikit sekali, biasanya sekitar
0,5-1 mg sehari. Ekskresi terutama berlangsung melalui sel epitel kulit dan
saluran cerna yang terkelupas, selain itu juga melalui keringat, urin, feses,
serta kuku dan rambut yang di potong. Pada proteinuria jumlah yang di
keluarkan dengan urin dapat meningkat bersama dengan sel yang mengelupas.
Pada wanita usia subur dengan siklus haid 26 hari. Jumlah fe yang
diekskresikan sehubungan dengan haid di perkirakan sebanyak 0,5-1 mg
sehari.
2.) Vitamin B12 (Sianokobalamin)
Farmakokinetik
a) Absorpsi
Sianokobalamin diabsorpsi baik dan cepat setelah pemberian IM dan
SK . Kadar dalam plasma mencapai puncak dalam waktu 1 jam setelah
suntikan IM. Hidroksokobalamin dan koenzim B12 lebih lambat diabsorpsi,
agaknya karena ikatanya yang lebih kuat dengan protein . absorpsi per oral
berlangsung lambat di ileum; kadar puncak di capai 8-12 jam setelah
pemnerian 3 mg. Absorpsi ini berlangsung dengan 2 mekanisme yaitu dengan
perantaraan faktor instrinsik castle (fic) dan absorpsi secara langsung
b) Distribusi
Setelah di absorpsi, hampir semua vitamin B12 dalam darah terikat
dengan

protein

plasma

sebagian

besar

terikat

pada

beta-globulin

( transkobalamin II), Sisanya terikat pada alfa-glikoprotein (transkobalamin I)


dan inter-alfa-glikoprotein ( transkobalamin III) vitamin B12 Yyang terikat
pada transkobalamin II akan di angkut ke berbagai jaringan, terutam hati yang
OBAT ANTI ANEMIA

merupakan gudang utama penyimpanan vitamin B12 (50-90% ). Kadar


normal vitamin B12 dalam plasma adalah 200-900 pg ml dengan simpanan
sebanyak 1-10 mg dalam hepar.
c) Metabolisme dan Ekskresi
Baik sianokobalamin maupun hidrosokobalamin dalam jaringan dan
darah terikat oleh protein . seperti halnya koenzim B12, ikatan dengan
hidroksokobalamin lebih kuat sehingga sukar diekskresi melalui urin. Di
dalam hati ke dua kobalamin tersebut akan di ubah menjadi koenzim B12.
Pengurangan jumlah kobalamin dalam tubuh di sebabkan oleh ekskresi
melalui saluran empedu; sebanyak 3-7mg sehari harus di reabsorbsi dengan
perantaraan FIC. Ekskresi bersama urin hanya terjadi pada bentuk yang tidak
terikat pritein.80-90% vitamin B12 akan diretensi dalam tubuh bila di berikan
dalam dosis sampai 50mg; dengan dosis yang lebih bersar, jumlah yang
diekskresi akan lebih banyak . jadi bila kapasitas ikatan protein dari hati,
jaringan dan darah lebih jenuh,vitamin B12 bebas akan di keluarkan bersama
urin sehingga tidak ada gunanya memberikan vitamin B12 dalam jumlah
yang terlalu besar.
Vitamin B12 dapat menembus sawar uri dan masuk kedalam sirkulasi
bayi.Dosis sianokobalamin untuk pasien anemia permisiosa tergantung dari
berat anemianya, ada tidaknya komplikasi dan respons terhadap pengobatan.
Secara garis besar cara penggunaannya dibagi atas terapi awal yang intensif
dan terapi penunjang.
3) Asam Folat
Asam folat ( asam pteroilmonoglutamat, pmGA ) terdiri atas bagianbagian pteridin, asam paraaminobenzoat dan asam glutamat. Dari penelitian
Folat terdapat dalam hampir setiap jenis makanan dengan kadar
tertinggi dalam hati, ragi dan daun hijau yang segar. Folat mudah rusak
dengan pengolahan ( pemasakan ) makanan.
Farmakokinetik
Pada pemberian oral absorpsi folat baik sekali, terutama di 1/3 bagian
proksimal usus halus. Dengan dosis oral yang kecil, absorpsi memerlukan
energi, sedangkan pada kadar tinggi absorpsi dapat berlangsung secar difusi.
OBAT ANTI ANEMIA

