Anda di halaman 1dari 9

10.3.

Teori Spalding tentang Batasan Sifat Pembakaran dan Pendinginan


Suatu pendekatan teoritis terhadap perkiraan batas kecenderungan pembakaran telah

dikembangkan oleh Spalding. Teori ini seharusnya dapat digunakan untuk memperkirakan
hal-hal berikut :
a. Kenyataan bahwa dibawah konsentrasi tertentu dari gas mudah terbakar atau oksigen,
pembakaran tidak dapat berkembang.
b. Batas konsentrasi terendah
c. Kecepatan pembakaran terbatas
Pada model Spalding, panas bertukar antara gas dan benda padat yang berada disekelilingnya
dipertimbangkan. Hal itu telah ditunjukkan dengan campuran mudah terbakar yang ada,
secara umum, mempunyai dua kemungkinan kecepatan pembakaran. Hanya pada bagian
teratas yang keadaanya stabil. Pada batasan pemicuan, bertepatan adanya dua kecepatan
pembakaran; melampaui batasan, itu hanyalah imajiner. Spalding menegaskan bahwa
kesimpulan dari teori ini adalah tidak terikat bila proses berlangsung pada reaksi tahap
tunggal atau pada mekanisme pertukaran. Mereka adalah juga bebas dari anggapan tertentu
sebagai ketergantungan laju reaksi pada konsentrasi dan temperatur, lain dari pada itu
ketergantungan berikutnya seharusnya lebih curam dibanding proses transfer-panas.
Bentuk matematika teori Spalding, reaksi maju satu tahap dituliskan :
A + B C
(5.100)
Laju aliran massa dari campuran tak terbakar mengalir A + B adalah dianggap untuk menjaga
nilai konstanta G positif dalam arah sumbu-x. Dalam kasus bentuk B adalah lebih, akan ada
sebagian dari B yang tidak bereaksi. Meskipun B mungkin ada di produk, hal ini adalah tetap
masih dapat ditentukan C sebagai produk. Persamaan kekekalan dalam asumsi bentuk tetap
satu dimensi dituliskan berikut ini :
Persamaan energi :
d
dT
dT
loss

C p G
+ H or R A=Q
dx dx
dx

( )

(5-101)

Persamaan jenis :
dYA
d dY A
G
R A=0
dx C p dx
dx

(5-102)

Y B Y B=( Y A Y A ) r BA

(5-103)

Persamaan Stoikiometri :
A

dimana :
G
Y

A
R
o
Hr
loss
Q
A

= laju massa total per luas (g/sec m2) dalam arah sumbu-x
= komponen bagian massa dalam campuran
= jenis laju konsumsi massa A(g/m3 sec)
= reaksi panas standar A (J/g)
= laju kalor lepas per volume (J/sec m3)

r BA

= rasio jumlah reaksi B terhadap A (g/g)


= konduktivitas panas (J/m sec K)

Subskrip u dan b menunjukkan kondisi terbakar sebagian dan terbakar keseluruhan.


Selanjutnya, beberapa bentuk tak berdimensi yang digunakan :
T T u

(5-104)
T bT u
Gx
exp C p
(5-105)

Y
A
(5-106)
YA
A b
H or R
+=
2
(5-107)
( T bT u ) ( C p G )

R A
=
(5-108)
b R A
loss
Q
=
(5-109)
loss
b Q

Q
K= losso
(5-110)
A Hr
R
dimana :
A = nilai R
A ketika T = Tb dan YA = Y A
R
loss
loss pada T = Tb
Q
= nilai Q
Dengan subtitusi, persamaan (5-101) dan (5-102) menjadi persamaan diferensial umum

derajat dua :

+
( K )
2
d2
=
d 2

(5-111)

2
(5-112)
d2
=
d 2
Disini, adalah suatu variabel ruang terdistorsi terpilih untuk menghilangkan turunan
pertama pada persamaan (5-101) dan (5-102). Dari definisi , kita mendapatkan = 0
menghubungkan untuk dingin kondisi tak terbakar pada x - . Syarat batas dalam bentuk
adalah :
= 0:
= 1:

