Anda di halaman 1dari 7

PERDEBATAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

Dipa Abdul Malik


Politeknik Negeri Bandung
dipa.abdul.tme16@polban.ac.id
Latar Belakang
Perdebatan memang pernah terjadi dalam sejarah pembuatan dasar
negara di Indonesia. Perdebatan ini membuktikan bahwa adanya pihak yang
menginginkan dasar negara yang disusulkan dapat diterima dan disepakati
oleh pihak - pihak lainnya. Banyak sekali perdebatan yang terjadi dalam
perumusan dasar negara ini.
Dimulai dari perdebatan antara Ir.Soekarno dengan Muh.Natsir yang
saat itu mempunyai pemikiran yang berbeda tentang dasar negara.
Pemikiran Ir.Soekarno yang berkeinginan memisahkan antara agama dan
negara sangat terbalik dengan pemikiran Muh. Natsir yang berkeinginan
mendirikan negara nasional yang berdasarkan Islam karena banyaknya
penganut agama Islam di Indonesia. Adapun rumusan malasah yang akan
dipaparkan pada artikel ini adalah sebagai berikut :
1. Perdebatan apa saja yang terjadi pada proses perumusan Pancasila
sebagai dasar negara ?
2. Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya perdebatan ?
3. Bagaimana solusi dari perdebatan tersebut ?
Pembahasan
1. Perdebatan Perdebatan dalam Proses Perumusan Dasar
Negara
a. Perdebatan Soekarno-Natsir tahun 1930-an sampai 1942
Natsir berkeinginan mendirikan Negara nasional berdasarkan Islam
justru karena dia seorang demokrat sejati. Dalam pandangan Natsir, umat
Islam ada 80% maka wajarlah kalau mereka menginginkan Negara Islam. Hal
ini dibantah Soekarno yang mengatakan bahwa agama Islam pada bangsa
Indonesia hanyalah lapisan tipis belaka dari keyakinan orang-orang Islam
Indonesia. Kalau lapisan itu dikelupas maka yang terlihat sebagian besarnya
adalah animisme dan dinamisme.
b. Perdebatan Soekarno vs Haji Agus Salim
Soekarno jelas-jelas menginginkan nasionalisme sekuler setelah
Indonesia merdeka nanti. Sementara itu Agus Salim menolak pendapat
Soekarno karena ia khawatir itu sangat rentan terjatuh pada chauvinism atau

ultra nasionalisme. Agus Salim lebih menginginkan nasionalisme Islam,


karena lebih bersifat universal.

c. Perdebatan Soekarno dengan Ahmad Hassan


Tema debat mereka adalah pernyataan, Cinta tanah air adalah
sebagian dari iman. Menurut Soekarno itu hadits dan sebagai
konsekwensinya umat Islam harus melaksanakan itu, sedangkan menurut
Hassan itu hadits palsu.
d. perdebatan antara SI Pusat dengan SI Semarang
SI Pusat mencita-citakan Negara Islam Indonesia dengan ekonomi yang
kuat ditandai dengan kuatnya Pengusaha pribumi. Jiwa zaman saat itu
pribumi adalah Islam. Hal ini sangat ditentang oleh SI Semarang yang ingin
Negara Indonesia dengan masyarakat tanpa kelas dan tidak ada kapitalisme.
Pengusaha termasuk pengusaha pribumi menurut mereka adalah kapitalis,
dan kapitalis adalah jahat.
Akhirnya dari tesis SI Pusat lalu ada antithesis SI Semarang dicapailah
sintesis dalam kongres CSI (Centraal Sarekat Islam) ke-2, yaitu Indonesia
yang dicita-citakan adalah Negara Islam Indonesia yang memerangi
kapitalisme yang jahat ( berarti dalam pandangan mereka ada juga
kapitalisme yang baik).
e. Perdebatan di BPUPKI
Perdebatan berikutnya terjadi di BPUPKI tentang perlu atau tidaknya
Islam dijadikan dasar Negara. Pada tanggal 1 Juni 1945 Soekarno berpidato
yang terkenal sebagai peristiwa lahirnya Pancasila. Setelah BPUPKI
dibubarkan, lalu diganti PPKI, lahirlah Piagam Jakarta yang rencananya akan
jadi teks proklamasi kemerdekaan Indonesia. Piagam Jakarta atau Jakarta
Charter lahir dari perdebatan yang keras, sengit, panjang dan berlarut-larut.
Ini merupakan kesepakatan bulat. Dengan sila pertamanya yang terjenal
yaitu Ketuhanan dengan Kewajiban Menjalankan Syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya, PPKI menyetujui sebulat-bulatnya rancangan
pembukaan UUD yang disusun oleh anggota-anggotanya: Mohammad Hatta,
Muhammad Yamin, Ahmad Soebardjo, AA Maramis, Abdul Kahar Muzakkir,
KHA Wahid Hasyim, Soekarno, Abikoesno Tjokrosoejoso, dan Haji Agus Salim.
Karena rancangan pembukaan UUD itu ditandatangani oleh Sembilan orang
tadi di Jakarta pada tanggal 22 Juni 1945, maka pembukaan itu disebut
Piagam Jakarta, nama yang diperkenalkan pertama kali oleh Yamin.
Tanggal 11 Juli 1945 Latuharhary menyatakan keberatannya terhadap
Pancasila, lalu dibantah Agus Salim. Soekarno kemudian menengahi dan
mengingatkan, Piagam ini sudah hasil kesepakatan bulat dan resmi.
Pada tanggal 14 Juli 1945 Ki Bagus Hadikusumo keberatan dengan
piagam Jakarta dan ingin menjadikannya lebih Islami lagi. Soekarno kembali

