Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia, adalah
penyakit yang serius dan terkadang fatal yang diakibatkan oleh Plasmodium
sp. yang menginfeksi nyamuk Anopheles sp. betina yang menghisap darah
manusia. Manusia yang terkena malaria biasanya tampak sangat sakit dengan
demam tinggi, menggigil, dan sakit seperti flu. Walaupun malaria dapat
mematikan, morbiditas dan mortalitas penyakit ini dapat dicegah.
Sebanyak 3,2 juta manusia hidup di area dengan risiko penularan malaria di
106 negara dan wilayah. WHO memperkirakan pada tahun 2015, malaria
menyebabkan 214 juta manifestasi klinis dan 483 ribu kematian. Dari semua
spesies malaria yang menginfeksi manusia, P. vivax dan P. ovale dapat
menjadi dorman di hati yang dapat kembali aktif setelah interval tanpa gejala
mulai dari 2 4 tahun.
Beberapa

upaya

dilakukan

untuk

menekan

angka

kesakitan

dan

kematianakibat malaria, yaitu melalui program pemberantasan malaria yang


kegiatannya antara lain meliputi diagnosis dini, pengobatan cepat dan tepat,
surveilans dan pengendalian vector yang kesemuanya ditujukan untuk
memutuskan rantai penularan malaria, oleh karena itu pencegahan, diagnosis
dini serta penatalaksanaan yang tepat sangat penting untuk mengendalikan
penyakit malaria.

1.2

Tujuan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah:
1.2.1 Untuk memenuhi kewajiban dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit
Dalam di RSUD Jend. Ahmad Yani Kota Metro;
1.2.2 Untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan bagi orang lain yang
membacanya terutama mengenai Malaria.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Malaria


Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh Plasmodium sp. dan
disebarkan ke manusia melalui perantara tusukan (gigitan) nyamuk
Anopheles sp.. Plasmodium dapat hidup dan berkembang biak dalam sel
darah manusia. Gejala awal malaria antara lain demam, nyeri kepala,
menggigil, dan muntah, biasanya muncul pada hari ke 10-15 setelah gigitan
nyamuk.
Spesies Plasmodium pada manusia adalah Plasmodium falciparum,
Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, dan Plasmodium malariae. Jenis
Plasmodium yang banyak ditemukan di Indonesia adalah P. falciparum dan
P. vivax, sedangkan P. malariae dapat ditemukan di beberapa provinsi antara
lain: Lampung, Nusa Tenggara Timur dan Papua. P. ovale pernah ditemukan
di Nusa Tenggara Timur dan Papua.

2.2. Epidemiologi
Berdasarkan data WHO, pada tahun 2015 tercatat sebanyak 214 juta kasus
malaria yang terjadi di seluruh dunia, dengan angka mortalitas mencapai
438.000 jiwa. Antara tahun 2000 2015, insidensi malaria menurun

sebanyak 37%. Pada periode yang sama, angka mortalitas pun menurun
sebanyak 60%. Pada area dengan angka penyebaran malaria yang tinggi,
anak usia dibawah 5 tahun dimana rentan terhadap infeki, lebih dari dua
pertiga (70%) kematian akibat malaria terjadi pada usia ini. Di Indonesia
sendiri, kasus paling banyak terjadi diakibatkan oleh P. palcifarum sebanyak
55% dan P. vivax sebanyak 43%, dan 2% sisanya.
Angka kejadian malaria ditentukan berdasarkan faktor iklim seperti suhu,
hujan. Malaria tersebar di daerah tropikal dan subtropikal, dimana:
- Anopheles mosquitoes dapat hidup dan berkembangbiak;
- Parasit malaria dapat hidup di dalam tubuh nyamuk (fase inkubasi
ekstrinsik).

Suhu merupakan faktor terpenting. Pada suhu dibawah 20oC (68oF),


Plasmodium falciparum (yang menyebabkan malaria berat) tidak dapat
menyelesaikan fase pertumbuhan di dalam nyamuk Anopheles sehingga
penyakit ini pun tidak dapat ditularkan.

Pada negara dengan endemik malaria, penyebaran penyakit ini tidak terjadi
di seluruh daerah negara tersebut. Bahkan pada area tropis dan subtropis,
penyebaran tidak akan terjadi:
-

Pada daerah dataran tinggi


Selama musim dingin
Di padang pasir (kecuali oasis)
Di beberapa negara dimana penyebaran telah dihentikan karena
keberhasilan program kontrol pengendalian.

Transmisi tertinggi ditemukan di Sahara di Afrika Selatan dan Papua New


Guinea. Di daerah dengan musim dingin, penyebaran penyakit lebih sedikit
dan tergantung oleh musim. Walaupun demikian, prevalensi P. vivax lebih
tinggi karena lebih dapat beradaptasi dengan suhu lingkungan.

2.3. Etiologi

Malaria disebabkan oleh protozoa darah yang termasuk ke dalam genus


Plasmodium. Plasmodium ini merupakan protozoa obligat intraseluler. Pada
manusia terdapat 4 spesies yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium
falciparum, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale. Penularan pada
manusia dilakukan oleh nyamuk betina Anopheles ataupun ditularkan
langsung melalui transfusi darah atau jarum suntik yang tercemar serta dari
ibu hamil kepada janinnya.

Malaria vivax disebabkan oleh P. vivax yang juga disebut malaria tertiana.
P. malariae merupakan penyebab malaria malariae atau malaria kuartana. P.
ovale merupakan penyebab malaria ovale, sedangkan P. falciparum
menyebabkan malaria falsiparum atau malaria tropika. Spesies terakhir ini
paling berbahaya, karena malaria yang ditimbulkannya dapat menjadi berat
sebab dalam waktu singkat dapat menyerang eritrosit dalam jumlah besar,
sehingga menimbulkan berbagai komplikasi dalam organ-organ tubuh.

2.4. Siklus Hidup Plasmodium

Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu


manusia dan nyamuk Anopheles betina.

a. Siklus Pada Manusia


Pada waktu nyamuk anopheles infektif mengisap darah manusia,
sporozoit yang berada dalam kelenjar liur nyamuk akan masuk ke
dalam peredaran darah selama kurang lebih 30 menit. Setelah itu
sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan menjadi tropozit hati.
Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000
sampai 30.000 merozoit hati. Siklus ini disebut siklus eksoeritrositer
yang berlangsung selama kurang lebih 2 minggu. Pada P. vivax dan
P. ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi
skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk dorman yang disebut hipnozoit.

Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulanbulan sampai bertahun-tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh
menurun, akan menjadi aktif sehingga dapat menimbulkan relaps
(kambuh).
Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke
dalam peredaran darah dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel
darah merah, parasit tersebut berkembang dari stadium tropozoit sampai
skizon (8-30 merozoit). Proses perkembangan aseksual ini disebut
skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi skizon pecah dan
merozoit yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus
inilah yang disebut dengan siklus eritrositer. Setelah 2-3 siklus
skizogoni darah, sebagian merozoit yang menginfeksi sel darah merah
akan membentuk stadium seksual yaitu gametosit jantan dan betina.

Gambar 1. Siklus Hidup Plasmodium

10

b. Siklus Pada Nyamuk Anopheles Betina


Apabila nyamuk Anopheles betina menghisap darah yang mengandung
gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan gamet betina
melakukan pembuahan menjadi zigot. Zigot ini akan berkembang
menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk. Di
luas dinding lambung nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan
selanjutnya menjadi sporozoit yang nantinya akan bersifat infektif dan
siap ditularkan ke manusia.
Masa inkubasi atau rentang waktu yang diperlukan mulai dari sporozoit
masuk ke tubuh manusia sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai
dengan demam bervariasi, tergantung dari spesias Plasmodium.
Sedangkan masa prepaten atau rentang waktu mulai dari sporozoit
masuk sampai parasit dapat dideteksi dalam darah dengan pemeriksaan
mikroskopik.

2.5. Patofisiologi Malaria

Infeksi malaria dapat menimbulkan berbagai macam gejala, mulai dari


gejala ringan hingga berat dan bahkan kematian. Penyakit malaria dapat
dikategorikan menjadi uncomplicated atau complicated (berat). Secara
umum, malaria adalah penyakit yang dapat disembuhkan bila terdiagnosa
dan ditatalaksana dengan baik dan benar.

11

Semua gejala klinis malaria disebabkan oleh fase dalam darah atau
eritrositik aseksual. Ketika parasit berkembang di dalam eritrosit, sejumlah
bahan seperti pigmen hemozoin dan faktor toksin lain berkumpul di dalam
eritrosit yang terinfeksi. Substansi-substansi ini dibuang ke dalam aliran
darah ketika sel yang terinfeksi lisis dan melepaskan merozoit yang invasif.
Hemozoin dan toksin lain seperti GPI (Glucose Phosphate Isomerase)
menstimulasi makrofag dan sel-sel lain untuk memproduksi sitokin untuk
meningkatkan suhu tubuh dan juga mengakibatkan patofisiologi lainnya
yang berhubungan dengan malaria.

Masa Inkubasi

Setelah gigitan infeksius dari Anopheles betina, dikenal dengan sebutan


Periode Inkubasi sebelum gejala awal timbul. Periode inkubasi bervariasi
mulai dari 7-30 hari. Waktu yang lebih cepat terjadi pada P. falciparum dan
lebih lama pada P. malariae.
Tabel 2.
Masa Inkubasi Penyakit Malaria
Plasmodium
Masa Inkubasi (hari)
P. falciparum
9 14 (12)
P. vivax
12 17 (15)
P. ovale
16 18 (17)
P. malariae
18 40 (28)

Antimalaria sebagai profilaksis dapat menunda timbulnya gejala malaria


sampai minggu bahkan berbulan-bulan setelah meninggalkan area endemik.
Jarak yang lama antara paparan dan munculnya gejala dapat menimbulkan
misdiagnosis atau diagnosis terlambat karena gejala yang berkurang

12

Malaria Uncomplicated

Serangan malaria klasik yang menyerang kurang lebih 6 10 jam, antara


lain:
-

Periode dingin (kulit dingin, mengigil, pucat sampai sianosis,

berlangsung 15 menit 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur)


Periode panas (demam sampai 40oC atau lebih, sakit kepala, muntah,

kejang pada anak-anak, respirasi meningkat, kulit panas, nadi cepat)


Periode berkeringat (berkeringat, temperatur normal, kelelahan)

Serangan klasik yang menyerang setiap 2 hari dengan parasit tertian (P.
falciparum, P. vivax, dan P. ovale) dan setiap 3 hari dengan parasit quartan
(P. malariae).
Lebih sering, pasien menunjukkan kombinasi dari gejala berikut:
-

Demam
Menggigil
Berkeringat
Sakit kepala

Mual dan muntah


Nyeri seluruh tubuh
Malaise

- Di negara dengan kasus malaria jarang, gejala gejala ini dapat mengarah
ke influenza, common cold, atau infeksi umum lainnya, khususnya bila
malaria tidak tercurigai. Sebaliknya, di negara dengan kasus malaria yang
sering, masyarakat sering mengenali gejala malaria dan mengobati diri
sendiri tanpa mencari konfirmasi diagnosis.
- Pada pemeriksaan fisik didapatkan peningkatan suhu tubuh, keringat,
lemah, splenomegali, jaundice ringan, hepatomegali, peningkatan napas.
Diagnosis malaria tergantung keberadaan parasit di darah, secara
mikroskopis. Temuan laboratorium tambahan antara lain anemia ringan,
trombositopenia

ringan,

peningkatan

bilirubin,

dan

peningkatan

aminotransferase.
- Malaria Berat
- Malaria berat terjadi ketika infeksi melibatkan kegagalan organ serius atau
abnormalitas pada darah atau metabolisme pasien. Manifestasi malaria berat
termasuk:
-

Cerebral malaria, dengan gejala abnodrmal, penurunan kesadaran (GCS

<11), kejang (>2x/24 jam), koma, atau abnormalitas neurologis lainnya;


Anemia berat (HB <5 gr% atau HT <15%) akibat hemolisis;
Hemoglobinuria akibat hemolisis;
Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)

Abnormalitas koagulasi darah (perdarahan spontan dari hidung, gusi,

saluran cerna);
Tekanan darah rendah (sistolik < 70 mmHg) karena kolapsnya

kardiovaskular;
Gagal ginjal akut (urin < 400 mL/24 jam pada dewasa atau < 12

mL/kgBB pada anak setelah rehidrasi, serta kreatinin > 3 mg%);


Hiperparasitemia, dimana > 5% eritrosit terinfeksi;
Asidosis metabolik, sering berkaitan dengan hipoglikemia;
Hipoglikemia (GDS < 40mg%), dapat juga terjadi pada wanita hamil
dengan uncomplicated malaria atau setelah terapi dengan quinine.

