Skrining Pasien
Skrining Pasien
Disusun Oleh :
Kelompok 5 Program A
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit seharusnya mempertimbangkan bahwa pelayanan di rumah sakit
merupakan bagian dari suatu sistem pelayanan yang terintegrasi dengan para
profesional dibidang pelayanan kesehatan dan tingkat pelayanan yang akan
membangun
suatu
kontinuitas
pelayanan.
Maksud
dan
tujuannya
adalah
tersedia
di
rumah
sakit,
mengkoordinasikan
1
pelayanan,
kemudian
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan instalasi gawat darurat meliputi:
1.
Kelamin, Kedokteran Jiwa, Syaraf, Gigi dan Mulut, Jantung, Paru, Bedah Syaraf,
Ortopedi. Pelayanan Medik Sub Spesialis adalah satu atau lebih pelayanan yang
berkembang dari setiap cabang medik spesialis. Pelayanan Medik Sub Spesialis
dasar adalah pelayanan subspesialis yang berkembang dari setiap cabang medik
spesialis 4 dasar. Dan Pelayanan Medik Sub Spesialis lain adalah pelayanan
subspesialis yang berkembang dari setiap cabang medik spesialis lainnya.
C. Batasan Operasional
1. Instalasi gawat darurat
Adalah unit pelayanan dirumah sakit yang memberikan pelayanan pertama pada
pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan
berbagai multidisiplin.
2. Triage
Adalah pengelompkan
korban
yang
berdasarkan
atas
berat
ringannya
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang dating secara
mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulakan cedera fisik, mental, dan
social.
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut:
1) Tempat kejadian
Kecelakaan lalu lintas
Kecelakaan dilingkungan rumah tangga
Kecelakaan dilingkungan pekerjaan
Kecelakaan di sekolah
Kecelakaan di tempat-tempat umum lein seperti halnya : tempat rekreasi,
perbelanjaan, diarea olah raga dan lain-lain
2) Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar baik
karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
3) Waktu kejadian
a)
Waktu perjalanan (travelling/ transport time)
b)
Waktu bekerja, sekolah, waktu bermain dan lain-lain
11.Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia
yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda,
kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan
gangguan terhadap tata kehiduapan masyarakat dan pembangunan nasional yang
memerlukan pertolongan dan bantuan.
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari
salah satu system atau organ dibawah ini, yaitu:
1. Susunan saraf pusat
2. Pernafasan
3. Kardiovaskuler
4. Hati
5. Ginjal
6. Pancreas
Kegagalan system / organ tersebut dapat disebabkan oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Trauma/ cedera
Infeksi
Keracunan
Degeneresasi (failure)
Asfiksia
Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah yang besar (excessive loss of
kegagalan system organ yang lain dapat meyebabkan kematian dalam waktu yang
lama.
Dengan demikian keberhasilan penanggulangan penderita gawat darurat
(PPGD) dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh
1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2. Kecepatan meminta pertolongan
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan
a. Ditempat kejadian
b. Dalam perjalanan ke rumah sakit
c. Pertolongan selanjutnya secara mantap dirumah sakit
BAB II
DEFINISI
Gawat darurat adalah suatu keadaan yang mana penderita memerlukan
pemeriksaan medis segera, apabila tidak dilakukan akan berakibat fatal bagi penderita.
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu unit di rumah sakit yang harus dapat
6
memberikan pelayanan darurat kepada masyarakat yang menderita penyakit akut dan
mengalami kecelakaan, sesuai dengan standar.
IGD adalah suatu unit integral dalam satu rumah sakit dimana semua pengalaman
pasien yang pernah datang ke IGD tersebut akan dapat menjadi pengaruh yang besar bagi
masyarakat tentang bagaimana gambaran Rumah Sakit itu sebenarnya. Fungsinya adalah
untuk menerima, menstabilkan dan mengatur pasien yang menunjukkan gejala yang
bervariasi dan gawat serta juga kondisi-kondisi yang sifatnya tidak gawat. IGD juga
menyediakan sarana penerimaan untuk penatalaksanaan pasien dalam keadaan bencana,
hal ini merupakan bagian dari perannya di dalam membantu keadaan bencana yang terjadi
di tiap daerah.
