Disusun oleh:
Nama
NIM
: 41308120048
LEMBAR PENGESAHAN
Nama
NIM
: 41308120048
Tugas
Judul
PIPE)
(SPIRAL WELDED
MENGACU
PADA
Dosen Pembimbing
Teknik Mesin
KATA PENGNTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang
menyelesaikan laporan kerja praktek dengan judul Proses Produksi Pipa Spiral
Dengan Lasan (Spiral Welded Steel Pipe) Mengacu Pada Standard ASTM A 252
PT. Swarna Bajapacific. Kerja praktek ini merupakan salah satu mata kuliah yang
wajib ditempuh oleh Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas
Mercu Buana. Dalam penulisan laporan ini penulis mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak, yaitu:
1. Bapak Pandu L. Salam, selaku Direktur utama PT. Swarna Bajapacific.
2. Bapak Jonet Darmono, selaku HRD Manager PT. Swarna Bajapacific.
3. Bapak Nanang Ruhiyat, selaku koordinator dan pembimbing kerja praktek.
4. Bapak Ade Indra, selaku pembimbing kerja praktek di PT. Swarna
Bajapacific.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kerja praktek ini jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis membuka diri untuk menerima kritik dan saran
yang dapat membangun dan memotifasi untuk dapat menghasilkan karya yang lebih
baik dan bermanfaat. Akhir kata penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi
penulis sendiri dan rekan-rekan mahasiswa di Jurusan Teknik Mesin sebagai
tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan sebagai pertimbangan dalam perbaikan
produksi.
Jakarta, Mei 2011
Penulis
ii
Teknik Mesin
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI ..iii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..1
1.2. Maksud dan Tujuan.. 2
1.3. Rumusan Masalah. 2
1.4. Batasan Masalah 2
1.5. Metodologi Penulisan 3
BAB II : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah dan Latar Belakang Pendirian Perusahaan... 4
2.2. Visi, Misi dan Kebijakan Mutu dan Lingkungan Perusahaan... 5
2.2.1. Nilai Pelanggan... 5
2.2.2. Nilai Karyawan... 6
2.2.3. Nilai Pemegang Saham... 7
2.3. Ruang Lingkup Sistem Manajemen Mutu..7
2.4. Sistem Organisasi...8
iii
Teknik Mesin
BAB IV : PEMBAHASAN
4.1. Diagram Alir Proses Produksi.32
iv
Teknik Mesin
Teknik Mesin
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Kualitas suatu produk baik barang atau jasa merupakan hal yang mutlak untuk
dipenuhi oleh produsen sebagai pihak penghasil produk. Mutu produk teruji dan
berkualitas tinggi merupakan modal dasar bagi produsen agar dapat bersaing dengan
produsen lain dalam mempartahankan kepercayaan konsumen terhadap produk
tersebut. Suatu produk dapat dikatan berkualitas apabila telah memenuhi standarstandar yang telah ditetapkan dan disepakati sebagai standar untuk produk. Ada
berbagai macam standar yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk menghasilkan
produk yang berkualitas, baik standar yang bersifat nasional, regional maupun standar
internasional sesuai dengan tujuan dan pasar yang ingin dicapai oleh perusahaan
sebagai produsen penghasil produk.
PT. Swarna Bajapacific perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur
dengan produk utama pipa spiral dengan lasan (spiral welded steel pipe). Pipa spiral
merupakan salah satu komoditas industri yang dengan berbagai macam kegunaan.
Biasanya pipa spiral banyak dipergunakan sebagai pipa saluran air (water pipe) dan
pipa pancang (pipe pile) untuk konstruksi pelabuhan atau dermaga. Proses produksi
pipa spiral pada prinsipnya merupakan proses pembentukan logam (metal forming
process), yaitu dengan cara memberikan gaya pembentukan terhadap material dasar
sehingga material mengalami deformasi plastis. Selanjutnya material yang telah
terdeformasi dipertahankan bentuknya melalui proses pengelasan, sehingga terbentuk
produk pipa spiral yang utuh.
Agar dapat menghasilkan produk pipa spiral bermutu dan memenuhi standar
internasional, maka PT. Swarna Bajapacific mengacu pada standar ASTM A 252.
