ISROIYAH WAHYUNI
P07120113055
BAB I
PENDAHULUAN
1. DEFINISI
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O).
Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia
yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk
mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel.
Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan
berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya
pasien akan meninggal.
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
di gunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan
hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. Dalam keadaan biasa manusia
membutuhkan sekitar 300 cc oksigen setiap hari (24 jam) atau sekitar 0,5
cc tiap menit. Respirasi berperan dalam mempertahakan kelangsungan
metabolisme sel. Sehingga di perlukan fungsi respirasi yang adekuat.
Respirasi juga berarti gabungan aktifitas mekanisme yang berperan dalam
proses suplai O ke seluruh tubuh dan pembuangan CO (hasil pembakaran
sel).
2. ETIOLOGI
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan asma bronkhial.
1. Faktor predisposisi
a. Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit
alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit
alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah
terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor
pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga
bisa diturunkan
2. Faktor presipitasi
a. Faktor fisiologi
pergerakan
dinding
dada
( kehamilan, obesitas )
f. Perubahan pola nafas
Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan
ini sama jaraknya dan sedikit perbedaan kedalamannya.
Bernapas yang sulit disebut dyspnoe (sesak). Kadang-kadang
terdapat napas cuping hidung karena usaha inspirasi yang
meningkat, denyut jantung meningkat. Orthopneo yaitu
ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi duduk dan
berdiri seperti pada penderita asma.
g. Obstruksi jalan nafas
Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di
sepanjang saluran pernapasan di sebelah atas atau bawah.
Obstruksi jalan napas bagian atas meliputi: hidung, pharing,
laring atau trakhea, dapat terjadi karena adanya benda asing
seperti makanan, karena lidah yang jatuh kebelakang
(otrhopharing) bila individu tidak sadar atau bila sekresi
menumpuk disaluran napas. Obstruksi jalan napas di bagian
bawah melibatkan oklusi sebagian atau lengkap dari saluran
napas ke bronkhus dan paru-paru. Mempertahankan jalan napas
yang terbuka merupakan intervensi keperawatan yang kadangkadang membutuhkan tindakan yang tepat. Onbstruksi
sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara mengorok
selama inhalasi (inspirasi).
b. Faktor perkembangan
a. Bayi prematur: kurangnya pembentukan surfaktan.
b. Bayi dan toddler: akibat adanya infeksi saluran nafas.
c. Anak usia sekolah dan remaja: resiko infeksi saluran
pernafasan dan merokok.
yang
mengakibatkan
- Pemberian oksigen
- Teknik bernafas dan relaksasi
c. Gangguan Pertukaran Gas
- Atur posisi pasien ( posisi fowler )
- Pemberian oksigen
- Pengisapan lender
C. TERAPI
Terapi oksigen diberikan pada pasien yang mengalami gangguan ventilasi
pada seluruh area paru, pasien dengan pertukaran gas, serta mereka yang
mengalami gagal jantung dan membutuhkan terapi oksigen guna
mencegah hipoksia.
Metode Pemberian Oksigen dapat dibagi menjadi 2 tehnik, yaitu :
1. Sistem Aliran Rendah
Ditujukan untuk klien yang memerlukan oksigen, namun masih
mampu bernafas dengan pola pernafasan normal, misalnya klien
dengan Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan 16 20
kali permenit.
Contoh sistem aliran rendah adalah :
1. Kateter nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen
secara kontinyu dengan aliran 1 6 liter/mnt dengan konsentrasi
24% - 44%.
- Keuntungan
Pemberian oksigen stabil, klien bebas bergerak, makan dan
berbicara, murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai
-
kateter penghisap.
Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih dari
45%, tehnik memasukan kateter nasal lebih sulit dari pada
kanula nasal, dapat terjadi distensi lambung, dapat terjadi
iritasi selaput lendir nasofaring, aliran dengan lebih dari 6
liter/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan
selaput
lendir.
kantong
oksigen
bisa
terlipat.
