Disusun Oleh :
Aisyah
(1142060006)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah yang Maha Esa karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Fisiologi dan Metabolisme Sel tepat waktu.
Sholawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.,
beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya, tabiit dan tabiin serta pengikutnya hingga di akhir
zaman.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Fisiologi Hewan sebagai tugas individu dan
syarat untuk memperoleh nilai di mata kuliah yang diampu oleh Bapak Drs. Ading Pramadi,
M.Si. Makalah ini diharapkan dapat membantu pembaca dalam memahami materi Fisiologi dan
Metabolisme sel dalam Fisologi Hewan.
Dengan demikian, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan
penyusunan makalah di kemudian hari.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...................................................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 2
2.1 Sel ............................................................................................................................. 2
2.2 Metabolisme ............................................................................................................. 16
2.3 Katabolisme .............................................................................................................. 20
2.4 Anabolisme ............................................................................................................... 28
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 33
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 33
3.2 Saran .......................................................................................................................... 33
Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 34
iii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sel
a. Definisi Sel
Sel merupakan unit struktural, fungsional, dan reproduktif setiap makhluk hidup. Secara
struktural, sel merupakan penyusun pada makhluk hidup uniseluler (bersel satu) atau multiseluler
(bersel banyak). Bahwa makhluk hidup tersusun atas sel telah dibuktikan melalui pengamatan
mikroskopik oleh Schleiden dan Schwann dan telah dirumuskan dalam teorinya sel merupkan
satuan (unit) structural dari makhluk hidp.
Dari teori
proses
tersebut
didukung
oleh adanya
Menurut Rudolf Virchow (1858), sel berasal dari sel (omnis cellula e cellula), yang
melahirkan teori sel yang menyatakan bahwa sel merupakan satuan pertumbuhan. Dengan
ditemukannya gen yang terdapat dalam kromosom yang ada di dalam nucleus, lahirlah teori sel
yang menyebutkan bahwa sel merupakan satuan hereditas dari makhluk hidup.
Walther Flemming (1843-1905) dan Eduard Strasburger (1844-1912) mengamati
pembelahan-pembelahan sel sehubungan dengan proses reproduksi sel sehingga memunculkan
teori sel baru, yaitu sel merupakan satuan reproduksi dari makhluk hidup.
Sel memiliki tiga bagian utama, yaitu membrane sel, nukleus (inti sel), dan sitoplasma.
Organel-organel sel terdapat di dalam sitoplasma. Sel tumbuhan memiliki dinding sel di bagian
luar membran sel, namun sel hewan ataupun manusia tidak memilikinya.
b. Ukuran Sel
Umumnya sel bersifat mikroskopis dan berukuran 5-100 mikron. Panjang sel saraf 1
meter (m), sel tunggal terbesar adalah sel telur burung ostrich. Ukuran sel bertambah sejalan
dengan peningkatan volume yang lebih cepat daripada luas permukaan. Sel berukuran besar
mempunyai area permukaan yang kecil per unit volume yang mempengaruhi interaksi dengan
lingkungannya.
c. Penggolongan Sel
1. Sel Prokariot
Sel prokariot ukuranya relatif kecil,
tidak memiliki membran nucleus (inti), DNA
nya kontak secara tidak langsung dengan
sitoplasma, dalam sitoplasmanya mengandung
ribosom. Sel prokariot dibungkus oleh plasma
membrane, dinding luar sel yang kompleks,
pili dan kadang-kadang berflagela. Contohnya
sel
bakteri
atau
Archaaebacteria
dan
yang
yang tidak
tidak
Contohnya sel
Sumber: Johnson,2002 :84
memiliki
dinding
sel.
jamur.
1. Membran Sel
Membran sel berupa selaput tipis, disebut juga plasmalema. Tebal membran antara 5-10
nm. Apabila diamati dengan mikroskop cahaya tidak terlihat jelas, tetapi keberadaannya dapat
dibuktikan pada waktu sel mengalami plasmolisis.
S. Singer dan E.Nicolson (1972) menyampaikan teori tentang membran sel. Teori ini
disebut teori membran mozaik cair, yang menjelaskan bahwa membran sel terdiri atas protein
yang tersusun seperti mozaik (tersebar) dan masing-masing tersisip di antara dua lapis fosfolipid.
Membran sel merupakan bagian terluar sel dan tersusun secara berlapislapis. Bahan
penyusun membran sel yaitu lipoprotein yang merupakan gabungan antara lemak dan protein.
Membran sel mengandung kira-kira 50% lipid dan 50% protein. Lipid yang menyusun
membran sel terdiri atas fosfolipid dan sterol. Fosfolipid memiliki bentuk tidak simetris dan
berukuran panjang. Salah satu ujung fosfolipid bersifat mudah larut dalam air (hidrofilik), yang
disebut dengan ujung polar. Bagian sterol bersifat tidak larut dalam air (hidrofobik) yang disebut
dengan
ujung
nonpolar.
Fosfolipid
Sumber: Campbell,2014:98
Penyusun membran sel yang berupa karbohidrat berikatan dengan molekul protein yang
bersifat hidrofilik sehingga disebut dengan glikoprotein. Adapun karbohidrat yang berikatan
dengan lipid yang bersifat hirofilik disebut dengan glikopolid.
Sifat dari membran sel ini adalah selektif permiabel artinya adalah dapat dilalui oleh air
dan zat-zat tertentu yang terlarut di dalamnya. Membran sel memiliki fungsi antara lain:
a. sebagai pelindung sel,
b. mengendalikan pertukaran zat, dan
c. tempat terjadinya reaksi kimia.
Untuk menunjang fungsinya ini, membran sel memiliki kemampuan untuk mengenali zat.
Zat yang dibutuhkan akan diizinkan masuk, sedangkan zat yang sudah tidak digunakan berupa
sampah akan dibuang. Ada juga zat tertentu yang dikeluarkan untuk diekspor ke sel lain.
Masuknya zat dari luar melalui membran sel yaitu melalui peristiwa transpor pasif dan
transport aktif.
dalam
aktivitas
sel,
terutama
dalam
pembelahan.
Biasanya sebuah sel hanya memiliki satu nukleus saja, yang terletak di tengah. Namun
ada sel-sel yang memiliki inti lebih dari satu yaitu pada sel parenkim hati dan sel otot jantung,
yang memiliki dua buah nukleus. Adapun pada sel otot rangka terdapat banyak nukleus.
