Anda di halaman 1dari 15

cacing tanah sebagai obat thypus

CACING TANAH SEBAGAI OBAT THYPUS


Karya Tulis
Diajukan untuk memenuhi tugas akhir dan syarat mengikuti tes semester
Mata pelajaran Bahasa Indonesia Tahun Pelajaran 2012 / 2013

Di susun oleh :
Nama
No. Absen

: Effendi
: 32

Kelas
Program

: XI IPA 1
: Ilmu Pengetahuan Alam

BADAN PELAKSANA PENDIDIKAN MAARIF NU


SUNAN DJAFAR SHADIQ SEKOLAH MENENGAH ATAS
SMA NU AL MARUF KUDUS
TERAKREDITASI A
Jl. AKBP. R. Agilkusumadya No. 2 Telp. 438939 Kudus

ABSTRAKSI

Karya tulis yang berjudul Cacing Tanah Sebagai Obat Thypus, ini berisi mengenai
hasil penelitian para ahli dalam mengkaji senyawa-senyawa herbal yang dapat digunakan
sebagai pengobatan alternatif untuk menunjang kesehatan manusia. Latar belakang karya
tulis ini adalah keadaan masyarakat yang kurang memahami dalam memanfaatkan
lingkungan sekitar, khususnya berupa komponen- komponen biotik seperti tanaman dan
hewan. Karena dengan mempelajari hal tersebut, penulis menjadi lebih mengetahui dan
mengenal zat-zat yang akif dalam proses penyembuhan suatu penyakit dengan nilai ekonomi
yang mudah terjangkau.
Metode penelitian dalam karya tulis ini menggunakan metode literature
(kepustakaan), adapun data-data tersebut penulis peroleh dari buku- buku maupun sumber
referensi lain yaitu dengan menggunakan metode internet, sehingga penulis dalam membuat
karya tulis mampu mengetahui dan mencari informasi secara langsung melalui internet
maupun berasal dari sumber buku.
Hendaknya kita sebagai makhluk tuhan yang diberikan kesempunaan berupa akal
pikiran, dapat digunakan untuk selalu giat dalam mengkaji manfaat-manfaat dari komponen
yang ada di sekeliling kita. Demikian penjelasan singkat dari penulis, semoga bermanfaat
bagi penulis dan pembaca yang budiman.

PENGESAHAN
Karya Tulis yang berjudul Cacing Tanah Sebagai Obat Thypus ini telah disetujui
serta disyahkan oleh pembimbing dan Kepala SMA NU AL MARUF Kudus pada:
Hari
:
Tanggal:

Mengetahui,
Kepala SMA NU AL MARUF

Drs. H. Shodiqun, M.Ag.

Pembimbing

Sudiarti, S.Pd

MOTTO DAN PERSEMBAHAN


MOTTO
1. kunci keberhasilan adalah kedisiplinan dan kejujuran
2. Sederhana dalam ucapan, luar biasa dalam tindakan
3. Tidak perlu melakukan sesuatu hal yang ekstrim untuk mendapatkan hal yang baru,tetapi
mulailah dari perkara yang kecil

4. Sebaik-baik manusia adalah dia yang bermanfaat bagi orang lain


5. Where there is a will, there is a way

PERSEMBAHAN
Karya Tulis ini penulis persembahkan kepada;
1. Ayahanda dan Ibunda tercinta
2. Teman-teman kelas XI IPA 1
3. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penulisan karya tulis ini.