Rumah sakit merupakan terminal terakhir dalam menanggulangi penderita gawat
darurat oleh karena itu fasilitas rumah sakit, khususnya instalasi gawat darurat harus
dilengkapi sedemikian rupa sehingga dapat menanggulang gawat darurat. Pelayanan
keperawatan gawat darurat merupakan pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu
dan metodologi keperawatan gawat darurat berbentuk Bio-Psiko-Sosio-Spiritual yang
komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai masalah aktual atau
potensial mengancam kehidupan tanpa atau terjadinya secara mendadak atau tidak di
perkirakan tanpa atau disertai kondisi lingkungan yang tidak dapat dikendalikan.
Skrining (screening) merupakan pemeriksaan sekelompok orang
untuk
memisahkan orang yang sehat dari orang yang mempunyai keadaan patologis yang tidak
terdiagnosis atau mempunyai risiko tinggi. (Kamus Dorland ed. 25 : 974 ). Menurut
Rochjati P (2008), skrining merupakan pengenalan dini secara pro-aktif pada ibu hamil
untuk menemukan adanya masalah atau faktor risiko. Sehingga skrining bisa dikatakan
sebagai usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum
jelas, dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan
secara cepat untuk membedakan orang yang terlihat sehat, atau benar benar sehat tapi
sesungguhnya menderita kelainan.
Skrining pada unit emergency dilaksanakan melalui kriteria triase, evaluasi visual
atau pengamatan, pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik, psikologik,
laboratorium klinik atau diagnostik imajing sebelumnya.
1. Tujuan Skrining
Untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas dari penyakit dengan pengobatan
a)
b)
c)
d)
e) Diagnostik imaqina
BAB III
Langkah- Langkah Skrining unit emergency
Penderita non trauma atau trauma/multitrauma memerlukan penilaian dan pengelolaan
yang cepat dan tepat untuk menyelamatkan jiwa penderita. Waktu berperan sangat
penting, oleh karena itu diperlukan cara yang mudah, cepat dan tepat. Proses awal ini
dikenal dengan Initial assessment ( penilaian awal ).
Penilaian awal meliputi:
1. Persiapan
2. Triase
3. Primary survey (ABCDE)
4. Resusitasi
5. Tambahan terhadap primary survey dan resusitasi
6. Secondary survey
7. Tambahan terhadap secondary survey
8. Pemantauan dan re-evaluasi berkesinarnbungan
9. Transfer ke pusat rujukan yang lebih baik
Urutan kejadian diatas diterapkan seolah-seolah berurutan namun dalam praktek
sehari-hari dapat dilakukan secara bersamaan dan terus menerus.
I. PERSIAPAN
A. Fase Pra-Rumah Sakit
1. Koordinasi yang baik antara dokter di rumah sakit dan petugas lapangan
2. Sebaiknya terdapat pemberitahuan terhadap rumah sakit sebelum penderita
8
Gambar 1
Alur Skema Triase
Tek.
RR<10
atau
atau >29 atau
RTS<11 atau
LANGKAH 2
Flail
Paralisis
Fraktur
chest
1/lebih fraktur tulang
Panjang
Amputasi proks. Wrist/ankle
Cedera Tembus kepala, leher, toraks
abdomen, proksimal lutut/siku
Fr. Tengkorak, terbuka dan impresi
Fraktur
ekstremitas
pelvis
Kombinasi trauma-luka bakar
Luka bakar luas
LANGKAH 3
PTS<9
Terlempar
Waktu
Meninggal
dari mobil
di mobil yang sama
Pejalan kaki terlempar/terlindas
Mobil kecepatan tinggi
Kecepatan >64 km/jam
Mobil penyok >50 cm
32 km/jam
Instruksi dalam kabin > 30 cm
terpisah
Jatuh
yang rigid
c. - Pasang pipa nasofaringeal atau orofaringeal
- Pasang airway definitif sesuai indikasi ( lihat tabel 1 )
3. Fiksasi leher
10
airway
Tidak sadar
Fraktur maksilofasial
Bahaya aspirasi
Perdarahan
Muntah - muntah
Bahaya sumbatan
Hematoma leher
Cedera laring, trakea
Stridor
Apnea
Paralisis neuromuskuler
Tidak sadar
Usaha nafas yang tidak adekuat
Takipnea
Hipoksia
Hiperkarbia
Sianosis
Cedera kepala tertutup berat yang
membutuhkan hiperventilasi singkat,
bila terjadi penurunan keadaan neurologis
Gambar 2
Algoritme Airway
Keperluan Segera Airway Definitif
Kecurigaan cedera servikal
Oksigenasi/Ventilasi
Apneic
Intubasi orotrakeal
dengan imobilisasi
servikal segaris
Bernafas
Intubasi Nasotrakeal
atau orotrakeal
dengan imobilisasi
servikal segaris*
Cedera
maksilofasial berat
Tambahan farmakologik
11
Intubasi orotrakeal
Darah (BGA).