- Malaria berat adalah kegawatdaruratan medis dan harus diterapi segera


dan secepatnya.
- Malaria Relaps
- Pada infeksi P. vivax dan P. ovale, pasien yang telah sembuh dari serangan
pertama dapat terjangkit serangan malaria kebali setelah sebulan atau
tahunan tanpa gejala. Malaria relaps dapat terjadi karena P. vivax dan P.
ovale mempunyai fase dorman di liver (hypnozoit) yang dapat aktif
kembali.
- 2.6.

Patogenesis Malaria

- Demam mulai timbul bersamaan dengan pecahnya skizon darah yang


mengeluarkan bermacam macam antigen. Antigen ini akan merangsang sel
sel makrofag, monosit atau limfosit yang mengeluarkan berbagai macam

sitokin, antara lain TNF (tumor necrosis factor). TNF akan dibawa aliran
darah ke hipotalamus yang merupakan pusat pengatur suhu tubuh dan
terjadi demam. Proses skizogoni pada ke empat plasmodium memerlukan
waktu yang berbeda beda, P. falciparum memerlukan waktu 36 48 jam,
P. vivax/ovale 48 jam, dan P. malariae 72 jam. Demam pada P. falciparum
dapat terjadi setiap hari, P. vivax/ovale selang waktu satu hari, dan P.
malariae demam timbul selang waktu 2 hari.
- Anemia terjadi karena pecahnya sel darah merah yang terinfeksi maupun
yang tidak terinfeksi. Plasmodium falciparum menginfeksi semua jenis sel
darah merah, sehingga anemia dapat terjadi pada infeksi akut dan kronis.
Plasmodium vivax dan P. ovale hanya dapat menginfeksi sel darah merah
muda yang jumlahnya hanya 2% dari seluruh jumlah sel darah merah,
sedangkan Plasmodium malariae menginfeksi sel darah merah tua yang
jumlahnya hanya 1% dari jumlah sel darah merah. Sehingga anemia yang
disebabkan oleh P. vivax, P. ovale, dan P. malariae umumnya terjadi pada
keadaan kronis.
- Splenomegali. Limpa merupakan organ retikuloendothelial, dimana
Plasmodium dihancurkan oleh sel sel makrofag dan limposit. Penambahan
sel sel radang ini akan menyebabkan limpa membesar.
- Malaria berat akibat Plasmodium falciparum mempunyai patogenesis
yang khusus. Eritrosit yang terinfeksi P. falciparum akan mengalami proses

sekuestrasi yaitu tersebarnya eritrosit yang berparasit tersebut ke pembuluh


kapiler organ viscera tubuh. Selain itu pada permukaan eritrosit yang
terinfeksi akan membentuk knob yang berisi berbagai antigen Plasmodium
falciparum. Pada saat terjadi proses sitoadherensi, knob tersebut akan
berikatan dengan reseptor sel endotel kapiler. Terjadinya sumbatan ini juga
didukung oleh proses terbentuknya rosette yaitu bergerombolnya sel darah
merah yang berparasit dengan sel darah merah lainnya.
- Pada proses sitoaderensi ini diduga juga terjadi proses imunologk yaitu
terbentuknya mediator mediator antara lain sitokin (TNF, interleukin),
dimana mediator tersebut mempunyai peranan dalam gangguan fungsi pada
jaringan tertentu.
- 2.7

Diagnosis Malaria

- Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya


berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.
Diagnosis pasti malaria harus ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah
secara mikroskopik atau tes diagnostic cepat (RDT-Rapid Diagnostik Test).
A. Anamnesis
-

Pada anamnesis sangat penting diperhatikan:

Keluhan utama: demam, menggigilm berkeringat dan dapat disertai


sakit kepala,mual, muntah, diare, dan nyeri otot atau pegal-pegal.

Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah


endemik malaria.

Riwayat tinggal di daerah endemik malaria.

Riwayat sakit malaria.

Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir.

Riwayat mendapat transfusi darah.

- Selain hal di atas pada penderita tersangka malaria berat, dapat ditemukan
keadaan di bawah ini:

Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat.


Keadaan umum yang lemah (tidak bisa duduk atau berdiri).
Kejang-kejang.
Panas sangat tinggi.
Mata atau tubuh kuning.
Pendarahan hidung, gusi, atau saluran pencernaan.
Nafas cepat dan atau sesak nafas.
Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum.
Warna air seni seperti the tua dan dapat sampai kehitaman.
Jumlah air seni kurang (oliguria) sampai tidak ada (anuria).
Telapak tangan sangat pucat.
-

B. Pemeriksaan fisik

Demam (pengukuran dengan termometer 37,5C).

Konjungtiva atau telapak tangan pucat.

Pembesaran limpa (splenomegali).

Pembesaran hati (hepatomegali).

Pada tersangka malaria berat ditemukan tanda-tanda klinis sebagai

berikut:

Temperatur rektal 40C.

Nadi cepat dan lemah atau kecil.

Tekanan darah sistolik <70 mmHg pada orang dewasa dan pada
anak-anak <50mmHg.

Frekuensi nafas >35 kali per menit pada orang dewasa atau > 40
kali per menit pada balita, anak di bawah 1 tahun > 50 kali per
menit.

Penurunan derajat kesadaran dengan Glasgow coma scale (GCS) <


11.

Manifestasi pendarahan (petekie, purpura, hematom).

Tanda dehidrasi (mata cekung, turgor, dan elastisitas kulit


berkurang, bibir kering, produksi air seni berkurang).

Tanda-tanda anemia berat (konjungtiva pucat, telapak tangan pucat,


lidah pucat dan lain-lain).

