Anda di halaman 1dari 40

Tugas Besar Mata Kuliah

Narasi Pengetanahan dan Proteksi BAB 3

Oleh:

Khairina Noor Astuti


Irvando A. Damanik

23214309
232 14
354

SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA


INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2015

1.1 Latar Belakang

Narasi Grounding Bab 3


Listrik merupakan suatu kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi untuk menjamin
keberlangsungan hidup masyarakat masa kini. Pemenuhan kebutuhan ini terus meningkat
seiring bertambahnya pertumbuhan beban dari tahun ke tahun. Tentunya fasilitas
fasilitas sarana penyedia listrik harus terjamin dengan baik kehandalannya, salah satu
yang terpenting adalah menjaga sistem pentanahan, atau biasa disebut grounding, dapat
bekerja sebagaimana mestinya, untuk menunjang keberlangsung penyediaan listrik ke
konsumen. Sistem pentanahan adalah suatu sistem pengaman terhadap perangkat
perangkat yang mempergunakan listrik sebagai sumber tenaga, dari lonjakan listrik, petir,
dan lain lain. Pengertian lain dari sistem pentanahan adalah, penghubungan suatu titik
sirkit listrik atau suatu penghantar yang bukan bagian dari sirkit listrik dengan bumi
menurut cara tertentu. (PUIL 2000).
Tentunya sistem pentanahan memegang peran vital dalam menjamin keberlangungan
penyaluran tenaga listrik sebagai pengaman peralatan listrik sekaligus memiliki peran
untuk menjaga keselamatan para pekerja yang terlibat. Sehingga dapat dijabarkan secara
lebih detail mengenai fungsi grounding secara lebih detail sebagai berikut (Switzer, 1999)
:
1. Personal Safety
Keselamatan jiwa dapat dicapai dengan pentanahan menggunakan low
impedance dan bonding antar perangkat berbahan metalik, bodi, dan ipa, serta
objek objek konduktif lainnya, tidak sampai teraliri arus gangguang yang
sangat berbahaya bagi keselamatan.
2. Proteksi Bangunan dan Peralatan
3. Reduksi Noise Elektrik
Grounding yang tepat akan mampu meminimalisasi impedansi anatar titik
pentanahan dan bangunan, potensial tegangan antara peralatan yang terhubung,
serta efek dari medan elektrik dan magnetik.
Suatu sistem grounding yang baik harus diinspeksi secara periodik dan melakukan
perawatan untuk menjaga keefektifannya. Selain itu pemilihan material dan kelayakan
teknik instalasi yang tepat dapat menjamin sistem grounding dapat bertahan dari
kerusakan.
Secara umum, seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa grounding dipasang atau
dihubungkan pada peralatan listrik. Namun pada penulisan kali ini akan lebih difokuskan
untuk pemasangan grounding pada perangkat perangkat listrik yang berada pada
switchyard.
1.2 Switchyard
Switchyard atau dengan nama lain gardu induk pasangan luar, dapat diartikan
sebagai gardu induk yang sebagian besar komponennya di tempatkan di luar gedung,
2

Narasi Grounding Bab 3


kecuali komponen kontrol, sistem proteksi, dan kendali serta komponen bantu lainnya,
ada di dalam gedung. Gardu induk semacam ini biasa disebut dengan gardu induk
konvensional. Gardu induk jenis ini menjadi gardu induk yang mayoritas digunakan di
Indonesia. Namun untuk daerah daerah padat dan di kota kota besar di Pulau Jawa,
sebagian besar sudah menggunakan gardu induk pasangan dalam, yang biasa disebut gas
Insulated Substation (GIS).

Gambar 1.1 Outdoor Switchyard (powerplantmen.wordpress.com, 2015)


1.3 Earth Potential Rise
Fungsi grounding pada perangkat perangkat switchyard adalah untuk menyediakan
hubungan sistem pentanahan ke impedansi petanahan atau netral trafo yang terhubung
untuk menyediakan jalan arus gangguan maksimum ke tanah. Sistem grounding
menjamin agar tidak terjadi gangguan mekanis atau termal yang dapat terjadi pada
peralatan di switchyard, sekaligus menghasilkan keselamatan personel saat bekerja
maupun melakukan perawatan. Sistem pentanahan juga berfungsi menjamin bonding
ekipotensial agar tidak terjadi gradien potensial yang berbahaya.
Gradien tegangan merupakan suatu akibat dari sebuah fenomena yang disebut earth
potential rise (EPR). EPR adalah fenomena yang terjadi ketika suatu arus dalam jumlah
besar mengalir ke tanah. Hal ini biasanya disebabkan ketika terjadi kegagalan pada gardu
induk atau ketika terjadi sambaran petir (fault current). Sementara berdasarkan IEEE 367,
EPR adalah produk hasil impedansi elektroda pentanahan dan arus yang mengalir melalui
impedansi elektroda tersebut.

Narasi Grounding Bab 3


Ketika arus dalam jumlah yang besar memasuki tanah melalui sistem pentanahan,
tidak hanya sistem grounding tersebut yang mengalami kenaikan potensial, namun juga
tanah di sekitarnya.
Besar potensial elektrik pada bumi akan turun di sekitar sistem pentanahan meski
tidak sampai bernilai nol. Secara fakta, pada suatu tanah homogen, potensial tanah
berbanding terbalik dengan jarak dari pusat sistem pentanahan.