d. Beri cairan kristaloid yang sudah dihangatkan dengan tetesan cepat.
e. Pasang PSAG/bidai pneumatik untuk kontrol perdarahan pada pasienpasien fraktur pelvis yang mengancam nyawa.
f. Cegah hipotermia
3. Evaluasi
D. Disability
1. Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS/PTS
2. Nilai pupil : besarnya, isokor atau tidak, reflek cahaya dan awasi tandatanda lateralisasi
3. Evaluasi dan Re-evaluasi aiway, oksigenasi, ventilasi dan circulation.
E. Exposure/Environment
1. Buka pakaian penderita
2. Cegah hipotermia : beri selimut hangat dan tempatkan pada ruangan yang
cukup hangat.
IV. RESUSITASI
A. Re-evaluasi ABCDE
B. Dosis awal pemberian cairan kristaloid adalah 1000-2000 ml pada dewasa dan
20 mL/kg pada anak dengan tetesan cepat ( lihat tabel 2 )
C. Evaluasi resusitasi cairan
1. Nilailah respon penderita terhadap pemberian cairan awal ( lihat gambar 3,
tabel 3 dan tabel 4 )
2. Nilai perfusi organ ( nadi, warna kulit, kesadaran dan produksi urin ) serta
awasi tanda-tanda syok
D. Pemberian cairan selanjutnya berdasarkan respon terhadap pemberian cairan awal.
1. Respon cepat
- Pemberian cairan diperlambat sampai kecepatan maintenance
- Tidak ada indikasi bolus cairan tambahan yang lain atau pemberian
-
darah
Pemeriksaan darah dan cross-match tetap dikerjakan
Konsultasikan pada ahli bedah karena intervensi operatif mungkin
masih diperlukan
2. Respon Sementara
- Pemberian cairan tetap dilanjutkan, ditambah dengan pemberian
darah
- Respon terhadap pemberian darah menentukan tindakan operatif
- Konsultasikan pada ahli bedah ( lihat tabel 5 ).
3. Tanpa respon
- Konsultasikan pada ahli bedah
- Perlu tindakan operatif sangat segera
- Waspadai kemungkinan syok non hemoragik seperti tamponade
-
Gambar 3
13
a. Rapid response
b. Transient response
c. No response
KELAS I
Kehilangan Darah (mL) Sampai 750
Kehilangan Darah (% Sampai 15%
Kelas II
750-1500
15%-30%
Kelas III
1500-2000
30%-40%
Kelas IV
>2000
>40%
volume darah)
Denyut Nadi
Tekanan Darah
Tekanan nadi
(mm Hg)
<100
Normal
Normal atau
>100
Normal
Menurun
>120
Menurun
Menurun
>140
Menurun
Menurun
Naik
14-20
>30
20-30
20-30
30-40
5-15
>35
Tidak berarti
Frekuensi Pernafasan
Produksi Urin
(mL/jam)
CNS/ Status
Mental
Penggantian Cairan
(Hukum 3:1)
darah
KONDISI
Tension
Pneumothorax
Massive hemothorax
PENILAIAN
(Pemeriksaan Fisik)
Deviasi Tracheal
Distensi vena leher
Hipersonor
Bising nafas (-)
Deviasi Tracheal
14
PENGELOLAAN
Needle decompression
Tube thoracostomy