Terlihat mata kuning atau ikterik.

Adanya ronki pada kedua paru.

Pembesaran limpa dan atau hepar.

Gagal ginjal ditandai dengan oliguria sampai dengan anuria.

Gejala neurologi (kaku kuduk, reflek patologik).

C. Diagnosis atas dasar pemeriksaan laboratorium


1. Pemeriksaan dengan mikroskop
- Tetesan preparat darah tebal merupakan cara terbaik untuk
menemukan parasit malaria karena tetesan darah cukup banyak
dibandingkan preparat darah tipis. Sediaan mudah dibuat khusunya

untuk studi di lapangan. Ketebalan dalam membuat sediaan perlu


untuk memudahkan identifikasi parasit. Tetesan darah tipis
digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium, bila dengan preparat
darah tebal sulit ditentukan. Pengecatan dilakukan dengan cat
Giemsa, atau Leishmans atau Fields dan juga Romanowsky.
Pengecatan Giemsa yang umum dipakai pda beberapa laboratorium
dan merupakan pengecatan yang mudah dengan hasil yang cukup
baik.
- Pemeriksaan

sediaan

darah

(SD)

tebal

dan

tipis

di

puskesmas/lapangan/rumah sakit untuk menentukan:


Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif).
Spesies dan stadium plasmodium
Kepadatan parasit:
1. Semi kuantitatif
-

(-)

Negatif (tidak ditemukan parasit

dalam 100
-

LPB/lapangan pandang besar)


(+)

positif 1 (ditemukan 1-10 parasit

dalam 100 LPB)


-

(++)

positif 2 (ditemukan 11-100 parasit

dalam 100 LPB)


-

(+++)

dalam 1 LPB)

positif 3 (ditemukan 1-10 parasit

(++++)

positif 4 (ditemukan > 10 parasit

dalam 1 LPB)
2. Kuantitatif
-

Jumlah parasit dihitung per mikro liter darah pada sediaan

darah tebal (leukosit) atau sediaan darah tipis (eritrosit).


Contoh:
-

a.

Bila dijumpai 1500 parasit per 200 leukosit,

sedangkan jumlah leukosit 8.000/l maka hitung parasit=


8.000/200 x 1500 parasit= 60.000 parasit/l.
-

b.
jumlah

Bila dijumpai 50 parasit per 1000 eritrosit = 5% dan


eritrosit

450.000

maka

450.000/1000 x 50 = 225.000 parasit/l.


-

hitung

parasit=

- Untuk penderita tersangka malaria berat perlu memperhatikan halhal sebagai berikut:
a

Bila pemeriksaan sediaan darah pertama negatif, perlu diperiksa ulang


setiap 6 jam sampai 3 hari berturut-turut.

Bila hasil pemeriksaan sediaan darah tebal selama 3 hari berturut-turut


tidak ditemukan parasit maka diagnosis malaria disingkirkan.

2. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)


- Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria
dengan menggunakan metode imunokromatografi, dalam bentuk dipstick.
Tes ini sangat bermanfaat pada unit gawat darurat, pada saat terjadi kejadian
luar biasa dan di daerah terpencil yang tidak tersedia fasilitas lab serta untuk
survei tertentu. Tes yang tersedia di pasaran saat ini mengandung:
a

HRP-2 (Histidine rich protein 2) yang diproduksi oleh trofozoit, skizon


dan gametosit muda P. falciparum.

Enzim parasite lactate dehydrogenase (p-LDH) dan aldolase yang


diproduksi oleh parasit bentuk aseksual atau seksual Plasmodium
falciparum, P. vivax, P. ovale dan P. malariae.
-

Kemampuan rapid test yang beredar pada umumnya ada 2 jenis

yaitu:
a

Single yang mampu mendiagnosis hanya infeksi Plasmodium falciparum.

Combo yang mampu mendiagnosis infeksi Plasmodium falciparum dan


non falsiparum.

Oleh karena teknologi baru sangat perlu untuk memperhatikan

kemampuan sensitivitas dan spesifisitas dari alat ini. Dianjurkan untuk


menggunakan rapid test dengan kemampuan minimal sensitifitas 95%
dan spesifisitas 95% . Hal yang penting lainnya adalah penyimpanan
RDT ini sebaiknya dalam lemari es tetapi tidak dalam frezzer pendingin
(DepKes RI, 2008b).
-

Kelemahan rapid test adalah:


a

Kurang sensitive bila jumlah parasit dalam darah rendah (kurang


dari 100 parasit/l darah).

Tidak dapat mengukur densitas parasit (secara kuantitatif).

Antigen yang masih beredar beberapa hari-minggu setelah parasit


hilang memberikan reaksi positif palsu.

Gametosit muda (immature), bukan yang matang (mature) mungkin


masih dapat dideteksi.

Biaya tes ini masih cukup mahal.

Tidak stabil pada suhu ruang di atas 30C.

3. Tes serologi
- Tes serologi mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan memakai
teknik indirect fluorescent antibody test. Tes ini berguna mendeteksi adanya
antibodi spesifik terhadap malaria atau pada keadaan dimana parasit sangat
minimal. Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat diagnostik sebab antibodi
baru terjadi setelah beberapa hari parasitemia. Manfaat tes serologi terutama

untuk penelitian epidemiologi atau alat uji saring donor darah. Titer > 1:200
dianggap sebagi infeksi baru dan tes > 1:20 dinyatakan positif. Metodemetode tes serologi antara lain indirect haemagglutination test, immunoprecipitation technique, ELISA test, dan radio-immunoassay.
4. Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)
- Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan teknologi amplifikasi DNA,
waktu dipakai cukup cepat dan sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi.
Keunggulan tes ini walaupun jumlah parasit sangat sedikit dapat
memberikan hasil positif. Tes ini baru dipakai sebaga sarana penelitian dan
belum untuk pemeriksaan rutin.
- 2.8 Tatalaksana Malaria
-Semua individu dengan infeksi malaria yaitu mereka dengan ditemukannya
plasmodium aseksual di dalam darahnya, malaria klinis tanpa ditemukan parasit
dalam darahnya perlu diobati. Prinsip pengobatan malaria:
1

Penderita tergolong malaria biasa (tanpa komplikasi) atau penderita


malaria berat atau dengan komplikasi. Penderita dengan komplikasi atau
malaria berat memakai obat parenteral, malaria biasa diobati dengan per
oral.