Walaupun terdapat gangguan pada usus halus, absorpsi folat biasanya masih
mencukupi kebutuhan terutama sebagai PmGA.
4) Eritropoietin
Eritropoietin, suatu gliko protein dengan berat molekul 34-39 DA,
merupakan

factor

pertumbuhan

hematopoietic

yang

pertama

kali

diisolasi.Eritropoietin merupakan factor pertumbuhan sel darah merah yang


diproduksi

terutama

oleh

ginjal

dalam

sel

peritubuler

dan

tubuli

proksimalis.Dalam jumlah kecil eritropoietin juga diproduksi oleh hati.untuk


kepentingan

pengobatan

eritripoietin

diproduksi

sebagai

rekombinan

eritropoetin manusia yang disebut epoetin alfa. secara medis, obat antianemia
yang mengandung EPO dapat meningkatkan daya ingat.
a. Farmakodinamik
Eritroproetin,berinteraksi

dengan

reseptor

eritropoietin

pada

permukaan sel induk sel darah merah, menstimulasi poloferasi dan diferensiasi
eritroit. Eritropoietin juga menginduksi pelepasan retikulosis dari sumsum
tulang. Eritrpoietin endogen diproduksi oleh ginjal sebagai respon terhadap
hipoksia jaringan. Bila terjadi Anemia maka eritropoietin diproduksi lebih
banyak olh ginjal, dan hal ini merupakan tanda bagi sumsum tulang untuk
memproduksi sel darah.
b. Farmakokinetik
Setelah pemberian intravena masa paru eritropoietin pada pasien gagal
ginjal kronik sekirar 4-13 jam. Eritropoietin yang dikeluarkan melalui dialisis.
Darbopoietin alfa merupakan eritropoietin bentuk glikolisasi memiliki masa
paru 2-3 kali eritropoietin.
2.4 Indikasi dan Kontraindikasi Obat Anemia
1. Tablet Besi ( Fe )
a. Indikasi :
Sediaan Fe hanya diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan anemia
defisiansi fe penggunakan diluar indikasi ini, cenderung menyebabkan
penyakit penimbunan besi dan keracunan besi. Anemia defisiensi Fe
paling sering disebabkan oleh kehilangan darah. Selain itu, dapat pula
OBAT ANTI ANEMIA

terjadi misalnya pada wanita hamil ( terutama multipara ) dan pada masa
pertumbuhan, karena kebutuhan yang meningkat. Banyak anemia yang
mirip anemia defisiensi Fe. Sebagai pegangan untuk diagnostik dalam hal
ini ialah, bahwa pada anemia defisiensi Fe dapat terlihat granula berwarna
kuning emas di dalam sel-sel retikuloendotelial sumsum tulang.
b. Kontraindikasi :
Hemokromatosis, anemia hemolitik, hipersensitivitas.
2. Asam Folat
a. Indikasi :
Penggunaan folat yang rasional adalah pada pencegahan dan pengobtan
defisiensi folat harus di ingat bahwa penggunaan secara membabibuta
pada pasien anemia pemisiosa dapat merugikan pasien, sebab folat dapat
memperbaiki kelainan darah pada anemia pemisiosa tanpa memperbaiki
kelainan neurologi sehingga dapat berakibat pasien cacat seumur hidup
Kebutuhan asam folat meningkat pada wanta hamil, dan dapat
menyebabkan defisiensi asam folat bila tidak atau kurang mendapatkan
asupan asam folat dari makananya. Beberapa penelitian mendapat adanya
hubungan kuat antara defisiensi asam folat pada ibu dengan insisens defek
neural tube, seperti sapina bifida dan anensefalus, pada bayi yang
dilahirkan. Wanita hamil membutuhkan sekurang-kurangnya 500 mg asam
folat per hari suplementasi asam folat di butuhkan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, untuk mengurangi insidens defek neuran tube.
Efek toksik pada penggunaan folat untuk manusia hingga sekarang belum
pernah dilaporkan terjadi. Sedangkan pada tikus, dosis tinggi dapat
menyebabkan pengendapan kristal asam folat dalam tubuli ginjal. Dosis 15
mg pada manusia masih belum menimbulkan efek toksik.
b. Kontraindikasi :

Pengobatan anemia pernisiosa dimana vitamin B12 tidak efektif.