Venous access
Cardiac tamponade
Perbaikan Volume
Konsultasi bedah
Tube thoracostomy
Pericardiocentesis
Venous access
Perbaikan Volume
Pericardiotomy
Thoracotomy
Venous access
Perbaikan Volume
Konsultasi bedah
Jauhkan uterus dari vena
cava
Kontrol Perdarahan
Direct pressure
Bidai / Splints
Luka Kulit kepala yang
berdarah : Jahit
Vertical shear
Sumber perdarahan
banyak
Potensial kehilangan
darah
Hanya dilakukan bila
hemodinamik stabil
15
INTERVENSI
Perbaikan Volume
Mungkin Transfuse
Hindari manipulasi
berlebih
Perbaikan Volume
Mungkin Transfusi
Pelvic volume
Rotasi Internal Panggul
PASG
External fixator
Angiography
Traksi Skeletal
Konsultasi Ortopedi
Perbaikan Volume
Mungkin Transfusi
Konsultasi Bedah
PEM.FISIK
Distensi Abdomen
Fraktur Pelvis
Fraktur Pelvis
Perdarahan Luar
PEM.DIAGNOSTIK
TAMBAHAN
DPL atau
ultrasonografi
atau
Perdarahan Berlanjut
Nonhemorrhagic
Distensi vena leher Pericardiocentesis
Cardiac
Bunyi jantung jauh
Ultrasound
tamponade
Bising nafas normal
Recurrent/
Deviasi Tracheal
persistent tension Distensi versa leher
pneumothorax
Hipersonor
Bising nafas (-)
INTERVENSI
Konsultasi Bedah
Perbaikan Volume
Mungkin Transfusi
Pasang bidai
Reevaluasi toraks
Dekompresi jarum
Tube thoracostomy
PEM.FISIK
PEM.DIAGNOST
IK
TAMBAHAN
DPL/USG
Distensi Vena
Leher
Trachea tergeser
Suara nafas
tamponade
Distensi vena
leher
Bunyi jantung
Intervensi segera
(ahli bedah)
Perbaikan Volume
Resusitasi Operatif
Chest Decompresion
(Needle
thoracocentesis
diteruskan
dengan tube
menghilang
Hipersonor
Nonhemorrhagic
Cardiac
INTERVENSI
thoracostomy)
Mungkin diperlukan
penggunaan
monitoring
invasive
Pericardiocentesis Nilai ulang ABCDE
Nilai ulang jantung
Pericardiocentesis
jauh
Ultrasound
Bising nafas
Cedera tumpul
jantung
normal
Nadi # teratur
Perfusi jelek
EKG : kelainan
iskemik
Transesophageal
16
Persiapan OK
Invasive monitoring
Inotropic support
echocardiography Pertimbangkan
Ultrasonography
operasi
(pericardial)
V. TAMBAHAN PADA PRIMARY SURVEY DAN RESUSITASI
A. Pasang EKG
1. Bila ditemukan bradikardi, konduksi aberan atau ekstrasistole harus
dicurigai adanya hipoksia dan hipoperfusi
2. Hipotermia dapat menampakkan gambaran disritmia
B. Pasang kateter uretra
1. Kecurigaan adanya ruptur uretra merupakan
kontra indikasi
A : Alergi
M : Mekanisme dan sebab trauma
M : Medikasi ( obat yang sedang diminum saat ini)
P : Past illness
L : Last meal (makan minum terakhir)
E : Event/Environtment yang berhubungan dengan kejadian perlukaan.
