Anda di halaman 1dari 7

3.

KEJANG

3.1.1

Definisi
Kejang adalah manifestasi klinis khas yang berlangsung secara intermitten

dapat berupa gangguan kesadaran, tingkah laku, emosi, motorik, sensorik, dan atau
otonom yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik yang berlebihan di neuron
otak.1,2
3.1.2

Kriteria kejang
Diagnosis kejang ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan

penunjang, sangat penting membedakan apakah serangan yang terjadi adalah kejang
atau serangan yang menyerupai kejang. Perbedaan diantara keduanya adalah pada
tabel 1 berikut:
Tabel 1. Perbedaan anatara kejang dan serangan yang menyerupai kejang.

3.1.3

Klasifikasi kejang
Setelah diyakini bahwa serangan ini adalah kejang, selanjutnya perlu

ditentukan jenis kejang. Saat ini klasifikasi kejang yang umum digunakan adalah

berdasarkan Klasifikasi International League Against Epilepsy of Epileptic Seizure


[ILAE] 1981, yaitu dapat dilihat pada tabel 2 berikut:
Tabel 2. Klasifikasi kejang.2,3,4

Klasifikasi kejang
I. Kejang Partial

Manifestasi
- Kejang dengan kesadaran utuh
- Dimulai pada korteks serebrum
- Gejala tergantung pd lokasi dikorteks motorik/sensorik

Kejang Parsial Sederhana

- Fokus di satu bagian. Tapi, dapat menyebar ke bag.lain


Kesadaran tidak terganggu; dapat mencakup satu atau lebih hal berikut
ini:
-

Tanda-tanda motoriskedutaan pada wajah. Tangan, atau salah


satu sisi tubuh : umumnya gerakan kejang yang sama.

Tanda atau gejala otonomikmuntah berkeringat, muka merah,


dilatasi pupil.

Gejala somatosensoris atau sensoris khususmendengar musik,


merasa seakan jatuh dari udara, parestesia.

Kejang parsial kompleks

Gejala psikikdejavu, rasa takut, sisi panoramic.

Biasanya berlangsung kurang dari 1 menit


Terdapat gangguan kesadaran. Walaupun pada awalnya sebagai
kejang parsial simpleks.

Dapat

mencakup

otomatisme

atau

gerakan

aromatic

mengecapkan bibir, mengunyah, gerakan mencongkel yang


berulang-ulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya.

II. Kejang

Umum/

Generalisata

Dapat tanpa otomatisme-tatapan terpaku.

Biasanya berlangsung 1-3 menit


Hilangnya kesadaran

Melibatkan seluruh korteks serebrum dan diensefalon

Tidak ditandai awitan aktivitas kejang yg bilateral ,fokal dan


simetrik

KejangAbsens/pettit mal

Muncul tanpa aura (gejala)

Gangguan kewaspadaan dan responsivitas.

Tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15


detik.

Awitan dan akhiran cepat, (setelah itu kembali waspada dan


berkonsentrasi penuh.)

Kejang Mioklonik

Umumnya dimulai pada usia antara 4 dan 14 tahun dan sering


sembuh dengan sendirinya pada usia 18 tahun.
Kedutaan-kedutaan involunter pada otot atau sekelompok otot
yang terjadi mendadak.

Kejang

MioklonikLanjutan

Kontraksi mirip syok dan terbatas dibeberapa otot atau tungkai


Sering terlihat pada orang sehat selama tidur, tetapi bilapatologik,
berupa kedutaan-kedutaan sinkron dari leher, bahu, lengan atas
dan kaki.

Umumnya berlangusung kurang dari 15 detik dan terjadidi dalam


kelompok.

Kejang Tonik-Klonik

Kehilangan kesadaran hanya sesaat

Diawali dengan hilangnya kesadaran dan saat tonik, kaku umum


pada otot ektremitas, batang tubuh, dan wajah, yang langsung
kurang dari 1 menit.

Dapat disertai dengan hilangnya kontrol kandung kemih dan usus.

Tidak ada respirasi dan sianosis

Saat tonik diikuti dengan gerakan klonik pada ekstremitas atas


dan bawah.

letargi, konfusi, dan tidurdalamfase postical

Tonik

a.

Tonus otot wajah dan tubuh bag. Atas meningkat mendadak


(menjadi kaku)

Klonik

Kejang Atonik

b.

Fleksi lengan

c.

Ekstensi tungkai

d.

Mata dan kepala berputar ke satu sisi

e.