Komposisi nukleus terdiri atas membran nukleus, matriks, dan anak inti.
a. Membran Nukleus (Karioteka)
Susunan molekul membran ini sama dengan susunan molekul membran Susunan molekul
membran ini sama dengan susunan molekul membran sel, yaitu berupa lipoprotein. Membran inti
juga dilengkapi dengan pori-pori yang dapat memungkinkan hubungan antara nukleoplasma dan
sitoplasma. Pori-pori ini berperan dalam memindahkan materi antara inti sel dan sitoplasmanya.
Membran inti hanya bisa dilihat dengan jelas dengan menggunakan mikroskop elektron.
Membran inti terdiri atas dua selaput yaitu selaput luar dan selaput dalam. Selaput luar
mengandung ribosom pada sisi yang menghadap sitoplasma dan sering kali berhubungan dengan
membrane retikulum endoplasma.
b. Matriks (Nukleoplasma)
Nukleoplasma terdiri atas cairan inti yang tersusun dari zat protein inti yang disebut
dengan nukleoprotein.
c. Anak Inti (Nukleolus)
Di dalam nukleolus banyak terkandung kromosom, yaitu benang-benang halus DNA.
Kromosom tersebut berfungsi untuk:
1) menentukan ciri-ciri yang dimiliki sel;
6
energi
Mitokondria
dalam
memiliki
suatu
bentuk
sel.
bulat
Dengan bantuan mikroskop cahaya, keberadaan mitokondria dapat terlihat, tetapi untuk
dapat melihat struktur dasarnya harus menggunakan mikroskop elektron.
Mitokondria disusun oleh bahan-bahan antara lain fosfolipid dan protein. Mitokondria
mempunyai dua lapisan membran, yaitu membran luar dan membran dalam. Permukaan pada
membran luar halus, sedangkan pada membran dalam banyak terdapat lekukan-lekukan ke dalam
yang disebut krista. Adanya lekukan-lekukan ini akan dapat memperluas bidang permukaannya.
Krista berperan dalam penyerapan oksigen untuk respirasi.
Sumber:Campbell, 2014:111
Mitokondria banyak terdapat pada bagian tubuh antara lain otot, hati, jantung, ginjal,
karena bagian tubuh tersebut paling aktif melakukan kerja dan menghasilkan energi.
b. Retikulum Endoplasma
Retikulum endoplasma merupakan sistem yang sangat luas, membran di dalam sel berupa
saluran-saluran dan tabung pipih. Membran ini lebih tipis dari membran plasma. Komposisi
kimia tersusun atas lipoprotein.
Retikulum endoplasma ada dua macam, yaitu retikulum endoplasma
kasar dan retikulum endoplasma halus.
1) Retikulum Endoplasma Kasar (REK)
Retikulum endoplasma kasar ditempeli dengan ribosom yang tersebar merata pada
permukaannya. Ribosom merupakan tempat sintesis protein. Protein yang sudah terbentuk
kemudian akan diangkut ke bagian dalam retikulum endoplasma, dan kemudian disimpan di
dalam membran yang berkantong yang disebut vesikula.
2) Retikulum Endoplasma Halus (REH)
Retikulum endoplasma halus tidak ditempeli oleh ribosom. Permukaan REH ini
menghasilkan enzim yang dapat mensintesis fosfolipid, glikolipid, dan steroid.
Sumber:Johnson,2002:98
c. Ribosom
Ribosom merupakan struktur terkecil yang bergaris tengah 17-20 mikron, letaknya di
dalam sitoplasma sehingga hanya bisa dilihat dengan bantuan mikroskop elektron. Semua sel
hidup memiliki ribosom. Ribosom berfungsi untuk sintesis protein, yang selanjutnya digunakan
untuk pertumbuhan, perkembangbiakan atau perbaikan sel yang rusak. Pada sel-sel yang aktif
dalam sintesis protein, ribosom dapat berjumlah 25% dari bobot kering sel.
Keberadaan ribosom secara acak tersebar di dalam sitoplasma, tetapi ada beberapa yang
terikat pada membran retikulum endoplasma kasar (REK).
Sel hati merupakan sel yang banyak mengandung ribosom, karena sel hati terlibat aktif
dalam melakukan sintesis protein.
d. Badan Golgi
Organela
ini
ditemukan
Lain
halnya
dengan
Sumber:Johnson, 2002:90
golgi terdiri atas sekelompok kantong pipih yang dibatasi membran yang dinamakan saccula. Di
dekat saccula terdapat vesikel sekretori yang berupa gelembung bulat. Badan golgi pada
tumbuhan disebut dengan diktiosom. Pada diktiosom terjadi pembuatan polisakarida dalam
bentuk selulosa yang digunakan sebagai bahan penyusun dinding sel.
Secara umum fungsi dari badan golgi antara lain:
9
1) Secara aktif terlibat dalam proses sekresi, terutama pada sel-sel kelenjar;
2) Membentuk dinding sel pada tumbuhan;
3) Menghasilkan lisosom;
4) Membentuk akrosom pada spermatozoa yang berisi enzim untuk memecah dinding sel telur.
e. Lisosom
Lisosom hanya ditemukan pada sel
hewan saja. Lisosom merupakan struktur
agak bulat yang dibatasi membran tunggal,
memiliki ukuran diameter 1,5 mikron.
Lisosom berperan aktif melakukan fungsi
imunitas. Lisosom berisi enzim-enzim
hidrolitik untuk memecah polisakarida,
lipid, fosfolipid, dan protein. Lisosom
berperan
dalam
pencernaan
intrasel,
Sumber:Campbell, 2014:107
Lisosom juga berperan penting dalam matinya sel-sel. Lisosom banyak terdapat pada selsel darah terutama leukosit, limfosit, dan monosit. Di dalam sel-sel tersebut lisosom berperan
mensintesis enzim-enzim hidrolitik untuk mencernakan bakteri-bakteri patogen yang menyerang
tubuh.
Lisosom membantu menghancurkan sel yang luka atau mati dan menggantikan dengan
yang baru yang disebut dengan autofagus. Contohnya lisosom banyak terdapat pada sel-sel ekor
kecebong. Ekor kecebong secara bertahap akan diserap dan mati. Hasil penghancurannya
digunakan untuk pertumbuhan sel-sel baru bagi katak yang sedang dalam masa pertumbuhan.
Begitu pula selaput antara jari-jari tangan dan kaki manusia ketika berwujud embrio akan hilang
setelah embrio tersebut lahir.
f. Sentrosom
Sentrosom hanya dijumpai pada sel hewan. Bentuk sentrosom bulat kecil. Organela ini
terdapat di dekat inti, berperan dalam proses pembelahan sel. Sentrosom menyerupai bola-bola
duri karena adanya serat-serat radial.