Nama
Alamat
Tempat/tanggal lahir
Status
Agama
Suku bangsa/bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Hubungan dangan pasien
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Yang biasa muncul pada pasien dengan ganguan siklus O2 dan CO2 antara
lain: batuk, peningkatan produksi sputum, dipsnea, hemoptisis, wheezing,
stridor, dan nyeri dada.
keluarga.
Pasien bronchitis kronis mungkin bermukim di daerah yang tingkat
polusi udaranya tinggi. Polusi ini bukan sebagai penyebab timbulnya
penyakit tapi bisa memperberat.
Edema
Edema periorbital
3. Dada
a. Inspeksi
- simetris atau tidak
- jenis pernafasan
- retraksi dada
b. palpasi
Untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi
abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit, dan mengetahui tactil
premitus (vibrasi).
c. Perkusi
Mengkaji resonansi pulmoner, organ yang ada di sekitarnya, dan
pengembangan (ekskursi) diafragma. Ada dua suara perkusi yaitu:
- Suara perkusi normal:
Resonan (sonor) : dihasilkan pada jaringan paru normal,
TUJUAN
NOC
INTERVENSI
NIC
EVALUASI
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama x 24 jam
diharapkan bersihan jalan
napas
efektif
sesuai
dengan kriteria:
Memiliki RR dalam batas
normal
Memiliki irama
pernafasan yang normal
Mampu mengeluarkan
sputum dari jalan nafas
Bebas dari suara nafas
tambahan
Tentukan kebutuhan
suction oral dan atau
trakheal
Auskultasi suara nafas
sesudah dan sebelum
melakukan suction
Informasikan kepada
klien dan keluarga tentang
suction
Monitor status oksigen
pasien (tingkat SaO2 dan
SvO2) dan status
hemodinamik (tingkat
MAP [mean arterial
pressure] dan irama
jantung) segera sebelum,
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama.X24
jam
diharapkan pola napas
efektif dengan kriteria :
Memiliki RR dalam batas
normal
Mampu inspirasi dalam
Memiliki dada yang
mengembang
secara
simetris
Dapat bernafas dengan
mudah
Tidak menggunakan otototot tambahan dalam
bernafas
Tidak mengalami dispnea
S: pasien mengatakan
sesaknya berkurang
O: ritme nafas klien normal,
tidak adanya penggunaan
otot bantu pernafasan
A: Dx ketidakefektifan pola
nafas (dilanjutkan)
P: lanjutkan intervensi
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama .X 24 jam
diharapkan pertukaran gas
baik dengan kriteria :
Dapat bernafas dengan
mudah
Tidak mengalami dispnea
Tidak mengalami
sianosis
Tidak mengalami
somnolen
Memiliki perfusi
ventilasi yang seimbang
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama x 24 jam
diharapkan tidak terjadi
intoleransi aktivitas sesuai
kriteria:
Activity Tolerance
Frekuensi jantung dalam
rentang
normal
saat
merespon aktivitas
Frekuensi napas dalam
rentang
normal
saat
merespon aktivitas
Energy Management
Kaji perasaan verbal
tentang kecukupan energy
Kaji penyebab kelelahan
seperti nyeri, pengobatan,
dll
Monitor intake nutrisi
secara adekuat sebagai
sumber energy
Monitor laporan pola
tidur pasien serta lamanya
tidur berapa jam
Batasi
stimulasi
lingkungan seperti cahaya
Self care : Activites of dan kebisingan untuk
Daily Living (ADL)
relaksasi
Tidak dibantu makan
Anjurkan bedrest atau
Tidak dibantu berpakaian batasi kegiatan seperti
Tidak dibantu toileting
meningkatkan
waktu
Tidak dibantu mandi
periode tidur / istirahat
Tidak dibantu perawatan
Ajarkan pada pasien atau
Tidak dibantu hygiene
keluarga tanda tanda
Tidak dibantu oral kelelahan dan anjurkan
hygiene
mengurangi aktivitas.
Tidak dibantu ambulasi :
berjalan