Gambar 1.2. Mekanisme Terjadinya EPR. (esggroundingsolution.com, 2015)


Tegangan yang dihasilkan EPR dapat membahayakan baik personel maupun
peralatan. Kita tahu bahwa tanah memiliki resistansi yang disebut resistivitas tanah, yang
bisa menjadi jalan bagi arus untuk mengalir ke dalam bumi. Adanya perbedaan potensial
akan mengakibatkan arus mengalir ke atau pada bodi peralatan yang bersifat konduktif
yang ditanahkan, termasuk pipa, kabel tembaga, atau bahkan manusia.
Terdapat beberapa bahaya yang diakibatkan EPR, yaitu :
1. Step Potensial atau Tegangan Langkah
Tegangan langkah adalah tegangan yang muncul di antara kaki seseorang yang
berdiri dekat suatu benda bertegangan yang diketanahkan. Hal ini sama dengan
perbedaan tegangan antara dua titik pada jarak yang berbeda dari elektroda. Pada
saat terjadi suatu gangguan pada gardu induk, arus akan mengalir menuju bumi.
Akibat adanya distribusi resistivitas tanah, distribusi tegangan yang sesuai pun
juga akan terjadi. Jatuh tegangan pada tanah di sekitar sistem pentanahan akan
mengakibatkan bahaya bagi orang orang yang berdiri di sekitarnya. Pada kasus
tegangan langkah, arus akan mengalir apabila terdapat perbedaan potensial
antara dua kaki. Semakin besar arus yang mengalir ke tanah, akan semakin besar
bahaya yang ditimbulkan. Resistivitas tanah juga berperan pada bahaya yang
4

Narasi Grounding Bab 3


mungkin terjadi. Semakin tinggi resistivitas tanah mengakibatkan semakin tinggi
pula tegangan langkah yang dihasilkan. Resistivitas tanah yang tinggi pada
lapisan paling atas dan resistivitas tanah yang rendah pada lapisan bawah
cenderung menghasilkan tegangan langkah paling tinggi dekat dengan elektroda
pentanahan, dimana resistivitas tanah yang rendah pada lapisan bawah akan
menarik arus lebih banyak dari elektroda melalui lapisan dengan resistivitas
tinggi, dan akhirnya menghasilkan jatuh tegangan yang besar dekat elektroda.
Ketika tanah memiliki lapisan atas yang konduktif dan lapisan bawah yang
resisitif, arus gangguan akan tetap mengalir pada lapisan atas untuk jarak yang
lebih jauh dari elektroda.

Gambar 1.3 Tegangan Langkah (esggroundingsolution.com, 2015)


2. Touch Potential atau Tegangan Sentuh
Tegangan sentuh adalah tegangan antara objek bertegangan dengan kaki
seseorang yang bersentuhan dengan objek tersebut. Hal ini sama dengan
perbedaan tegangan antara objek dan suatu titik yang berjarak x jauhnya. Ketika
arus gangguan terjadi, arus akan mengalir melalui suatu objek metal dan
memasuki tanah. Sebagai contoh, apabila ada seseorang menyentuh tower
tegangan tinggi ketika terjadi arus gangguan, maka arus akan mengalir turun dari
tower menuju tangan orang tersebut dan mengalir selanjutnya ke organ vital
lainnya. Arus kemudian akan terus mengalir melalui jalurnya dan keluar melalui
kaki untuk selanjutnya ke dalam tanah.

Narasi Grounding Bab 3

Gambar 1.4 Tegangan Sentuh (esggroundingsolution.com, 2015)


3. Transfer Potential
Terdapat beberapa faktor yang berkontribusi untuk meningkatkan bahaya dari
ketiga macam tegangan di atas. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya,
semakin tinggi resisitivitas tanah pada tanah tertentu akan mengakibatkan kejut
listrik yang signifikan meskipun arus yang mengalir cukup kecil. Hasil
pengukuran in Wyomming menemukan apabila nilai resistan 500 ohms atau
lebih tinggi, hanya membutuhkan arus sebesar satu Amoere untuk menghasilkan
tegangan 500V. Nilai resistivitas tanah tentunya tergantung pada jenis tanah,
seperti yang ditunjukkan pada tabel 1.1.
Kondisi lainnya yang dapat mengakibatkan tegangan tinggi pada suatu gardu
induk adalah akibat arus sirkulasi pada lebih dari satu titik sistem pentanahan.
Hal ini akan mengakibatkan arus terinduksi bersirkulasi melalui pipa atau benda
konduktif pada setiap titik sepanjang saluran. Peristiwa inilah yang disebut
transfer potential. Jenis tegangan ini sangat berbahaya karena seseorang yang
berada jauh dari sumber arus gangguan tetap memiliki resiko tersengat listrik,
sepanjang bonding dari objek yang dia sentuh terhubung oleh suatu jalur metalik
yang berhubungan dengan bonding objek lain yang terkena arus gangguan.

Narasi Grounding Bab 3


Metal
object

fault

V=
Transf
er
poten
Bond
tial

Bond
Metal
Pipe

Gambar 1.5. Transfer Potential ( Hemant, 2008)


Tabel 1.1 Nilai Resistivitas Berdasarkan Jenis Tanah (Steve, 2012)
Jenis Tanah

Soil Resistivity (Ohm-m)

Moist Humus Soil

30

Farmland, Loamy, and Clay Soil

100

Sandy and Clay Soil

150

Moist sandy oil

300

Moist Gravel

500

Dry sandy or gravel soil

1000

Rocky ground

30000

1.4 Fence
Fence atau pagar merupakan komponen yang harus tersedia pada suatu switchyard.
Pagar ini disediakan untuk mencegah pihak pihak yang tidak berkepentingan ataupun
hewan liar masuk atas beberapa alasan, yaitu :
1. Proteksi dari adanya sabotasi pihak luar yang dapat membahayakan
keberlangsungan bisnis, dimana kontinyuitas ketersediaan listrik merupakan hal yang
vital untuk sosial dan ekonomi.
2. Resiko tersengat listrik akibat kontak dengan konduktor tanpa isolasi.
3. Resiko tersengat listrik akibat masalah potensial yang telah disebutkan di atas.
Pagar merupakan komponen metalik switchyard yang tidak luput untuk ditanahkan.
Alasan mengapa pagar ini harus ditanahkan adalah mencegah kemungkinan terburuk
apabila saluran transmisi HV yang berada di atasnya tiba tiba jatuh menyentuhnya.