3. Eritropoietin
a. Indikasi :
Eritropoietin terutama di indikasikan untuk anemia pada pasien gagal
ginjal kronik. Pada pasien ini pemberian eritropoietin umumnya
meningkatkan

kadar

mengurangi/menghindkan

hematokrik
kebutuhan

dan

hemoglobin,

dan

transfusi. Peningkatan jumlah

retikulosit umumnya terlihat dalam sekitar 10 hari, dan peningkatan kadar


hematokrik dan hemoglobin dalam 2-6 minggu. Pada kebanyakan pasien
OBAT ANTI ANEMIA

kadar hematokrik sekitar 35% dapat dipertahankan dengan pemberian


eritropoietin 50-150 IU/Kg secara intravena atau subkutan 3 kali
seminggu. Pemberian secara subkutan umumnya lebih disenangi karena
absorpsinya lebih lambat dan jumlah yang dibutuhkan berkurang 20-40%.
Respons pasien dialisis terhadap pemberian eritropoietin tergantung pada
beratnya kegagalan ginjal, dosis eritropoietin dan cara pemberian, serta
keberadaan besi. Kegagalan respons paling sering disebabkan oleh adanya
difisiensi, yang dapat di atasi dengan pemberian preparat besi secara oral.
Pasien yang mendapat eritropoietin harus di monitor ketat, dan dosis perlu
di sesuaikan agar peningkatan hematokrik terjadi secara bertahap untuk
mencapai 33-36% dalam waktu 2-4 bulan. Kadar hematokrit yang dicapai
dianjurkan tidak melebihi 36% untuk menghindari kemungkinan infark
miokard.
Umumnya pasien anemia akibat gangguan primer atau sekunder pada
sumsum tulang kurang memberikan respons terhadap pemberian
eritropoietin. Respons paling baik bila kadar eritropoietin kurang dari 100
IU/L. Umumnya untuk pasien ini di butuhkan dosis lebih tinggi, sekitar
150-300 IU/L tiga kali seminggu dan responsnya biasanya tidak terlalu
baik.
b. Vitamin B12 (Sianokobalamin)
a. Indikasi
Vitamin B12 di indikasikan anemia megaloblastikyang disertai gangguan
neurologic, bila tidak cepat diobati kelainan neurologic ini dapat membuat
cacat seumur hidup. Penggunaan asam folat dapat memperbaiki anemia,
sedangkan kelainan neurologic tidak dipengaruhi. Jelas dengan ini
penyebab megaloblastik ini benar-benar dipastikan. Kelainan neurologik
pada defisiensi vitamin B12 diduga karena kerusakan pada sarung mielin.
Namun, mekanisme yang pasti belum dapat dijelaskan. Agaknya
pembentukan bagian lemak dan sarung mielin memerlukan isomerasi
metilmalonat

menjadi

suksinat

yang

menggunakan

deoksiadenosilkobalamin sebagai kofaktor. Defisiensi vitamin B12 dapat


didiagnosis dengan mengukur kadar vitamin B12 dengan plasma.

