Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan postmatur merupakan salah satu bentuk kegawatdaruratan
medis yang terjadi pada ibu hamil dan ibu yang akan bersalin. kehamilan
postmatur adalah kehamilan yang melampaui umur 294 hari (42 minggu)
dengan segala kemungkinan komplikasinya (Manuaba, 1999).
Pada umumnya, kehamilan berlangsung selama 40 minggu (280 hari)
dihitung dari HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir). Kehamilan normal (aterm)
ialah usia kehamilan antara 38-42 minggu. Namun, sekitar 3,4-14 % atau ratarata 10 % kehamilan berlangsung sampai 42 minggu atau lebih. Prevalensi ini
bervariasi bergantung pada kriteria yang dipakai oleh peneliti (Prawirohardjo,
2008).
Penentuan usia kehamilan berdasarkan rumus Neagele, dihitung dari
HPHT, jadi untuk menentukan kehamilan Postmatur harus diketahui umur
kehamilan yang tepat. Selain dari haid, penentuan umur kehamilan dapat
dibantu secara klinis dengan mengevaluasi kembali umur kehamilan dari saat
pertama kali ibu datang. Makin awal pemeriksaan kehamilan dilakukan, umur
kehamilan makin mendekati kebenaran. Pemeriksaan USG sangat membantu
taksiran umur kehamilan dan bila dilakukan sebelum trimester kedua, hasilnya
lebih akurat (FK Unpad, 2005).
Pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dari pelayanan dasar yang
terjangkau oleh seluruh masyarakat. Salah satunya berupa pelayanan
kesehatan ibu yang berupaya agar setiap ibu hamil dapat melalui kehamilan
dan persalinannya dengan selamat. Seorang perawat dituntut agar mampu
memberikan pelayanan yang tepat dan akurat. Oleh karena itu, dalam
memberikan pelayanan kesehatan perawat harus memiliki pengetahuan yang
cukup.
1.2 Tujuan
a. Mengetahui definisi dari kehamilan postmatur.
b. Mengetahui etiologi dari kehamilan postmatur.Mengetahui patofisiologi
dari kehamilan postmatur.
c. Mengetahui WOC dari kehamilan postmatur.
d. Mengetahui manifestasi klinis dari kehamilan postmatur.
e. Mengetahui pemeriksaan diagnostik untuk kehamilan postmatur.
f. Mengetahui penatalaksanaan untuk kehamilan postmatur.
g. Mengetahui komplikasi dari kehamilan postmatur.
h. Mengetahui prognosis dari kehamilan postmatur.
i. Mengetahui asuhan keperawatan dari kehamilan postmatur.
1.3 Manfaat
a. Mahasiswa mampu memahami konsep dan proses keperawatan pada klien
dengan kehamilan postmatur.
b. Mahasiswa mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat
menjadi bekal dalam persiapan praktek di rumah sakit maupun di
masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kehamilan postmatur (postterm) disebut juga kehamilan lewat
waktu/bulan merupakan kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294
hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus
Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari (Prawirohardjo, 2008).
Sedangkan menurut Manuaba (1999), kehamilan lewat waktu merupakan
kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu dan belum terjadi persalinan.
Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari hari pertama
haid terakhir.
Definisi standar untuk kehamilan lewat bulan adalah 294 hari setelah hari
pertama menstruasi terakhir, atau 280 hari setelah ovulasi. Istilah lewat bulan
(postdate) digunakan karena tidak menyatakan secara langsung pemahaman
mengenai lama kehamilan dan maturitas janin (Helen, 2007).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
kehamilan postmatur adalah kehamilan lebih dari 40 minggu.