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada ALLAH SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga karya tulis yang berjudul CACING TANAH SEBAGAI OBAT
THYPUS ini, dapat diselesaikan.
Karya tulis ini,disusun untuk melengkapi persyaratan guna memenuhi tugas semester
mata pelajaran Bahasa Indonesia SMA NU AL MARUF Kudustahun pelajaran
2012/2013serta menambah wawasan pembaca.
Penulisan karya tulis ini tidak akan pernah selesai tanpa dukungan dan bantuan dari
beberapa pihak.oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Drs. H. Shodiqun, M.Ag. selaku Kepala SMA NU AL MARUF Kudus, yang telah
memberikan dukungan dalam penyusunan makalah ini.
2. Sudiarti, S.Pd selaku pembimbing dalam penulisan karya tulis ini.
3. Semua pihak yang telah membantu penyusunan karya tulis ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini belum sempurna.oleh karena itu kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.Semoga karya tulis ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Kudus,

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
ABSTRAKSI .............................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................... v
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................. 2
1.4 Manfaat Penulisan ........................................................................... 3
1.5 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 3
1.6 Sistematika Penulisan ...................................................................... 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................... 5
2.1 Klasifikasi Ilmiah ........................................................................... 5
2.2 Pengertian Cacing (VERMES)........................................................ 5
2.3 Struktur Tubuh Cacing Tanah ......................................................... 7
2.4 Reproduksi Cacing Tanah ............................................................... 8
2.5 Thypus ............................................................................................. 8
BAB III PEMBAHASAN ......................................................................... 9
3.1 Manfaat Lumbricus Rubellus .......................................................... 9
3.2 Kandungan Nutrisi Lumbicus Rubellus .......................................... 10
3.3 Zat Penyembuh Penyakit Thypus ................................................... 11
3.3.1 Senyawa Golongan Alkaloid ................................................. 12
3.4 Cara Pengolahan Cacing Tanah ...................................................... 12
BAB IV PENUTUP ................................................................................... 14
4.1 Simpulan ......................................................................................... 14
4.2 Saran ............................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini penggunaan berbagai macam organisme baik hewan maupun tumbuhan
banyak digunakan oleh para ahli untuk penyembuhan berbagai macam penyakit. Penggunaan
organisme tersebut secara langsung ataupun tidak langsung mampu memberikan dampak
penyembuhan yang signifikan terhadap kondisi tubuh. Di era modern ini, dibutuhkan adanya
penemuan-penemuan baru untuk menunjang kesehatan manusia baik dari bahan-bahan alami
maupun yang sengaja dibuat oleh manusia.
Penggunaan teknologi yang serba canggih dan modern, cukup memaksa manusia untuk
mengikuti perkembangannya. Tidak terkecuali dalam dunia medis dan obat-obatan. Namun,
penggunaan obat herbal yaitu bahan-bahan atau organisme yang ada di sekeliling kita tidak
menutup kemungkinan untuk dijadikan jalan alternatif sebagai obat penyembuhan berbagai
macam penyakit.
Salah satu jenis organisme yang digunakan adalah cacing tanah yang dikenal dengan nama
ilmiah Lumbricus rubellus. Menurut kacamata manusia, cacing tanah termasuk hewan yang
menjijikkan. Tetapi, di balik itu cacing tanah menyimpan khasiat yang sangat besar bagi
tubuh manusia yang belum banyak kita mengetahuinya.
Cacing tanah dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit thypus yang disebabkan
oleh bakteri Salmonella thyposa dan penyakit-penyakit lainnya seperti penyakit tekanan
darah rendah, tekanan darah tinggi, kencing manis, reumatik dan penyakit kronis lainnya.
Maka dari itu penulis mengangkat judul Cacing Tanah sebagai Obat Thypus yang
bertujuan untuk menjelaskan kepada masyarakat bahwa cacing tanah
mempunyai manfaat yang sangat besar untuk menyembuhkan penyakit tersebut serta agar
masyarakat lebih mengetahui akan manfaat dari daging cacing tanah (Lumbricus rubellus).
1.2 Rumusan Masalah
Dalam melakukan penelitian ini, penulis telah menemukan berbagai masalah mengenai
pemanfaatan cacing tanah sebagai obat thypus. Adapun permasalahan yang penulis temukan
sebagai berikut:
1. Apa saja manfaat cacing tanah (Lumbricus rubellus)?
2. Bagaimana kandungan nutrisi cacing tanah (Lumbricus rubellus)?