Penderita malaria harus mendapatkan pengobatan yang efektif, tidak


terjadi kegagalan pengobatan dan mencegah terjadinya transmisi yaitu
dengan pengobatan ACT (Artemisinin base Combination Therapy).

Pemberian

pengobatan

dengan

ACT

harus

berdasarkan

hasil

pemeriksaan malaria yang positif dan dilakukan monitoring efek atau


respon pengobatan.
4

Pengobatan malaria klinis atau tanpa hasil pemeriksaan malaria memakai


obat non-ACT.

- Ada lima golongan obat yang dapat digunakan pada pengobatan kausal
berdasarkan mekanisme kerjanya, kelima golongan itu adalah :
1

Skizontosida jaringan primer


-

Obat obat ini mampu membasmi praeritrosit sehingga mencegah

parasit ini untuk masuk ke dalam eritrosit. Biasanya digunakan sebagai


profilaksis kausal, yaitu pengobatan yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya infeksi atau timbulnya gejala. Contoh obat golongan ini, yaitu
pirimetamin, proguanil.
2

Skizontosida jaringan sekunder


-

Obat ini mampu membasmi parasit pada daur hidup eksoeritrosit

dan digunakan untuk pengobatan radikal infeksi sebagai obat anti relaps.
Namun dalam pengobatan malaria Tropikana ini, obat yang termasuk
dalam golongan ini tidak dapat digunakan sebab parasit Plasmodium
falciparum tidak mengalami fase eksoeritrosit. Contoh obatnya adalah
primakuin.
-

Skizontosida darah
-

Obat- obat ini memiliki kemampuan dalam membasmi parasit pada

stadium eritrosit dengan cara mengakhiri serangan yang terjadi, dimana


hal ini berhubungan dengan penyakit akut yang disertai gejala klinis.
Obat golongan ini dibagi menjadi 2 yaitu yang kerjanya lambat dan yang
kerja cepat.
-

Contoh obat golongan skizontosida kerja lambat yaitu; golongan

penghambat sintesis folat dan antibiotik kecuali antibiotik golongan


sepalosporin dan Contoh obat skizontosida kerja cepat yaitu: derivate
artemisin, amodiaquin, chloroquin, kinin dan kinidin, antibiotik
golongan sepalosporin, meflokuin, atovaquone, dan halofantrin.
4

Gametositosida
-

Obat ini memiliki kemampuan dalam penghancuran semua bentuk

seksual termasuk pada stadium gametosit sehingga transmisinya menuju


ke nyamuk dapat dicegah. Contoh obatnya adalah primakuin.
5

Sporontosida:
-

Obat ini memiliki kemampuan dalam mencegah atau menghambat

gametosit dalam darah untuk membentuk ookista dan sporozoit dalam


nyamuk Anopheles. Contoh obatnya adalah primakuin dan proguanil.
-

Obat-obat malaria yang ada, dapat dibagi dalam 9 golongan

menurut rumus kimianya, yaitu:


1

4-aminoquinolons contohnya kloroquin dan amodiaquin.

Diaminopiridins contohnya pirimetamin, trimetoprim.

Biguanida contohnya proguanil dan klorproguanil.

8-aminoquinolon contohnya Primakuin.

Alkaloid cinchonae contohnya quinin dan quinidin.

Sulfon dan Sulfonamida contohnya sulfadoksin.

Kuinolinmetanol dan fenantrenmetanol contohnya meflokuin.

Antibiotik contohnya tetrasiklin, doksisiklin, klindamisin, dan


minosiklin.

9-aminoakridin contohnya mepakrin.

-1. Penatalaksanaan terapi malaria falsiparum menurut DepKes RI (2008)


-Di Indonesia saat ini terdapat 2 regimen ACT yang digunakan oleh program
malaria, yaitu Artesunate Amodiaquin serta Dihydroartemisinin - Piperaquin
-1. Pengobatan lini pertama
-Saat ini Pada Program Malaria untuk pengobatan lini pertama Malaria
falsiparum digunakan obat Artemisinin Combination Therapy (ACT), yaitu
Artesunat + Amodiakuin + Primakuin atau Dihydroartemisinin + Piperakuin
+ Primakuin.
-Obat program yang tersedia saat ini adalah sediaan artesunate amodiaquin
dan dihydroartemisinin piperaquin. Setiap kemasan artesunate
amodiaquin terdiri dari 2 blister, yaitu blister amodiakuin 200 mg ( setara

amodiakuin basa 153 mg) 12 tablet dan blister artesunat 50 mg 12 tablet.


Obat diberikan selama 3 hari dengan dosis tunggal harian amodiakuin basa
10 mg/kg BB dan artesunat 4 mg/kg BB, primakuin 0,75 mg/kg BB.
- Tabel 1. Pengobatan lini pertama malaria falsiparum dengan artesunatamodiakuin-primakuin berdasarkan umur

-Dosis menurut Berat Badan:


a Amodiakuin basa 10 mg/kg BB
b Artesunat 4 mg/kg BB
c Primakuin 0,75 mg/kg BB
-

-Tabel

2.

Pengobatan

lini

pertama

malaria

falsiparum

dengan

dihidroartemisinin piperakuin- primakuin berdasarkan umur


-

- 2. Pengobatan lini kedua


- Bila pengobatan lini pertama tidak efektif, gejala klinis tidak memburuk tapi
parasit aseksual tidak berkurang (persisten) atau timbul kembali (rekrudesensi)
maka diberikan pengobatan lini kedua malaria falsiparum. Obat lini kedua adalah
kombinasi Kina + Doksisiklin /Tetrasiklin + Primakuin.
- Kina diberikan per oral, 3 kali sehari dengan dosis 10 mg/kg BB/hari selama 7
hari. Dosis maksimal kina adalah 9 tablet untuk dewasa. Kina yang beredar di
Indonesia adalah tablet yang mengandung 200 mg kina fosfat atau sulfat.
Doksisiklin yang beredar di Indonesia adalah kapsul atau tablet yang
mengandung 50 mg dan 100 mg Doksisiklin HCl. Doksisiklin diberikan 2 kali
perhari selama 7 hari, dengan dosis orang dewasa adalah 4 mg/kg BB/hari.