10
g. Vakuola
Vakuola ialah organela sitoplasmik yang
berisi cairan dan dibatasi selaput tipis yang
disebut tonoplas. Vakuola berbentuk cairan yang
di dalamnya terlarut berbagai zat seperti enzim,
lipid, alkaloid, garam mineral, asam, dan basa.
Pada sel tumbuhan, vakuola selalu ada. Semakin
tua suatu tumbuhan, maka vakuola yang
terbentuk semakin besar.
Sumber:Campbell, 2014:108
makanan berupa sukrosa dan garam mineral, selain juga berfungsi sebagai tempat penimbunan
sisa metabolisme, seperti getah pada batang tumbuhan karet.
Vakuola juga terdapat pada protozoa. Vakuola protozoa berupa vakuola kontraktil
dan vakuola nonkontraktil.
1)Vakuola kontraktil
Vakuola kontraktil disebut juga vakuola berdenyut. Vakuola kontraktil memiliki fungsi
sebagai osmoregulator yaitu mengatur nilai osmotik dalam sel.
2) Vakuola nonkontraktil
Vakuola nonkontraktil disebut juga vakuola makanan, yang berfungsi untuk mencerna
makanan dan mengedarkan hasil pencernaan makanan ke seluruh tubuh.
h. Plastida
Plastida juga merupakan organela spesifik yang terdapat pada sel tumbuhan. Di dalam
plastida terdapat zat pigmen. Mekanisme kerja plastid sangat dipengaruhi oleh rangsang cahaya.
Pada lingkungan yang banyak terdapat penyinaran matahari, maka plastida menghasilkan
pigmen warna yang disebut kloroplas, antara lain pigmen hijau (klorofil), kuning (xantin), dan
kuning kemerah-merahan (xantofil). Plastida yang tidak terkena cahaya matahari tidak akan
menghasilkan pigmen warna yang disebut leukoplas atau amiloplas yaitu untuk tempat amilum.
11
i. Kloroplas
Pada sel tumbuhan ada bagian paling spesifik yang tidak terdapat pada sel hewan, yaitu
bagian yang berperan dalam proses fotosintesis. Klorofil dihasilkan oleh suatu struktur yang
disebut kloroplas.
Sumber:Johnson,2002:95
Kloroplas hanya terdapat dalam sel tumbuhan dan ganggang tertentu. Pada sel-sel
tumbuhan, kloroplas berbentuk cakram dengan diameter 5-8 mikrometer dengan tebal 2-4
mikrometer.
1) Membran Internal (Dalam)
Pada membran ini tidak terdapat lipatan (halus), dan terdapat banyak pigmen fotosintesis
yang terletak pada tilakoid. Pigmen ini akan menangkap cahaya matahari dan mengubah energi
cahaya ini menjadi energi kimia dalam bentuk ATP (Adenosin Trifosfat), melalui proses
fotosintesis. Tumpukan dari beberapa tilakoid akan membentuk granum. Tilakoid yang
memanjang menghubungkan granum satu dengan lainnya disebut stroma. Pigmen fotosintesis
tersebut antara lain klorofil dan karotenoid.
a) Klorofil
Klorofil meliputi klorofil a dan b. Klorofil merupakan pigmen hijau untuk menangkap
energi cahaya matahari, misalnya sinar merah, biru, ungu, dan memantulkan sinar hijau.
b) Karotenoid
Karotenoid merupakan pigmen kuning sampai jingga. Karotenoid menyerap sinar
gelombang antara hijau-biru.
12
Sel Hewan
Mempunyai sentrosom.
Mempunyai lisosom.
Mempunyai plastida.
makanan
berupa
lemak
dan
glikogen.
13
a. Difusi
Proses ini merupakan perpindahan molekul larutan berkonsentrasi tinggi menuju larutan
berkonsentrasi rendah tanpa melalui selaput membran.
Proses difusi sering terjadi pada tubuh kita. Tanpa kita sadari, tubuh kita selalu
melakukan proses ini, yaitu pada saat kita menghirup udara. Ketika menghirup udara, di dalam
tubuh akan terjadi pertukaran gas antarsel melalui proses difusi.
Contoh lain proses difusi adalah saat kita membuat minuman sirup. Sirup yang kita
larutkan dengan air akan bergerak dari larutan yang konsentrasinya tinggi ke larutan yang
konsentrasinya rendah.
Pada masing-masing zat, kecepatan difusi berbeda-beda. Untuk contoh kasus yang
dijelaskan, yaitu antara sirup dan gas, maka kecepatan difusi sirup lebih besar pada gas.
b. Osmosis
Osmosis adalah proses perpindahan air dari zat yang berkonsentrasi rendah (hipotonis) ke
larutan yang berkonsentrasi tinggi (hipertonis) melalui membran semipermeabel, sehingga
didapatkan larutan yang berkonsentrasi seimbang (isotonis).
Peristiwa osmosis dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-harixantara lain pada
penyerapan air melalui bulu-bulu akar, dan mengerutnya sel darah merah yang dimasukkan ke
dalam larutan hipertonis.
c. Difusi Terbantu
Proses difusi terbantu difasilitasi oleh suatu protein. Difusi terbantu sangat tergantung
pada suatu mekanisme transpor dari membran sel. Difusi terbantu dapat ditemui pada kehidupan
sehari-hari, misalnya pada bakteri Escherichia coli yang diletakkan pada media laktosa.
Membran sel bakteri tersebut bersifat impermeabel sehingga tidak dapat dilalui oleh
laktosa. Setelah beberapa menit kemudian bakteri akan membentuk enzim dari dalam sel yang
disebut permease, yang merupakan suatu protein sel. Enzim permease inilah yang akan
membuatkan jalan bagi laktosa sehingga laktosa ini dapat masuk melalui membran sel.
2. Transpor Aktif
Transpor aktif merupakan transpor partikel-partikel melalui membran semipermeabel
yang bergerak melawan gradien konsentrasi yang memerlukan energi dalam bentuk ATP.
Transpor aktif berjalan dari larutan yang memiliki konsentrasi rendah ke larutan yang memiliki
konsentrasi tinggi, sehingga dapat tercapai keseimbangan di dalam sel.
14
Adanya muatan listrik di dalam dan luar sel dapat mempengaruhi proses ini, misalnya ion
K+, Na+dan Cl+. Peristiwa transpor aktif dapat dilihat pada peristiwa masuknya glukosa ke
dalam sel melewati membran plasma dengan menggunakan energi yang berasal dari ATP.
