TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Definisi
Ulkus marjolin adalah lesi yang berasal dari jaringan parut akibat trauma
bakar, osteomielitis kronik, inflamasi kronik atau fistula kronik. Tipe ulkus ini
jarang terjadi, biasanya tumbuh progresif pada luka yang tidak sembuh, disertai
trauma kronik dan terutama parut luka bakar. Ulkus marjolin sering berkembang
menjadi karsinoma sel skuamosa meskipun memerlukan waktu yang cukup lama.1
2.2
Epidemiologi
Angka kejadian ulkus marjolin belum diketahui secara pasti. 2 Angka
2.3
Etiologi
Patognesis
Patogenesis ulkus marjolin sampai saat ini belum dapat dipastikan, diduga
trauma kulit yang kronik serta pertumbuhan jaringan parut terutama yang berasal
dari luka bakar menyebabkan suatu keadaan avaskuler yang mengakibatkan
sistem surveilens sel-sel imun terhadap sel neoplasma menurun. Kegagalan fungsi
surveilens terhadap sel-sel neoplasma diduga bertanggung jawab terhadap
terjadinya pertumbuhan keganasan pada ulkus Marjolin.4-7
Ewing menyusun kriteria hubungan antara trauma dengan berkembangnya
menjadi kanker. Kriteria ini terdiri dari kanker berasal dari jaringan parut atau
luka, tanda pasti trauma atau ulkus yang pernah ada sebagai bukti adanya luka
atau jaringan parut, tidak adanya prekursor atau neoplasma serupa pada trauma/
luka sebagai awal berkembangnya kanker, variasi histologi kanker harus sesuai
dengan jaringan yang ditemukan pada lokasi trauma atau jaringan parut/ luka,
waktu interval antara trauma/ ulkus dan onset kanker harus terpenuhi yakni satu
bulan adalah waktu minimal yang dapat diterima sebagai jarak antara trauma
dengan munculnya kanker.2
Proses perubahan jaringan parut ini dan iritasi kronik kulit menjadi tumor
maligna belum jelas diketahui. Beberapa teori mengenai proses ini diantaranya
yaitu teori iritasi kronik Virchows, teori ini menjelaskan bahwa iritasi kronik dan
injuri jaringan berulang menyebabkan proses penyembuhan menjadi lebih sulit
dan regenerasi epitel menjadi kurang stabil. Epitel yang tidak stabil ditambah
dengan
stimulus
persisten
untuk
beregenerasi,
dan
hilangnya
inhibisi
menyebabkan terjadinya defisiensi nutrisi pada tingkat sel. Hal ini menurunkan
kemampuan sel dalam memperbaiki jaringan yang diikuti dengan akumulasi DNA
yang termutasi dan perubahan menjadi malignansi.2
Ribet mengungkapkan teori implantasi elemen epitelial, implantasi elemen
epitelial pada dermis setelah trauma menyebabkan perubahan karsinomatous,
melalui proses kelainan regenerasi. Castillo dan Goldsmith mengungkapkan
bahwa aliran limfatik yang terbatas pada jaringan parut, terganggunya imunitas
membuat tubuh sulit untuk membentuk respon entigen antibodi yang efektif
terhadap protoonkogen atau tumor pada jaringan parut.2
Teori herediter muncul ketika mutasi gen p53 dan Fas gen ditemukan pada
pasien ulkus marjolin. Pada pasien-pasien dengan ulkus Marjolin, terdapat
peranan dari gen HLA-DR4 yang berkaitan dengan perkembangan kanker, selain
itu terdapat abnormalitas dari gen p53 serta mutasi gen Fas dalam fungsi apoptosis
yang menjadi predisposisi terjadinya degenerasi keganasan, sebagaimana
diungkapkan dalam Teori Herediter. Gen p53 merupakan tumor suppressor gene
yang terletak di kromosom 7 dan berfungsi untuk melindungi sel dari kerusakan
DNA permanen dengan cara memberi sinyal untuk proses apoptosis dari selsel
mutan/pre-kanker. Hilangnya gen p53 berkaitan dengan peningkatan agresivitas
sel dan menurunnya tingkat survival sel.8
Selain peranan gen, terdapat juga peranan sel Langerhans yang terdapat di
lapisan epidermis kulit. Sel Langerhans berasal dari lapisan embriologik (tepatnya
sel sumsum tulang) yang mempunyai fungsi khusus dalam imunitas kulit yaitu