2.2 Etiologi
Penyebab terjadinya kehamilan postterm/ postmature sampai saat ini
masih belum diketahui secara jelas. Menurut (Sarwono,2010) beberapa teori
yang diajukan di antaranya:
a. Pengaruh Progresteron
Penurunan hormon progresteron dalam kehamilan dipercaya merupakan
kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu prose
biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus
terhadap oksitosin, sehingga terjadinya kehamilan postterm adalah karena
masih berlangsungnya pengaruh progresteron.
b. Teori Oksitosin
Pemakaian okstitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan dipercaya
bahwa oksitosin secara fisiologis memgang peranan penting dalam
menimbulkan persalinan dan pelepasan okstitosin dari neurohipofisis ibu
hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu
penyebab kehamilan postterm.
c. Teori Kortisol/ ACTH Janin
Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai pemberi tanda untuk dimulainya
persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol
plasma janin. Kortisol janin akan memperngaruhi plasenta sehingga
prosuksi progresteron berkurang dan memperbesar sekresi esterogen,
selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin.
Pada cacat bawaan janin seperti anesefalus, hipoplasia adrenal janin, dan
tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol
janin tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung
lewat bulan.
d. Saraf Uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak ada tekanan
pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian
Clifford mati dan banyak yang sakit berat akibat asfiksia lahir dan aspirasi
mekonium. Berapa bayi yang bertahan hidup mengalami kerusakan otak.
Insidensi sindrom postmaturitas pada bayi berusia 41, 42, dan 43 minggu
masing-masing belum dapat ditentukan dengan pasti. Sindrom ini terjadi
pada sekitar 10 % kehamilan antara 41 dan 43 minggu serta meningkat
menjadi 33 % pada 44 minggu. Oligohidramnion yang menyertainya
secara nyata meningkatkan kemungkinan postmaturitas.
b. Disfungsi plasenta
Kadar eritroprotein plasma tali pusat meningkat secara signifikan pada
kehamilan yang mencapai 41 minggu atau lebih dan meskipun tidak ada
agar skor dan gas darah tali pusat yang abnormal pada bayi ini, bahwa
terjadi penurunan oksigen pada janin yang postterm. Janin posterm
mungkin terus bertambah berat badannya sehingga bayi tersebut luar biasa
beras pada sat lahir. Janin yang terus tumbuh menunjukan bahwa fungsi
plasenta tidak terganggu. Memang, pertumbuhan janin yang berlanjut,
meskipun kecepatannya lebih lambat, adalah cirri khas gestasi antara 38
dan 42 minggu.
c. Gawat janin dan Oligohidramnion
Alasan utama meningkatnya resiko pada janin posterm adalah bahwa
dengan diameter tali pusat yang mengecil, diukur dengan USG, bersifat
prediktif terhadap gawat janin intrapartum, terutama bila disertai dengan
ologohidramnion. Penurunan volume cairan amnion biasanya terjadi
ketika kehamilan telah melewati 42 minggu, mungkin juga pengeluaran
mekonium oleh janin ke dalam volume cairan amnion yang sudah
berkurang merupakan penyebab terbentuknya mekonium kental yang
terjadi pada sindrom aspirasi mekonium.
d. Pertumbuhan janin terhambat
Hingga kini, makna klinis pertumbuhan janin terhambat pada kehamilna
yang seharusnya tanpa komplikasi tidak begitu diperhatikan. Pertumbuhan
janin terhambat menyertai kasus lahir mati pada usia gestasi 42 minggu
atau lebih, demikian juga untuk bayi lahir aterm. Morbiditas dan mortalitas
meningkatkan secara signifikan pada bayi yang mengalami hambatan
pertumbuhan. Memang, seperempat kasus lahir mati yang terjadi pada
kehamilan memanjang merupakan bayi-bayi dengan hambatan
pertumbuhan yang jumlahnya relatif kecil ini.
e. Serviks yang tidak baik
Sulit untuk menunjukan seriks yang tidak baik pada kehamilan
memanjang karena pada wanita dengan umur kehamilan 41 minggu
mempunyai serviks yang belum berdilatasi. Dilatasi serviks adalah
indicator prognostic yang penting untuk keberhasilan induksi dalam
persalinan.
2.5 WOC (Web of Caution)
Terlampir.