Dapat menyebabkan henti nafas.


Gerakan menyentak

Repetitif, tajam, lambat dan tunggal (multipel dilengan), tungkai,

f.

dan torso.
Hilangnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan
kelopak mata turun, kepala menunduk atau jatuh ke tanah.

Singkat, dan terjadi tanpa peringatan.

Tabel 3. Klasifikasi kejang.2,3,4


3.1.4

Etiologi kejang
Langkah selanjutnya, setelah diyakini bahwa serangan saat ini adalah kejang

adalah mencari penyebab kejang. Penentuan faktor penyebab kejang sangat


menentukan untuk tatalaksana selanjutnya, karena kejang dapat diakibatkan berbagai
macam etiologi. Adapun etiologi kejang yang tersering pada anak dapat dilihat pada
tabel 4 berikut:

Tabel. 4. Penyebab tersering kejang pada anak. 2,3,4

Etiologi kejang menurut usia:


1. Neonatus

:Infeksi, perdarahan intrakranial, malformasi otak, asfiksia


neonatorum, hiperbilirubinemia, meabolik (hipoglikemia dan
defisiensi piridoksin), prematuritas.

2.Bayi dan Anak

:Kejang demam, epilepsi, infeksi, idiopatik, gangguan elektrolit


(hiponatremia, hipernatremia dan hipokalsemia), keracunan
teofilin, alkohol, kokain, hipoglikemia, gangguan asam basa,
defisiensi piridoksin, genetik, penghentian OAE mendadak,
tumor otak, perdarahan intrakranial dan idiopatik.

3. Dewasa muda

:Trauma, tumor, genetik, idiopatik, alkoholisme/ NAPZA.

4. Dewasa lanjut

:CVD, metabolik, tumor, degeneratif.2,3,4

Secara umum penyebab kejang dapat dibagi menjadi :


Gambar 1. Etiologi kejang.2,3,4

Pada bayi-bayi kecil seringkali gejala meningitis tidak jelas, sehingga pungsi
lumbal harus dilakukan pada bayi berumur kurang dari 6 bulan dan dianjurkan untuk
yang berumur kurang dari 18 bulan. Berdasarkan penelitian, cairan serebrospinal yang
abnormal umumnya diperoleh pada anak dengan kejang demam yang:
- Memiliki tanda peradangan selaput otak (contoh: kaku kuduk)
- Mengalami komplex partial seizure
- Kunjungan ke dokter dalam 48 jam sebelumnya (sudah sakit dalam 48 jam
sebelumnya)
- Kejang saat tiba di IGD
- Keadaan post ictal (pasca kejang) yang berkelanjutan. Mengantuk hingga sekitar 1
jam setelah kejang demam adalah normal.
- Kejang pertama setelah usia 3 tahun.
Pada anak dengan usia lebih dari 18 bulan, pungsi lumbal dilakukan jika
tampak tanda peradangan selaput otak, atau ada riwayat yang menimbulkan
kecurigaan infeksi sistem saraf pusat. Pada anak dengan kejang demam yang telah
menerima terapi antibiotik sebelumnya, gejala meningitis dapat tertutupi, karena itu
pada kasus seperti itu lumbal pungsi sangat dianjurkan untuk dilakukan.8,9
Pada bayi kecil, klinis meningitis tidak jelas, maka tindakan pungsi lumbal
dikerjakan dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Bayi < 12 bulan

: diharuskan.

2. Bayi antara 12 18 bulan

: dianjurkan.

3. Bayi > 18 bulan

: tidak rutin, kecuali bila ada tanda-tanda

meningitis.
Bila secara klinis yakin bukan meningitis, maka tidak perlu dilakukan pungsi
lumbal.8,9

EEG dapat memperlihatkan gelombang lambat di daerah belakang


yang yang bilateral, sering asimetris, kadang-kadang unilateral. Perlambatan
ditemukan pada 88% pasien bila EEG dikerjakan pada hari kejang dan
ditemukan pada 33% pasien bila EEG dilakukan tiga sampai tujuh hari setelah
serangan kejang. Saat ini pemeriksaan EEG tidak dianjurkan untuk pasien kejang
demam sederhana.9
Pemeriksaan

elektroensefalografi

(EEG)

tidak

dapat

memprediksi

berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien


kejang demam. Oleh karenanya, tidak direkomendasikan. Pemeriksaan EEG masih
dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas. Misalnya kejang
demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal.9

Anda mungkin juga menyukai