OBAT ANTI ANEMIA

10

Defisiensi vitamin B12 pada orang dewasa sering disebabkan oleh


gangguan absorpsinya, misalnya pada defisiensi vitamin B12 yangn klasik
yang disebut anemia pernisiosa Addison. Pada penyakit tersebut terjadi
kegagalan sekresi Faktor Intrinsik Castle (FIC) oleh sel parietal lambung
yang berfungsi dalam absorpsi vitamin B12 di ileum.
Selain itu, sekresi FIC juga dapat berkurang pada kerusakan mukosa
lambung oleh berbagai sebab. Gangguan fungsi ataupun struktur pada
bagian ileum, penyakit pankreas dan adanya infestasi parasit dalam usus
dapat pula menyebabkan defisiensivitamin B12
2.5 Dosis Pemberian Obat
Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian suplemen
Fe dosis rendah 30 mg pada trimester ketiga ibu hamil non anemik (Hb
lebih/=11g/dl), sedangkan untuk ibu hamil dengan anemia defisiensi besi
dapat diberikan suplemen Fe sulfat 325 mg 60-65 mg, 1-2 kali sehari.
Untuk yang disebabkan oleh defisiensi asam folat dapat diberikan asam
folat 1 mg/hari atau untuk dosis pencegahan dapat diberikan 0,4 mg/hari.
Dan bisa juga diberi vitamin B12 100-200 mcg/hari.
1. Asam folat
Indikasi : anemia megaloblastik defisiensi asam folat, prakonsepsi sampai
12 minggu gestasi, mencagah defek saluran saraf
Dosis : 400 g setiap hari saat prakonsepsi atau untuk 12 minggu pertama
kehamilan. Pada anemia : 5 mg/hari selama 4 bulan.
2. Vitamin B6 (piridoksin)
Indikasi : sangat jarang pada kehamilan, anemia pernisiosa, defisiensi
vitamin B12.
Dosis : 1 mg diulangi 5 kali dengan interfal 2 3 hari,dosis rumatan 1 mg
setiap 3 bulan.
3. Zat besi
Indikasi : kegagalan terapi oral, yaitu kehilangan darah kontinu yang berat,
malabsorpsi
Dosis : dihitung menurut berat badan klien dan defisiensi zat besi
hentikan Fe oral 24 jam sebelum injeksi biasanya : 1,5 mg/kg berat badan
sampai maksimal 100 mg/hari

OBAT ANTI ANEMIA

11

Formula Zat Besi

% Kandungan
Zat Besi

Takaran untuk mendapatkan


60 65 mg zat besi dalam

30 %

bentuk yang bisa diserap


200 mg

Sulfas ferosus/fero sulfat

20 %

300 mg

Fero fumarat

33 %

200 mg

Fero glukonas

11,6 %

Sulfas ferosus/fero sulfat


(kering)

600

4. Eritropoietin
Dosis: 50-150 IU/kg secara IV atau subkutan 3 x seminggu.
Untuk pasien anemia akibat gangguan primer atau sekunder pada sumsum
tulang kurang memberikan respon terhadap pemberian eritropoietin. Untuk
pasien ibi dosisnya lebih tinggi, sekitar 150-300 IU/L 3 x seminggu.
2.6 Efek Samping dan Cara Mengatasinya
1. Pengertian Efek Samping
Pengertian efek samping obat adalah semua efek yang tidak
dikehendaki yang membahayakan atau merugikan pasien (adverse reactions )
akibat penggunaan obat. Masalah efek samping obat tidak bisa dikesampingkan
karena dapat menimbulkan berbagai dampak dalam penggunaan obat baik dari
sisi ekonomik, psikologik dan keberhasilan terapi. Dampak ekonomik seperti
meningkatnya biaya pengobatan dan dampak psikologik pada kepatuhan
penderita dalam minum obat akan berakibat kegagalan terapi.
Efek samping obat dikelompokkan dalam 2 katagori yaitu efek samping
obat yang dapat diperkirakan dan efek samping yang tidak dapat diperkirakan
seperti reaksi alergi dan idiosikratik. Efek samping yang dapat diperkirakan
dapat timbul karena aksi farmakologi yang berlebihan misalnya penggunaan
obat antidiabetik oral menyebabkan efek samping hipoglikemia dan hipotensi
pada pasien stroke yang menerima obat hipertensi dosis tinggi. Gejala
penghentian obat dapat menimbulkan munculnya kembali gejala penyakit
semula atau menimbulkan reaksi pembalikan terhadap efek farmakologi obat
sehingga pasien memerlukan dosis yang makin lama makin besar respon
OBAT ANTI ANEMIA