3. Apakah zat yang terdapat dalam daging cacing tanah sehingga dapat menyembuhkan
penyakit thypus?
4. Bagaimana cara pengolahan cacing tanah sehingga dapat menjadi obat yang siap dikonsumsi
bagi penderita penyakit thypus?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1. Guna memenuhi tugas semester mata pelajaran bahasa Indonesia tahun pelajaran 2012/2013.
2. Meningkatkan dan menambah wawasan pengetahuan pembaca mengenai manfaat yang
terkandung dalam daging cacing tanah (Lumbricus rubellus).
3. Meneliti bagaimana proses pengolahan cacing tanah (Lumbricus rubellus) sebagai
obat thypus.
4. Mengetahui kandungan nutrisi dan zat dalam daging cacing tanah yang berguna bagi
kesehatan manusia.
5. Sebagai salah satu obat alternatif yang dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit thypus.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat penulisan yang dapat kita ambil dari kegiatan penulisan karya tulis ini
antara lain:
1. Untuk mengetahui manfaat cacing tanah bagi penyembuhan penyakit thypus.
2. Untuk mengetahui tentang cacing tanah, serta peranannya.
3. Untuk mengetahui zat dalam daging cacing tanah (Lumbricus rubellus) dalam proses
penyembuhan penyakit thypus.
4. Masyarakat dapat mengetahui akan adanya obat herbal alami atau obat tradisional yang
terkandung dalam daging cacing tanah (Lumbricus rubellus).
1.5 Metode Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ini penulis menggunakan metode kepustakaan (literatur).
Metode literatur adalah teknik pengumpulan data dengan cara penulis membaca,
menganalisa, mengolah dan menulis buku-buku sebagai sumber referensi. Dengan demikian
penulis mampu untuk menganalisa manfaat cacing tanah tersebut dengan baik dan sistematis.
1.6 Sistematika Penulisan
Dalam karya tulis ini terdapat sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Terdiri dari : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan,
metode penulisan, sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Terdiri dari : klasifikasi cacing tanah secara ilmiah, pengertian cacing, struktur tubuh cacing
tanah, reproduksi cacing tanah, penyakit thypus.

BAB III PEMBAHASAN


Terdiri dari : manfaat cacing tanah, kandungan nutrisi cacing tanah, zat yang terkandung
dalam cacing tanah sebagai obat thypus serta bagaimana cara pengolahan cacing tanah.
BAB IV PENUTUP
Terdiri dari : kesimpulan dan saran.

BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum

: Annelida

Kelas

: Clitellata

Ordo

: Haplotaxida

Upaordo : Lumbricina
Families

: Acanthodrilidae
Criodrilidae
Eudrilidae
Glossoscolecidae
Lumbricidae
Megascolecidae

2.2 Pengertian Cacing (Vermes)

Dalam kehidupan sehari-hari, cacing diartikan sebagai hewan kecil, bertubuh memanjang,
lunak, tidak berangka, dan tidak mempunyai kaki. Setiap tubuh cacing dapat dibedakan atas ujung
depan (anterior), ujung belakang (posterior), permukaan punggung (dorsal), dan permukaan perut
(ventral). Tubuh cacing bersifat simetris bilateral, artinya pada tubuh terdapat satu bidang simetris
yang terletak di pusat memanjang, membagi tubuh menjadi bagian kanan dan kiri yang sama besar
dan sama bentuknya.
Cacing atau vermes diklasifikasikan dalam filum annelida. Annelida (Yunani, annelus: cincin),
dapat diartikan sebagai cacing yang tubuhnya bersegmen-segmen menyerupai cincin atau gelang.
Perbedaan utama antara annelida dan filum cacing lainnya adalah tubuhnya yang bersegmensegmen. Setiap segmen menyerupai cincin atau ruas-ruas yang disebut somit. Segmentasi ini terjadi
tidak hanya pada struktur luarnya, tetapi sampai ke struktur alat dalamnya.
Ciri-ciri Annelida:
a.

