: P/111/16
Hari/Tanggal
Dosen PJ
Anamnesa
Signalement
Nama Hewan
:-
Jenis
: Kambing
Bangsa
: Peranakan Etawa
Jenis Kelamin
: Betina
Umur
: 2,5 tahun
Warna Rambut
Tanggal Mati
: 11 Juni 2016
Tanggal Nekropsi
: 22 Juni 2016
Epikrise
Diagnosa PA
Subkutis
Perlemakan
Otot
Kelenjar ludah
Kelenjar pertahanan
perifer
Ln. Prescapularis
Ln. Prefemoralis
Ln. Poplitea
Rongga abdomen
Situs viscerum
Rongga Thoraks
Tekanan negatif
Ada
Traktus Respiratorius
Sinus hidung
Ada darah
Faring
Laring
Trakhea
Perdarahan saluran
pernapasan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Perdarahan saluran
pernapasan
Tracheitis
Edema pulmonum
Pneumonia
haemorrhagica acuta
Bronkhus
Paru-paru
Traktus Digestivus
Rongga mulut
Lidah
Esofagus
Rumen
Retikulum
Omasum
Mukosa merah
Terdapat cairan busa
Warna tidak homogen
Keluar darah dari
bidang sayatan
Uji apung: tenggelam
Mukosa pucat,
terdapat karang gigi
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Banyak sisa makanan
Akumulasi udara
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Caries dentis
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Abomasum
Usus halus
Usus besar
-Sekum
-Kolon
Empedu
Pankreas
Hati
Traktus Sirkulatorius
Jantung
Pembuluh darah
Sistem Limforetikuler
Limpa
Degenerasi otot
jantung
Splenitis
Ovarium
Uterus
Vagina
Sistem syaraf pusat
dan perifer
Otak
Sistem Lokomasi
Tulang
Persendian
Kapsula mudah
dilepas
Medulla warna merah
gelap
Terdapar corpus
luteum persisten
Eksudat nanah dan
lendir
Tidak ada kelainan
Nefritis disertai
kongesti
Darah di bawah
meningen
Perdarahan otak
Endometritis, bunting
Endometritis supuratif
et kataralis
Tidak ada kelainan
Diagnosa
Causa mortis
Atrial mortis
retikulum, omasum, abomasum, usus halus, usus besar, hati, dan pankreas.
Mukosa rongga mulut terlihat pucat (anemis) namun tidak terdapat kelainan pada
mukosa
ataupun
lidah.
Tidak ditemukan
cacing
di
sepanjang
saluran
pencernaan.
Pada bagian rumen, ditemukan adanya gumpalan darah yang diduga
masuk akibat aktivitas memamah biak kambing ketika masih hidup. Bagian
retikulum, omasum dan abomasum tidak ditemukan adanya kelainan, namun
masih terdapat sisa-sisa pakan yang menandakan bahwa hewan dapat
mencerna pakan dengan baik ketika masih hidup. Pada usus halus kambing
ditemukan
adanya
hemoragi
disertai
eksudat
berupa
lendir.
Hal
ini
atau
dilatasi.
Bentuk
kardiomiopati
yang
ditemukan
adalah
Darah di dalam sinus dan trakhea berasal dari saluran respirasi bagian bawah
yaitu paru-paru. Hewan mengalami kesulitan bernapas selama hidupnya karena
trakhea terisi oleh cairan darah. Darah yang ada di trakhea mengalir ke sinus
kemudian keluar melalui hidung. Oleh karena itu, sebelum dinekropsi dilakukan
pengamatan pada bagian hidung kambing dan terdapat cairan darah. Adanya
darah pada saluran respirasi dapat disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri
(Sendow et al 2001).
Hasil pemeriksaan organ paru-paru, ditemukan adanya kelainan pada
paru-paru kiri dan kanan. Warna paru-paru tampak lebih merah dari paru-paru
normal yang menandakan terjadinya hemoragi dan ditemukan adanya undulasi
pada paru-paru yang menandakan adanya oedema. Ketika dilakukan uji apung
pada paru-paru yang tampak lebih merah, terdapat bagian yang tenggelam dan
juga terapung. Bagian yang tenggelam mengindikasikan adanya pneumonia
alveolar, sedangkan bagian yang terapung mengindikasikan adanya pneumonia
interstitial.
Pneumonia merupakan peradangan yang terjadi pada paru-paru.
Pneumonia pada kambing yang diperiksa terjadi menyebar hampir di semua
bagian paru-paru.Pada pneumonia alveolar, terdapat cairan di dalam ruang
alveol sehingga berat jenisnya ketika di uji apung lebih besar dari air yang
menyebabkan paru-paru tenggelam. Sedangkan pada pneumonia interstisial
infeksi terjadi di dalam sel, sehingga pada uji apung paru-paru masih mengapung
karena ruang alveol masih berisi udara. Pneumonia dapat disebabkan oleh
infeksi virus sebagai penyebab primer dan diikuti dengan infeksi sekunder dari
bakteri. Pneumonia pada kambing dapat disebabkan oleh lentivirus, sedangkan
infeksi akibat bakteri dapat disebabkan oleh Pasteurella haemolytica dan
Mycoplasma mycoides ssp. Infeksi Mycoplasma mycoides spp. pada domba
memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi dan menunjukkan gejala
klinis berupa demam,batuk, dispnea, menyebabkan stres dan kelemahan
(McGacvin dan Zachary 2012).