Standar ASTM A 252 merupakan standar mutu untuk produk pipa pancang (pipe
Teknik Mesin
pile). Standar ini memuat berbagai ketentuan seperti komposisi kimia material,
toleransi dimensi dan berbagai pengujian yang dibutuhkan untuk menghasilkan
produk pipa spiral yang bermutu.
1.2.
sebagai berikut:
1. Agar dapat mengetahui dan memahami proses kerja pembentukan logam
(metal forming process) yang diaplikasikan dalam proses produksi pipa spiral.
2. Agar dapat mengetahui dan memahami alur proses produksi pipa spiral mulai
dari bahan baku (raw material) hingga produk jadi.
Adapun tujuan penulisan laporan kerja praktek ini adalah sebagai berikut:
1. Agar dapat memahami dan mengembangkan serta menuangkan hasil kerja
praktek dalam bentuk tulisan dengan tata bahasa yang tepat.
2. Sebagai latihan untuk mengemukakan pemikiran secara sistematis.
1.3.
Rumusan Masalah
Proses produksi pipa spiral di PT. Swarna Bajapacific merupakan salah satu
rekayasa teknik dalam pembentukan material yang berupa lembaran pelat gulungan
dan dibentuk menjadi pipa spiral. Secara khusus dilakukan pengamatan pada urutanurutan proses tersebut.
1.4.
Batasan Masalah
Mengingat pipa yang diproduksi di PT. Swarna Bajapacific adalah berbagai
ukuran, maka untuk membatasi agar pembahasan tidak terlalu meluas, penulisan
laporan ini hanya difokuskan pada proses produksi pipa spiral yang mengacu pada
standar ASTM A 252 untuk ukuran 609,6 mm x 12 mm x 12 m dan lebar bahan 760
mm.
Universitas Mercu Buana
1.5.
Teknik Mesin
Metodologi Penulisan
Metodologi yang digunakan dalam penulisan laporan ini adalah:
1. Metodologi observasi
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data-data teknis berdasarkan
pengamatan di lapangan, serta wawancara dengan pihak-pihak yang
terlibat dalam pelaksanaan proses.
2. Metodologi perpustakaan
Metode ini dilaksanakan dengan cara mencari buku-buku referensi yang
relevan terhadap topik yang yang dibahas.
Untuk memudahkan penyusunan, laporan ini disusun dalam sistematika
sebagai berikut:
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
Teknik Mesin
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Teknik Mesin
terus meningkatkan kualitas produk. Ruang lingkup yang dicapai dari standar sistem
manajemen mutu adalah untuk dua produk utama perusahaan berupa :
1. Pipa baja spiral.
2. Atap gelombang
2.2 Visi, Misi dan Kebijakan Mutu dan Lingkungan Perusahaan
PT. SBP mempunyai visi dan misi :
Visi
Misi
Teknik Mesin
Kemampuan kerja
Memberikan pelatihan secara berkesinambungan untuk meningkatkan
kualitas dan produktifitas kerja.
Kemampuan teknologi
Menggunakan teknologi dan mesin terkini untuk meningkatkan kecepatan
dan ketepatan produksi.
Kemampuan manajemen
Memberikan pelatihan pengembangan kemampuan manajemen untuk
memupuk kualitas kepemimpinan dan kepuasan kerja.
Kemampuan biaya
Menumbuhkan kesadaran akan penghematan biaya dengan cara yang
efisien.
Kesadaran mutu
Mensosialisasikan kebijakan dan sasaran mutu kepada seluruh lapisan
karyawan untuk menumbuhkan kesadaran peranan dan kontribusi mereka
terhadap pencapaian kepuasan pelanggan.
Kebijakan harus didukung sampai kepada tingkat operasional perusahaan.
Artinya setiap bagian yang terlibat harus mampu menjabarkan kebijakan
ini kedalam bentuk target yang terukur serta rencana kerja /strategi untuk
mencapainya. Strategi yang dipakai menggunakan filosofi BMW;
B
: Biaya murah.
: Mutu baik.
Teknik Mesin
2.4.
Teknik Mesin
Struktur Organisasi
Bentuk struktur organisasi PT. SBP adalah struktur organisasi campuran,
yaitu gabungan antara struktur organisasi produk dan fungsional. Struktur organisasi
PT. SBP terbagi 2 tempat yaitu struktur organisasi kantor yang berlokasi di Jakarta
dan struktur organisasi pabrik yang berlokasi di tangerang.