Contoh lain terjadi pada darah di dalam tubuh kita, yaitu pengangkutan ion kalium (K)
dan natrium (Na) yang terjadi antara sel darah merah dan cairan ekstrasel (plasma darah). Kadar
ion kalium pada sitoplasma sel darah merah tiga puluh kali lebih besar daripada cairan plasma
darah. Tetapi kadar ion natrium plasma darah sebelas kali lebih besar daripada di dalam sel darah
merah. Adanya pengangkutan ion bertujuan agar dapat tercapai keseimbangan kadar ion di
dalam sel.
Peristiwa transpor aktif dibedakan menjadi dua, yaitu endositosis dan eksositosis.
a. Endositosis
Endositosis merupakan peristiwa pembentukan kantong membran sel. Endositosis terjadi
karena ada transfer larutan atau partikel ke dalam sel. Peristiwa endositosis dibedakan menjadi
dua, yaitu sebagai berikut.
1) Pinositosis
Pinositosis merupakan peristiwa masuknya sejumlah kecil medium kultur dengan
membentuk lekukan-lekukan membran sel. Peristiwa ini dapat terjadi bila konsentrasi protein
dan ion tertentu pada medium sekeliling sel sesuai dengan konsentrasi di dalam sel. Proses
pinositosis dapat diamati dengan mikroskop elektron. Sel-sel yang melakukan proses pinositosis
ini antara lain sel darah putih, epitel usus, makrofag hati, dan lain-lain. Tahapan proses pinotosis
adalah sebagai berikut.
1. Molekul-molekul medium kultur mendekati membran sitoplasma.
2. Molekul-molekul mulai melekat (menempel) pada plasma, hal ini terjadi karena adanya
konsentrasi yang sesuai antara protein dan ion tertentu pada medium sekeliling sel dengan di
dalam sel.
3. Mulai terbentuk invaginasi pada membran sitoplasma.
4. Invaginasi semakin ke dalam sitoplasma.
5. Terbentuk kantong dalam sitoplasma dan saluran pinositik.
6. Kantong mulai lepas dari membran plasma dan membentuk gelembung-gelembung kantong.
7. Gelembung-gelembung kantong mulai mempersiapkan diri untuk melakukan fragmentasi.
8. Gelembung pecah menjadi gelembung yang lebih kecil.
15
2) Fagositosis
Fagositosis merupakan peristiwa yang sama seperti pada pinositosis tetapi terjadi pada
benda padat yang ukurannya lebih besar. Fagositosis dapat diamati dengan mikroskop misalnya
yang terjadi pada Amoeba.
b. Eksositosis
Eksositosis adalah proses keluarnya suatu zat ke luar sel. Proses ini dapat dillihat pada
proses kimia yang terjadi dalam tubuh kita, misalnya proses pengeluaran hormon tertentu. Semua
proses sekresi dalam tubuh merupakan proses eksositosis. Sel-sel yang mengeluarkan protein
akan berkumpul di dalam badan golgi. Kantong yang berisi protein akan bergerak ke arah
permukaan sel untuk mengosongkan isinya.
2.2. Pengertian Metabolisme
Metabolisme adalah suatu proses kimiawi yang terjadi di dalam tubuh semua makhluk
hidup, proses ini merupakan pertukaran zat ataupun suatu organism dengan lingkungannya.
Metabolisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu metabole yang berarti perubahan, dapat kita
katakan bahwa makhluk hidup mendapat, mengolah dan mengubah suatu zat melalui proses
kimiawi untuk mempertahankan hidupnya. Metabolisme terdiri atas anabolisme dan katabolisme
a. Enzim
1) Pengertian Enzim
Reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh berlangsung tanpa memerlukan energi dari
luar. Namun, reaksi ini bisa terjadi sangat lambat. Misalnya, hidrolisis sukrosa (gula pasir)
menjadi glukosa dan fruktosa berlangsung spontan larutan sukrosa yang dilarutkan dalam air
tidak akan menunjukkan tanda-tanda hidrolisis apapun meski sudah bertahun-tahun. Akan tetapi,
jika ditambahkan sedikit enzim ke larutan tersebut, maka sukrosa akan dapat terhidrolisis dalam
hitungan detik.
Enzim berfungsi sebagai katalisator atau mempercepat reaksi kimia. Enzim (enzyme)
merupakan senyawa protein yang dapat mempercepat reaksi namun tidak terlibat dalam sebuah
reaksi tersebut.
2) Struktur enzim
1.Apoenzim, yaitu bagian enzim aktif yang tersusun atas protein yang bersifat labil (mudah
berubah) terhadap faktor lingkungan.
16
2.Gugus prostetik adalah bagian enzim yang tidak tersusun atas protein.gugus protein dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Kofaktor (tersusun dari bahan anorganik) Merupakan komponen non protein yang
tersusun dari zat anorganik yang umumnya berupa logam, misalnya besi,tembaga dan zink.
b. Koenzim (tersusun dari bahan organik) Tersusun dari senyawa organik nonprotein yang
tidak melekat erat pada bagian protein enzim, contohnya NAD, NADP dan keonzim
3) Ciri ciri Enzim
1. Tersusun atas protein, enzim adalah suatu protein dengan demikian,sifat sifat enzim sama
dengan protein, yaitu dapat rusak pada suhu tinggi dan terpengaruh oleh PH.
2. Mudah di pengaruhi oleh perubahan lingkungan yaitu
a. Suhu, setiap enzim mempunyai suhu optimal tertentu sehingga dapat
melangsungkan reaksi secara maksimal. Suhu yang terlalu tinggi atau melampaui
batas optimal akan menyebabkan enzim mengalami kerusakan.
b. Ph, enzim bekerja optimal pada Ph tertentu
17
18
19
2.3 Katabolisme
Katabolisme disebut juga disimilasi. Pada proses tersebut terjadi penguraian zat
kompleks menjadi bentuk sederhana dan pembebasan energi kimia yang tersimpan di dalamnya.
Reaksi yang membebaskan energi kimia demikian disebut reaksi eksoterm.
Katabolisme mempunyai dua fungsi, yaitu menyediakan bahan baku untuk sintesis
molekul lain, dan menyediakan energi kimia yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas sel.
Reaksi yang umum terjadi adalah reaksi oksidasi. Energi yang dilepaskan oleh reaksi
katabolisme disimpan dalam bentuk fosfat, terutama dalam bentuk ATP (Adenosin trifosfat) dan
berenergi elektron tinggi NADH2 (Nikotilamid adenine dinukleotida H2) serta FADH2 (Flavin
adenin dinukleotida H2). Salah satu contoh reaksi eksoterm (katabolisme) adalah respirasi.