Tubuh bilateral simetris dan memiliki segmentasi tubuh yang jelas.

b.

Telah memiliki rongga tubuh yang sesungguhnya dan di dalamnya terdapat alat-alat dalam.

c.

Permukaan tubuh tertutup lapisan kutikula yang lembab.

d.

Alat tambahan (anggota tubuh) berupa rambut kecil menyerupai batang.

e.

Alat pencernaan makanan telah berkembang sempurna.

f.

Alat ekskresi berupa nefridium.

g.

Memiliki alat peredaran darah tertutup.

h.

Pernapasan dilakukan oleh seluruh permukaan tubuh.

i.

Sistem saraf berupa sepasang ganglion otak yang dihubungkan dengan tali saraf longitudinal.

j.

Bersifat hermafrodit.
Dinding tubuh Annelida terdiri atas tiga lapisan, yaitu lapisan ektoderm, mesoderm dan
endoderm.
Rongga tubuh Annelida terjadi karena adanya lipatan mesoderm pada masa diferensiasi
embrio. Lipatan mesoderm menyebabkan ada bagian mesoderm yang melekat pada endoderm
disebut lapisan splanknik. Lapisan ini membentuk dinding otot dan saluran pencernaan. Sedangkan
bagian yang menempel pada ektoderm disebut lapisan somatik yang merupakan bagian dari dinding
tubuh.
Annelida merupakan organisme triploblastik selomata, artinya organisme yang dinding tubuh
embrionya berlapis tiga dan telah mempunyai rongga tubuh sesungguhnya.
Klasifikasi Annelida
Annelida terbagi dalam tiga kelas, yaitu:

1.

Oligochaeta atau cacing berbulu sedikit, contohnya cacing tanah.

2.

Polychaeta atau cacing berbulu banyak, contohnya cacing wawo, dan

3.

Hirudinea atau golongan lintah dan pacet.


Dengan demikian, cacing tanah termasuk ke dalam kelas Oligochaeta.

2.3 Struktur Tubuh Cacing Tanah


Bentuk tubuh cacing tanah bulat panjang, dengan segmen tubuh berjumlah 15 sampai 200 buah.
Setiap segmen (somit) mempunyai alat ekskresi, otot-otot dan pembuluh sendiri. Susunan tubuh
semacam ini dikenal dengan nama metameri.
Pada somit ke-32 sampai 37 dari Lumbricus dan somit ke-10 sampai 11 dari Pheretimaterdapat
penebalan kulit dan lebih cerah, disebut Klitelum atau Sadel. Klitelum berfungsi untuk
mengekskresikan materi-materi pembentuk kokon yang berisi telur.

2.4 Reproduksi Cacing Tanah


Cacing tanah berkembang biak secara kawin dan bersifat hermafrodit. Namun demikian, tidak
dapat terjadi pembuahan sendiri.
Dua cacing yang kawin saling menempelkan tubuhnya dengan ujung kepala berlawanan. Mulamula, alat kelamin jantan mengeluarkan sperma dan diterima oleh klitelum cacing pasangannya.
Setelah itu, segera dibentuk kokon. Selanjutnya, di sebelah luar kokon terbentuk tabung lendir.