sebagai suatu cutaneous immuno-surveillance yang berperan melawan terjadinya
keganasan. Sel ini mengenali, memfagosit, memproses, mempresentasikan antigen
asing, dan melalui ekspresi antigen kelas II (MHC II), menginisiasi proses
penolakan pada transplantasi kulit. Paparan sinar Ultra-Violet (UV) ternyata dapat
menyebabkan penurunan jumlah populasi sel Langerhans. Selain itu sinar UV
juga ikut berperan dalam menyebabkan perubahan pada tumor suppressor gene
p53.9
Teori hubungan lingkungan dan interaksi genetik mengungkapkan bahwa
adanya perbedaan genetik membuat sesorang individu lebih mudah
terpapar
Beberapa studi juga menyebutkan bahwa pasien dengan ulkus marjolin memiliki
jumlah sel T yang menurun, sehingga disimpulkan bahwa imunosupresi juga
merupakan salah satu faktor yang berperan dalam timbulnya ulkus marjolin.2
Belum ada teori yang dapat berdiri sendiri menyebabkan proses perubahan
menjadi maligna, kombinasi dari beberapa teori tersebut dianggap memberikan
penjelasan terbaik pada proses terbentuknya ulkus marjolin.2
2.5
Manifestasi Klinis
Terdapat selang waktu atau periode laten antara patologi primer dan
perkembangan dari karsinoma. Selang waktu ini bervariasi, mulai dari beberapa
minggu hingga beberapa tahun hingga 70 tahun. Selang waktu terpendek yang
pernah dilaporkan adalah 4 minggu ,oleh McLeod dan Stauffen. Beberapa peneliti
mengungkapkan bahwa ulkus Marjolin dengan periode laten yang sangat pendek
ini kemungkinan berasal dari kulit yang sudah mengalami perubahan
premalignan.2
Pada beberapa kasus, didapatkan 2 tipe dari ulkus Marjolin, yaitu ulkus
Marjolin akut dengan fase laten kurang dari 1 tahun dan ulkus Marjolin kronik
dengan fase laten lebih dari 1 tahun. Ulkus Marjolin akut jarang ditemukan dan
biasanya diikuti oleh riwayat luka bakar pada orang tua. Menurut Nancarrow, ini
disebabkan karena kulit yang lebih lemah dalam menahan trauma seiring
bertambahnya usia. Secara umum, telah dilaporkan bahwa rata-rata periode laten
pada ulkus Marjolin adalah antara 20 sampai 40 tahun.2
Area tubuh yang paling sering terkena adalah anggota gerak tubuh bagian
bawah. Didapatkan bahwa rata-rata 40% pada ekstremitas bagian bawah, 30%
pada kepala dan leher, 20% pada ekstremitas bagian atas dan 10% di badan. Ulkus
Marjolin juga sering ditemukan pada bekas luka di bagian kerutan fleksi dan
penghubung antara area yang mobile dan non mobile. Bekas luka ini sering terjadi
trauma berulang dan lebih mudah menjadi tidak stabil. Selain itu, bekas luka yang
tebal, padat dan hipopigmentasi, serta bekas luka bakar dalam yang dibiarkan
sembuh sendiri tanpa skin graft menunjukkan stabilitas yang lebih rendah dan
memiliki kecenderungan untuk menjadi malignan.2
2 tipe ulkus Marjolin menurut Treves dan Pack, tipe pertama adalah ulkus
marjolin yang rata, infiltratif , ulkus marjolin ulseratif. Tipe kedua adalah bentuk
exophyticpapillary yang lebih jarang. Tipe yang pertama tersebut merupakan yang
lebih sering ditemukan, namun memiliki prognosis yang lebih buruk. Perubahan
malignan pada bekas luka atau ulkus kronik sering tidak disadari. Dapat juga
ditemukan perubahan pada sekret dan adanya perdarahan. Pada stadium awal,
perluasan ulkus biasanya lambat.2
Perubahan malignan biasanya dimulai dari pinggir yang menunjukkan
timbulnya nodul dengan elevasi. Terkadang tampak adanya massa pada bekas luka
atau ulkus. Dasar ulkus menjadi semakin banyak area yang berindurasi dengan
granular dan sering juga tampak berupa nekrosis dengan titik perdarahan.
Penyembuhan dapat terjadi pada beberapa area dimana terjadi pengelupasan yang
tampak seolah jinak.2
Harus diingat pula bahwa tanda transformasi malignan pada ulkus
Marjolin tidak harus tampak untuk mencurigai bahwa telah terjadi malignansi.