B. Pemeriksaan Fisik ( lihat tabel 7 )
Tabel 7- Pemeriksaan Fisik pada Secondary Survey
Hal yang Identifikasi/
Penilaian
Dinilai
Tentukan
Tingkat
Beratnya
Skor GCS
Kesadaran
trauma
Pupil
Kepala
kapitis
Jenis cedera Ukuran
Bentuk
kepala
Reaksi
Luka pada
mata
Luka pada
kulit kepala
Fraktur
tulang
tengkorak
Inspeksi
adanya
Penemuan Klinis
8, cedera kepala berat
9 -12, cedera kepala sedang
13-15, cedera kepala ringan
Konfirmasi
dengan
CT Scan
Ulangi tanpa
relaksasi Otot
"mass effect"
Diffuse axional injury
Perlukaan mata
CT Scan
CT Scan
Foto tulang
luka dan
fraktur
Palpasi
adanya
Maksilofas Luka
ial
jaringan
lunak
Fraktur
Kerusakan
fraktur
Inspeksi :
deformitas
Cedera jaringan lunak
Maloklusi
Palpasi :
krepitus
wajah
CT Scan tulang
wajah
syaraf
Luka dalam
Leher
mulut/gigi
Cedera pada Inspeksi
Deformitas faring
Palpasi
Emfisema subkutan
faring
Auskultasi Hematoma
Fraktur
Murmur
servikal
Tembusnya platisma
Kerusakan
Nyeri, nyeri tekan C spine
vaskular
Cedera
esofagus
18
Foto servikal
Angiografi/
Doppler
Esofagoskopi
Laringoskopi
Gangguan
neurologis
Perlukaan
Toraks
dinding
toraks
Emfisema
subkutan
Pneumo/
Inspeksi
Jejas, deformitas, gerakan
Palpasi
Paradoksal
Auskultasi Nyeri tekan dada, krepitus
Bising nafas berkurang
Bunyi jantung jauh
Krepitasi mediastinum
Nyeri punggung hebat
hematotorak
Cedera
Foto toraks
CT Scan
Angiografi
Bronchoskopi
Tube torakostomi
Perikardio
sintesis
USG TransEsofagus
bronchus
Kontusio
paru
Kerusakan
aorta
torakalis
Tabel 7- Pemeriksaan Fisik pada Secondary Survey ( lanjutan )
Hal yang
Dinilai
Abdomen/
pinggang
Identifikasi/
tentukan
Perlukaan dd.
Abdomen
Cedera intraperitoneal
Cedera
Pelvis
retroperitoneal
Cedera Genitourinarius
Fraktur pelvis
Penilaian
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Tentukan arah
penetrasi
Penemuan klinis
Nyeri, nyeri tekan
abd.
Iritasi peritoneal
Cedera
retroperitoneal
rinarius (hematuria)
Fraktur pelvis
Perlukaan
perineum, rektum,
vagina
Konfirmasi
dengan
DPL
FAST
CT Scan
Laparotomi
Foto dengan
kontras
Angiografi
Foto pelvis
Urogram
Uretrogram
Sistogram
IVP
CT Scan dengan
kontras
Medula
spinalis
Kolumna
Vertebralis
syaraf
Ekstremitas Cedera jaringan Inspeksi
Palpasi
lunak
Fraktur
Kerusakan sendi
Defisit neurovascular
"mass effect"
unilateral
Tetraparesis
Paraparesis
Cedera radiks syaraf
Fraktur atau
dislokasi
Jejas,
pembengkakan,
pucat
Mal-alignment
Nyeri, nyeri tekan,
Krepitasi
Pulsasi hilang/
Foto polos
MRI
Foto polos
CT Scan
Foto ronsen
Doppler
Pengukuran
tekanan
kompartemen
Angiografi
berkurang
Kompartemen
Defisit neurologis
VII. TAMBAHAN PADA SECONDARY SURVEY
A. Sebelum dilakukan pemeriksaan tambahan, periksa keadaan penderita dengan
teliti dan pastikan hemodinamik stabil
B. Selalu siapkan perlengkapan resusitasi di dekat penderita karena pemeriksaan
tambahan biasanya dilakukan di ruangan lain
C. Pemeriksaan tambahan yang biasanya diperlukan :
1. CT scan kepala, abdomen
2. USG abdomen, transoesofagus
3. Foto ekstremitas
4. Foto vertebra tambahan
5. Urografi dengan kontras
VIII. RE-EVALUASI PENDERITA
A. Penilaian ulang terhadap penderita, dengan mencatat dan melaporkan setiap
perubahan pada kondisi penderita dan respon terhadap resusitasi.
B. Monitoring tanda-tanda vital dan jumlah urin
C. Pemakaian analgetik yang tepat diperbolehkan
IX. TRANSFER KE PUSAT RUJUKAN YANG LEBIH BAIK
A. Pasien dirujuk apabila rumah sakit tidak mampu menangani pasien karena
keterbatasan SDM maupun fasilitas serta keadaan pasien yang masih
memungkinkan untuk dirujuk.