Struktur organisasi kantor Jakarta
Teknik Mesin
Direktur
Utama
Ka Div
HRD /
Ka Div
Quality
Ka Bag
nt ro l ry
Pr od.
Co
MR
Ka D iv
Fa cto
Roof
Adm . QC
Staff
Koord.
Auditor/
Inspect
In sp ect
Inspect
Fin al
Inspe ct
Inspect
Ba g Adm
Sa tpam
St aff
BB
Ms Sp
Fin ish
I nspect
Coat ing R oofing
Gud ang Pabrik
Pabrik
ISO &
Sp
K-3
Kebersi han,
Ka Bag
Ka
Gudang
Bb,Bj
Anggota
Adm Bb/
C rane/
Adm
Perb. Umum
Sa tpam
Op erator
STRUKTUR ORGANISASI
PABRIK PT. SWARNA
BAJAPACIFIC Lampiran : 3
Helper
Bj
Forklif
Helper
Direktur
Utama
Ka Div
Factory
Ka Bag
PPC
Pipa
Adm.
Adm.
PPC
Produksi
Bevel
Vernis
Bevel
Ka Bag
Ka Bag
Prod
Pipa
Mainte
nance
Welder
Uncoiler
Joint
Welding
Material
In/Out
Cutting
Ayak
Adm
Mainte
Power
Flux
Mtn
nance
House
BAB III
LANDASAN TEORI
Proses pembentukan sekunder, proses lebih lanjut yang dihasilkan oleh proses
primer, atau proses final. Contoh, penarikan kawat, penarikan dalam, dan
pembuatan
Secara makrokopis, deformasi dapat dilihat sebagai perubahan bentuk dan ukuran.
Deformasi dibedakan atas deformasi elastis dan plastis. Deformasi elastis, perubahan
bentuk yang terjadi bila ada gaya yang berkerja, serta akan hilang bila bebannya
ditiadakan (benda akan kembali kebentuk dan ukuran semula). Deformasi plastis,
perubahan bentuk yang permanen, meskipun bebannya dihilangkan.
1. Dislokasi sisi, (garis dislokasi tegak lurus terhadap vektor slipnya, dan arah
gerakan dislokasi searah dengan vektor burgernya).
2. Dislokasi ulir, (garis dislokasi searah dengan vektor burger, arah gerakan
dislokasi tegak lurus terhadap vektor burger).
Pengaruh pengerjaan dingin terhadap sifat logam adalah, deformasi akan
menyebabkan naiknya kekerasan, naiknya kekuatan, tatapi disertai dengan
turunyanya keuletan. Untuk mengembalikan logam kesifat semula (lunak dan ulet)
perlu dilakukan proses pemanasan terhadap benda kerja yang telah mengalami
pengerjaan dingin. Pengaruh pemanasan setalah pegerjaan dingin, perubahan sifat
akibat pemanasan tergantung pada temperatur dan waktu pemanasan. Prinsip
dasarnya ialah bahawa pemanasan terhadap benda kerja yang telah mengalami
deformasi akan menurunkan kerapatan dislokasinya. Pemanasan pada daerah yang
dibawah temperatur rekristalisasai akan menyebabkan dua hal :
1. Terjadinya gerakan dislokasi difusi yang disebut gerakan memanjat
(climb).
2. Adanya pengaturan kembali susunan dislokasi yang tadinya kurang teratur
menajdi lebih teratur, peristiwa ini disebut poligonisasi.
Hubungan deformasi dengan dislokasi adalah sebagai berikut:
a. Akibat adanya tegangan, maka dislokasi akan bergerak menuju permukaan
luar, sehingga terjadi deformasi.
b. Selama bergerak, dislokasidislokasi tersebut bereaksi satu dengan yang
lainnya. Hasil reaksinya ada yang mudah bergerak dan ada pula yang sukar
bergerak.
c. Hasil reaksi yang sukar bergerak justru akan berfungsi sebagai sumber
dislokasi baru, sehingga kecepatan dislokasi akan bertambah.
d. Akibat naiknya kerapatan dislokasi, maka gerakan dislokasi akan lebih sulit
akibat makin banyaknya hasil reaksi yang sukar bergerak.
e. Akibat nyata dari sukarnya gerakan dislokasi adalah naiknya kekuatan
logam.
3.1.5.
Mekanisme
deformasi
logam
dalam
kaitannya
dengan
teknik
pembentukan logam.