2.6 Pemeriksaan diagnostic
Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan pada ibu dengan kehamilan
postmatur (Prawirohardjo, 2008), antara lain:
a. Ultrasonografi (USG)
setelah salah satu cara kimia itu dilakukan, ibu hamil akan merasakan
datangnya kontraksi
Penatalaksanaan pada bayi postmatur antara lain :
a. Bila bayi mengalami ketidakefektifan termoregulasi tindakan yang dapat
diberikan antra lain :
1) Hangatkan inkubator atau penghangat radian sebelumnya, pastikan
bahwa handuk dan atau selimut yang tipis yang telah dihangatkan telah
tersedia. Pertahankan suhu ruang bersalin pada suhu 22 C, dengan
kelembaban relatif 60%-65%.
2) Bersihkan bayi baru lahir, dari darah dan verniks yang belebihan,
khususnya yang ada di kepala, dengan handuk yang telah dihangatkan
sebelumnya
3) Letakkan bayi baru lahir di bawahpenghangat radian
4) Bungkus bayi dengan selimut yang telah dihangatkan dan pindahkan
bayi ke ibu
5) Rangkul bayi sehingga menempel pada dada ibu dan dibedong dengan
selimut yang hangat
b. Resiko cidera
1)
Evaluasi dengan alat elektronik respon denyut jantung janin terhadap
kontraksi uterus selama asuhan intrapartum
2)
Kaji kadar glukosa darah dengan menggunakan strip kimia sebelum
pemberian ASI dan sebelum 2 jam setelah kelahiran
3)
Kaji tanda-tanda hipoglikemi
4)
Ajarkan orang tua untuk memperkirakan perubahan pada kemampuan
infan
5)
Diskusikan dengan orang tua perlunya pemantauan konstan terhadap
infan
2.8 Komplikasi
Pada kondisi postmatur ini dapat terjadi beberapa komplikasi, yaitu:
a. Menurut Prawirohardjo (2008), komplikasi yang terjadi pada kehamilan
serotinus yaitu komplikasi pada janin. Komplikasi yang terjadi pada janin
seperti gawat janin, gerakan janin berkurang, kematian janin, asfiksia
neonaturum dan kelainan letak.
b. Menurut Achdiat (2004), komplikasi yang terjadi seperti kelainan
kongenital, sindroma aspirasi mekonium, gawat janin dalam persalinan,
bayi besar (makrosomia) atau pertumbuhan janin terlambat, kelainan
jangka pangjang pada bayi.
2.9 Prognosis
Pada kehamilan 43 minggu jumlah kematian janin/bayi tiga kali lebih
besar dari pada kehamilan 40 minggu karena postmaturitas akan menambah
bahaya pada janin. Pengaruh postmaturitas pada janin bervariasi: berat badan
janin dapat bertambah besar, tetap dan ada yang berkurang, sesudah kehamilan
42 minggu. Ada pula yang bisa terjadi kematian janin dalam kandungan.
BAB III
6
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Identitas klien : nama, umur, ras, gravida, alamat, dan nomor telepon,
agama,status perkawinan, pekerjaan, dan tanggal anamnesis.
b. Keluhan Utama
Menurut Manuaba (1998) dalam bukunya Ilmu Kebidanan, keluhan ibu
pada kasus postmatur adalah :
1) Kehamilan belum lahir setelah melewati 42 minggu.
2) Gerak janin makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama sekali.
3) Berat badan ibu mendatar atau menurun.
4) Air ketuban terasa berkurang.
5) Gerak janin menurun.
c. Alasan datang : alasan wanita datang ke tempat bidan/klinik, yang
diungkapkan dengan kata kata sendiri.
d. Riwayat kehamilan sekarang.
Mengkaji keluhan yang yang dirsakan pasien selama kehamilan ini.
Digunakan sebagai identifikasi masalah pasien. Banyaknya pemeriksaan
antenatal yang dilakukan.
e. Riwayat kesehatan masa lalu.
Penyakit kronis yang dapat mempengaruhi terjadinya Postterm
1) Penyakit waktu kecil dan imunisasi.
2) Tes laboratorium akhir-akhir ini terhadap penyakit infeksi.