Sedangkan untuk anak usia 8-14 tahun adalah 2 mg/kg BB/hari. Bila tidak ada
doksisiklin dapat digunakan tetrasiklin.Tetrasiklin diberikan 4 kali sehari selama
7 hari dengan dosis 4-5 mg/kg BB. Doksisiklin maupun Tetrasiklin tidak boleh
diberikan pada anak dibawah 8 tahun dan ibu hamil. Primakuin diberikan seperti
pada lini pertama. Dosis maksimal primakuin 3 tablet untuk penderita dewasa.
-Pengobatan malaria vivaks, malaria ovale, malaria malariae
-A. Malaria vivaks dan ovale
- Lini pertama pengobatan malaria vivaks dan malaria ovale adalah seperti
yang tertera dibawah ini:
-

Lini Pertama = Klorokuin + Primakuin

- Kombinasi ini digunakan sebagai pilihan utama untuk pengobatan malaria


vivaks dan malaria ovale.

Klorokuin
-Klorokuin diberikan 1 kali per-hari selama 3 hari, dengan dosis total
25 mg basa/kgbb. 2

Primakuin
- Dosis Primakuin adalah 0.25 mg/kgbb per hari yang diberikan
selama 14 hari dan diberikan bersama klorokuin.Seperti pengobatan
malaria falsiparum, primakuin tidak boleh diberikan kepada: ibu
hamil, bayi <1 tahun, dan penderita defisiensi G6-PD. 2

-Tabel 3. Pengobatan malaria vivaks dan malaria ovale


-Ha

-Jenis Obat

-Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur


-0-1
-2-11
-1-4
-5-9
-10-14

->15

ri

-1
-2
-3
-4-

Bulan
-1/4
--1/4
--1/8
---

-Klorokuin
- Primakuin
-Klorokuin
-Primakuin
-Klorokuin
-Primakuin
-Primakuin

Bulan
-
--
--
---

Tahun
-1
-1/4
-1
-1/4
-1/2
-1/4
-1/4

Tahun
-2
-1/2
-2
-1/2
-1
-1/2
-1/2

Tahun
-3
- 3/4
-3
-3/4
-1 1/2
-3/4
-3/4

Tahun
-3-4
-1
-3-4
-1
-2
-1
-1

14
- Pengobatan malaria vivaks resisten klorokuin
Lini kedua : Kina + Primakuin

-Primakuin

- Dosis Primakuin adalah 0,25 mg/kgbb per hari yang diberikan selama 14
hari. Seperti pengobatan malaria pada umumnya, primakuin tidak boleh
diberikan kepada Ibu hamil, bayi < 1tahun, dan penderita defisiensi G6-PD.
- *) Dosis kina adalah 30mg/kgbb/hari yang diberikan 3 kali per hari.
Pemberian kina pada anak usia di bawah 1 tahun harus dihitung berdasarkan
berat badan.
- Dosis dan cara pemberian primakuin adalah sama dengan cara pemberian
primakuin pada malaria vivaks terdahulu yaitu 0.25 mg/kgbb perhari selama 14
hari.
-Tabel 4.Pengobatan malaria vivaks resisten klorokuin
-Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur
-Ha
-Jenis
-0-1
-2-11
-1-4 Thn
-5-9
ri

Obat
-1-7
-1-

-Kina
-Primakui

Bln
-*)
--

Bln
-*)
--

-3 X 1/2
-1/4

Thn
-3 X 1
-1/2

-10-14

->15

Thn
Thn
-3 X 1
-3 X 3
1/2
-3/4

-1

14
n
-*) Dosis diberikan kg/bb
- B. Pengobatan malaria vivaks yang relaps
- Pengobatan kasus malaria vivaks relaps (kambuh) sama dengan regimen
sebelumnya hanya dosis perimakuin ditingkatkan Klorokuin diberikan 1
kali per-hari selama 3 hari, dengan dosis total 25 mg basa/kgbb dan
primakuin diberikan selama 14 hari dengan dosis 0,5 mg/kgbb/hari. Dosis
obat juga dapat ditaksir dengan memakai tabel dosis berdasarkan golongan
Umur penderita tabel 5.
-Tabel 5.Pengobatan malaria vivaks yang relaps (kambuh)
-Ha
ri

-Jenis
Obat

-1

-Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur


-0-1
-2-11
-1-4
-5-9
-10-14
Thn
-1

Thn
-2

Thn
-3

->15

-Klorokui

Bln
-1/4

Bln
-1/2

Thn
-3-4

-Primakui

--

--

-1/2

-1

-1 1/2

-2

-Klorokui

-1/4

-1/2

-1

-2

-3

-3-4

-Primakui

--

--

-1/2

-1

-1 1/2

-2

-Klorokui

-1/8

-1/4

-1/2

-1

-1 1/2

-2

-Primakui

--

--

-1/2

-1

-1 1/2

-2

-Primakui

--

--

-1/2

-1

-1 1/2

-2

n
n
-2
n
n
-3
n
n
-4
-14

- Khusus. untuk penderita defisiensi enzim G6PD yang dapat diketahui


melalui anamnesis ada keluhan atau riwayat warna urin coklat kehitaman
setelah minum obat (golongan sulfa, primakuin, kina, klorokuin dan lainlain), maka pengobatan diberikan secara mingguan.
- Klorokuin diberikan 1 kali per-minggu selama 8 sampai dengan 12 minggu,
dengan dosis 10 mg basa/kgbb/kali Primakuin juga diberikan bersamaan
dengan klorokuin setiap minggu dengan dosis 0,76 mg/kgbb/kali.
-Tabel 6.Pengobatan malaria vivaks penderita defislensi G6PD
-Lama
-Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur
-0-1
-2-11
-1-4
-5-9
-10-14
-Jenis Obat
Bln
Bln
Thn
Thn
Thn
minggu
-8
-Klorokuin
-1/4
-1/2
-1
-2
-3
s/d12
-8