Deformasi dapat dilihat sebagai perubahan bentuk dan ukuran, secara
makroskopis. Perubahan tersebut dibedakan atas deformasi elastis dan deformasi
plastis. Sedangkan, hakekat proses pembentukan logam adalah menggusahakan
deformasi plastis yang terkontrol, namun dalam berbagai hal pengaruh deformasi
elastis cukup besar sehingga tidak dapat diabaikan begitu saja. Dari penjelasan awal
diatas, dapat dijelaskan mekanisme deformasi logam dalam kaitannya dengan teknik
pembentukan logam, yaitu : Perubahan bentuk, secara mikro, baik deformasi elastis
maupun deformasi plastis, disebabkan oleh bergesernya kedudukan atom-atom dari
tempatnya yang semula. Kekuatan dan keuletan logam yang telah dideformasi dapat
diukur dengan mengubah kondisi pemanasannya. Logam yang dikerjakan dengan
pengerjaan dingin, akan bersifat keras dan kuat, tetapi relatif getas. Sedangkan
pengerjaan panas pada logam akan bersifat lunak dan ulet, proses ini disebut dengan
fully annealed.
Pengerjaan panas ialah proses pembentukan logam di atas dari suhu rekristalisasi.
Pada proses pengerjaan ini tidak terjadi kenaikan tegangan luluh, kekerasan dan
penurunan keuletan bahan, contohnya Shape Rolling dan Rolling Forging. Shape
Rolling yang umumnya mengerjakan bagian-bagian yang kecil, misalnya ulir dan
dikerjakan pada pengerjaan panas. Sedangkan pengerolan dingin logam berada
dibawah suhu rekristalisasi,
menggunakan gaya yang lebih besar dari pengerolan panas. Biasanya, pengerolan
dingin dilakukan pada baja karbon rendah, contoh Rolling Forging yang dikhususkan
pada pengerjaan dingin dan bagian yang besar. Roll Bending biasanya digunakan
untuk membentuk silinder. Bentuk-bentuk lengkung atau lingkaran dari pelat logam.
material
berhubungan
dengan
mobilitas
geser
dari
atom-atom.
Kriteria luluh dalam proses pembentukan logam, secara umum adalah peristiwa
penyusunan kembali atom-atom atau molekul secara permanen. Penyusunan kembali
atom-atom ditandai dengan adanya tegangan luluh, (yield) yaitu tegangan dimana
logam mulai terdeformasi plastis, yang merupakan salah satu sifat material yang
sensitif terhadap mikrostruktur. Pada logam khususnya, kekuatan luluh tergantung
pada susunan-susunan atom di dalam Kristal dan mekanisme deformasi geser yang
terjadi. Fakta penting dari kriteria luluh, adalah tidak boleh tergantungnya sumbu atau
orientasi bidang terhadap bahan isotropis. Artinya, kriteria luluh haruslah merupakan
fungsi invariant tegangan yang tidak tergantung pada pilihan sumbu atau bidang
orientasi yang kita pilih. Untuk logam ulet (ductile) terdapat dua buah kriteria luluh
yang penting yaitu, Kriteria Von Mises dan Kriteria Tresca.
lain
merupakan
suatu
fungsi
invarian
dari
tegangan.
yang dapat dilas. Dengan kemajuan yang dicapai sampai saat ini, teknologi las
memegang peranan penting dalam masyarakat industri modern.
[1]
[1]
Kawat las berlapis tebal paling banyak digunakan terutama pada proses pengelasan
komersil. Lapisan pada elektroda berlapis tebal mempunyai fungsi :
1. Membentuk lingkungan pelindung.
2. Membentuk terak dengan sifat-sifat tertentu untuk melindungi logam cair.
3. Memungkinkan pengelasan pada posisi diatas kepala dan tegak lurus.
Kecepatan pengelasan dan keserbagunaan mesin las arus bolak-balik dan arus searah
hampir sama, namun untuk pengelasan logam/pelat tebal, las arus bolakbalok lebih
cepat.
2). Las Elektroda Terbungkus (Coated Electrode Welding)
Cara Pengelasan dimana elektrodanya dibungkus dengan fluks merupakan
pengembangan lebih lanjut dari pengelasan dengan eletroda logam tanpa pelindung
(Bare Metal Electrode). Dengan elektroda logam tanpa pelindung, busur sulit
dikontrol dan mengalami pendinginan terlalu cepat sehingga O2 dan N2 dari atmosfir
diubah menjadi oksida dan nitrida, akibatnya sambungan menjadi rapuh dan lemah.