= 0, = 1
d
=0 ,
= 0 (asumsi B adalah terpengaruh)
d

(5-113)

pertanyaan sekarang adalah untuk mendapatkan nilai eigen + yang memenuhi kondisi
ini. Dengan + diketahui, kelajuan pembakaran G dapat dikaji ulang dari persamaan (5-107).
Kita sebaiknya mempertimbangkan 2 kasus : K = 0, berhubungan dengan kasus adiabatis, dan
K > 0, berhubungan dengan kasus nonadiabatis.
Kasus I : K = 0 (contohnya Tanpa Kalor Lepas)
Persamaan (5-111) dan (5-112) menjadi hampir mirip selain memiliki tanda berlawanan
untuk sisi kanan. Menggunakan syarat batas yang dijelaskan dengan persamaan (5-113) dan
definisi dari dan diberikan oleh persamaan (5-104) dan (5-106), dan dapat
dihubungkan dalam persamaan aljabar berikut :
+=1
(5-114)
sehingga, hanya satu dari dua persamaan diferensial umum membutuhkan penyelesaian.
Syarat batas = pada = 1 adalah agak sulit secara matematis, sejak mendekati .
Sehingga, syarat batas baru digunakan oleh Spalding yaitu :
d d d
=
=
=1:
= 0,
(5-115)
d
d
d 1
Hubungan ini secara fisis untuk mengandaikan bahwa katalis sumbat (catalyst plug) dalam

( )

suatu ruang adiabatik adalah dianggap pada = 1 dan mengurangi konsentrasi jenis A hingga
nol, dengan hasil bahwa suhunya pada = 1 dan terdapat suatu kemiringan tertentu pada
permukaan katalis. Sebentuk penyelesaian untuk terhadap dan terhadap ditampilkan
pada gambar 5.33.

asimtot

Arah aliran
Gambar 5.33 Suhu terhitung dan konsentrasi bahan bakar
dalam pembakaran

Gambar 5.34 Hubungan gradien temperatur pada katalis


sumbat dan nilai + untuk nyala tentu

Dalil katalis sumbat ini menghalangi domain tak hingga menjadi domain hingga dengan 0 <
1. Penyelesaian persamaan (5-111) menghasilkan suatu bentuk berbeda dari untuk
tiap nilai

( dd )

. Nilai yang diinginkan dari + untuk

ekstrapolasi dari kurva pada gambar 5.34 untuk

( dd ) =0

( dd ) =0

dapat diperoleh dengan

Kasus II :
K > 0 (dianggap melepas kalor)
Penyelesaiannya berbeda dari bentuk kasus I bahwa , setelah mencapai puncak pada = 1,
turun secara bertahap hingga 0 seperti naik melewati daerah pereaksi (lihat gambar 5.35).
dalam kasus ini bentuk dan tidak sama; kedua persamaan (5-111) dan (5-112) harus
diselesaikan bersama-sama. Garis = 1 digunakan untuk memisahkan daerah dimana laju
pereaksi adalah dominan dari yang mana kalor lepas dominan.

Gambar 5.35 Bentuk dan pada nyala dengan kalor


lepas dari gas terbakar

Menuruti penyelesaian analitis, perhatian akan dibatasi untuk campuran gas pereaksi
ditentukan oleh :
(5-116)
= n
dengan jelas bahwa laju reaksi adalah proporsional terhadap konsentrasi A (bahan bakar).
Menurut Spalding, hal ini selalu mendekati kebenaran untuk batas campuran dimana reaktan,
B, terdapat lebih banyak. Biasanya, nilai pangkat temperatur n diantara 6 dan 15. Parameter
kalor-lepas diambil temperatur dari hukum gaya untuk daerah kalor lepas, contohnya,
= m untuk >1

(5-117)

untukdengan
1 kecenderungan perpindahan panas yang
Pangkat m bervariasi antara 1 dan=0
5 sesuai

dominan antara konduksi atau radiasi. Kalor lepas diabaikan di awal garis = 1
dibandingkan dengan reaksi kimia. Asumsi ini akan di pertimbangkan dikemudian.
Berikutnya, kita sebaiknya melihat bahwa penyelesaian yang dibangun dalam dua bentuk dan
diikuti pada = 1.