-Primakuin

--

--

-3/4

-1 1/2

->15
Thn

-2 1/4

s/d12
-C. Pengobatan malaria malariae
-Pengobatan malaria malariae cukup diberikan dengan klorokuin 1 kali perhari selama 3 hari, dengan dosis total 25 mg basa/kgbb Pengobatan juga
dapat diberikan berdasarkan golongan umur penderita tablel 7.
-

-3-4
-3

-Tabel 7.Pengobatan malaria malariae


-Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur
-Ha
-0-1
-2-1-4
-5-9
-10-14
-Jenis Obat
ri
Bln
11 Bln Thn
Thn
Thn
-1
-Klorokuin
-1/4
-1/2
-1
-2
-3
-2
-Klorokuin
-1/4
-1/2
-1
-2
-3
-3
-Klorokuin
-1/8
-1/4
-1/2
-1
-1 1/2

->15
Thn
-3-4
-3-4
-2

- Obat ini diberikan dengan dosis tunggal sulfadoksin 25 mg/kgbb atau


berdasarkan dosis pirimetamin 1,25 mg/kgbb Primakuin juga diberikan untuk
membunuh parasit stadium seksual dengan dosis tunggal 0,75 mg/kgbb
Pengobatan juga dapat diberikan berdasarkan golongan umur penderita seperti
pada table 8.
- Tabel 8. Pengobatan malaria falsiparum di sarana kesehatan tanpa tersedia
obat artesunat-amodiakuin
-Ha

-Jenis Obat

ri
-H1

-SP
-Primakuin

-Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur


-<1
-1-4
-5-9
-10-14
Tahun
---

Tahun
-3/4
-3/4

Tahun
-1 1/2
-1 1/2

Tahun
-2
-2

->15
Tahun
-3
-2-3

-Pengobatan Malaria Dengan Komplikasi


- Definisi malaria berat/komplikasi adalah ditemukannya Plasmodium
falciparum stadium aseksual dengan satu atau beberapa manifestasi klinis
dibawah ini:
1 Malaria serebral (malaria otak)
2 Anemia berat (Hb<5 gr% atau hematokrit <15%)

3 Gagal ginjal akut (urin<400 mI/24 jam pada orang dewasa atau<1
ml/kgbb/jam pad anak setelah dilakukari rehidrasi; dengan kreatinin
darah >3 mg%).
4 Edema paru atau Acute Respiratory Distress Syndrome.
5 Hipoglikemi: gula darah< 40 mg%.
6 Gagal sirkulasi atau syok: tekanan sistolik <70 mm Hg (pada anak: tekanan
nadi_ 20 rnmHg); disertai keringat dingin.
7 Perdarahan spontan dari hidung, gusi, alat pencernaan dan/atau disertai
kelainan laboratorik adanya gangguan koagulast intravaskuler
8 Kejang berulang > 2 kali per 24 jam setelah pendinginan pada hipertermia
9 Asidemia (pH:< 7,25) atau asidosis (bikarbonat plasma < 15 mmol/L).
10 Makroskopik hemoglobinuri oleh karena infeksi malaria akut (bukan
karena obat anti malaria pada seorang dengan defisiensi G-6-PD).
-Beberapa keadaan lain yang juga digolongkan sebagai malaria berat:
1

Gangguan kesadaran ringan (GCS < 15)

Kelemahan otot (tak bisa duduk/berjalan) tanpa kelainan neurologik

Hiperparasitemia > 5 %.

lkterus (kadr bilirubin darah > 3 mg%)

Hiperpireksia (temperatur rektal > 40 C pada orang dewasa, >41 C pada


anak)

-Perbedaan manifestasi malaria berat pada anak dan dewasa dapat dilihat pada
tabel.

Manifestasi malaria berat pada

Anak
-Koma (malaria serebral)

-Manifestasi malaria berat pada


Dewasa
-Koma (malaria serebral)

-Distres pernafasan

-Gagal ginjal akut

-Hipoglikemia (sebelum terapi kina)

-Edem paru, termasuk ARDS#

-Anemia berat

-Hipoglikaemia (umumnya sesudah

terapi kina)

-Kejang umum yang bertulang

-Anemia berat (< 5 gr%)

-Asidosis metabolik

-Kejang umum yang berulang

-Kolaps sirkulasi, syok hipovolemia,

-Asidosis metabolik

-hipotensi (tek. sistolik<50mmHg)

-Gangguan kesadaran selain koma

-Kolaps sirkulasi, syok

-Kelemahan yang sangat (severe

-Hipovolemia, hipotensi

prostation)

-Hiperparasitemia

-Perdarahan spontan

-Ikterus

-Gangguan kesadaran selain koma

-Hiperpireksia (SUhu>410C)

-Hemoglobinuria (blackwater fever)

-Hemoglobinuria (blackwater fever)

-Hiperparasitemia (>5%)

-Perdarahan spontan

-Ikterus (Bilirubin total >3 mg%)

-Gagal ginjal

-Hiperpireksia (Suhu >40C)

-Komplikasi terbanyak pada anak :

-Komplikasi

dibawah

-Hipoglikemia (sebelum pengobatan sering pada dewasa:


kina)

-Gagal ginjal akut

ini

lebih

-Anemia berat.

-Edem paru

-Malaria serebral Ikterus

-Keterangan :

-Anemia berat ( Hb<5 g%, Ht<15%)

- # Adult Respiratory Distress

Sering pada anak umur 1-2 tahun.