Narasi Grounding Bab 3


Akibatnya seseorang yang tidak sengaja bersentuhan dengan pagar akan menerima kejut
listrik yang sangat membahayakan keselamatan.
Skema grounding pagar pada umumnya adalah mengetanahkan semua ujung ujung
tonggak atau tiang pagar dan satu tiang tiap 15 meter. Terdapat dua metode untuk
mendesain sistem pentanahan pagar, khususnya pagar untuk melindungi fasilitas
kelistrikan.
1. Grounding pagar terhubung secara elektrik ke sistem grounding perangkat
perangkat kelistrikan, seperti ditunjukkan gambar 1.6. Metode ini harus
digunakan ketika pagar berada dekat dengan ground grid peralatan.

Gambar 1.6. Grounding Peralatan yang Terhubung Dengan Grounding Pagar (Switzer,
1999)
2. Menggunakan sistem grounding yang terpisah untuk pagar yang terisolasi dari
sistem grounding peralatan, seperti ditunjukkan pada gambar 1.7

Narasi Grounding Bab 3

Gambar 1.7. Grounding Peralatan yang Terpisah Dengan Grounding Pagar (Switzer,
1999)
Ketika pagar terhubung ke grid, hal ini aka meningkatkan ukuran grid yang
berakibat berkurangnya ,baik resistansi grid dan kenaikan tegangan pada ground
grid. Tetapi gradien harus tetap dijaga pada batas aman karena pagar itu sendiri
memiliki potensi untuk kenaikan potensial. Hal ini dapat dicapai dengan
menanam suatu konduktor dengan jarak 3 sampai 4 kaki di luar pagar dan membonding-nya bersama dengan pagar, seperti ditunjukkan pada gambar 1.8.

Gambar 1.8 Bonding Pagar dan Perimetal Conductor (Switzer, 1999)


9

Narasi Grounding Bab 3


Dengan adanya konduktor yang ditanam di luar pagar, hanya akan menimbulkan
resiko kenaikan tegangan sentuh sebesar 10%.
National Electrical Safety Code (NESC), ANSI C2-1997 menyebutkan apabila pagar
switchyard yang akan ditanahkan harus didesain berdasarkan batas tegangan sentuh,
tegangan langkah, tegangan transfer yang diijinkan. Ketika tiang pagar terbuat dari
material konduktif, maka konduktor pentanahan harus terhubung ke tiang pagar dengan
suatu penghubung yang sesuai.
Sementara ketika tiang pagar terbuat dari material non konduktif, maka kawat
berduri atau jaring jaring pagar harus di bonding pada taip titik konduktor pentanahan,
seperti ditunjukkan pada gambar 1.9.

Gambar 1.9. Grounding Untuk Pagar Berbahan non Konduktif (Switzer,1999)


NESC menyebutkan bahwa pintu pagar yang diketanahkan juga harus di bonding
ke konduktor pentanahan, seperti ditunjukkan gambar 1.10.

10

Narasi Grounding Bab 3

Gambar 1.10. Grounding Untuk Pagar Secara Keseluruhan (Switzer,1999)


Terdapat berbagai macam klem atau penjepit untuk pentanahan tiang tiang pagar
serta untuk pintu pagar. Penghubung jenis solid untuk bonding pintu dan grounding tiang
pintu ditunjukkan pada gambar 1.11. Sementara kombinasi solit dan klem ditunjukkan
pada gambar 1.12. Dan gambar 1.13 menunjukkan berbagai macam tiang pagar dalam
berbagai ukuran dan bentuk.

Gambar 1.11. Penghubung untuk Bonding Pintu dan Grounding Tiang Pintu
(Switzer, 1999)

11

Narasi Grounding Bab 3

Gambar 1.12. Penghubung Kombinasi Solid dan Klem (Switzer, 1999)

Gambar 1.13. Tiang Pagar dalam Berbagai Bentuk dan Ukuran (Switzer, 1999)
1.5 Konfigurasi Pentanahan
Secara umum, sistem pentanahan adalah suatu sistem yang terdiri atas semua
fasilitas atau peralatan yang saling terhubung dan diketanahkan pada suatu daerah
tertentu. Sistem pentahanan pada suatu switchyard ditunjukkan pada gambar 1.14.

12

Narasi Grounding Bab 3

Gambar 1.14. Sistem Grounding Pada Switchyard (www.electrical-knowhow.com ,2015)


Terdapat beberapa tipe konfigurasi untuk sistem grounding yang dapat diaplikasikan,
yaitu :
1. Konfigurasi grounding konvensional :
Sistem pentanahan konvensional dilakukan dengan cara menggali suatu lubang
dengan ukuran yang besar, dimana di dalamnya dimasukkan suatu pipa atau
piringan tembaga dengan diberi bubuk arang atau garam di antara lapisannya.
Sistem pentanahan konvensional ini membutuhkan perawatan dan penyiraman
air secara berkala. Konfigurasi ini kurang layak untuk diterapkan pada
switchyard.
2. Konfigurasi Earth Mat
Desain jenis ini dibedakan lagi menjadi dua, yaitu :
a. Beberapa elektroda, batang pentanahan, terhubung satu sama lain pada netral
peralatan, bodi, dan struktur yang diketanahkan. Hasilnya didapatkan sebuah
elektroda batang yang tersusun secara grid / jaring jaring. Jika link
penghubungnya ditanam dalam suatu tanah yang memiliki konduktivitas
yang baik, jaringan ini mampu menghasilkan grounding yang layak untuk
suatu switchyard.
b. Terdiri atas kombinasi :
Konduktor yang ditanam secara horizontal membentuk baris, dan
konduktor yang ditanam secara vertikal membentuk kolom.
13

Narasi Grounding Bab 3

Piringan metalik yang terhubung pada konfigurasi konduktor di atas,


ditanam pada suatu kedalaman yang dangkal di atas ground grid.
Piringan tersebut berfungsi sebagai pengaman lebih untuk terjadinya

tegangan sentuh atau tegangan langkah yang tinggi.


Kisi kisi logam yang diketanahkan diletakkan pada atau di atas
permukaan tanah. Atau kabel mesh diletakkan langsung dibawah

permukaan material.
Mesh ditanam pada kedalaman 300 500 mm, sementara untuk

konduktor dipisahkan sebesar 4 8 meter.