3) Penyakit berat misal pneumonia, hepatitis, damam rematik, difteri, dan
polio.
4) Masuk rumha sakit.
5) Kecelakaan : fraktur, luka, dan lain lain.
6) Transfusi darah.
7) Kebiasan : pengguanaan alkohol,merokok
8) Pola tidur.
9) Diet.
10) Aktifitas.
11) Resiko dalam pekerjaan :posisi, tarikan, ventilasi, paparan racun
kimiawi.
12) Penyakit spesifik.
13) Pengobatan yang didapat.
f. Riwayat keluarga.
1) Usia ayah dan ibu, juga statusnya.
2) Adakah anggota keluarga yang pernah mengalami gangguan persalinan
yang sama.
g. Riwayat mestruasi
1) Umur menarche.
2) Frekuensi, jarak/siklus jika normal.
3) Lamanya.
4) HPHT, lama dan jumlah normalnya.
5) Disminore.
6) Perdarahan uterus disfungsional, misalnya spotting, menoragia, dan
lain-lain.
h. Riwayat Obstetri.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
1) Gravida/para
2) Tipe golongan darah (ABO dan Rh)
3) Kehamilan yang lalu.
a. Tanggal terminasi
b. Usia genital
c. Tempat lahir
d. Masalah obstetrik, medis dan sosial yang lain, dalam kehamilan,
dalam persalinan.
Riwayat ginekologi
1) Infeksi vagina.
2) Penyakit menular seksual
Riwayat seksual.
Pola hubungan seksual, rekuensi berhubungan, dan masalah seksual
lainya.
Riwayat pernikahan.
1) Nikah atau tidak.
2) Berapa kali menikah.
3) Berapa lama menikah.
Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis
apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi dan
apakah ada kegagalan dalam menjalankan program berKB (Sutjiati, 2010).
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
1) Kehamilan
Untuk mengetahui berapa umur kehamilan, bagaimana letak janin dan
berapa tinggi fundus uteri, apakah sesuai dengan umur kehamilan atau
tidak.
2) Persalinan
Spontan atau buatan, lahir aterm atau prematur, ada atau tidak
perdarahan, waktu persalinan ditolong oleh siapa, dimana tempat
melahirkan, ada atau tidak riwayat persalinan prematur sebelumnya.
3) Nifas
Apakah ada luka episiotomi atau robekan jalan lahir yang telah dijahit.
4) Anak
Jenis kelamin, hidup atau mati, kalau sudah meninggal pada usia
berapa dan sebab meninggal, berat badan dan panjang badan waktu
lahir.
Pola kebiasaan sehari-hari
Pola kebiasaan seharihari yang perlu dikaji adalah :
1) Pola nutrisi
Makan teratur 3 kali sehari, 1 piring nasi, lauk, sayur dan buah, minum
kurang lebih 8 gelas per hari, susu, teh dan air putih.
2) Pola Aktivitas
Apa aktivitas sehari-hari yang dilakukan ibu.
3) Pola Seksual
Untuk mengetahui apakah hubungan seksual berlangsung dengan
normal dan ada keluhan atau tidak.
4) Pola eliminasi
10
Untuk mengetahui ada hemoroid atau tidak, ada kelainan atau tidak.
3.3 Pemeriksaan penunjang
Menurut Mansjoer (2001), pemeriksaan penunjang yang perlu dialkukan
adalah :
1)
USG untuk menilai usia kehamilan, oligohidramnion, derajat maturitas
plasenta.
2)
KTG untuk menilai ada tidaknya gawat janin
3)
Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau amniotomi (tes
tanpa tekanan, dinilai apakah reaktif atau tidak dan tes tekanan
oksitosin ). Salah satu tanda dari postmaturitas adalah air ketuban yang
berwarna kehijauan yang berasal dari mekonium, menunjukkan bahwa
terjadi gawat janin.