Untuk daerah 0 < 1, kita memiliki


+

n
2

(5-118)

d2
=
2
d
n

+ 2

2
d

=
2
d

(5-119)

Dengan syarat batas :


= 0:

= 0,

=1

d
=0 ,
(5-120)
d
d
d
=
= 1
d d 1
dari kesamaan persamaan (5-118) dan (5-119), kita dapat melihat bahwa dan harus
= 1:

=0

( )

dihubungkan secara linier oleh


= - + a + b
(5-121)
satu kemudahan mencari keabsahannya dengan mendiferensialkan dua kali persamaan (5121) terhadap dan membandingkan hasilnya dengan persamaan (5-118) dan (5-119).
Penting dicatat bahwa syarat batas untuk dan tidak sama. Koefisien a dan b harus
ditentukan dari syarat batas :
pada = 0;
1=0+0+b
b=1
pada = 1;
0 = - 1 + a + 1
a = 1 1
memasukkan a dan b ke persamaan (5-121), kita mendapatkan
=1( 1 1 )
(5-122)
Setelah menyusun kembali dan mendiferensialkan terhadap dan mengatur = 1, kita
mendapatkan

( dd ) =( 1)
d
Mengalikan persamaan (5-119) dengan ( ) d , kita dapatkan
d
1

(5-123)

d
d
2
d
2
d d

d=
2
d d
Memasukkan pers. (5-122) dan (5-123) kedalam persamaan di atas dan mengintegrasikan dari
+

= 0 hingga 1, diperoleh
1

[1 ( 1 1 ) ]

+
d d 2

d=
n d
2
d d
1
1
d2

1
d
d 2 ( 1 )
0
0
0

[1 (1 1 ) ]

d 2 +
d
=
d

( )

=1

d
=1

d 1
( 11 ) d d 2
=0
=0

+=

1
2

( )

([ ) ( ) ]+(1 )[( dd ) ( dd ) ]
d 2 d

d 1 d
1

1 ( 1 1 )
2

n d

(5-124)

Nilai n yang besar menyatakan reaksi tertahan hingga mencapai tingkat suhu tertinggi.
Hal ini berarti bahwa integral pada persamaan (5-124) adalah berhingga, dapat diambil
sebagai kesatuan tanpa kesalahan cukup besar. Pada daerah melewati = 1, panas dilepas
berarti nilai mendekati nol. Dari persamaan (5-119), kita peroleh
d
d2
= konstan
=0 atau
2
d
d
Hal ini berarti bahwa berupa garis lurus terhadap . Hubungan = 1 pada = 0 hingga =

( )

0 pada = 1, sebuah perkiraan kasar untuk kemiringan pada = 0 dapat diberikan sebagai
d
1
(5-125)
d 0
juga, bila
d
=0
(5-126)
d 1
dan
d
(5-127)
( 1 1 )= d 0
1
Persamaan (5-124), setelah disubtitusi dengan hubungan di atas, menjadi
1
1
+

( )

( )

( )

2 ( 1 ) n d 2 ( 1 ) n d
0

(5-128)

Sebelum meninjau ulang integral, penting untuk diketahui bahwa untuk kasus tertentu ketika
1 = 1, diketahui sebagai persamaan Zeldovich dan Frank-Kamenetsky. Meninjau kembali
pers. (5-128) diperoleh

( n+1 ) ( n+2 )
(5-129)
2 (1n+2)

Bila 1 telah diketahui, sebagai contoh, ketika panas lepas adalah nol sehingga 1 = 1, + dan
+

oleh karena kelajuan pembakaran dapat ditinjau ulang segera. Ketika panas hilang ada,

pertama-tama 1 harus ditentukan dengan melihat daerah melewati = 1. Sehingga kita


memiliki persamaan berikut :
m

K
2

d2

=
2
d

+
1:

(5-130)

Syarat batas untuk daerah panas-lepas adalah :


=1 :

= 1

d
d
=
d d

( )