1. Respirasi Aerob
Respirasi aerob adalah respirasi yang memerlukan oksigen bebas dari udara sebagai
penerima elektron terakhir. Oksigen bebas ini digunakan untuk pembakaran bahan baku. Proses
respirasi secara umum dapat kita lihat sebagai berikut.
C6H12O6 + 6O2 = 6CO2 + H2O + Energi
Dari reaksi di atas, terlihat bahwa respirasi aerob dengan bahan baku glukosa
menghasilkan energi. Karbondioksida (CO2) dibebaskan keluar sel sebagai sampah. Pada
manusia, CO2 dilarutkan dalam darah, kemudian dibuang melalui pernapasan dari paru-
20
paru. Molekul air juga merupakan sampah dari respirasi dan dibuang lewat plasma darah
ke paru-paru, kemudian dikeluarkan melalui hembusan napas.
Pada tumbuhan, energi yang dihasilkan sebagian berupa panas, sebagian lagi
digunakan untuk aktivitas hidup tumbuhan itu sendiri seperti untuk proses pembentukan
zat organik, proses osmosis, pengaliran protoplasma, atau pembelahan sel. Penguraian
heksosa juga menghasilkan CO2 dan air (H2O).
Respirasi aerob dapat dibedakan menjadi empat tahap, yaitu: glikolisis,
dekarboksilasi oksidatif, siklus krebs, dan transpor elektron.
a. Glikolisis
Glikolisis adalah rangkaian reaksi kimia penguraian glukosa (yang memiliki 6
atom C) menjadi 2 asam piruvat (senyawa yang memiliki 3 atom C) sehingga
menghasilkan NADH, dan ATP. NADH (Nikotinamida Adenina Dinukleotida Hidrogen)
adalah koenzim yang mengikat elektron (H+), sehingga disebut donor elektron. ATP
(adenosin trifosfat) merupakan senyawa berenergi tinggi. Setiap pelepasan gugus
fosfatnya menghasilkan energi.
Pada proses glikolisis, setiap 1 molekul glukosa (6 atom C) diubah menjadi 2
molekul asam piruvat (3 atom C), menghasilkan 2 NADH (=6 ATP), dan 2 ATP.
Glikolisis memiliki sifat-sifat, antara lain: glikolisis dapat berlangsung secara aerob
maupun anaerob, glikolisis melibatkan enzim ATP dan ADP, serta peranan ATP dan
ADP pada glikolisis adalah memindahkan (mentransfer) fosfat dari molekul yang satu ke
molekul yang lain.
Pada sel eukariotik, glikolisis terjadi di sitoplasma (sitosol). Glikolisis terjadi
melalui 10 tahapan yang terdiri dari 5 tahapan penggunaan energi dan 5 tahapan
pelepasan energi.
Reaksi glikolisis dapat dilihat dibawah ini.
21
Glukosa
Heksokinase
ADP
Fruktosa
Fosfoglukoisomerase
Fruktosa 6
Fosfat
ATP
Fosfofruktokinase
ADP
Fruktosa 1, 6
Fosfat
Aldolase
c
Isomerase
Gliseraldehida-3Fosfat
Dihidroksiaseton
fosfat
2 NAD
Triosafosfat
dehidrogenase
2 NADH
1,3 Bifosfogliserat
2 ADP
Fosfogliserokinase
2 ATP
3-Fosfogliserat
Fosfogliseromutase
2-Fosfogliserat
Enolase
2 ADP
Fosfoenolpiruvat
Piruvat kinase
2 ATP
Piruvat
22
Skema tahapan glikolisis menunjukkan bahwa energi yang dibutuhkan pada tahap
penggunaan energi adalah 2 ATP. Sementara itu, energi yang dihasilkan pada tahap pelepasan
energi adalah 4 ATP dan 2 NADH. Dengan demikian, hasil akhir glikolisis adalah 2 ATP + 2
NADH dan 2 asam piruvat.
Piruvat merupakan hasil akhir jalur glikolisis. Jika berlangsung respirasi aerobik, piruvat
memasuki mitokondria dan segera mengalami proses lebih lanjut.
b. Dekarboksilasi Oksidatif
Dekarboksilasi oksidatif akan mengubah asam piruvat menjadi asetil ko-A. Tahap ini
terjadi dalam beberapa reaksi yang dikatalisis oleh kompleks enzim yang disebut piruvat
dehidrogenase. Enzim ini terdapat pada mitokondria pada sel eukariotik, sedangkan pada
prokariotik terdapat pada sitoplasma
Tahap-tahap dalam dekarboksilasi oksidatif adalah sebagai berikut.
1.Gugus karboksilat (-COO) akan lepas dari asam piruvat menjadi CO2.
2.Sisa dua atom karbon dari piruvat dalam bentuk CH3COO- akan mentranfer kelebihan
elektronnya pada molekul NAD+ sehingga terbentuk NADH, dan molekul dua atom
karbon tersebut berubah menjadi asetat.
3.Pada akhirnya koenzim-A (ko-A) akan diikatkan pada asetat sehingga membentuk
asetil koenzim-A (asetil ko-A).
Hasil dari dekarboksilasi oksidatif adalah molekul asetil ko-A, NADH, dan CO2. Satu
molekul glukosa akan diubah menjadi dua molekul asam piruvat dalam glikolisis, artinya proses
dekarboksilasi oksidatif untuk satu molekul glukosa akan menghasilkan 2 molekul asetil ko-A, 2
NADH, dan 2CO2.
c. Siklus Krebs
Molekul asetil ko-A akan masuk krebs untuk menghasilkan ATP, NADH, FADH2, dan
CO2. Terdapat delapan tahap reaksi dalam siklus krebs yang terus berputar-putar sehingga
disebut sebagai suatu siklus. Siklus Krebs terjadi di matriks mitokondria.
Tahap-tahap dalam siklus krebs adalah sebagai berikut.
1. Asetil Co-A akan berikatan dengan oksaloasetat membentuk sitrat, reaksi ini
dikatalisis enzim sitrat sintase.
2. Sitrat akan diubah menjadi isositrat oleh enzim akonitase.
23
3. Isositrat
akan
ketoglutarat
diubah
oleh
menjadi
ezim
alfa-
isositrat
ko-A
akan
suksinat
oleh
enzim
diubah
suksinil
menjadi
ko-A
yang
kemudian
dapat
berupah
menjadi ATP.