Sementara itu, sperma pada klitelum bergerak ke alat reproduksi betina dan disimpan dalam seminal
reseptakel. Pada saat ovum dikeluarkan dari ovarium dan melewati seminal reseptakel, ovum akan
dibuahi. Ovum yang telah dibuahi masuk ke dalam kokon. Setelah itu, telur bersama kokon akan
lepas dari tubuh cacing. Telur menetas di dalam kokon dan keluar sebagai individu baru.
2.5 Thypus
Penyakit types atau thypus disebabkan oleh bakteri Salmonella thyposa. Penyakit types
atau thypus dikarenakan infeksi bakteri pada usus halus dan terkadang pada aliran darah.
Gejala awal dari penyakit ini adalah demam tinggi dan tidak turun, warna lidah penderita keabuabuan, perut bagian bawah terasa sakit, nafsu makan berkurang karena lidah selalu merasakan pahit.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Manfaat Lumbricus rubellus
Daging cacing tanah (Lumbricus rubellus) merupakan salah satu organisme hidup yang
dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan bagi kehidupan manusia. Banyak khasiat
daging cacing tanah bagi kesehatan manusia. Lumbricus rubellusdapat menjadi obat yang
manjur untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Di antaranya ialah penyakit tekanan darah
rendah, tekanan darah tinggi, kecing manis, penyakit thypus, reumatik, disentri, maagh,
muntaber, asma dan penyakit kronis lainnya.
Berbagai hasil penelitian pun telah menguak multimanfaat cacing tanah. Hewan ini
mengandung barbagai enzim penghasil antibiotik dan asam arhidonat yang berkhasiat
menurunkan demam. Sejak tahun 1990 di Amerika Serikat cacing ini dimanfaatkan sebagai
penghambat pertumbuhan kanker. Di Jepang dan Australia, cacing tanah dijadikan sebagai
bahan baku kosmetika. Penelitian laboratorium mikrobiologi fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan

Unpad

Bandung

tahun

1996

menunjukkan

bahwa

ekstrak

cacing rubellus mampu menghambat pertumbuhan bakteri pathogen penyakit thypus dan
diare.

Menurut Bambang Sudiarto, peneliti dari Lembaga Ekologi Universitas Padjajaran


Bandung, cacing adalah sumber protein sangat tinggi, sekitar 76 %. Itu berarti lebih tinggi
dibanding yang hanya 65 %, dan kacang kedelai yang hanya 45 %. Cacing tanah juga
mengandung 15 jenis asam amino esensial dengan kadar yang sangat tinggi. Zat ini biasa
digunakan untuk menyempitkan atau melebarkan pembuluh darah.

Cacing rubellus mempunyai beberapa kandungan yang bermanfaat bagi manusia jika
dimakan, penyembuhan dengan memanfaatkan daging cacing dilakukan pada saat kita sehat.
Penyembuhan itu harus melalui proses jauh sebelum sakit itu tiba, mereka yang sering
menderita thypus, demam, batuk, flu dan lain-lain perlu banyak mengkonsumsi cacing agar
memiliki ketahanan.
Memang

tak

ada

informasi

yang

jelas,

kapan

cacing

dianggap

berkhasiat.

Tapi, Lumbricus punya manfaat medis. Sudah diteliti para ilmuwan Amerika. Dari sanalah
ditemukan bahwa Lumbricus punya kemampuan mengubah omega-6 menjadi omega-3.
Omega-3 ini dapat mencegah terjadinya pengerasan pembuluh darah yang diakibatkan oleh
lemak. Dalam penelitian itu juga dilakukan percobaan dengan mengisolasi bahan kimia yang
ada pada tubuh Lumbricus rubellus. Kemudian menumbuhkannhya ke sel tubuh manusia.
Ternyata bahan kimia itu dapat mengurangi gangguan di pembuluh arteri yang dapat
mengakibatkan serangan jantung.
3.2 Kandungan Nutrisi Lumbricus rubellus
Daging Lumbricus

rubellus memiliki

beberapa

kandungan

nutrisi,

di

antaranya

mengandung kadar protein sangat tinggi, yaitu sekitar 76 %. Kadar ini lebih tinggi
dibandingkan dengan daging mamalia 65 % atau ikan 50 %. Begitu juga dengan asam-asam
amino esensialnya. Selain itu bahan tersebut diketahui pula mengandunng alfa tokoferol atau
vitamin f yang berfungsi sebagai antioksidan.
Selain itu menurut Laverach (1963) kandungan nutrisi daging Lumbricus rubellus terdiri
dari 16 % protein, 17 % karbohidrat, 45 % lemak dan abu 1,5 %. Sedangkan kadar bahan
keringnya 16,38 %, kandungan protein 53,5-71,5 % dimiliki Lumoricus terrestris dengan
kadar bahan antara 15-20 %. Hewan-hewan ini juga mengandung protein asam amino
berkadar tinggi yang sangat diperlukan untuk kekebalan tubuh melawan berbagai macam
penyakit.