4)
Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik > 20%
3.4 Diagnosa keperawatan
a. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
b. Resiko Cidera pada ibu berhubungan dengan bayi yang besar dan tidak
ada dilatasi serviks
c. Resiko cedera pada janin berhubungan dengan persalinan yang lama
3.5 Intervensi keperawatan
a. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
Tujuan
: meningkatkan pengetahuan keluarga klien
Kriteria hasil :
Klien merasa tenang dan optimis dengan persalinannya
- Klien dapat menggunakan teknik relaksasi distraksi atau
nafas dalam dengan efektif
- Klien mengungkapkan pemahaman situasi individu dan
kemungkinan hasil akhir klien tampak rileks
Intervensi:
1) Memberikan HE tentang kondisi klien dan penatalaksanaan
Rasional : Mengurangi ansietas
2) Berikan penguatan atas upaya keluarga untuk merawat klien
Rasional : Menyadarkan bahwa mereka telah melakukan yang etrbaik
dan untuk mempermudah proses adaptasi
3) Memberikan kesempata kepada keluarga untuk mendiskusikan
perasaan mereka
Rasional : Dengan mengungkapkan perasaan keluarga dapat
melakukan penyesuaian secara realistis terhadap masalah klien
b. Resiko Cidera pada ibu berhubungan dengan bayi yang besar dan tidak
ada dilatasi serviks
Tujuan : tidak terjadi cedera pada ibu
Kriteria Hasil : terdapat kontraksi uterus yang reguler, terjadi pembukaan
serviks
Intervensi :
1. Tinjau ulang riwayat persalinan, awitan dan durasinya
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebab,
kebutuhan pemeriksaan diagnostik dan intervensi yang tepat
2. Kaji pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronik.
11
Nama Suami
Umur
Agama
Ras
Alamat
: Tn. K
: 27 tahun
: Islam
: Jawa
: Mulyorejo
12
Pendidikan: SMA
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Pekerjaan
: Wiraswasta
Gravida : ke-1 (primigravida)
Tanggal anamnesis: 15 Maret 2014 pukul 15.00 WIB
2) Keluhan Utama
Keluhan yang paling dikeluhkan oleh Ny. Y adalah usia kehamilannya yang
sudah lebih dari 43 minggu tetapi belum terasa ingin melahirkan.
3) Alasan datang : Ny. Y ingin mengetahui kondisi kehamilannya dan
menanyakan kepada dokter apakah janinnya tidak apa- apa karena sampai
sekarang belum terasa ingin melahirkan.
4) Riwayat kehamilan sekarang.
Keluhan lain yang dikeluhkan oleh Ny. Y adalah ia merasa bahwa gerakan
janinnya semakin hari semakin berkurang. Ia juga cemas terhadapa kondisi
janinnya. Selama kehamilan ini, Ny. Y rutin untuk melakukan pemeriksaan
antenatal ke bidan puskesmas. Dari riwayat hasil pemeriksaan antenatal yang
dilakukan juga tidak ada masalah apa- apa.
5) Riwayat kesehatan masa lalu.
Tidak mempunyai penyakit masalalu yang serius, hanya batuk pilek saja. Ny.
Y juga tidak pernah mengalami kecelakaan ataupun sakit parah sebelumnya
yang mengharuskan ia MRS. Riwayat imunisasi Ny. Y saat kecil lengkap. Ia
juga imunisasi TT sebelum hamil ini.
Ny. Y merupakan ibu rumah tangga yang tidak mempunyai aktifitas berlebih.
Ia tinggal berdua bersama suaminya. Ia juga tidak mempunyai riwayat
merokok ataupun konsumsi alkohol. Selama hamil, bidan tidak menyarankan
untuk melarang makanan tertentu. Ia hanya dianjurkan untuk mengonsumsi
banyak asam folat seperti ikan untuk kesehatan bayinya.
6) Riwayat keluarga
Ayah dan ibu Ny. Y saat ini berusia 56 dan 53 tahun. Ny. Y adalah anak ke
3 dari 5 bersaudara. Diantara anggota keluarganya tidak ada yang pernah
mengalami gangguan persalinan yang sama seperti ini.