Konfigurasi (b) memiliki beberapa keuntungan, yaitu :
1. Batang elektroda yang ditanam pada resistivitas tanah yang lebih kecil akan
jauh lebih efektif untuk membuang arus gangguan, kapanpun dalam keadaan
lapisan tanah memiliki kondisi sebagai berikut : resistivitas tinggi pada
lapisan atas dan resistivitas rendah pada lapisan bawah.
2. Jika batang batang elektroda ditanam sepanjang grid dalam suatu tanah
yang memiliki kondisi lapisan resistivitas dari tinggi ke rendah secara
seragam, batang akan sangat mengurangi kenaikan gradien permukaan.
3. Penghematan lahan akibat pengurangan earth pits mengakibatkan koordinasi
yang lebih mudah

Gambar 1.15. Mesh Grounding Pada Switchyard (www.ecmwb.com, 2015)


1.6 Grounding Untuk Perangkat perangkat Switchyard
Komponen komponen kelistrikan yang berada pada switchyard adalah sebagai
berikut :
1. Circuit Breaker

14

Narasi Grounding Bab 3


Fungsi dari circuit breaker (CB) adalah untuk memutus rangkaian listrik dalam
keadaan berbeban. Circuit breaker dapat dioperasikan pada saat jaringan dalam
kondisi normal maupun pada saat terjadi gangguan. Berbeda dengan fuse, yang
beroperasi sekali kemudian harus diganti, CB dapat di reset ulang (baik secara
manual maupun otomatis) untuk kembali pada operasi normal. Circuit breaker
yang terdapat pada switchyard merupakan jenis CB tegangan tinggi.
Terdapat dua jenis bentuk circuit breaker terbuka :
Live Tank : Unit switching terletak pada bushing yang terisoasi.
Konduktor terhubung ke peralatan switching melalui bushing tanpa
dilengkapi CT.

Gambar 1.16 LiveTank Circuit Breaker (en.wikipedia.org ,2015)


Dead Tank : Peralatan switching terdapat dalam kontainer metalik yang
dipenuhi bahan isolator. Konduktor terhubung ke peralatan switching
melalui bushing yang dilengkapi dengan CT tegangan rendah.

15

Narasi Grounding Bab 3

Gambar 1.17 Dead Tank Circuit Breaker (www.myelectrical.com ,2015)


Apabila suatu circuit breaker memiliki penutup berbahan metalik, maka penutup
tersebut harus terhubung ke konduktor grid terdekat. Begitupun dengan kontrol
panel lokal, ia bisa dihubungakan ke struktur yang berbahan metalik atau
dihubungkan ke konduktor grid terdekat.
2. Current Transformer (CT)
CT berfungsi untuk merubah besaran arus dari arus yang besar ke arus yang
kecil, atau memperkecil besaran arus listrik pada sistem tenaga listrik, menjadi
arus untuk sistem pengukuran dan proteksi. Pada sistem tenaga listrik berdaya
besar, CT diperluka untuk merubah nilai nominal arus sistem menjadi lebih kecil
sehingga dapat terbaca oleh peralatan proteksi ataupun pengukuran.
CT memiliki terminal grounding yang dihubungkan dengan konduktor grid
pembumian terdekat.

16

Narasi Grounding Bab 3

Gambar 1.18. Current Transformer (www.scadaku.com , 2015)


3. Potential Transformer (PT)
Sama halnya dengan CT, PT berfungsi untuk merubah besaran tegangan dari
tegangan tinggi ke tegangan rendah atau memperkecil besaran tegangan listrik
pada sistem tenaga listrik menjadi besaran tegangan untuk pengukuran atau
proteksi.
Sistem grounding PT sama dengan CT, dimana pada PT tersedia terminal
grounding yang nantinya dihubungkan dengan konduktor grid pentanahan
terdekat.

17

Narasi Grounding Bab 3


Gambar 1.18. Potential Transformer (www.scadaku.com , 2015)
4. Lightning Arrester
Lightning arrester berfungsi untuk melindungi peralatan listrik di gardu induk
dari tegangan lebih akibat terjadinya sambaran petir pada kawat trasnmisi.,
maupun diakibatkan suatu surja hubung.
Dalam keadaan normal, lightning arrester bersifat isolatif atau tidak bisa
menyalurkan arus listrik. Dalam keadaan terjadi ganggan, lightning arrester akan
bersifat konduktif dengan tahanan yang realtif rendah untuk menyalurkan arus ke
bumi. Setelah surja hilang, arester harus dapat dengan cepat kembali bersifat
isolatif.
Pada lightning arrester disediakan suatu elektroda pentanahan yang terpisah
untuk menghubungkan arester dengan bumi. Elektroda pentanahan diletakan
secara terpisah pada jarak yang cukup jauh dari konduktor grid switchyard untuk
menghindari kenaikan tegangan akibat aliran arus yang besar ketika terjadi
sambaran petir.

Gambar 1.19. Lightning Arrester (www.scadaku.com , 2015)


5. Transformer Solidly Earthed Neutral
Pada transformer jenis ini, terdapat elektroda pentanahan yang secara terpisah
untuk menghubungkan antara titik netral transformer ke tanah dan bodi trafo ke
tanah. Jika kedua belitan (primer dan sekunder) memiliki titik netral, maka pada

18

Narasi Grounding Bab 3


masing masing netral akan dihubungkan ke tanah melalui konduktor
pentanahan yang terpisah. Pemisahan konduktor antara netral ke tanah dan
antara terminal pentanahan pada bodi ke tanah ditukan untuk menghindari
adanya arus netral yang mengalir ke bodi transformer.
6. Transformer Resistance Earthed Neutral
Seperti halnya solidly earthed neutral, pada resistance earthed neutral, elektroda
pentanahan untuk titik netral dan bodi transfomer dibuat terpisah. Bedanya untuk
tipe ini, netral ditanahkan melalui suatu resistansi sementara bodi transformer
tetap diketanahkan seperti halnya pada solidly earthed neutral. Sementara
terminal pentanahan pada NER terhubung ke elektroda pentanahan.