3.3 Zat Penyembuh Penyakit Thypus

Demam merupakan gejala awal berbagai penyakit manusia. Penyebab demam bisa
berbagai macam, tetapi umumnya gejala peningkatan suhu tubuh harus segera diatasi karena
dapat mengakibatkan efek lain yang lebih berbahaya.
Demam dapat terjadi karena peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus. Jika sel tubuh
terluka oleh rangsangan pirogen seperti bakteri, virus, atau parasit, membran sel yang
tersusun oleh fosfolipid akan rusak.
Salah satu komponen asam lemak fosfolipid, yaitu asam arakidonat, akan terputus dari
ikatan molekul fosfolipid dibantu oleh enzim fosfolipase. Asam arakidonat akan membentuk
prostaglandin dengan bantuan enzim siklooksigenase. Prostaglandin inilah yang merangsang
hipotalamus untuk meningkatkan suhu tubuh. Gejala demam dapat diatasi dengan obat yang
mengandung zat antipiretik. Ketika gejala demam muncul, umumnya orang akan
menggunakan parasetamol untuk mencegah kenaikan suhu tubuh lebih lanjut.
Parasetamol memang obat antipiretik umum. Harganya terjangkau dan mudah didapat.
Hanya saja, obat ini juga cukup banyak efek sampingnya. Selain itu, parasetamol hanya
mengurangi gejala demam saja tanpa membunuh akar penyebab demam tersebut.
Pemanfaatan cacing tanah untuk antipiretik lebih aman karena tidak menimbulkan efek
toksik bagi manusia sehingga aman dikonsumsi. Satu-satunya efek toksik cacing tanah adalah
cacing tanah dapat mengakumulasi logam berat yang ada pada tanah dalam tubuhnya. Cacing
tanah dapat menoleransi logam berat dalam konsentrasi yang cukup tinggi. Namun, hal ini
dapat diatasi dengan vermikultur, yaitu membuat media tumbuh yang baik bagi cacing tanah.
Penampakan tubuh cacing tanah yang tercemar pun mudah dibedakan dengan yang normal.
Pengujian ekstrak cacing untuk melihat aktivitasnya sebagai antipiretik dilakukan
menggunakan hewan coba tikus putih yang didemamkan dengan penyuntikan vaksin campak.
Suhu normal tikus putih sama dengan manusia, yaitu berkisar antara 35,9 hingga 37,5 derajat
celcius. Tikus putih yang sudah demam diobati dengan ekstrak cacing tanah dan parasetamol
sebagai kontrol. Setelah didemamkan, suhu tubuh tikus putih diukur dan diamati pergerakan
suhunya. Kelompok tikus putih yang tidak diberi pengobatan, meningkat suhunya sebesar 0,8
derajat celcius. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan suhu tikus putih yang didemamkan
dapat ditahan oleh ekstrak cacing tanah karena di dalamnya terdapat zat antipiretik.
3.3.1

Senyawa Golongan Alkaloid


Dari serangkaian pengujian kimia, diketahui bahwa senyawa aktif sebagai
antipiretik dari ekstrak cacing tanah adalah golongan senyawa alkaloid. Pengujian memang
belum dapat menentukan nama senyawanya secara tepat. Golongan senyawa alkaloid
mempunyai ciri mengandung atom nitrogen (bandingkan dengan struktur parasetamol yang
juga memiliki atom nitrogen) dan bersifat basa (pH lebih dari 7).