Berdasarkan penelitian oleh Nthumba, ulkus Marjolin berkembang dari nyeri
tekan, dimana ulkus ini sering memiliki penampakan yang jinak pada pinggir
maupun dasarnya kecuali baunya yang busuk, yang tidak menunjukkan adanya
tanda klasik transformasi malignan. Hal ini menyebabkan penegakkan diagnosis
menjadi semakin sulit. Namun, beberapa hal yang dapat dicurigai adanya
perubahan menjadi keganasan adalah bau, nyeri dengan eksudat dan darah, luka
yang tidak sembuh yang banyak terdapat pembuluh darah.9
2.6
Diagnosis
Diagnosis utama adalah dengan histologi. Biopsi jaringan harus dilakukan
dari tepi ke tengah area. Transformasi ganas biasanya dimulai dari bagian tepi
dengan perkembangan yang bertahap. Hasil histologi yang paling sering adalah
karsinoma sel skuamous. Hasil histologi lainnya adalah basal sel karsinoma,
melanoma maligna, fibrosarcoma, liposarcoma pernah dilaporkan. Pada kondisi
tertentu lebih dari satu variasi histologi dapat ditemukan pada jaringan parut yang
sama. Kombinasi sel basal dan skuamous sering disebut sebagai basoskuamous,
selain itu juga pernah dilaporkan kombinasi karsinoma sel skuamous dan
melanoma pada jaringan parut yang sama.
Faktor pengganggu yang dapat ditemukan secara histologi adalah
hiperplasia pseudoepteliomatous yang sering terlihat pada pasien dengan luka
kronis. Menurut Robbins dan Cotran, secara histologis sarang tumor ulkus
Marjolin dikarakterisasi dengan adanya lapisan sel basalis dan stratum spinosum
yang merupakan gambaran diagnostik untuk karsinoma sel skuamosa. Gambaran
diagnostik yang lain adalah adanya mutiara tanduk/keratin, akumulasi konsentrik
pada pusat sarang displastik dari sel-sel skuamosa.11
Tatalaksana
Pembedahan masih menjadi pengobatan utama ulkus marjolin. Eksisi luas
dengan tepi 2-4 cm pernah dilakukan oleh ahli. Pembedahan dengan tepi 2 cm
10
Gambar 6. Eksisi Tumor dan Penutupan Lesi dengan Split-Thickness Skin Graft
Gambar 7. Empat bulan sesudah eksisi dan cangkok, perbaikan lesi secara
spontan. Hasil biopsi menunjukkan jaringan dengan granulasi
Amputasi
diindikasikan
ketika
terjadi
invasi
dalam
dan
tidak
memungkinkan untuk membuat eksisi lokal, ketika ada keterlibatan tulang atau
sendi atau ketika eksisi bisa menyebabkan gangguan fungsi dan pengobatan yang
lebih banyak. Metastase regional terjadi pada 2-6 % kasus, oleh sebab itu nodul
regional harus dilakukan pemeriksaan pada kasus ulkus marjolin. Diseksi
limpfonodus dianjurkan ketika teraba nodul.2
Ulkus marjolin memberikan respon yang kurang baik terhadap radioterapi
sebagai hasil dari terbatasnya vaskularisasi yang, karena pembentukan fibrosis
yang luas. Radioterapi juga digunakan dalam terapi platiatif yang tidak bisa
dilakukan operasi atau tumor yang terjadi berulang. Vaskularisasi yang terbatas
dari kanker ini menyebabkan respon terhadap kemoterapi menjadi kurang baik.2
2.8
Pencegahan
Pencegahan terhadap proses penyembuhan sekunder pada suatu luka
(khususnya luka bakar) adalah pencegahan yang harus dilakukan segera untuk
menghindari terbentuknya ulkus marjolin yang cenderung berkembang menjadi
11
2.9
Prognosis
Prognosis tergantung pada penyebaran lokal dari penyakit, lokasi
anatomis, dan ada atau tidaknya metastase pada nodus limfatikus. Karsinoma sel
basal memiliki prognosis yang relatif lebih baik daripada karsinoma sel
skuamous. Perbandingan angka harapan hidupnya adalah 52% : 85%. Karsinoma
sel skuamous yang berasal dari luka 10 kali lebih cenderung mengalami metastase
daripada yang berasal dari kerusakan aktinik.
Penentuan prognosis buruk tergantung pada beberapa hal seperti
singkatnya periode laten, keterlibatan ekstremitas bawah, batang tubuh, kepala
dan leher serta ukuran tumor. Tumor dengan diameter kurang dari 2 cm memiliki
prognosis yang lebih baik daripada tumor dengan diameter lebih dari 2 cm. Tumor
dengan penetrasi lebih dalam yang diukur dengan kedalaman invasi dermal dan
ketebalan vertikal tumor memberikan prognosis yang lebih buruk.
12