Gambar 1.20. Neutral Earth Resistance (www.scadaku.com , 2015)


7. Isolator Switchyard
Isolator berfungsi sebagai isolasi atau pemisah bagian bertegangan dengan tidak
ketika terjadi suatu perawatan karena ketika operasi maintenance suatu percikan
muatan dari fasa ke batang operasi yang biasanya berbahan metal dapat
berpindah menuju suatu tuas peralatan. Oleh karenanyaya, tuas tersebut harus
ditanahkan menggunakan suatu konduktor, biasanya berupa tembaga, untuk
menyediakan jalan pintas agar arus tidak mengalir melalui tubuh user atau
operator. Grounding grid harus disediakan di area dimana operator biasa bekerja.
Grid tersebut terhubung ke grounding grid utama. Isolator ini biasanya terdapat

19

Narasi Grounding Bab 3


pada salah satu sisi circuit breaker. Isolator dioperasikan dalam keadaan tanpa
beban.
Macam dari isolator pada switchyard :
Horizontal Isolation
Vertical Isolation
Moving Bushing

Gambar 1.21. Isolator Switchyard (kiran111.hubpages.com, 2015)


1.7 Building Grounding and Overview
Estimasi nilai resistensi grid, tegangan sentuh dan tegangan
langkah, biasanya dilakukan dengan cara menggunakan rumus dan
algoritma yang mempertimbangkan pengaruh timbal balik antara
elektroda

pada

jaringan.

Metodologi

yang

digunakan

harus

mencerminkan fenomena secara fisik dan menunjukkan bahwa arus


yang berasal dari sumber yang dialirkan ke bumi, didistribusikan pada
jaringan grounding sedemikian rupa sehingga potensial didalamnya
bernilai konstan.
Untuk mengevaluasi kualitas dari perkiraan yang kita lakukan, kita
menerapkan beberapa metodologi pada beberapa grid yang di desain.
20

Narasi Grounding Bab 3


Pada

awalnya,

kita

memeriksa

bahwa

solusi

yang

diperoleh

menyediakan konstanta potendial terdekat pada permukaan grid.


Kemudian menghitung distribusi arus yang dapat digunakan untuk
mengestimasi thananan Grid dan potensial di beberapa titik. Kemudian
kita menganalisa bahwa nilai dari parameter-parameter mendasar
dapat di perbaiki dengan mempertimbangkan ukuran dari grid, baik
batang, space ketika terdistribusi secara halus.

Prosedur Desain.
Proses desain sistem pengetanahan (grounding) dari suatu
gardu membutuhkan banyak step dan perhitungan yang
baik.

Step/langkah

yang

harus

ditempuh

dalam

merencanakan pembuatan suatu sistem pengetanahan harus


di

lakukan

secara

Langkah-langkah

operasional

berikut

ini

prosedur

merupakan

yang

standar.

langkah

yang

dikeluaran oleh standar IEEE 80-2000 untuk desain grid


ground:

21

Narasi Grounding Bab 3

22

Narasi Grounding Bab 3


1. Field
Data
Collection
(
Pengumpulan
data
Lapangan)
Dalam Step yang pertama ini sangat dibutuhkan datadata awal yang merupakan fakta dilapangan sebgai
bagan

yang

akan

perencanaan

menjadi

pembuatan

pertimbangan

Grounding

maupun

dalam
desain

Ground Grid.

Layout

site:

menggambarkan

bagaimana

kondisi

dilapangan tempat akan dibuatkan grounding tersebut.


Bagaimana kondisi secara geografis, letak, posisi dan
area disekitarnya.

Substation Grid Area: merupakan gambaran bagaimana


kondisi disekitar grounding akan dipasang.

Soil resistivity measurement (pengukuran resistivitas


pada tempat akan dibuat grounding):

pengukuran

resistivitas ini sangat perlu dilakukan untuk menentukan


desain pada grounding dan pada permukaan tanah
tempat grounding dibuat.
Pengukuran resistivitas yang banyak dikenal dengan
menggunakan metode Wenner. Pengukuran resistivitas
tanah dilakukan dengan menggunakan empat pin yang
ditaman pada tanah yang akan diukur. Pin ditanam
dengan jarak yang sama dalam satu garis lurus. Dua pin
terluar yaitu pin C1 dan C2 dihubungkan dengan sumber
arus yang diseri dengan ampermeter. Dua pin yang
ditanam ditengah yaitu pin P1 dan P2 dihubungkan
dengan voltmeter.
Dua pin terluar yaitu C1 dan C2 merupakan elektroda
arus, pin yang digunakan untuk melewatkan arus.
Sedangkan

pin

yang

di

tengah

yaitu

pin

P1 dan

P2 merupakan elektroda potensial, pin yang digunakan


untuk mengukur penurunan potensial saat dua pin
terluar diberi arus.
23

Narasi Grounding Bab 3


Penentuan resistivitas tanah atau tahanan jenis tanah
berdasarkan pada perubahan tegangan yang terjadi
pada dua pin di tengah P1 dan P2 ketika dua pin terluar
C1 danC2 diberi arus tertentu. Besar arus yang diberikan
akan terbaca pada ampermeter. Besar perubahan akan
tergantung pada tahanan tanah yang diukur. Dan
perubahan akibat pemberian arus akan tercatat pada
voltmeter yang dihubungkan dengan dua pin di tengah
P1dan P2.
Gambar penjelasan diatas dapat dilihat sebgai berikut:

(Gambar. Pengukuran resistivitas tanah menggunakan


metode Wanner)

Resistivitas dari setiap lapisan yang akan diletakkan


pada permukaan tanah: hal ini penting diketahui karena
tujuan

dari

penambahan

layer

adalah

untuk

mendapatkan nilai yang terbaik yaitu nilai K (konstanta


empiris, terkait dengan batasan energi sengatan lsitrik)
mendekati 1. Karena saat tanpa menggunakan lapisan
tambahan

pada

permukaan

nilai

sudah

hampir

mendekati 1, maka sebenarnya layar tambahan pada


permukaan tidak dibutuhkan.