Syndrom

-Gula darah <40mg% lebih sering


pada anak <3 tahun.
- Pengobatan malaria berat ditujukan pada pasien yang datang dengan
manifestasi klinis berat termasuk yang gagal dengan pengobatan lini
pertama. Apabila fasilitas tidak atau kurang memungkinkan, maka
penderita dipersiapkan untuk dirujuk ke rumah sakit atau fasilitas
pelayanan yang lebih lengkap.
- Penatalaksanaan kasus malaria berat pada prinsipnya meliputi:
1

Tindakan umum

Pengobatan simptomatik

Pemberian obat anti malaria

Penanganan komplikasi

-Pilihan utama : derivat artemisinin parenteral


Artesunat Intravena atau intramuskular
Artemeter Intramuskular
-Pemberian obat anti malaria berat

-Artesunat parenteral direkomendasikan untuk digunakan di Rumah Sakit atau


Puskesmas perawatan, sedangkan artemeter intramuskular direkomendasikan
untuk di lapangan atau Puskesmas tanpa fasilitas perawatan. Obat ini tidak
boleh diberikan pada ibu hamil trimester 1 yang menderita malaria berat.
-Pencegahan dan Vaksin Malaria
-Tindakan pencegahan infeksi malaria sangat penting untuk individu yang nonimun, khususnya pada turis nasional maupun internasional. Kemo-profilaksis
yang dianjurkan ternyata tidak memberikan perlindungan secara penuh. Oleh
karenanya masih sangat dianjurkan untuk memperhatikan tindakan pencegahan
untuk menghindarkan diri dari gigitan nyamuk yaitu dengan cara:
1

Tidur dengan kelambu, sebaiknya dengan kelambu impregnated


(kelambu yang dicelup dengan pemethrin atau deltamethrin).

Menggunakan obat pembunuh nyamuk baik dalam bentuk


spray, lotion, asap, atau elektrik.

Mencegah berada di alam bebas dimana nyamuk akan dapat


menggigit dan harus memakai proteksi (baju lengan panjang,
kaos kaki/stocking). Nyamuk akan menggigit di antara jam
18.00 sampai jam 06.00. Nyamuk jarang pada ketinggian di atas
2.000m.

Memproteksi tempat tinggal atau kamar tidur dengan kawat anti


nyamuk.

-Tabel 9.2 Obat-obat untuk mencegah malaria pada wisatawan

-N

-Nama

-1

Obat
-Klorokui

-Penggunaan

-Dosis Dewasa

-Daerah tanpa P.falciparum

-500 mg setiap minggu

-2

-Meflokui

-Daerah

dengan

-250 mg setiap minggu

P.falciparum

resisten

kloroquin

-3 n

-Daerah

-4

-Doksisikl P.falciparum

resisten

in

-5

-Klorokui

-100 mg setiap hari


dengan

resisten

-500

multiobat
-Regimen

mg

kloroquin

setiap minggu ditambah


alternatif 200 mg proguanil setiap

menggantikan meflokuin

hari

n ditambah

Proguanil

-Profilaksis terminal infeksi setiap hari selama 14

-Primakui

P.vivax dan P.ovale

-26,3 mg (15 mg base)

hari setelah perjalanan

n
- Sehubungan dengan laporan tingginya tingkat resistensi terhadap klorokuin,
maka doksisiklin menjadi pilihan untuk kemoprofilaksis. Doksisiklin
diberikan setiap hari dimulai 1-2 hari sebelum pergi ke daerah endemis
malaria dengan dosis 2 mg/kg BB selama tidak lebih dari 4-6 minggu.
Doksisiklin tidak boleh diberikan pada anak umur <8 tahun dan ibu hamil
(DepKes RI, 2008a).
- Vaksinasi terhadap malaria masih tetap dalam pengembangan. Hal yang
menyulitkan ialah banyaknya antigen yang terdapat pada plasmodium

selain pada masing-masing bentuk stadium pada daur plasmodium. Oleh


karena yang berbahaya adalah adalah P. falciparum sekarang baru
ditujukan pada pembuatan vaksin untuk proteksi terhadap P. falciparum.
Pada dasarnya ada 3 jenis vaksin yang dikembangkan yaitu vaksin
sporozoit (bentuk intra hepatik), vaksin terhadap bentuk aseksual dan
vaksin transmission blocking untuk melawan bentuk gametosis.
-

BAB III

KESIMPULAN
Malaria merupakan suatu penyakit yang bersifat akut maupun kronik, yang
disebabkan

oleh protozoa genus

Plasmodium, yang ditandai dengan demam, anemia dan perbesaran limfa.


Plasmodium sebagai penyebab malaria terdiri dari4 spesies, yaitu P.
falciparum, P. ovale, P. vivax, dan P. malariae. Malaria juga melibatkan
hospes

perantara

yaitu

hidup spesiesmalaria

terdiri

nyamuk anopheles
dari

fase

seksual

betina.

Daur

dalam

tubuh

nyamuk anopheles betina dan faseaseksual dalam tubuh manusia.


Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang
dan lingkungan. Pada malaria berat berkaitan dengan mekanisme transport
membran

sel, penurunan

deformabilitas

pembentukan

knob,

sitoadherensi, resetting, dan lain-lain. Manifestasin klinik dari penyakit


malaria ditandai dengan prodromal, trias malaria yaitu memnggigil,
demam

dan

berkeringat, lalu

ditandai

juga

dengan

anemia dan splenomegali.


-

Diagnosis malaria ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan


laboratorium.

Gold standart adalah menemukan parasit malaria dalam pemeriksaan


sediaan apus darah tepi.

Pengobatan untuk malaria falsiparum, lini pertama:artesunat+amodiakuin+


primakuin, lini kedua:kina+dosksisiklin/tetrasiklin+primakuin. Pengobatan
malaria

vivax

lini pertama: klorokuin+primakuin, jika resistensi klorokuin: kina+primak


uin, jikarelaps: naikkan dosis primakuin. Pengobatan

malaria

malariae

diberikan klorokuin. Untuk profilaksis dapat digunakan dosksisiklin dan


klorokuin.
-

DAFTAR PUSTAKA

1. CDC. 2016. Global Health Division of Parasitic Diseases and Malaria.


USA: CDC
2. Depkes RI. 2008. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia.
Jakarta: Depkes RI.
3. WHO. 2016. Health Topic: Malaria. World Health Organization. Available
at http://www.who.int/topics/malaria/en/
4. WHO. 2016. Media Centre: Malaria. World Health Organization.
Available at http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs094/en/
5. WHO. 2015. World Malaria Report 2015. World Health Organization.
Available

at

http://www.who.int/malaria/publications/world-malaria-

report-2015/en/
6. NIH. 2011. Malaria. National Institute of Allergy and Infectious Diseases.
Available at http://www.niaid.nih.gov/topics/Malaria/Pages/default.aspx
7. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Ed 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI.

Anda mungkin juga menyukai