7) Riwayat mestruasi
a. Umur menarche
: 13 tahun
b. Siklus
: 28 hari
c. Lamanya
: 5-6 hari
d. Frekuensi
: teratur
e. Sifat darah
: encer
f. Disminorhoe
: kadang- kadang
g. Banyaknya
: 2 x ganti pembalut
h. HPHT
: 17 Mei 2013.
8) Riwayat Obstetri.
4) Gravida/para : Ny. Y merupakan primigravida. Adapun skor GPAPAH
nya adalah G1P0
5) Tipe golongan : Ny. Y mempunyai golongan darah B dengan Rhesus +
6) Kehamilan yang lalu
: - (pasien primigravida)
9) Riwayat ginekologi
Tidak ditemukan masalah pada ginekologi Ny. Y baik itu infeksi vagina
maupun penyakit menular seksual
10) Riwayat seksual.
13
Klien dan suami mengatakan bahwa selama ini frekuensi berhubungan dalam
seminggu adalah 2x. Tidak ada masalah dalam hubungan suami istri.
11) Riwayat pernikahan.
a) Kawin : Iya 1x dengan suami sekarang
b) Usia kawin pertama : 21 th
c) Lamanya perkawinan: 4 th
12) Riwayat keluarga berencana
Pada awal menikah pasien memutuskan untuk mengikuti KB suntik setiap 1
bulan sekali karena klien sepakat untuk menunda kehamilan dulu bersama
suaminya. Klien menggunakan KB selama 2 tahun dan kemudian berhenti
karena menginginkan anak dan baru hamil saat ini.
13) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
a. Kehamilan
Ini merupakan kehamilan pertama klien dengan keterangan sebagai
berikut: HPHT klien adalah pada tanggal 17 Mei 2013, maka saat ini usia
kehamilan klien adalah 43 minggu. Berdasarkan kartu kehamilan, letak
janin normal (membujur). Sementara itu, tinggi fundus uteri ibu adalah
37,6 cm.
b. Persalinan
Klien belum pernah mengalami persalinan ataupun abortus sebelumnya.
c. Nifas
Tidak ada bekas apapun karena klien sebelumnya belum pernah
melahirkan.
14) Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi
Makan teratur 3 kali sehari, 1 piring nasi, lauk, sayur dan buah, minum
kurang lebih 8 gelas per hari, susu, teh dan air putih.
b. Pola Aktivitas
Ibu hanya beraktifitas sebagai ibu rumah tangga dan melakukan kegiatan
sebagai istri saja seperti memasak, mencuci baju, dll. Risiko dari aktifitas
ini berupa kelelahan.
c. Pola Seksual
Selama ini pola seksual klien dengan suami berjalan lancar. Akan tetapi
memasuki bulan ke-8 kehamilan klien dan suami sepakat untuk
mengurangi kegiatan seksual mereka.
d. Pola eliminasi
Pola BAB = 1-2x sehari, pola BAK : 5-8x sehari dengan intake cairan
2L
e. Perokok dan pemakai obat-obatan.
Tidak ada riwayat merokok ataupun pemakai obat maupun alkohol.
PEMERIKSAAN
A. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum.
Saat melakukan pemeriksaan ke rumah sakit ibu dalam keadaan sehat
dan sadar penuh.
2) Kesadaran.
Kesadaran composmentis
14
3) Tekanan darah.
Hasil pemeriksaan tekanan darah adalah 120/80 mmHg.
4) Suhu.
Hasil pemeriksaan TTV untuk suhu tubuh adalah 36 0 C.
5) Denyut nadi.
Hasil pemeriksaan TTV untuk denyut nadi adalah 80x/ menit.
6) Respirasi.
Hasil pemeriksaan TTV untuk RR adalah 18x/ menit.
7) Berat badan.
Selama hamil ini ibu mengalami panambahan berat badan sebesar 11
Kg dari 59Kg menjadi 70 Kg.
8) Tinggi badan.
Tinggi badan ibu adalah 163cm dan bukan termasuk golongan
beresiko.
9) Lila.
