PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa. Masa
remaja ini terdiri dari tiga sub fase yaitu masa remaja awal (usia 11-14 tahun),
masa remaja pertengahan (usia 15-17 tahun) dan masa remaja akhir (usia 18-20
tahun). Masa ini sering disebut dengan masa pubertas (Wong, 2008 dalam Johar,
et al. 2013). Saat pubertas, pada perempuan biasanya antara usia 9 hingga 16
tahun, terjadi perubahan sistem reproduksinya. Berkembangnya seks sekunder dan
primer yang berkarakteristik adalah akibat pengaruh hormon estrogen. Tanda
pubertas eksternal dilihat dari puting dan payudara yang berkembang dan areola
yang membesar, tumbuhnya rambut aksila dan pubis, panggul melebar, yang
berkembang dengan cepat. Uterus dan ovarium juga berkembang dengan matang
(Price dan Wilson, 2006).
Perubahan fisiologis pada masa remaja menurut Wong (2008 dalam Johar,
et al. 2013) merupakan hasil aktivitas hormonal di bawah pengaruh sistem saraf
pusat. Adanya perubahan ini dapat menimbulkan masalah. Salah satu masalah
tersebut adalah adanya keputihan. Keputihan atau flour albus adalah kondisi
vagina saat mengeluarkan cairan atau lendir menyerupai nanah yang disebabkan
oleh kuman. Faktor hormonal, kebersihan, dan suasana pH vagina ikut
memengaruhi munculnya gejala keputihan (Prayitno, 2014). Menurut Wong
(2008, dalam Johar, et al. 2013) juga mengatakan pada masa itu terjadi
peningkatan hormon estrogen. Hal ini juga menyebabkan peningkatan jumlah
lendir pada vagina.
Keputihan menjadi salah satu tanda atau gejala adanya kelainan pada
organ reproduksi remaja (Prayitno, 2014). Organ reproduksi merupakan salah satu
organ tubuh yang sensitif dan memerlukan perawatan khusus. Pengetahuan dan
perawatan yang baik merupakan faktor penentu dalam memelihara kesehatan
reproduksi. Apabila dalam hal ini pengetahuan remaja kurang dan perawatannya
kurang baik maka akan menimbulkan berbagai dampak bagi kesehatan organ
genetalia itu sendiri.
Perilaku higiene yang tidak baik dapat menimbulkan beberapa dampak
yaitu keputihan atau flour albus, bau tidak sedap, dll (Manan,2011 dalam
Indrawati, 2013). Dampak yang ditimbulkan ini diakibatkan oleh perilaku buruk
dalam menjaga kebersihan genetalia, seperti mencuci dengan air kotor, memakai
produk pembersih vagina yang dapat membunuh flora normal di daerah vagina,
menggunakan celana dalam yang tidak menyerap keringat, cara cebok yang salah,
tidak sering mengganti pembalut pada saat menstruasi. Jadi, pengetahuan dan
perilaku dalam menjaga kebersihan daerah genetalia merupakan faktor penting
dalam pencegahan keputihan.
Penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa kurangnya perilaku
higienis organ genitalia dapat menimbulkan berbagai penyakit misalnya kanker
rahim. Berdasarkan data dari badan kesehatan Dunia (WHO), kanker serviks
merupakan kanker nomor dua terbanyak pada perempuan berusia 15-45 tahun.
Kasus kanker serviks meningkat setiap tahunnya di Indonesia. Salah satu faktor
penyebab kanker serviks yaitu kurangnya personal higiene pada organ genetalia.
Hal tersebut dibuktikan dari hasil penelitian yang dilakukan di RSUP Dr. Kariadi
yang menyebutkan bahwa sebanyak 87,10% memiliki personal higiene yang
kurang baik dan adanya kejadian kanker serviks stadium 3 yaitu sebanyak 58,1%.
perawatan
dan
kesehatan
organ
reproduksinya.
Remaja
saat dewasa akan berpotensi mengalami gangguan kesehatan pada masa hamil dan
melahirkan sehingga akan menambah angka kesakitan dan kematian ibu serta bayi
yang dilahirkannya. Dalam melakukan perawatan organ reproduksi perlu adanya
pemberian informasi yang lengkap dan tepat pada remaja putri akan pentingnya
menjaga kebersihan diri terutama organ reproduksi.
Johar, et al. (2013) mengatakan remaja putri perlu dilakukan pemberian
informasi bagaimana personal higiene genetalia yang baik dan benar. Informasi
yang tepat diharapkan agar pengetahuan remaja putri meningkat. Menurut
Notoatmodjo (2007, dalam Indrawati, 2012) pengetahuan merupakan hasil dari
tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek
tertentu. Pengetahuan merupakan salah satu hal yang sangat mempengaruhi
terbentuknya perilaku seseorang. Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui
penyuluhan baik secara individu maupun kelompok, untuk meningkatkan
pengetahuan kesehatan yang bertujuan tercapainya perubahan perilaku dalam
upaya mewujudkan derajat kesehatan optimal.
Perubahan-perubahan perilaku pada diri seseorang dapat diketahui melalui
persepsi. Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, dan sebagainya. Setiap orang mempunyai persepsi yang
berbeda meski objeknya sama (Notoatmodjo, 2007). Pengalaman yang didapatkan
dari informasi melalui penyuluhan atau pendidikan kesehatan diharapkan dapat
memberikan efek persepsi yang positif bagi remaja putri. Semakin banyak remaja
putri yang memiliki persepsi positif terhadap kebersihan alat reproduksi, semakin
baik pula tindakan menjaga kebersihan alat reproduksinya (de Jong, et al. 2012).
SMAN 1 Pakusari terletak di tepi jalan raya Pakusari. Sekolah tersebut
merupakan sekolah dengan sarana prasarana lengkap. Internet sebagai media
penunjang siswa untuk memperoleh pengetahuan bisa diakses setiap saat. Dari
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengidentifikasi pengaruh pendidikan kesehatan terhadap persepsi
tentang kebersihan daerah genetalia pada remaja putri di SMAN 1
Pakusari Kabupaten Jember.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi persepsi tentang kebersihan daerah genetalia
sebelum diberikan pendidikan kesehatan pada remaja putri di
SMAN 1 Pakusari Kabupaten Jember.
b. Mengidentifikasi persepsi tentang kebersihan daerah genetalia
setelah diberikan pendidikan kesehatan pada remaja putri di SMAN
1 Pakusari Kabupaten Jember.
c. Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan terhadap persepsi
tentang kebersihan daerah genetalia pada remaja putri di SMAN 1
Pakusari Kabupaten Jember.
D. Manfaat
Penelitian ini bermanfaat bagi:
1. Remaja putri
Penelitian ini diharapkan remaja putri mengetahui tentang cara menjaga
kebersihan organ reproduksinya dengan baik dan benar sehingga sejak
dini dapat mencegah penyakit-penyakit yang berhubungan dengan organ
reproduksi.
2. Instansi pendidikan