Contoh alkaloid yang paling terkenal adalah nikotin dari tembakau. Seperti senyawa aktif
lainnya, jika dikonsumsi berlebihan, dapat menjadi racun juga. Golongan alkaloid memang
sudah banyak ditemukan dari ekstrak tumbuhan maupun hewan dan sebagian besar di
antaranya memiliki efek farmakologi.
3.4 Cara Pengolahan Cacing Tanah
Ada beberapa cara atau proses dalam mengolah daging Lumbricus rubellus, di antaranya
adalah:
A. Proses Sangan (menggoreng tanpa minyak)
Tata caranya sebagai berikut:
1. Ambil cacing tanah yang besar 3 atau 5 biji, cuci dengan air.
2. Ambil penggorengan (saya sarankan dari tanah liat agar tidak lengket), goring atau sangan
cacing tanah tersebut di atas penggorengan hingga gosong.
3. Setelah cacing tanah menjadi gosong, angkat dan tiriskan.
4. Ambil cacing tanah yang gosong tadi untuk dimakan bersama pisang.
5. Konsumsi lima kali sehari untuk kesembuhan lebih cepat.
B. Proses pengolahan kapsul cacing tanah yang dilakukan dengan sistem higroscopy, yaitu
kandungan air cacing tanah diserap dengan menggunakan kain kasa.
C. Rebusan Cacing Tanah
Tata caranya sebagai berikut:
1. Cari cacing tanah merah yang bentuknya kecil-kecil.
2. Besihkan dan pastikan sudah tidak ada unsur tanah atau kotoran lain, sekedar untuk menjaga
hiegenisnya saja.
3. Tuangkan air kira-kira tiga gelas untuk ukuran diminum tiga kali sehari.
4. Masukkan cacing dan rebus hingga mendidih.
5. Saring dan ambil airnya saja.
6. Dinginkan sebentar atau minumkan hangat-hangat.

BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Daging cacing tanah (lumbricus rubellus) adalah salah satu organisme yang dapat
dijadikan sebagai obat herbal alternatif dalam upaya penyembuhan berbagai penyakit
khususnya penyakit thypus. Terbukti dengan adanya berbagai riset yang dilakukan oleh para
ahli tentang uji khasiat daging cacing tanah dan telah disimpukan bahwa dalam tubuh cacing
tanah mengandung zat antipiretik yang berguna bagi proses penyembuhan penyakit thypus
serta tidak menimbulkan efek samping sehingga aman untuk dikonsumsi.
Daging cacing tanah mengandung berbagai nutrisi yaitu terdiri dari senyawa protein,
karbohidrat, lemak dan abu yang sangat diperlukan untuk kekebalan tubuh dalam melawan
berbagai macam penyakit.
Pengolahan cacing tanah cukup mudah, sehingga bisa dilakukan sendiri sesuai dengan
petunjuk yang ada. Adapun cara pengolahannya, yaitu dengan proses sangan (menggoreng
tanpa minyak), menggunakan sistem hicroscopy (proses pengolahan dalam bentuk kapsul)
dan air rebusan cacing tanah. Sehingga bisa dikatakan cacing tanah mempunyai struktur
tubuh yang kecil tetapi memiliki manfaat yang kompleks.
4.2 Saran

Di zaman sekarang banyak orang cenderung mengkonsumsi obat dokter dalam upaya
penyembuhan berbagai penyakit serta mengesampingkan hal-hal kecil yang justru dapat
dimanfaatkan sebagai obat. Sebagai penulis, saya berharap masyarakat bisa lebih mengkaji
manfaat-manfaat dari organisme di sekelilingnya yang cenderung lebih murah dan efisien
serta dapat menghidupkan kembali obat-obat tradisional yang ada di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Prawirohartono, Slamet dan Sri Hidayati. 2007. Sains Biologi 1 SMA/MA. Jakarta: Bumi
Aksara
http: //biologi.blogsome.com
http: //isharmanto.blogspot.com
http: //wb3.itrademarket.com/pdimage/68/1248868 redworms2.jpg
http://kalemsblog.com

http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-0105107-125417

Anda mungkin juga menyukai