12

karena penghentian obat, misalnya hipertensi berat karena penghentian


klonidin. Efek samping yang tidak berupa efek utama obat juga sering terjadi.
Pada sebagian besar obat munculnya efek samping ini sudah dapat
diperkirakan sehingga tenaga kesehatan sudah mewaspadai munculnya efek
samping ini. Sebagai contoh adalah adanya keluhan pedih,mual, muntah akibat
penggunaan obat-obat penghilang nyeri dan radang serta rasa ngantuk setelah
minum obat anti alergi atau obat mabuk perjalanan.
Pada kasus efek samping yang tidak diperkirakan seperti alergi sulit
diperkirakan sebelumnya karena sering tidak tergantung dosis dan terjadi pada
sebagian kecil populasi. Reaksi yang muncul juga bermacam-macam mulai
yang ringan seperti kulit kemerahan sampai yang berat dan fatal seperti syok
anafilaksis. Untuk mencegah dan mewaspadai munculnya reaksi alergi perlu
diperhatikan sifat-sifat khasnya, yaitu: keluhan dan gejala ditandai reaksi
imunologi seperti ruam kulit, gatal-gatal dan sesak nafas; reaksi dapat terjadi
pada kontak ulangan, seringkali ada tenggang waktu antara minum obat dengan
munculnya efek samping, dan reaksi hilang bila obat dihentikan.
Faktor penyebab terjadinya efek samping obat dapat berasal dari faktor
pasien dan faktor obat. Faktor pasien meliputi umur, genetik dan penyakit yang
diderita. Pada pasien anak-anak (khususnya bayi) sistem metabolism belum
sempurna sehingga kemungkinan terjadinya efek samping dapat lebih besar,
begitu juga pada pasien geriatrik (lansia) yang kondisi tubuhnya sudah
menurun. Pada pasien dengan penyakit tertentu seperti gangguan hati dan
ginjal penggunaan obat perlu perhatian khusus karena dapat menyebabkan efek
samping yang serius. Faktor obat yaitu sifat dan potensi obat untuk
menimbulkan efek samping seperti pemilihan obat, jangka waktu penggunaan
obat, dan adanya interaksi antar obat. Masing masing obat memiliki
mekanisme dan tempat kerja yang berbeda-beda sehingga dapat menimbulkan
efek samping yang berbeda.
2. Efek Samping pada Beberapa Obat Anemia dan Cara Mengatasinya
a) Tablet Besi (Fe)
Besi di butuhkan untuk produksi hemoglobin ( hb ),
sehingga defisiensi fe akan menyebabkan terbentuknya sel

OBAT ANTI ANEMIA

13

darah merah yang lebih kecil dengan kandungan hb yang


rendah dan menimbulkan anemia hipokronik mikrositik.
Efek samping:
Efek

samping

yang

paling

sering

timbul

berupa

intoleransi terhadap sediaan oral, dan ini sangat tergantung


dari jumlah fe yang dapat larut dan yang diabsorpsi pada tiap
pemberian. Gejala yang timbul dapat berupa mual dan nyeri
lambung ( 7-20% ), konstipasi ( 10% ), diare ( 5% ) dan
kolik. Gangguan ini biasanya ringan dan dapat di kurangi
dengan mengurangi dosis atau dengan cara ini diabsorpsi
dapat berkurang. Perlu diterangkan kemungkinan timbulnya
feses yang berwarna hitam kepada pasien.
Pemberian Fe secara IM dapat menyebabkan reaksi lokal
pada tempat suntikan yaitu berupa rasa sakit, warna coklat
pada tempat suntikan, peradangan lokal dengan pembesaran
kelenjar inguinal. Peradangan lokal lebih sering terjadi pada
pemakaian IM dibanding IV , selain itu dapat pula terjadi reaksi
sistemik yaitu pada 0,5-0,8% kasus. Reaksi yang dapt terjadi
dalam 10 menit setelah suntikan adalah sakit kepala, nyeri
otot dan sendi, hemolisis, takikardia, flushing, berkeringat,
mual, muntah, bronkospasme, hipotensi, pusing dan kolaps
sirkulasi, sedangkan reaksi yang lebih sering timbul dalam 24 jam setelah suntikan misalnya sinkop, demam, menggigil,
rash, urtikaria, nyeri dada, rasa sakit pada seluruh badan dan
ensefalopatia. Reaksi sistemik ini lebih sering terjadi pada
pemberian IV, demikian pula syok atau henti jantung.
Intoksikasi

akut

sangat

jarang

terjadi

pada

orang

dewasa, kebanyakan terjadi pada anak akibat menelan terlalu


banyak tablet FeSO4 yang mirip gula-gula. Intoksikasi akut ini
dapat terjadi setelah menelan Fe sebanyak 1gram. Kelainan
utama terdapat pada saluran cerna, mulai dari iritasi, korosi,
sampai terjadi nekrosis. Gejala yang timbul sering kali berupa
OBAT ANTI ANEMIA