Hasil pengukuran lingkar lengan atas ibu adalah 23,5 cm
B. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
a) Rambut
: rambut berwarna hitam, tebal dengan distribusi
yang merata di kepala.
b) Muka
: muka terlihat agak pucat karena ibu terlihat
tegang.
c) Mata
: Conjungtiva anemis.
d) Hidung
: tidak ditemukan polip
e) Telinga
: bentuk telingan normal dan keadaan telinga bersih
bebas dari serumen.
f) Mulut
: mulut terlihat lembab, bersih dan tidak ada caries
maupun karang gigi.
2) Leher
Tidak terdapat pembesaran vena jugularis, kelenjar limfe maupun
kelenjar tiroid.
3) Dada dan axilla
a) Mamae
: pembesaran simetris, areola mammae coklat,
puting susu menonjol, colostrum tidak ada.
b) Axilla
: tidak ada tumor ataupun nyeri tekan.
4) Ekstremitas
Ekstremitas tungkai simetris, tidak ada edema pada ekstremitas.
Varices (-).
C. Pemeriksaan khusus obstetri
Inspeksi
1. Inspeksi
Terdapat pembesaran abdomen sesuai umur kehamilan dengan
striae nigra dan juga linea livide.
2. Palpasi
a. Tinggi fundus uteri
Tinggi fundus uteri saat diukur di kartu kehamilan saat periksa
seminggu yang lalu adalah 37,6 cm. Berdasarkan kartu kehamilan
tersebut juga didapatkan data sebagai berikut:
15
Leopold I
: tinggi fundus uteri hampir mencapai payudara,
bagian pada fundus adalah kepala dengan persentase melenting.
Leopod II
: bentuk/ posisi janin normal dengan punggung
berada di sisi kiri ibu.
Leopold III
: janin sudah masuk PAP
Leopold IV : kepala janin sudah berada di PAP
HIS / Kontraksi
Ny. Y tidak merasa ada his walaupun kehamilan sudah mencapai 43
minggu ini.
Tafsiran berat
Tafsiran berat saat ini: (TFU-11)x 155= (37,6- 11) x 155= 4123
gram.
D. Pemeriksaan dalam anogenital
1) Perineum
: kaku
2) Dinding Vagina
: Cekung
3) Ujung sacrum
: Masih teraba
4) Portio
: Masih tebal
5) Konsistensi
: tidak lembut
6) Pembukaan
7) Ketuban
8) Anus
E. Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaaan penunjang dengan USG didapatkan hasil normal, tidak
ada oligohidroamnion dan janin sudah masuk PAP serta tidak ditemukan
kegawatan pada janin. Dan pada pemeriksaan sitologi vagina dengan
indeks kariopiknotik > 20%.
ANALISA DATA
No Data
1 DS : ibu terlihat
sering bertanya dan
mengatakan ia
cemas terhadap
kondisi bayinya
DO:
Etiologi
post- matur
Cemas terhadap
kondisi janinnya
Masalah keperawatan
Ansietas
16
2.
DS: ibu
mengatakan bahwa
ia tidak merasakan
adanya kontraksi
pada rahimnya.
DO: tidak
ditemukan tandatanda kontraksi/
pun dilatasi serviks
padahal sudah
memasuki minggu
ke 43.
Hasil pemeriksaan
BJJ sekitar 4000
gram
3.
DS: ibu
mengatakan tidak
mengalami
kontraksi dan
gerakan janinnya
melemah dari hari
ke hari.