6. Suksinat akan diubah menjadi fumarat oleh
enzim suksinat dehidrogenase. Pada reaksi ini akan dihasilkan FADH2
7. Fumarat akan diubah menjadi malat oleh enzim fumarase.
8. Malat akan diubah menjadi oksaloasetat oleh enzim malat dehidrogenase. Pada tahap ini
juga dihasilkan NADH.
d. Transpor Elektron
Transpor elektron merupakan proses produksi ATP (energi) dari NADH dan FADH2
yang dihasilkan dalam glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, dan siklus krebs. Transfer elektron
terjadi di membran dalam mitokondria, yang dibantu oleh kelompok-kelompok protein yang
terdapat pada membran tersebut. Proses ini disebut juga dengan fosforilasi oksidatif dan
ditemukan pada tahun 1948 oleh Eugene Kennedy dan Albert Lehninger.
Energi yang diperlukan untuk aktivitas setiap sel tubuh tersimpan dalam bentuk ATP
yang dihasilkan melalui respirasi aerob maupun respirasi anaerob. Respirasi aerob merupakan
proses pemecahan glukosa menghasilkan energi dengan adanya oksigen yang akan
menghasilkan sisa air dan karbondioksida. Sedangkan repirasi anaerob merupakan pemecahan
glukosa menghasilkan energi tanpa adanya oksigen dengan hasil akhir berupa asam laktat (pada
hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme) dan alkohol (pada jamur bersel satu / yeast).
24
Energi yang dihasilkan dari respirasi aerob lebih banyak (36 / 38 ATP) dibandingkan
energi yang dihasilkan melalui respirasi anaerob (2 ATP). Oleh karena itu, tubuh selalu
mengutamakan terjadinya respirasi aerob dibandingkan anaerob.
Transpor elektron merupakan tahapan terakhir dari respirasi aerob yang nantinya akan
menghasilkan ATP dan H2O sebagai hasil akhirnya. Dalam transfer elektron, oksigen berperan
sebagai penerima elektron terakhir yang nantinya akan membentuk H2O yang akan dikeluarkan
dari sel.
Disebut dengan transfer elektron karena dalam prosesnya terjadi transfer elektron dari
satu protein ke protein yang lain. Elektron yang ditransfer berasal dari NADH dan FADH2 yang
telah terbentuk sebelumnya. Elektron akan ditransfer dari tingkat energi tinggi menuju tingkat
energi yang lebih rendah sehingga akan melepaskan energi yang akan digunakan untuk
membentuk ATP.
Pada membran dalam mitokondria terdapat komplek protein I, komplek protein II,
ubiquinon (Q), komplek protein III, sitokrom c (cyt c), dan komplek protein IV. Elektron akan
ditransfer ke masing-masing protein tersebut untuk membentuk ATP. Sedangkan molekul O2
akan berperan sebagai penerima elekron terakhir yang nantinya akan berubah menjadi
H2O. ATP akan dihasilkan oleh enzim ATP sintase melalui proses yang disebut kemiosmosis.
1. NADH akan melepaskan elektronnya (e-) kepada komplek protein I. Peristiwa ini
membebaskan energi yang memicu dipompanya H+ dari matriks mitokondria menuju
ruang antar membran. NADH yang telah kehilangan elektron akan berubah menjadi
NAD+.
2. Elektron akan diteruskan kepada ubiquinon.
3. Kemudian elektron diteruskan pada komplek protein III. Hal ini akan memicu
dipompanya H+ keluar menuju ruang antar membran.
4. Elektron akan diteruskan kepada sitokrom c.
5. Elektron akan diteruskan kepada komplek protein IV. Hal ini juga akan memicu
dipompanya H+ keluar menuju ruang antar membran.
6. Elektron kemudian akan diterima oleh molekul oksigen, yang kemudian berikatan dengan
2 ion H+ membentuk H2O.
7. Bila dihitung, transfer elektron dari bermacam-macam protein tadi memicu dipompanya
3 H+ keluar menuju ruang antar membran. H+ atau proton tersebut akan kembali menuju
matriks mitokondria melalui enzim yang disebut ATP sintase.
8. Lewatnya H+ pada ATP sintase akan memicu enzim tersebut membentuk ATP secara
bersamaan. Karena terdapat 3 H+ yang masuk kembali ke dalam matriks, maka
terbentuklah 3 molekul ATP.
9. Proses pembentukan ATP oleh enzim ATP sintase tersebut dinamakan dengan
kemiosmosis.
FADH2 akan mentransfer elektronnya bukan kepada komplek protein I, namun pada
komplek protein II. Transfer pada komplak protein II tidak memicu dipompanya H+ keluar
menuju ruang antar membran. Setelah dari komplek protein II, elektron akan ditangkap oleh
ubiquinon dan proses selanjutnya sama dengan transfer elektron dari NADH. Jadi pada transfer
elektron yang berasal dari FADH2 , hanya terjadi 2 kali pemompaan H+ keluar menuju ruang
antar mebran. Oleh sebab itu dalam proses kemiosmosis hanya terbentuk 2 molekul ATP saja
Respirasi aerob akan menghasilkan energi sebanyak 36 / 38 ATP dengan hasil akhir
berupa CO2 dan H2O yang akan dikeluarkan dari tubuh sebagai zat sisa respirasi. Satu molekul
glukosa dengan 6 atom C, ketika mengalami respirasi aerob akan melepaskan 6 molekul CO2.
Karbondioksida tersebut dibebaskan pada tahap dekarboksilasi oksidatif dan siklus krebs.
26
sumber: http://budisma.net/
2. Respirasi Anaerob
Respirasi anaerob adalah proses respirasi yang tidak memerlukan oksigen. Salah satu
contoh proses ini adalah proses fermentasi. Respirasi anaerob dapat terjadi pada manusia dan
hewan jika tubuh memerlukan energi secara cepat. Pada mikroorganisme seperti bakteri dan
jamur, respirasi anaerob dilakukan karena keadaan lingkungan yang tidak memungkinkan dan
belum memiliki sistem metabolisme yang kompleks.
Organisme yang melakukan fermentasi di antaranya adalah bakteri dan protista yang
hidup di rawa, lumpur, makanan yang diawetkan, atau tempat-tempat lain yang tidak
mengandung oksigen.
Beberapa organisme dapat berespirasi menggunakan oksigen, tetapi dapat juga
melakukan fermentasi. Organisme seperti ini melakukan fermentasi jika lingkungannya miskin
oksigen. Sebagai contoh, sel-sel otot dapat melakukan respirasi anaerob jika kekurangan oksigen.