14

mual, muntah, diare, hemetemesis serta feses berwarna hitam


karena perdarahan pada saluran cerna, syok dan akhirnya
kolaps kardiovaskular dengan bahaya kematian. Efek korosif
dapat

menyebabkan

stenosis

pilorus

dan

terbentuknya

jaringan parut berlebihan dikemudian hari. Gejala keracunan


tersebut diatas dapat timbul dalam waktu 30 menit atau
setelah beberapa jam meminum obat.
Cara mengatasi:
Tetapi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
Pertama-tama

diusahakan

agar

pasien

muntah,

kemudian diberikan susu atau telur yang dapat mengikat Fe


sebagai kompleks protein Fe. Bila obat diminum kurang dari 1
jam sebelumnya, dapat dilakukan bilasan lambung dengan
menggunakan larutan natrium bikarbonat 1%, Akan tetapi,
bila masuknya obat telah lebih dari 1 jam maka telah terjadi
nekrosis sehingga bilasan lambung dapat menyebabkan
perforasi. Selanjutnya keadaan syok dehidrasi dan asidosis
harus diatasi. Selain itu, deferoksamin yang merupakan
kelator (chelating agent) spesifik untuk besi, efektif untuk
mengatasi efek toksik sistemik maupun lokal.
b) Vitamin B12 (Sianokobalamin)
Vitamin B12 hampir tidak pernah menyebabkan efek samping,
terutama jika dikonsumsi dalam dosis yang sehat. Berikut adalah efek
samping yang jarang terjadi namun bisa disebabkan oleh vitamin B12:
1. Diare
2. Tubuh terasa bengkak
3. Kram otot
4. Dehidrasi
5. Sering buang air kecil
c) Asam Folat

OBAT ANTI ANEMIA

15

Asam folat ( asam pteroilmonoglutamat, pmGA ) terdiri atas bagianbagian pteridin, asam paraaminobenzoat dan asam glutamat. Dari
penelitian Folat terdapat dalam hampir setiap jenis makanan dengan kadar
tertinggi dalam hati, ragi dan daun hijau yang segar. Folat mudah rusak
dengan pengolahan ( pemasakan ) makanan.
Efek Samping:
Biasanya saat tubuh kelebihan asam folat, tubuh tidak mampu
mengenali saat kekurangan vitamin B12. Jika sang ibu mengkonsumsi asam
folat sampai 15.000 mcg perhari maka akan merusak sistem saraf pusat pada
calon bayinya. Akibat lainnya pada overdosis yaitu kelelahan, kesemutan dan
mati rasa, lalu rasa haus berlebih serta gangguan pada lidah.
Cara Mengatasi:
Dengan mengkonsumsi air putih rutin dan banyak, dapat mengurangi
tingkat toksinitas tubuh akibat kelebihan asam folat. Karena kelebihan
vitamin B9 atau asam folat dikeluarkan melalui urin.
d) Eritropoietin
Eritropoietin, suatu gliko protein dengan berat molekul 34-39 DA,
merupakan

factor

pertumbuhan

hematopoietic

yang

pertama

kali

diisolasi.Eritropoietin merupakan factor pertumbuhan sel darah merah yang


diproduksi terutama oleh ginjal dalam sel peritubuler dan tubuli
proksimalis. Dalam jumlah kecil eritropoietin juga diproduksi oleh hati.untuk
kepentingan

pengobatan

eritripoietin

diproduksi

sebagai

rekombinan

eritropoetin manusia yang disebut epoetin alfa. secara medis, obat antianemia
yang mengandung EPO dapat meningkatkan daya ingat.

