BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Manuaba, 2009;
Winkjosastro,
Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban dari vagina
atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya ketuban
pecah dini. Ketegangan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara
berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gemelli.
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan
membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor
tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi
yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini
merupakan masalah kontroversi obstetrik (Rukiyah, 2010)
Inkompetensi serviks (leher rahim) adalah istilah untuk menyebut
kelainan pada otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak
dan lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena
tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar. Inkompetensi
serviks adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata,
disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu
kelainan kongenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi
berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester
kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan
robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi (Manuaba, 2009).
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini, misalnya : Trauma
(hubungan
seksual,
pemeriksaan
dalam,
amniosintesis),
Gemelli
(Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih). Pada
kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga
10
menghadapi proses
persalinanya.
Menurut penelitian Abdullah (2012) Pola pekerjaan ibu hamil
berpengaruh terhadap kebutuhan energi. Kerja fisik pada saat hamil yang
terlalu berat dan dengan lama kerja melebihi tiga jam perhari dapat
berakibat kelelahan. Kelelahan dalam bekerja menyebabkan lemahnya
korion amnion sehingga timbul ketuban pecah dini. Pekerjaan merupakan
suatu yang penting dalam kehidupan, namun pada masa kehamilan
pekerjaan yang berat dan dapat membahayakan kehamilannya sebaiknya
dihindari untuk mejaga keselamatan ibu maupun janin.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Huda (2013) yang
menyatakan bahwa ibu yang bekerja dan lama kerja 40 jam/ minggu
dapat
meningkatkan
risiko
sebesar
1,7
kali
mengalami
KPD
dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Hal ini disebabkan karena
pekerjaan fisik ibu juga berhubungan dengan keadaan sosial ekonomi.
Pada ibu yang berasal dari strata sosial ekonomi rendah banyak terlibat
dengan pekerjaan fisik yang lebih berat.
11
2. Paritas
Multigravida atau paritas tinggi merupakan salah satu dari penyebab
terjadinya kasus ketuban pecah sebelum waktunya. Paritas 2-3
merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian. Paritas 1
dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal
lebih tinggi, risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik
lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi/ dicegah
dengan keluarga berencana (Wiknjosastro, 2011).
Menurut penelitian Fatikah (2015) konsistensi serviks pada persalinan
sangat mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini pada multipara
dengan konsistensi serviks yang tipis, kemungkinan terjadinya ketuban
pecah dini lebih besar dengan adanya tekanan intrauterin pada saat
persalinan. konsistensi serviks yang tipis dengan proses pembukaan
serviks pada multipara (mendatar sambil membuka hampir sekaligus)
dapat mempercepat pembukaan serviks sehingga dapat beresiko ketuban
pecah sebelum pembukaan lengkap. Paritas 2-3 merupakan paritas yang
dianggap aman ditinjau dari sudut insidensi kejadian ketuban pecah dini.
Paritas satu dan paritas tinggi (lebih dari tiga) mempunyai resiko
terjadinya ketuban pecah dini lebih tinggi. Pada paritas yang rendah
(satu), alat-alat dasar panggul masih kaku (kurang elastik) daripada
multiparitas. Uterus yang telah melahirkan banyak anak (grandemulti)
cenderung bekerja tidak efisien dalam persalinan (Cunningham, 2006).
Menurut penelitian Abdullah (2012) Paritas kedua dan ketiga merupakan
keadaan yang relatif lebih aman untuk hamil dan melahirkan pada masa
12
13
penurunan
kemampuan
organ-organ
reproduksi
untuk
sehingga
pembentukan
selaput
lebih
tipis
yang
14
15
16
ketuban
lain
yang
merupakan
predisposisi
ialah:
17
18
19
20
21
sudah pecah 48 jam sebelum anak lahir), tali pusat menumbung, persalinan
preterm, dan amniotik band syndrome yakni kelainan bawaan akibat
ketuban pecah sejak hamil muda (Abadi, 2008).
m. Penatalaksanaan
Menurut Abadi (2008) membagi penatalaksanaan ketuban pecah dini pada
kehamilan aterm, kehamilan pretem, ketuban pecah dini yang dilakukan
induksi, dan ketuban pecah dini yang sudah inpartu.
1. Ketuban pecah dengan kehamilan aterm
Penatalaksanaan KPD pada kehamilan aterm yaitu : diberi antibiotika,
Observasi suhu rektal tidak meningkat, ditunggu 24 jam, bila belum ada
tanda-tanda inpartu dilakukan terminasi. Bila saat datang sudah lebih dari
24 jam, tidak ada tanda-tanda inpartu dilakukan terminasi
2. Ketuban pecah dini dengan kehamilan prematur
Penatalaksanaan KPD pada kehamilan aterm yaitu
a. EFW (Estimate Fetal Weight) < 1500 gram yaitu pemberian
Ampicilin 1 gram/ hari tiap 6 jam, IM/ IV selama 2 hari dan
gentamycine 60-80 mg tiap 8-12 jam sehari selama 2 hari, pemberian
Kortikosteroid untuk merangsang maturasi paru (betamethasone 12
mg, IV, 2x selang 24 jam), melakukan Observasi 2x24 jam kalau
belum inpartu segera terminasi, melakukan Observasi suhu rektal tiap
3 jam bila ada kecenderungan meningkat > 37,6C segera terminasi
b. EFW (Estimate Fetal Weight) > 1500 gram yaitu melakukan
Observasi 2x24 jam, melakukan Observasi suhu rectal tiap 3 jam,
Pemberian
antibiotika/kortikosteroid,
pemberian
Ampicilline
22
23
B. Kerangka Berpikir
Umur
<20th
Alat
reproduksi
dan selaput
ketuban
belum
matang
Paritas
>35th
primipara
Otot dasar
panggul
tidak
elastis dan
serviks
mudah
berdilatasi
Serviks
belum
membuka
dan otot
dasar
panggul
masih
kaku
Pekerjaan
multipara
Konsistens
i serviks
yang tipis
dan otot
dasar
panggul
kurang
elastis
Kelelahan
dan
lemahnya
korion
amnion
Usia
Kehamilan
Riwayat
KPD
Infeksi
maternal
dan
perinatal,
persalinan
premature
dan
hipoksia
Penurunan
kandungan
kolagen dan
membrane
yang rapuh
KPD
Keterangan:
: tidak diteliti
: diteliti
24
C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut :
1. Ada hubungan umur dengan kejadian ketuban pecah dini, semakin tua dan
muda umur maka risiko terjadinya KPD semakin besar.
2. Ada hubungan paritas dengan kejadian ketuban pecah dini, semakin banyak
paritas akan menyebabkan bertambahnya risiko terjadinya KPD.
3. Ada hubungan pekerjaan dengan kejadian ketuban pecah dini, semakin berat
pekerjaan maka risiko terjadinya KPD semakin besar.
4. Ada hubungan usia kehamilan dengan kejadian ketuban pecah dini, semakin
tua usia kehamilan maka risiko terjadinya KPD semakin besar.
5. Ada hubungan riwayat ketuban pecah dini dengan kejadian ketuban pecah
dini.
6. Ada hubungan umur, paritas, pekerjaan, usia kehamilan, riwayat ketuban
pecah dini dengan kejadian ketuban pecah dini.