Prinsip Las Elektroda Terbungkus adalah akibat dari busur listrik yang terjadi antara
elektroda dan logam induk yang mengakibatkan logam induk dan ujung elektroda
mencair dan kemudian membeku bersama-sama. Lapisan (Pembungkus) elektroda
terbakar bersama dengan meleburnya elektroda. Fungsi Fluks ini antara lain:
- Melindungi logam cair dari lingkungan udara.
- Menghasilkan gas pelindung
- Menstabilkan busur
- Sumber unsur paduan (V, Zr, Cs, Mn).
dan gas pelindungnya Argon/Helium. Sebenarnya masih ada gas lainnya, seperti
xenon. Tetapi karena sulit didapat maka jarang digunakan. Dalam penggunaannya
tungsten tidak ikut mencair karena tungsten tahan panas melebihi dari logam pengisi.
Karena elektrodanya tidak ikut mencair maka disebut elektroda tidak terumpan.
Keuntungan : Digunakan untuk Alloy Steel, Stainless Steel maupun paduan Non
Ferrous: Ni, Cu, Al (Air Craft). Disamping itu mutu las bermutu tinggi, hasil las
padat, bebas dari porositas dan dapat untuk mengelas berbagai posisi dan ketebalan.
Dibandinkan dengan Carbon Arc Welding, tungsten memiliki beberapa keunggulan.
Pada umumnya Tungsten Arc Welding hamper sama dengan Carbon Arc Welding.
Persamaannya:
- Sumber arusnya sama (Power Supply/Welding Circuit)
- Memakai elektroda kawat
- Dikhususkan hanya untuk las.
Perbedaannya:
- Carbon Arc Welding memakai fluks (Coating), TIG memakai gas pelindung.
- Elektroda pada Carbon Arc Welding ikut mencair sebagai logam pengisi,
TIG elektrodanya tidak ikut mencair.
- Carbon Arc Welding tidak perlu filler metal, TIG diperlukan filler metal.
pengaruhnya
terhadap
kawat
elektroda
[1]
dengan
diameter
yang
dipergunakan pada saat proses pengelasan adalah diammeter (mm) x (100-200) (A).
untuk menentukan cooling time ini yang disebut T(8/5), artinya waktu yang
dibutuhkan untuk menurunkan temparatur lasan dari 800C- 500 C,untuk beberapa
jenis steel (fine grained,quenched and tempered) T(8/5) adalah10-25s. Jika T(8/5)
terlalu kecil hardness pada HAZ terlalu tinggi (ada nilai maksimum) dan Jika terlalu
besar impact strength terlalu rendah (ada nilai minimum).Siklus termal yang terjadi
selama pengelasan dipengaruhi oleh masukan panas ( heat input ) yang diberikan.
Besarnya masukan panas yang terjadi pada proses pengelasan tergantung pada factorfaktor seperti :
1. Daya hantar ( heat conductivity ) dari logam yang disambung.
2. Geometri seperti tebal logam yang disambung.
3. Janis sambungan dan bentuk alur.
4. Teknik pengelasan termasuk parameter las yang diterapkan.
Besarnya masukan panas per satuan panjang las untuk pengelasan busur listrik
diberikan oleh persamaan berikut :
E = 0.5 CV2
Dimana :
E = Energi atau masukan panas ( joule )
C = Kapasitas ( Farads )
V = Tegangan listrik ( Volt )
(energy density) dari teknik pengelasan tersebut. Semakin besar kerapatan energinya
maka semakin rendah masukan panas yang diberikan untuk suatu proses pengelasan.
Jenis logam dan kerapatan yang diberikan akan menentukan kecepatan pemanasan
(heating rate) dari logam yang dilas. Masukan panas akan menentukan temperature
tinggi yang terjadi pada logam las dan berarti mempengaruhi terhadap struktur mikro
serta sambungan las.