Efek samping:
Yang

paling

sering

adalah

bertambah

beratnya

hipertensi yang dapat terjadi pada sekitar 20-30% pasien dan


paling sering akibat peningkatan hematokrit yang terlalu
cepat. Meskipun masih kontroversial dilaporkan peningkatan
tendensi trombosit pada pasien dialisis.
3.Penanganan efek samping obat secara umum
Tidak banyak buku-buku yang memuat pedoman penanganan efek
OBAT ANTI ANEMIA

16

samping obat, namun dengan melihat jenis efek samping yang timbul serta
kemungkinan mekanisme terjadinya, pedoman sederhana dapat direncanakan
sendiri, misalnya seperti berikut ini:
a) Segera hentikan semua obat bila diketahui atau dicurigai terjadi efek
samping.
Telaah bentuk dan kemungkinan mekanismenya. Bila efek
samping dicurigai sebagai akibat efek farmakologi yang terlalu besar,
maka setelah gejala menghilang dan kondisi pasien pulih pengobatan
dapat dimulai lagi secara hati-hati, dimulai dengan dosis kecil. Bila efek
samping dicurigai sebagai reaksi alergi atau idiosinkratik, obat harus
diganti dan obat semula sama sekali tidak boleh dipakai lagi. Biasanya
reaksi alergi/idiosinkratik akan lebih berat dan fatal pada kontak
berikutnya terhadap obat penyebab. Bila sebelumnya digunakan berbagai
jenis obat, dan belum pasti obat yang mana penyebabnya, maka
pengobatan dimulai lagi secara satu-persatu.
b) Upaya penanganan klinik tergantung bentuk efek samping dan kondisi
penderita.
Pada bentuk-bentuk efek samping tertentu diperlukan penanganan
dan pengobatan yang spesifik. Misalnya untuk syok anafilaksi diperlukan
pemberian adrenalin dan obat serta tindakan lain untuk mengatasi syok.
Contoh lain misalnya pada keadaan alergi, diperlukan penghentian obat
yang dicurigai, pemberian anti histamin atau kortikosteroid (bila
diperlukan), dll. Petunjuk-petunjuk penanganan klinik untuk efek
samping masing-masing obat juga dapat dibaca dalam buku Meyler's
Side Effects of Drugs (editor: Dukes).

OBAT ANTI ANEMIA

17

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Obat anemia merupakan suatu senyawa baik sintesis maupun
alamiah yang bekerja untuk meningkatkan pasokan oksigen dalam
darah baik dengan meningkatkan volume plasma darah ataupun
dengan meningkatkan proses pembentukan sel darah merah.
Obat anemia adalah obat untuk memulihkan kekurangan sel darah
merah. Macam obat anemia diantaranya Zat Besi (Fe), Vitamin B12,
Asam Folat, dan Eriopoietin. Dosis, cara kerja, indikasi dan efek
samping masing-masing obat memiliki perbedaan.
3.2 Saran
Untuk mahasiswa kebidanan sebaiknya menguasai tentang obat
anemia. Hal ini disebabkan karena ibu hamil rawan terkena anemia.
Dan jika ibu hamil tersebut terkena anemia maka akan berbaya bagi
kesehatan ibu dan janinnya. Oleh karena itu kita sebagai mahasiswa
kebidanan mengerti tentang macam-macam obat anemia, dosis,
indikasi, cara kerja dan efek sampingnya.

DAFTAR PUSTAKA
OBAT ANTI ANEMIA

18

Banister, Claire. 2006. Pedoman Obat Buku Saku Bidan. Jakarta : EGC
Jordan, Sue. 2003. Farmakologi Kebidanan. Jakarta : EGC
Katzung, Bertram G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta : Salemba
Medika
Syarif, Amir, dkk. 2011.Farmakologi dan Terapi.Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Tanu, Ian. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5 Departemen Farmakologi dan
Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: Gaya Baru
http://farmakologibhm.blogspot.com/p/blog-page_14.html
tanggal akses: 25 Maret 2015 pukul: 07.46
www.anggrainizainul.blogspot.com/p/anemia.html?m=1
tanggal akses: 26 Maret 2015 pukul : 19.45
http://angrainizainul.blogspot.com/p/anemia.html
tanggal akses: 26 Maret 2015 pukul 22.14)
http://pionas.pom.go.id/book/ioni-bab-9-gizi-dan-darah-91-anemia-dangangguan-darah-lain/911-anemia-defisiensi-besi
tanggal akses: 26 Maret 2015 pukul 22.25)

OBAT ANTI ANEMIA

19

Anda mungkin juga menyukai