20
BAB IV
DOKUMENTASI
Tabel 1 Contoh Formulir Rujukan
(Data yang dianjurkan untuk dibawa)
21
A. Data penderita
Nama
Alamat
Kota
Umur
Sex
Nama keluarga terdekat
Alamat
Kota
No. telpon
F. Pemeriksaan diagnostik
Data lab.: terlampir
Foto ronsen : terlampir
EKG: terlampir
Contoh darah, cairan LCS
terlampir
Beratbadan
B. Waktu
Tanggal :
Tanggal cedera
Waktu masuk UGD
Waktu masuk kamar operasi
Waktu saat dirujuk
J.
C. Riwayat SAMPLE :
E. Diagnosis
Komunikasi,
Peulasaran
Jenazah,
Pemadam
25
Rumah
28
Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 4 (empat) orang dokter umum
dan 1 (satu) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.
Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-masing minimal 1
(satu) orang dokter spesialis dari 2 (dua) jenis pelayanan spesialis dasar dengan
1 (satu) orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap.
Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 2:3 dengan
kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit.
Peralatan radiologi harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Jumlah tempat tidur minimal 50 (lima puluh) buah.
Administrasi dan manajemen terdiri dari struktur organisasi dan tata laksana.
Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri
atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis,
unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan
internal, serta administrasi umum dan keuangan. Tatakelola sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi tatalaksana organisasi, standar pelayanan,
standar operasional prosedur (SPO), Sistem Informasi Manajemen Rumah
Sakit (SIMS), hospital by laws dan Medical Staff by laws.
Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor:
340
KELAS
KELAS
KELAS
KELAS
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+/+/+/+/-
KETERANGAN
Untuk kelas D
minimal
dari 4 Pelayanan
Medik
Dasar
29
ada
Spesialis
Pembuluh
Darah
5. Kulit dan Kelamin
6. Kedokteran Jiwa
7. Paru
8. Orthopedic
9. Urologi
10. Bedah syaraf
11. Bedah plastic
12. Kedokteran forensic
F. Pelayanan Medik Spesialis Gigi
Mulut
1. Bedah Mulut
2. Konservasi/endodonsi
3. Orthodonti
4. Periodonti
5. Prosthodonti
6. Pedodonsi
7. Penyakit Mulut
G. Pelayanan Medik Subspesialis
1. Bedah
2. Penyakit Dalam
3. Kesehatan Anak
4. Obstetric dan Ginekologi
5. Mata
6. Telinga
Hidung
Tenggorokan
7. Syaraf
8. Jantung dan
Pembuluh
Darah
9. Kulit dan Kelamin
10. Jiwa
11. Paru
12. Orthopedic
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
+
+
+
-
+
+
-
+
+
+/+/-
+
+
+/+/-
+
+
+
+
+
+
+
+
+/+/+/+/+/+/+/+/-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
+/+/+/+/+/+/+/-
+
+
+
+
+
+
+/+/+/+/-
+
+
+
+
+
+
30
Untuk
kelas
minimal 8 dari 13
Pelayanan Medik
Spesialis
Untuk
minimal
kelas
ada
dari 7 Pelayanan
Medik
Spesialis
Gigi Mulut
Untuk
minimal
kelas
ada
dari 4 Pelayanan
Subspesialis
Dasar
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Tenaga tetap
dan
kebidanan
1. Asuhan keperawatan
2. Asuhan kebidanan
I. Pelayanan penunjang klinik
1. Perawatan intensif
Kelas D cukup
HCU
2. Pelayanan darah
3. Gizi
4. Farmasi
5. Sterilisasi instrument
6. Rekam medic
J. Pelayanan penunjang non klinik
1. Laundry/linen
2. Jasa boga/dapur
3. Teknik dan pemeliharaan
fasilitas
4. Pengelolaan limbah
5. Gudang
6. Ambulance
7. Komunikasi
8. Kamar jenazah
9. Pemadam kebakaran
10. Pengelolaan gas medic
11. Penampungan air bersih
dokter gigi
12 dokter umum & 3
Tenaga tetap
dokter gigi
9 dokter umum & 2 dokter
Tenaga tetap
gigi
4 dokter umum & 1 dokter
Tenaga tetap
gigi
B. 4 pelayanan medic spesialis dasar, masing-masing minimal:
Min.