BAB IV
PEMBAHASAN
Kembalikan
ke Suplier
Y
Penempatan Bahan Baku
pada Uncoiler
Penyetelan Sudut Helix
Mesin & Roller
Proses Pembentukan
(Forming)
32
Proses Pengelasan
(Welding)
Proses Pemotongan
(Cutting)
Proses Perbaikan
(Repairing)
Pipa Memenuhi
Standar ASTM
Pipa dapat
Diperbaiki
Pipa Reject
End 2
Pipa Spiral
End 1
[4]
[4]
[4]
[4]
[4]
Pemeriksaan bahan baku ini bertujuan untuk memastikan kualitas dan kondisi
bahan baku. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :
- Ketebalan bahan
- Lebar bahan, dan
- Kondisi visual bahan
Untuk bahan baku yang memenuhi standar pemeriksaan maka, pada bagian dalam
gulungan ditandai dengan identifikasi OK. Untuk bahan baku yang tidak memenuhi
standar pemeriksaan maka ditandai dengan identifikasi TUNDA, dan akan di
kembalikan ke produsen.
[6]
[6]
Dimana :
= Sudut helix
D = Diameter pipa
t = Ketebalan bahan
l = Lebar bahan
= Sin [1/2.47]
-1
= Sin [0.4]
= 23.57
plastis sehingga membentuk pipa spiral. Bentuk yang di dapat dari hasil pengerolan
ini dipertahankan (diikat) dengan cara dilas. Besarnya gaya pembentukan yang
dibutuhkan tergantung pada ketebalan dan lebar pelat yang diproses. Pada saat proses
ini berlangsung inspektor harus memastikan bahwa produk memenuhi standar, yaitu
dengan cara memeriksa circumference atau keliling dari pipa. Mengacu pada standar
ASTM 252, toleransi diameter yang diizinkan adalah 1%. Maka toleransi untuk
keliling pipa tersebut adalah:
(609.6 x 3.14) x 0.01 = 19.14 mm
Batas atas dan batas bawah keliling pipa yang diizinkan adalah :
-
Batas atas
Batas bawah
Selama proses berlangsung, keliling pipa harus dipertahankan pada batas tersebut
agar diameter pipa dapat memenuhi standar yang ditentukan.
Voltage (V)
Speed (v)
= 650 A
Voltase (V)
Inside Welding
= 29 V
Ourside Welding = 31 V
-
Parameter tersebut akan sangat menentukan hasil proses pengelasan. Besarnya heat
input untuk masing-maing posisi pengelasan dapat dihitung dengan rumus berikut:
Q = (V x A x60) / v
[5]
Tekanan LPG
: 1.5 kg/cm
4.2.6. Proses Pemeriksaan Akhir dan Penandaan (Final Inspection & Marking)
Proses akhir dari seluruh rangkaian proses produksi pipa spiral adalah
pemeriksaan akhir yang meliputi pemeriksaan untuk memastikan agar produk sesuai
dengan spesifikasi. Apabila produk ditemukan kekurangan pada produk dimana
produk belum memenuhi standar, maka harus diperbaiki kembali, dan apabila produk
telah memenuhi standar maka langkah selanjutnya adalah memberi indentifikasi pada
pipa tersebut. Penandaan (marking) pada pipa ditempatkan pada posisi ujung pipa
sebelah dalam . Adapun identifikasi tersebut meliputi:
1. Logo perusahaan
2. Keterangan jenis komoditi
3. Nama perusahaan pembeli
4. Sdandar yang digunakan
5. Dimensi pipa
6. Nomor job (Job order number)
7. Nomor pipa
8. Nomor material bahan baku (Heat number)
9. Tanggal proses produksi
BAB V
KESIMPULAN
Dalam pelaksanaan proses produksi pipa spiral dengan lasan (Spiral welded
steel pipe) yang mengacu pada standar ASTM A.252 GR.2 harus berorientasi pada
pencapaian mutu yang memenuhi standar tersebut. Dalam pelaksanaanya diperlukan
pemeriksaan (inspeksi) selama proses berlangsung untuk memastikan bahwa produk
yang dihasilkan memenuhi standar. Proses produksi pipa spiral mulai dari bahan baku
sampai menjadi produk jadi, dilaksanakan dengan urutan proses sebagai berikut :
-
Keseluruhan proses ini harus dilaksanakan secara berurut dan teratur serta
diikuti dengan proses pemeriksaan (inspeksi) selama proses produksi berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
JIS G 3193 & G 3101, Japan Industrial Standard. 1995. Hot Rolled Steel
Sheet Piles: Japanese Standard Association.