Lokasi stastion gardu yang membutuhkan: maksudnya


adalah

24

pemasanagan

grounding

harus

dianalisa

Narasi Grounding Bab 3


berdasarkan kebutuhan saja. Apabila setelah melalui
analisa dan kajian tidak memerlukan grounding, maka
grounding tidak akan dipasang pada lokasi tersebut.

Dekat dengan kebutuhan: pemasangan Grounding harus


memmpertimbagkan

jarak,

komposisi

efektif

yang

dalam

artian

untuk

mencari

pemasangan

groundingnya.

Jaringan komunikasi di area pemasangan grounding:


jaringan

komunikasi

sangat

dibutuhkan

disekitar

pemasangan grounding, dimana berhubungan dengan


pemasangan sensor-sensor pada grounding.

Pertimbangan-pertimbangan lainnya.

2. Earthing Grid Conductor Sizing


Penentuan ukuran grounding yang akan dibuat sangatlah penting untuk
mendapatkan konfigurasi terbaik dari suatu system grounding. Ukuran
terbesar dan biaya pembuatan terbesar tidak menjamin sistem grounding
yang dibuat adalah yang terbaik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
a. Sistem grounding: adalah sistem yang Terdiri semua fasilitas landasan
yang saling berhubungan pada area yang spesifik.
b. DC offset: Perbedaan antara gelombang arus simetris dan gelombang
dan gelombang arus sebenarnya selama sistem tenaga kondisi transien,
lihat Gambar. Secara matematis, arus gangguan yang sebenarnya dapat
dibagi menjadi dua bagian, komponen bolak simetris dan (dc) komponen
searah. Komponen searah dapat pada masing-masing polaritas, tapi tidak
akan mengubah polaritas, dan akan menurun di beberapa tingkat yang
telah ditentukan.

25

Narasi Grounding Bab 3

c. Faktor Pengurangan (Decrement Factor) : Faktor penyesuaian yang


digunakan dalam hubungannya dengan parameter kesalahan ground
dalam perhitungan safety-grounding yang berorientasi pada keamanan.
Ini menentukan nilai rms dari gelombang arus yang asimetris untuk
rentang waktu kebocoran tertentu (tf), menghitung efek arus dc offset
awal dan redaman selama kesalahan.
d. Effective Asymmetrical Fault Current: nilai rms dari gelombang arus
yang asimetris terintegrasi selama interval dari waktu kesalahan
e. Grounding Grid: Suatu sistem ground elektroda horisontal yang terdiri
dari sejumlah elektroda yang saling berhubungan, konduktor telanjang
ditanamkan, menyediakan landasan bersama untuk perangkat listrik atau
struktur logam, biasanya dalam satu lokasi tertentu.
Grid ditanam secara horizontal dekat dengan permukaan tanah juga
bertujuan agar dapat terkontrol secara efektif. Tipikal suatu groud
26

Narasi Grounding Bab 3


biasanya didukung oleh sejumlah batang ground dan mungkin kedepan
tersambung dengan elektrodad-elektroda bantu untuk menurunkan
tahanannya terhadap bumi.
Ukuran konduktor minimum dari suatu grid konduktor yang mampun
menahan kenaikan suhu yang signifikan dihubungkan dengan gangguan
pengetanahan diatur dalam standar IEEE 80 dengan rumus:

Dimana:
I = arus rms (kA)
Amm2 = bagian konduktor yang menyilang (mm2)
Tm

= temperatur maksimum yang diperbolehkanm (derajat

celcius)
Ta

= temperatur sekitar (derajat celcius)

Tr

= temperatur referensi untuk material constants in C

= thermal coefficient of resistivity at 0 C in 1/C

= the thermal coefficient of resistivity at reference temperature

Tr in 1/C
r

= the resistivity of the ground conductor at reference

temperature Tr in -cm
Ko

= [(1/o Tr )]or [(1/r) Tr] in C

tc

= the duration of current in s

TCAP

= the thermal capacity per unit volume from Table-1, in J/

(cm3C)
3. Calculation Of Tolerable Touch And Step Voltages
Pada tahapan ini, berisikan tentang perhitungan besarnya
tegangan

langkah

dan

tegangan

sentuh

yang

diperbolehkan. Potensi listrik maksimum yang mana grid


grounding pada mungkin mencapai nilai relatif terhadap
titik grounding yang jauh diasumsikan pada potensi bumi
27

Narasi Grounding Bab 3


terpencil.

Tegangan

ini,

GPR,

sama

dengan

arus

maksimum grid dikali tahanan grid. Perhitungan nilai GPR


maksimum

sangat

perlu

dalam

penentuan

besaran

tegangan sentuh dan besarnya tegangan langkah. Nilai


GPR bergantung pada besarnya arus yang mengalir pada
kaki dan nilai tahanan ekuivalen. Nilai GRP dapat dilihat
pada persamaan berikut ini:

GPR I f xRe

Kemudian faktor yang diperhatikan dalam step.3 ini


adalah tegangan mesh (Mesh Voltage). Tegangan Mesh
merupakan maksimum tegangan sentuh didalam suatu
mesh pada sebuah grid Ground. Metal-to-metal touch
Voltage adalah perbedanaan potensia diantara objek
metal atau struktur didalam site Gardu yang mungkin
dijembatani secara langsung melalui tangan ke tangan
atau kontak tangan ke kaki. Kemudian kita juga mengenal
tegangan

langkah

(Step

Voltage)

yang

merupakan

perbedaan potensial pada permukaan yang dialami oleh


seseorang dengan jarak 1 meter diantara kaki tanpa
bersentuhan dengan objek ground lainnya. Tegangan
sentuh adalah perbedaan potensial diantara GPR dan
potensial permukaan pada titik dimana seseorang berdiri
disaat

bersamaan

struktur

tangannya

pengetanahan.