Pada fermentasi, glukosa dipecah menjadi 2 molekul asam piruvat, 2 NADH, dan
terbentuk 2 ATP. Tetapi, fermentasi tidak bereaksi secara sempurna memecah glukosa menjadi
karbon dioksida dan air, serta ATP yang dihasilkan pun tidak sebesar ATP yang dihasilkan dari
glikolisis.
Dari hasil akhirnya, fermentasi dibedakan menjadi fermentasi asam laktat dan fermentasi
alkohol.
a. Fermentasi Asam Laktat
Fermentasi asam laktat merupakan respirasi anaerob, hasil akhir fermentasi ini ialah asam
laktat yang disebut juga asam susu. Sebagian masyarakat menyebut asam laktat sebagai asam
27
kelelahan, karena erat kaitannya dengan rasa lelah. Hal ini terjadi pada manusia, karena bergerak
melebihi batas sehingga terjadi penimbunan asam laktat yang merupakan hasil akhir fermentasi
pada otot tubuh.
Proses fermentasi juga dimulai dengan glikolisis yang menghasilkan asam piruvat.
Karena pada proses ini tidak ada oksigen yang merupakan reseptor terakhir, maka asam piruvat
diubah menjadi asam laktat. Kejadian ini berakibat pada elektron yang tidak meneruskan
perjalanannya, tidak lagi menerima elektron dari NADH dan FAD. Karena tidak terjadi
penyaluran elektron, berarti pula NAD+ dan FAD yang diperlukan dalam siklus krebs juga tidak
terbentuk. Akibatnya, reaksi siklus krebs pun terhenti. Asam laktat merupakan zat kimia yang
merugikan karena bersifat racun atau toksis.
b. Fermentasi Alkohol
Pada beberapa mikroorganisme, peristiwa pembebasan energi terjadi karena asam piruvat
diubah menjadi asam asetat dan CO2. Selanjutnya, asam asetat diubah menjadi alkohol. Pada
peristiwa ini, NADH diubah menjadi NAD+. Dengan terbentuknya NAD+, glikolisis dapat
terjadi. Dengan demikian, asam piruvat selalu tersedia, kemudian diubah menjadi energi.
Pada fermentasi ini, energi (ATP) yang dihasilkan dari 1 molekul glukosa hanya 2
molekul ATP, berbeda dengan proses respirasi aerob yang mengubah 1 molekul glukosa menjadi
34 ATP.
c. Fermentasi Asam Cuka
Fermentasi asam cuka merupakan satu contoh fermentasi yang berlangsung dalam
keadaan aerob. Dari proses fermentasi asam cuka, energi yang dihasilkan lima kali lebih besar
daripada energi yang dihasilkan oleh fermentasi alkohol.
2.4. Anabolisme
Anabolisme adalah reaksi pembentukan molekul sederhana menjadi molekul yang
kompleks. Reaksi anabolisme merupakan peristiwa sintesis atau penyusunan sehingga
memerlukan energi, dan dibentuk reaksi endergonik. Contoh reaksi anabolisme di antaranya
adalah fotosintesis atau sintesis karbohidrat dengan bantuan energi cahaya matahari,
kemosintesis dengan bantuan energi kimia.
28
1. Fotosintesis
Fotosintesis merupakan sintesis yang memerlukan cahaya (fotos = cahaya; sintesis =
penyusunan atau membuat bahan kimia). Fotosintesis adalah peristiwa pembentukan karbohidrat
dari karbondioksida dan air dengan bantuan energi cahaya matahari. Secara sederhana, reaksi
fotosintesis yang melibatkan berbagai enzim dapat dituliskan sebagai berikut:
29
Proses reaksi fotosintesis dalam tumbuhan tinggi dibagi menjadi dua tahap, yaitu reaksi
terang dan reaksi gelap. Untuk mengetahui bagaimana proses kedua reaksi tersebut, mari cermati
uraian berikut ini.
a. Reaksi Terang
Pada tahap pertama, energi matahari ditangkap oleh pigmen penyerap cahaya dan diubah
menjadi bentuk energi kimia, ATP, dan senyawa pereduksi NADPH. Proses ini disebut tahap
reaksi terang. Atom hidrogen dari molekul H2O dipakai untuk mereduksi NADP+ menjadi
NADPH, dan O2 dilepaskan sebagai hasil samping reaksi fotosintesis. Reaksi ini juga
dirangkaikan dengan reaksi endergonik, membentuk ATP dari ADP + Pi.
Pembentukan ATP dari ADP + Pi, merupakan suatu mekanisme penyimpanan energi
matahari yang diserap kemudian diubah menjadi bentuk energi kimia. Proses ini disebut
fosforilasi fotosintesis atau fotofosforilasi.
Pada reaksi terang yang terjadi di grana, energi cahaya memacu pelepasan elektron dari
fotosistem di dalam membran tilakoid. Fotosistem adalah tempat berkumpulnya beratus-ratus
molekul pigmen fotosintesis. Aliran elektron melalui sistem transpor menghasilkan ATP dan
NADPH.
ATP dan NADPH dapat terbentuk melalui jalur non siklik, yaitu elektron mengalir dari
molekul air, kemudian melalui fotosistem II dan fotosistem I. Elektron dan ion hidrogen akan
membentuk NADPH dan ATP. Oksigen yang dibebaskan berguna untuk respirasi aerob. Pusat
reaksi pada fotosistem I mengandung klorofil a, disebut sebagai P700, karena dapat menyerap
foton terbaik pada panjang gelombang 700 nm. Pusat reaksi pada fotosistem II mengandung
klorofil a yang disebut sebagai P680, karena dapat menyerap foton terbaik pada panjang
gelombang 680 nm.
b. Reaksi Gelap
Disebut juga siklus Calvin-Benson. Reaksi ini disebut reaksi gelap, karena tidak
tergantung secara langsung dengan cahaya matahari. Reaksi gelap terjadi di stroma. Namun
demikian, reaksi ini tidak mutlak terjadi hanya pada kondisi gelap.
Reaksi gelap memerlukan ATP, hidrogen, dan elektron dari NADPH, karbon dan oksigen
dari karbondioksida, enzim yang mengkatalisis setiap reaksi, dan RuBp (Ribulosa bifosfat) yang
merupakan suatu senyawa yang mempunyai 5 atom karbon.