mengingatkan bahwa Piagam Jakarta sudah merupakan kesepakatan bulat


antara golongan nasionalis dengan golongan Islam.
Tetapi menjelang tanggal 18 Agustus 1945 Mohammad Hatta mengatakan
bahwa ada perwira Jepang utusan orang Indonesia Timur meminta tujuh kata
dalam sila pertama pancasila versi Piagam Jakarta dihapus. Kalau tidak,
orang Indonesia Timur akan memisahkan diri dari Indonesia.
Hatta kemudian melobi Ki Bagus Hadikusumo dan Kasman SIngodimejo
untuk menghapuskan tujuh kata itu. Kedua tokoh Islam ini setuju. Bagi
sebagian pengamat sejarah, Hatta, Ki Bagus, dan Kasman, telah
mengkhianati Piagam Jakarta, apa yang disebut SOekarno sebagai
kesepakatan bulat hasil perdebatan sengit, lama, keras, antara golongan
Islam dan golongan nasionalis.Sebuah sidang resmi yang menghasilkan
kesepakatan dengan susah payah dihapus hanya oleh lobi, suatu peristiwa
yang sangat ironis.
f. Perdebatan dalam sidang dewan konstituante 1955-1959
Perdebatan ini dipicu oleh pidato Presiden Soekarno di Amuntai
Kalimantan Selatan, 27 Januari 1953. Pidato inilah penyulut disintegrasi
bangsa, karena reaksi-reaksi yang banyak.
Soekarno mengatakan bahwa jangan sekali-sekali mendirikan Negara
Islam karena akan menyakiti orang-orang non Islam. Kesalahan Soekarno
adalah, Pertama, sebagai pemimpin Negara dan bangsa yang seharusnya
tidak berpihak, ia berpihak. Hal ini dikuatkan oleh BJ Boland seorang pastor
dari Belanda- dalam bukunya Pergumulan Islam di Indonesia. Kedua,
pembentukan Negara dengan ideology apapun baik itu Komunis, Sosialis,
Pancasila, atau Islam dibolehkan dalam UUDS 1950 yang berlaku saat itu,
asal memenuhi syarat. Hal ini berlanjut terus dalam polemic di media massa
dan kampanye-kampanye pemilu dari tahun 1953-1955 dan dilanjutkan
dengan perdebatan bebas di Konstituante.
Perdebatan di Konstituante adalah antara yang membela Islam versus
yang membela Pancasila. Hal ini disebabkan karena pertentangan ideology di
antara mereka, yaitu antara nasionalis, komunis, dan non Islam di satu
pihak, semua mengeroyok Islam di pihak lain.
Perbedaan pendapat di antara mereka ini akhirnya membawa mereka
ke dalam pengelompokan pemikiran dalam sidang Konstituante. Pertama
kelompok pemikiran Islam. Bagi mereka, mengajukan Islam sebagai dasar
Negara merupakan suatu usaha untuk membentuk tatanan Negara yang
dapat menjalankan ajaran-ajaran Islam dengan aman. Hal itulah yang
mendorong mereka berusaha keras untuk menggolkan keinginan mereka.