Dan

bersentuhan
yang

terakhir

dengan
adalah

Transferred Voltage yang merupakan kasus khusus dari


tegangan

sentuh

dimana

suatu

tegangan

yang

di

transferkan (masih terasa efeknnya) dari jarak yang


lumayan

jauh

bersumber.
28

dari

titik

dimana

tegangan

tersebut

Narasi Grounding Bab 3


Dari kesemuanya hal yang perlu diperhatikan diatas, bisa
kita gambarkan ilustrasinya seperti bagan dibawah ini.:

Basic Shock Situation

Gambar.
melibatkan

dibawah

menunjukkan

seseorang

dan

suatu

kondisi

grounding

yang
selama

selang waktu terjadi kebocoran (fault)


Fault

current

yang

mengalir

ke

ground

akan

mengakibatkan beda tegangan diantara kaki dikenal


dengan Step Voltage yang dapat ditentukan dengan
persamaan sebagai berikut:

Vstep I (2 R f Rb )

29

Narasi Grounding Bab 3

Ketika arus bocor (kegagalan) terjadi pada sebuah tower


atau gardu pembangkit, arus akan mengalir masuk ke
tanah. Berdasarkan distribusi dari nilai resistivitas tanah
yang bervariasi ( secara khusus, layer tanah yang
horizontal) hubungan distribusi tegangan

akan terjadi.

Tegangan drop disekitar tanah yang terdapat system


grounding dapat menyebabkan bahaya pada seseorang
yang berdiri disekitar system grounding. Posisi langkah
orang tersebut pda arah tegangan dapat mengakibatkan
bahaya yang fatal.
Perhitungan adalah salah satu cara yang dapat digunakan
untuk menentukan seberapa besar potensial langkah
yang diperbolehkan dan kemudian membandingkan hasil
tersebut terhadap tegangan langkah yang diinginkan
terjadi pada suatu tower.

Vstep I (2 R f Rb )
Dari persamaan;
30

Narasi Grounding Bab 3

Dimana , Vstep
Rf

= beda tegangan kaki (Volt)

= tahanan kaki

Rb

= tahanan tubuh (Ohm)

= Total Arus (A)

6,25
0,116
V step =
[ +1000]
t

Persamaan Tegangan langkah diatas adalah persamaan


untuk mendapatkan besarnya Tegangan langkah yang
diizinkan. 0,116 merupakan konstanta dimana lamanya
fault yang terjadi sampai 3 detik.nilai merupakan nilai
resistivitas tanah Nilai Besarnya juga berubah- ubah
sesuai dengan lamanya Fault terjadi, apabila lamanya
fault

lebih

dari

detik

secara

umum

persamaan

Permissible Step Voltage dihitung dengan persamaan


dibawah ini:
6,25
V step =0,009 [ +1000 ]

Nilai 0,116/t,

berubah menjadi 0,009. Besarnya juga

berdasarkan berat bada manusia. Secara umum dalam


penelitian yang dilakukan Delziel, dia menggunakan
manusia dengan berat badan 50 Kg dan 75 Kg untuk
menentukan besarnya nilai tegangan dan arus yang
diperbolehkan.
Berbeda

dengan

Step

potensial,

touch

potensial

(Tegangan sentuh) merupakan tegangan yang terjadi


31

Narasi Grounding Bab 3


ketika ketika kita menyentuh sutu bagian yang dialiri
listrik dan litrik tersebut mengalir melewati tubuh kita,
melalui tangan. Dalam hal ini kita akan memperhitungkan
hambatan pada kaki dan badan, dan dapat dihitung
dengan persamaan sebagai berikut:

Vtouch I (0,5 R f Rb )

0,116
1,5 1000
t
Vtouch 0,0091,5 1000
Vtouch

Besarnya nilai Rf dapat dihitung dengan menggunakan


Persamaan untuk mencari nilai tahanan kaki yang mana
melibatkan besarnya nilai K, yang merupakan konstanta
empiris , yang digunakan yang diperoleh dari hubungan
dengan

nilai

resistivitas

layer

dimana

grounding

dipasang. Semakin nlai K mendekati 1, maka lapisan yang

32

Narasi Grounding Bab 3


akan dipasang pada permukaan diatas tanah yang
dibangun grounding.


R f s K 3,12 s K
4d

0,09 1
s
K 1

Pada

kondisi

2d 0,09

resistivitas

tanah

10%

thdp

material

permukaan:
1. Ketebalan 50mm material mencapai konstanta K=0,58
2. Ketebalan 150 mm material mencapai K=0,79
4. Preliminary design of grounding system.
Dalam Step ke 4 ini hal hal yang menjadi fokus dalam
desain suatu grounding adalah:
Elektroda Bantu Grounding: Sebuah ground elektroda
dengan desain atau pada tahanan operasi tertentu.
Fungsi utamanya mungkin selain untuk meneruskan arus
bocor ke bumi . Elektroda Ground tambahan yang terdiri
dari berbagai struktur logam bawah tanah dipasang untuk
tujuan lebih dari sebagai landasan. Pada umumnya
Elektroda tambahan terdiri dari struktur logam bawah
tanah dan memperkuat bar yang terbungkus dalam
beton, jika terhubung ke grid grounding. Elektroda ground
tambahan mungkin memiliki keterbatasan kemampuan
menghantar arus.
33

Narasi Grounding Bab 3


Kemudian bahan yang juga penting pada bahasana ini
adalah Elektroda Ground (Ground Elektroda) yaitu suatu
konduktor yang tertanam dibumi dan digunakan untuk
mengumpulkan arus ground dari atau menuju tanah.
Kemudian beberapa bagian yang perlu diperhatikan
dalam step ini adalah, Ground Mat, Ground System,
Primary Ground Electroda dan Ground Grid.
Dalam tahapan ini perlu diperhatikan dimana Grid yang
ditanam secara horizontal dekat dengan permukaan
tanah juga efektif untuk mengontrol perubahan potensial
permukaan. Suatu Grid secara umum didukung oleh
sejumlah

batang

terhubung

ke

menurunkan

ground
elktroda

resistansinya

dan

mungkin

ground

selanjutnya

tambahan

dengan

untuk

memperhatikan

kondisi tanah.
Beberapa
Grounding

contoh
System

Preliminary design
For

AC

parameters

Substations

of

dengan

menerapkan step#4 yaitu ide dasar dan pemahaman


sebagai berikut:
Square shape Grid without ground rods.