Reaksi gelap terjadi melalui beberapa tahapan, yaitu:
30
a) Karbondioksida diikat oleh RuBp (Ribulosa bifosfat yang terdiri atas 5 karbon)
menjadi senyawa 6 karbon yang labil. Senyawa 6 karbon ini kemudian memecah menjadi
2 fosfogliserat (PGA).
b) Masing-masing PGA menerima gugus pfosfat dari ATP dan menerima hidrogen serta
e- dari NADPH. Reaksi ini menghasilkan PGAL (fosfogliseraldehida).
c) Tiap 6 molekul karbon dioksida yang diikat dihasilkan 12 PGAL.
d) Dari 12 PGAL, 10 molekul kembali ke tahap awal menjadi
RuBp, dan seterusnya RuBp akan mengikat CO2 yang baru.
e) Dua PGAL lainnya akan berkondensasi menjadi glukosa 6 fosfat. Molekul ini
merupakan prekursor (bahan baku) untuk produk akhir menjadi molekul sukrosa yang
merupakan karbohidrat untuk diangkut ke tempat penimbunan tepung pati yang
merupakan karbohidrat yang tersimpan sebagai cadangan makanan.
2. Kemosintesis
Kemosintesis terjadi pada organisme autotrof, tepatnya kemo-autotrof, yang mampu
menghasilkan senyawa organik yang dibutuhkan dari zat-zat anorganik dengan bantuan energy
kimia. Yang dimaksud dengan energi kimia di sini adalah energy yang diperoleh dari suatu
reaksi kimia yang berasal dari reaksi oksidasi. Kemampuan mengadakan kemosintesis ini,
terdapat pada mikroorganisme dan bakteri autotrof. Bakteri Sulfur yang tidak berwarna
memperoleh energi dari proses oksidasi senyawa H2S. Jangan disamakan dengan bakteri sulfur
yang berwarna kelabu-keunguan yang mampu mengadakan fotosintesis karena memiliki klorofil.
Bakteri besi memperoleh energi kimia dengan cara oksidasi Fe++ (Ferro) menjadi Ferri.
Bakteri Nitrogen dengan melakukan oksidasi senyawa tertentu dapat memperoleh energi untuk
mensintesis zat organik yang diperlukan. Bakteri Nitrosomonas dan Nitrococcus memperoleh
energi dengan cara mengoksidasi NH3 yang telah membentuk senyawa amonium, yaitu
ammonium karbonat menjadi asam nitrit, Bakteri Nitrogen yang lain, Nitrobacter, mengubah
nitrit menjadi nitrat
3. Sintesis Lemak
Lemak disintesis dari protein dan karbohidrat melalui asetil ko-enzim A. Metabolisme
gliserol memiliki cara sama dengan metabolisme karbohidrat, yaitu melalui jalan piruvat. Untuk
mensintesis lemak atau asam lemak diperlukan suatu ko-enzim A yang berfungsi memutuskan
31
atau memecahkan dua bagian atom C (karbon)nya untuk membentuk asetil Ko-A. Karena
pemutusan rantai karbonnya terjadi pada karbon (C) kedua pada mata rantai asam lemak, maka
reaksinya dinamakan beta oksidasi. Beta oksidasi adalah suatu proses yang berlangsung secara
berulang-ulang sehingga semua atom karbon (C) pada rantai lemak berubah menjadi asetil Ko-A.
Asetil Ko-A juga dapat diubah kembali menjadi asam lemak sehingga reaksi beta
oksidasi disebut pula sebagai reaksi reversible (yang dapat di balik). Asam piruvat sebagai hasil
akhir metabolisme gliserol, dan asetil Ko-A bersama-sama akhirnya memasuki siklus asam
trikarboksilat yang merupakan langkah terakhir dari metabolisme dalam tubuh. Oksigen yang
diperlukan tubuh memerlukan oksigen lebih banyak dalam proses oksidasi lemak untuk
menghasilkan energi dibandingkan dengan proses oksidasi karbohidrat. Hal ini dimungkinkan
karena perbandingan C : H : O molekul lemak jauh lebih besar dibandingkan dengan molekul
karbohidrat. Misalnya, perbandingan C : H : O pada molekul tristearin adalah 57 : 110 : 6,
sedangkan molekul glukosa juga memiliki enam atom oksigen, tetapi perbandingan C : H : O
pada glukosa jauh lebih rendah, yaitu 6 : 12 : 6. Perbedaan ini mengakibatkan nilai pembakaran
yang jauh berbeda. Satu gram lemak menghasilkan 9,3 kalori, sedangkan 1 gram karbohidrat
hanya menghasilkan 4,1 kalori saja.
4. Sintesis Protein
Sintesis protein di dalam sel tersusun atas asam amino dan terjadi dengan melibatkan
DNA, RNA dan ribosom.
Suatu ikatan molekul peptida terbentuk apabila gugus amino dari satu asam amino
berikatan dengan gugus karboksil dari asam amino lain. Secara berurutan, apabila dua asam
amino bergabung, maka akan terbentuk molekul dipeptida, bila tiga asam amino berikatan, maka
akan terbentuk molekul tripeptida, dan seterusnya. Dengan demikian, apabila terjadi
penggabungan asam amino dalam jumlah besar, maka akan terbentuk molekul yang disebut
sebagai polipeptida. Pada dasarnya, protein adalah suatu polipeptida.
Setiap sel dari organisme berkemampuan untuk mensintesis protein-protein tertentu yang
sesuai dengan keperluannya. Sintesis protein dalam sel dapat terjadi, karena pada inti sel terdapat
suatu zat (substansi) yang berperan penting sebagai pengatur sintesis protein sel. Substansisubstansi tersebut adalah DNA dan RNA.
32
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sel hewan dan sel tumbuhan memiliki beberapa perbedaan pada organel-organelnya
Metabolisme yaitu suatu proses kimiawi yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup
Enzim merupakan agen kimiawi yang berfungsi untuk mempercepat reaksi tanpa ikut
bereaksi
Respirasi aerob meliputi glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus krebs dan transport
electron
Respirasi anaerob terdiri dari fermentasi asam laktat, alcohol, dan asam cuka
3.2 Saran
Setelah dijelaskan di makalah, saran untuk para pembaca adalah harus lebih mensyukuri
tentang apa yang sudah Allah ciptakan segala keteraturan yang berada di Bumi ini, selain itu
sebagai umat beragaman sangat penting bagi kita untuk mempelajari tanda-tanda kebesaran
Allah salah satunya tentang metabolism sel.
Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan
penyusunan makalah dikemudian hari.
33
DAFTAR PUSTAKA
and
34