(5-131)

d
=0
(5-132)
d
Persamaan (5-130) mempunyai penyelesaian sederhana jika m = 1. Walaupun, seandainya
+ K adalah kecil, m dapat dianggap sebagai suatu nilai tetap mendekati = 1 (contoh
=+ :

m = m1 ) dan setelah diintegralkan kita mendapatkan


K m1
+

(5-133)
d

=
d
Memasukkan = 1 pada persamaan (5-133) dan menganggap bahwa gradien pada kedua sisi
garis = 1 adalah sama, kita memiliki persamaan dari pers. (5-123)
+ K=m
1 ( 1 1 )
(5-134)

dan juga dari pers. (5-129) kita memiliki hubungan yang sesuai antara K dan 1 sebagai :
n+2m
2 1
(5-135)
K=
( 1 1 )
( n+1 ) ( n+2 )
Ketika K melampaui nilai kritis Kc, walaupun, nilai 1 imajiner. Suatu hubungan antara K dan

+ dapat diperoleh dengan menghilangkan 1 dari persamaan (5-135) dan (5-129). Hubungan
untuk m = 4, n = 11 dimasukkan dalam gambar 5.36.
Dapat terlihat bahwa untuk tiap nilai dari parameter panas-lepas lebih kecil
dibandingkan Kc, dua nilai ada untuk + dan dua kemungkinan kelajuan pembakaran. Jika K
melampaui Kc, meskipun, tidak terdapat nilai riil +, dimana berarti tidak ada penjalaran
pembakaran secara tetap adalah dimungkinkan. Oleh karena itu Kc menyatakan besar rasio
dari panas-lepas terhadap laju reaksi kimia dimana berhubungan dengan keadaan kritis pada
batas-batas pembakaran. Besar kelajuan pembakaran pada batas pembakaran SL,c dapat
diperoleh dengan pers. (5-107) dan (5-110) mengarah ke :


b Qloss
( T bT u ) K c +c
H or RA b
1
(5-136)

+ =
( T b T u ) c C p u
1
S L, c =

C p u
Untuk pembakaran tertentu dengan pertimbangan, Kc dan c+ adalah tetap. Hasilnya,
A

+
K c c , sama dengan 0,169. Untuk suatu pembakaran hidrokarbon-udara yang lemah

dengan suhu adiabatik 1500 K, nilai Q loss = 0,1 kal/(cm3 sec) telah diberikan oleh

Fishenden dan Saunders. Memasukkan sifat-sifat gas dan nilai

+
K c c di atas ke pers. (5-

136), besar SL,c diperoleh 1,2 cm/sec.

Gambar 5.36 Hubungan antara + dan K untuk pembakaran dengan


n = S11
m =juga
4 (Spalding)
Pengaruh tekanan pada
dapat
dilihat dari pers. (5-136). Saat keduanya
L,c dan

dan Qloss proporsional terhadap P, kita peroleh hubungan


1
1
S L ,c 1 p 2
(5-137)
2
p
Terbukti bahwa SL,c tidak bergantung pada orde reaksi sebagaimana SL bergantung pada orde

reaksi [lihat pers. (5-7)]. Ini menjelaskan kecenderungan yang teramati secara umum pada
gambar 5.37 dari variasi batas daerah pembakaran terhadap tekanan. Jelas bahwa untuk
mendapatkan perambatan pembakaran, kita harus mempunyai SL > SL,c atau
SL
Untuk n = 1,
tidak bergantung p
S L ,c
Untuk n = 2,

SL
S L ,c

= konstan/

SL
>1 :
S L ,c

(5-138)

Oleh karena itu, daerah dapat terbakar meluas dengan meningkatnya tekanan pada kasus
reaksi orde-kedua dan menjaga lebar tetap konstan untuk reaksi orde-pertama. Teori di atas
juga telah dikembangkan oleh Spalding untuk mempertimbangkan pengaruh pemadaman
oleh dinding (wall-quenching effect) bilamana pembakaran menjalar keseluruh campuran gas
diam dalam saluran. Pembaca dapat melihat makalah asli untuk pembahasan lebih jelas
mengenai aspek ini.

Gambar 5.37 ketergantungan lebar daerah dapat terbakar pada tekanan


dan orde reaksi kimia (setelah Lewis dan von Elbe,
berdasarkan pada pengamatan Jones, Kennedy, dan
Lembaga Pertambangan Spolan, laporan pengamatan No.
4557, 1949)

Anda mungkin juga menyukai