34

Narasi Grounding Bab 3

L-shaped grid woth Ground rods

Square grid with ground rods


35

Narasi Grounding Bab 3

Rectangular grid with ground rods

5. Calculation of the preliminary earthing resistance,


Re, of the grounding system in uniform soil.
Dalam tahapan ini akan dilakukan Perhitungan/kalkulasi
besarnya tahanan pengetanahan, Re, pada kondisi tanah
yang uniform. Dalam menghitunga nilai dari Tahanan
pengetanahan ini perlu diperhatikan nilai resistifitas tanah
36

Narasi Grounding Bab 3


() , kemudian area dimana resistansinya diukur (A) dan
panjang total konduktor Pf yang ditanamkan. Untuk
mendapatkan nilai Tahanan pengetanahan (Re ), sebagai
berikut:

Re

4
A L

6. Determination of grid current.


Arus grid dalam perencanaan ataupun desain grounding,
merupakan salaha satu parameter yang sangat penting
untuk di perhatikan.
7. Calculation of maximum grid potential rise and
comparing with the tolerable touch voltage. If GPR
is below step voltage, move to step #12. If not,
continue to step #8
Dalam tahapan ini adalah menghitung besarnya kenaikan
potensial

grid

(GPR)

dengan

memperhatikan

nilai

tegangan sentuh yang diperbolehkan. Penghitungan GPR


dapat dilihat dalam persamaan berikut ini:

GPR I f xRe

Jika nilai kenaikan tagangan potensial yang kita dapatkan


masih dibawah nilai tegangan sentuh ( Vtouch ) maka
sesuai dengan flowchart yang diberikan kita langsung
melangkah ke step 12 yaitu detail final desain, dalam
artian kondisi tersebut sudah dalam kategori aman, dan
tidak perlu dilakukan penghitungan perhitungan tegangan
Mesh dan tenganan langkah.

37

Narasi Grounding Bab 3


8. Calculation of mesh and Step Voltage
Pada tahap ini akan kita hitung besarnya nilai Tegangan
Mesh dan Tegangan Langkaha. Step 8 ini diharuskan
dikarenakan pada step 7, nilai tegangan yang didapatkan
dari GPR masih berada diatas angka tegangan sentuh.
Tegangan

Mesh

dihitung

dengan

menggunakan

persamaan seperti yang dituliskan sebagai berikut:

Vmesh

xK

xKi xI f

Dimana:

= Soil resistivity (ohm.m))


If = fault currents (Amp)
L = Total
conductor

buried

length

pf

Km = mesh factor

Dimana nilai Km

(mesh Factor) dapat dihitung dengan

menggunakan rumus:

D 2 xh h Kii ln 8
1
D2
K m ln

2 16 xhxd 8 xDxd 4 xd K b 2 xn 1
2

Dimana:
Dimana:
D
= spacing between conductor (m)
D
= diameter of conductor (m)
n
= number of conductor in parallel in one direction
H
= depth of grid buried (m)
Kii
= 1 for grid with ground rods along the perimeter and
corner
1
2

38

2.n n
1 h

Kb

for grid with no ground rods

Narasi Grounding Bab 3

Dan nilai Ki

(faktor koreksi) dapat dihitung dengan

persamaan:

K i 0.65 0.15 xn

Vstep

xK

dihitung

xKi xI f

L
dengan

Dan Tegangan Langkah (Vstep )


menggunakan

persamaan

sebagai

berikut:

Ks

1 1
1
1

1 0,5 2

2 2 xh D h D

dimana:

K i 0.65 0.15 xn
dan
9. Comparing the computed mesh voltage from step
#8 with the tolerable touch voltage from step #3. If
mesh voltage is below step voltage continue to
step #10. If not, move to step #11.
Dalam tahapan ini kita akan membandingkan

nilai

tegangan mesh yang telah dihitung dengan menggunakan


rumus pada step#8 dengan menggunakan toleransi
tegangan sentuh dari step#3. Dan jika tegangan yang
39

Narasi Grounding Bab 3


didaptkan nilainya masih dibawah nilai tegangan langkah,
maka kondisi ini belumlah masuk kedalam kategori aman.
Kondisi aman akan didapatkan jika tegangan mesh sudah
lebih dari tegangan langkah. Sehingga kita melanjutkan
kembali ke step#10. Namun jika sudah memenuhi lanjut
ke step#11.
10. Comparing the computed mesh voltage from step
#8 with theh tolerable step voltage from step #3. If
step voltage is below the tolerable step voltage,
move to step #12. If not, move to step #11.
Pada tahapan ini kita akan membandingkan nilai tegangan
mesh yang dihitung pada tahapan 8 dengan toleransi
tegangan langkah yang diperbolehkan pada step#3. Jika
tegangan
langkah

langkah
yang

sudah

berada

diperbolehkan

dibawah

berarti

tegangan

desain

dan

perhitungan sudah selesai dan lanjut ke step finalisasi


(step#12). Namun jika belum dipenuhi, maka akan
kembali melanjutkan step#11.
11. Preliminary design modification
Pada tahapan ini akan dilakukan desain ulang, termasuk
modifikasi ulang dari desain yang sudah dilakukan pada
step-step awal. Perhitungan secara menyeluruh akan
dilakukan kembali untuk mendapatkan konfigurasi terbaik.
12. Detailed final design.
Tahapan ini adalah tahapan dimana segala aspek dalam
desain

suatu

grounding

sudah

terpenuhi

secara

keseluruhan. Sehingga desain dianggap sudah final dan


siap dilanjutkan.

40

Anda mungkin juga menyukai