6 dokter spesialis
3 dokter spesialis
31
tenaga
tetap
dari24
tenaga
Min. 4
tenaga
tetap
dari24
2 dokter spesialis
tenaga
Min. 4
tenaga
tetap
dari24
tenaga
Min. 2
tenaga
tetap
dari24
tenaga
3 dokter spesialis
tetap
dari
tenaga
Min 8
-
tetap
36
tenaga
dari
12
tenaga
2 dokter spesialis
1 dokters spesialis (2 dari 4
yan spes)
1 dokter spesialis (dari 2
tetap
tenaga
tenaga
dari
tenaga
Min 4
26
tetap
15
tenaga
tetap
Min
+
+
+
tenaga
tetap
Min 3
tenaga
tetap
Min 1
tenaga
tetap
1:1
1:1
2:3
2:3
+
+
+
+
+
+
+
+
32
dari
tenaga
Min 2
Min
yan spes)
F. 7 pelayanan medic spesialis gigi mulut, masing-masing:
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Keterapian fisik
Keteknisan medis
Petugas rekam medis
Petugas IPSRS
Petugas pengelola limbah
Petugas kamar jenazah
III. PERALATAN
1. Peralatan medis di Instalasi
Gawat Darurat
2. Peralatan medis di Instalasi
Rawat Jalan
3. Peralatan medis di Instalasi
Rawat Inap
4. Peralatan medis di Instalasi
Rawat Intensif
5. Peralatan medis di Instalasi
Tindakan Operasi
6. Peralatan medis di Instalasi
Persalinan
7. Peralatan medis di Instalasi
Radiologi
8. Peralatan medis di Instalasi
Anestesi
9. Peralatan
medis
Laboratorium klinik
10. Peralatan medis Farmasi
11. Peralatan medis di Instalasi
Pelayanan Darah
12. Peralatan
medis
Rehabilitasi medic
13. Peralatan medis di Instalasi
Gizi
14. Peralatan
medis
Kamar
Jenazah
IV. SARANA & PRASARANA
1. Bangunan/Ruang
Gawat
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Darurat
2. Bangunan/Ruang
Rawat
Jalan
3. Bangunan/Ruang
Rawat
33
Kelas D cukup
HCU
Inap
4. Bangunan/Ruang Bedah
5. Bangunan/Ruang
Rawat
+
+
+
+
+
+
+
-
Intensif
6. Bangunan/Ruang Isolasi
7. Bangunan/Ruang Radiologi
8. Bangunan/Ruang
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Laboratorium klinik
9. Bangunan/Ruang Farmasi
10. Bangunan/Ruang Gizi
11. Bangunan/Ruang
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Rehabilitasi Medik
12. Bangunan/Ruang
+
+
+
+
+
+
+
+
16. Bangunan/Ruang
Pemulasaran Jenazah
17. Bangunan/Ruang
Administrasi
18. Bangunan/Ruang Gudang
19. Bangunan/Ruang Sanitasi
20. Bangunan/Ruang
Dinas
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+/-
+
+
+
-
+
+
+
-
Khusus
RS
Pendidikan
Khusus
RS
Pemeliharaan
Sarana
Prasarana
13. Bangunan/Ruang
Pengelolaan Limbah
14. Ruang Sterilisasi
15. Bangunan/Ruang Laundry
Asrama
21. Ambulan
22. Ruang komite medis
23. Ruang PKMRS
24. Ruang Perpustakaan
25. Ruang jaga Ko Ass
26. Ruang pertemuan
27. Bangunan/ruang diklat
28. Ruang diskusi
29. Skill lab dan Audio visual
30. System Informasi RS
31. System dokumnetasi medis
+/-
Pendidikan
+
+
+
+
+
+/+/-
+
-
+
-
+
+
+
-
+
-
+
-
Khusus
Pendidikan
pendidikan
34
RS
32. Listrik
33. Air
34. Gas medis
35. Limbah cair
36. Limbah padat
37. Penanganan kebakaran
38. Perangkat komunikasi
39. Tempat tidur
+
+
+
+
+
+
+
400
+
+
+
+
+
+
+
200
+
+
+
+
+
+
+
100
+
+
+
+
+
+
50
+
+
+
+
+
+
+
+
+
kerja/uraian tugas
4. Peraturan Internal Rumah
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
5.
6.
7.
8.
9.
35