Infeksi virus pada paru-paru akan menimbulkan respon peradangan awal
yaitu infiltrasi dari sel-sel mononuklear ke dalam submukosa dan perivaskular.
Jika proses ini meluas maka sejumlah debris dan mukus serta sel-sel inflamasi
yang meningkat dalam saluran nafas kecil akan menyebabkan terjadinya
obstruksi baik parsial maupun total dan dapat menyebar ke alveoli jika terjadi
edema submukosa. Proses infeksi yang berat akan menyebabkan terjadinya
pemeriksaan
nekropsi,
kambing
diduga
mengalami
DAFTAR PUSTAKA
Carlton WW, Ferrans VJ. 1995. Pathology of the cardiovascular system. Di dalam
McGavin MD, Editor. Special Veterinary Pathology. Missouri (US): Mosby.
hlm 175-208.
Elsevier S. 1982. Color Atlas of Veterinary Pathology 2nd Edition. Editor van Djik
J, Gruys E, Mouwen J. United States (US): Elsevier
Feig JA, Cina SJ. 2001. Evaluation of Characteristics Associated With Acute
Splenitis (Septic Spleen) as Markers of Systemic Infection. Arch Pathol Lab
Med. 125:888-891.
Fontbonne A. 2015. Canine and Feline Fertility/Infertility [internet]. Tersedia pada:
http://www.sevc2015.com/images/sevc/pdf/canine-and-feline-fertilityinfertility.pdf. [Diakses pada: 2016 Juni 22]
Gunay U, Onat K, Gunay A, Ulgen M. 2010. Vaginal, Cervical, and Uterine
Bacterial Flora at the Different Stages of the Reproductive Cycle in
Ovariohysterectomized Bitches. Journal of Animal and Veterinary
Advances. 9(3): 478481.
Kardena IM, Winaya IBO, Berata IK. 2011. Gambaran patologi paru-paru anjing
lokal Bali yang terinfeksi penyakit distemper. Bali (ID): Buletin Veteriner
Udayana. 3(1):17-24.
Kasper EK. 2006. Cardiomyopathies and Myocarditis. Di dalam: Rosendorff
Clive, Editor. Essential Cardiology 2nd. New Jersey (US): Humana. hlm
641-651.
Kushwah S, Fallon J, Fuster V. 2016. Restrictive Cardiomyophaty. Medical
Progres. 336(4): 267-276
Kempisty B, Bukowska D, Wozna M, Piotrowska H, Jackowska M, Zuraw A,
Ciesiolka S, Antosik P, Maryniak H, Ociepa E, Porowski S, Brussow KP,
Jaskowski JM, Nowicki M. 2013. Endometritis and Pyometra in Bitches: A
Review. Veterinarni Medicina. 58(6): 289297.
Lang F. 2000. Respiration, Acid-Base Balance. Dalam : Silbernagl S, Lang F,
editor. Color Atlas of Pathophysiology. Sturgart: Thieme FlexiBook.
McFarlane PS, Reid R, Callender R. 2000. Pathology Illustrated. 5th Ed. London
(UK): Churchill Livingstone.
McGavin MD, Zachary JF. 2007. Phatologic Basic of Veterinary Disease. St.Louis
(US): Mosby Inc.
McGacvin MD, Zachary JF. 2012. Pathologic Basic of Veterinary Disease. 5th Ed.
St.Louis (US): Mosby Inc.
Prihatini R. 2011. Hubungan retensio sekundinae dan endometritis dengan
efisiensi reproduksi pada sapi perah: studi kasus di koperasi peternak sapi
bandung utara (KPSBU) Lembang, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Retno AS, Landia S, Makmuri MS. 2006. Pneumonia, Kapita Selekta Ilmu
kesehatan anak VI. Surabaya (ID) : Divisi Respirologi FK Unair RSU Dr.
Soetomo Surabaya.
Sendow I, Syafriati T, Wiedosari E, Selleck P. 2001. Isolasi virus parainfluenza
tipe 3 dari kasus penumonia kambing dan domba. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Balai
Penelitian Veteriner. Hlm 503508.
Vegad JL. 2008. A Textbook of Veterinary General Pathology. Lucknow (IND):
International Book Distributing Co.
B94154202
B94154205
B94154207
B94154209
B94154214
B94154215
B94154217
B94154222
B94154224
B94154225
B94154227
B94154228
B94154232
B94154242
B94154246
B94154247
B94154248