Usaha-usaha mereka kandas karena soal teknis, karena suara mereka tidak
mencapai 2/3 dari suara yang disyaratkan untuk disetujui.
Di samping itu, perjuangan menggolkan Islam sebagai dasar Negara
mereka anggap sebagai ibadah. Kedua kelompok pemikiran Pancasila,
Kelompok ini terdiri atas kelompok-kelompok kecil yang alasan mereka
masing-masing saling berbeda untuk mempertahankan Pancasila dan
menolak Islam sebagai dasar Negara.
2. Faktor Penyebab Terjadinya Perdebatan
Faktor penyebab yang paling terkenal adalah Keputusan dihapuskannya
kata "syariat Islam" dalam sila pertama Pancasila. Sebagian kelompok masih
berjuang untuk mengembalikan tujuh kata dalam Piagam Jakarta itu.
Mengutip buku Pancasila 1 Juni dan Syariat Islam, ada kelompok yang
kemudian mengekspresikannya dengan bentuk pemberontakan bersenjata.
Misalnya, pemberontakan yang dilakukan kelompok DI/TII/NII.

3. Solusi Perdebatan
Dalam sidang Panitia Persiapan kemerdekaan Indonesia pada 18 Agustus
1945, diputuskan untuk melakukan perubahan pada sila pertama dari yang
ditulis dalam Piagam Jakarta. Tujuh kata itu, "dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluknya", kemudian dihapus.
"Sesungguhnya tujuh perkataan itu hanya mengenai penduduk yang
beragama Islam saja, pemimpin-pemimpin umat Kristen di Indonesia Timur
keberatan kalau tujuh kata itu dibiarkan saja, sebab tertulis dalam pokok
dari pokok dasar negara kita, sehingga menimbulkan kesan, seolah-olah
dibedakan warga negara yang beragama Islam dan bukan Islam," demikian
penjelasan Muhammad Hatta.
Hingga kemudian, rumusan Pancasila versi 18 Agustus 1945 itu menjadi
seperti yang dikenal saat ini, yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang Dipimpin
Permusyawaratan Perwakilan

oleh

Hikmat

Kebijaksanaan

dalam

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Penutup
Simpulan
Walaupun pada awalnya banyak permasalahan atau pun perdebatan
yang terjadi pada perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Tetapi
perdebatan itulah yang menjadikan dasar negara Indonesia dapat
menggambarkan seluruh rakyat Indonesia. Dan dari perdebatan itu juga
menjadikan Pancasila dapat di terima oleh seluruh tokoh-tokoh yang pada
awalnya tidak setuju perubahan yang terjadi pada Pancasila.
Saran
Setelah kita mengetahui bagaimana susahnya perjuangan dalam
proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara. Kita sebagai warga
negara Indonesia wajib menghargai dan mengamalkan nilai nilai yang
terkandung dalam Pancasila pada kehidupan sehari hari.

Daftar Pustaka
-

Bayu Galih, (2016), Perubahan Urutan Pancasila dan Perdebatan


"Syariat
Islam"
di
Piagam
Jakarta,
http://nasional.kompas.com/read/2016/06/01/09210021/peruba
han.urutan.pancasila.dan.perdebatan.syariat.islam.di.piagam.j
akarta

Agung Pribadi, (2012), Debat Sepanjang Zaman Islam vs Pancasila:


Refleksi
Hari
Lahirnya
Pancasila
1
Juni
http://www.kompasiana.com/agungpribadipenulis/debatsepanjang-zaman-islam-vs-pancasila-refleksi-hari-lahirnyapancasila-1-juni_5510bb948133118e33bc71cc

Anda mungkin juga menyukai