DO: hasil
pemeriksaan
penunjang masih
menunjukkan
gerakan janin dan
janin sudah masuk
PAP tetapi janin
belum ingin keluar
Ansietas
Post- matur
Resiko Cidera pada
ibu
Belum ada dilatasi
serviks
Seharusnya sudah
memasuki kelahiran
Post- matur
Resiko cedera pada
janin
Minggu ke 43 belum
ada kontraksi
Persalinan lama
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
2) Resiko Cidera pada ibu berhubungan dengan bayi yang besar dan tidak
ada dilatasi serviks
3) Resiko cedera pada janin berhubungan dengan persalinan yang lama
INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
17
Tujuan
: meningkatkan pengetahuan keluarga klien
Kriteria hasil :
Klien merasa tenang dan optimis dengan persalinannya
- Klien dapat menggunakan teknik relaksasi distraksi atau
nafas dalam dengan efektif
- Klien mengungkapkan pemahaman situasi individu dan
kemungkinan hasil akhir klien tampak rileks
Intervensi:
1) Memberikan HE tentang kondisi klien dan penatalaksanaan
Rasional : Mengurangi ansietas
2) Berikan penguatan atas upaya keluarga untuk merawat klien
Rasional : Menyadarkan bahwa mereka telah melakukan yang etrbaik
dan untuk mempermudah proses adaptasi
3) Memberikan kesempata kepada keluarga untuk mendiskusikan
perasaan mereka
Rasional : Dengan mengungkapkan perasaan keluarga dapat
melakukan penyesuaian secara realistis terhadap masalah klien
b. Resiko Cidera pada ibu berhubungan dengan bayi yang besar dan tidak
ada dilatasi serviks
Tujuan : tidak terjadi cedera pada ibu
Kriteria Hasil : terdapat kontraksi uterus yang reguler, terjadi pembukaan
serviks
Intervensi :
1) Tinjau ulang riwayat persalinan, awitan dan durasinya
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebab,
kebutuhan pemeriksaan diagnostik dan intervensi yang tepat
2) Kaji pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronik.
Rasional : disfungsi kontraksi memperlemah persalinan,
meningkatkan resiko komplikasi maternal atau janin.
3) Catat kondisi serviks , Pantau tanda amnionitis
Rasional : serviks kaku atau tidak siap tidak akan dilatasi akan
menghambat penurunan janin.
4) Tetap bersama klien, berikan lingkungan yang tenang sesuai indikasi.
Rasional : reduksi rangsangan dari luar mungkin perlu untuk
memungkinkan tidur dan menurunkan tingkat ansietas pada ibu
5) Induksi persalinan dengan oksitosin
Rasional : Oksitosin memberikan rangsangan terjadinya His
c. Resiko cedera pada janin berhubungan dengan persalinan yang lama
Tujuan : resiko cedera pada janin akan berkurang
Kriteria Hasil : tidak ada distres janin, bayi lahir tanpa trauma
Intervensi :
1) Kaji DJJ secara manual atau electronic
Rasional : Mendeteksi respon abnormal, seperti bradikardi,thakikardi
yang mungkin disebabkan stress, hipoksia dan asidosis
2) Kaji malposisi dengan menggunakan maneuver Leopold dan temuan
pemeriksaan internal.
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kehamilan postmatur (postterm) disebut juga kehamilan lewat waktu/bulan
merupakan kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau
lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus Naegele dengan
siklus haid rata-rata 28 hari. Penyebab terjadinya kehamilan postterm/
postmature sampai saat ini masih belum diketahui secara jelas. Namun ada
berbagai teori yang berkembang antara lain : pengaruh progresteron, pengaruh
oksitosin, kortisol, saraf uterus dan herediter. Pada partus postmatur tandatandanya Gerakan janin yang jarang, yaitu secara subjektif kurang dari 7 kali/
20 menit atau secara objektif dengan KTG (karditopografi) kurang dari 10
kali/ 20menit. (Echa, 2012).
4.2 Saran
Melalui makalah ini diharapkan mahasiswa keperawatan dapat memberikan
asuhan keperawatan yang tepat dan baik karena telah mengetahui
penyebabnya serta cara pencegahan maupun pengobatannya terhadap klien
dengan partus postmature.
19
DAFTAR PUSTAKA
Achdiat, C. M. (2004). Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.
Ahyl, Evha Vella. 2012. Postmatur. Diambil melalui http://id.scribd.com/doc pada
tanggal 18 Maret 2014
Bayu.
2009.
Landasan
Teori
Seronitus.
Diambil
melalui
http://thieryabdee.wordpress.com/2009 pada tanggal 18 Maret 2014
20
21