Aktivitas Belajar
Gagne dalam Siddiq dkk (2009: 1.4) belajar adalah proses mental dan emosional atau proses
berpikir dan merasakan. Seorang dikatakan belajar apabila pikiran dan perasaanya aktif.
Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat diamati orang lain, akan tetapi dirasakan
oleh yang bersangkutan sendiri.Nurhadi, dkk (2004: 6) aktivitas belajar meliputi: Orientasi
siswa kepada masalah, kegiatan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, interaksi siswa
dalam kegiatan tanya jawab, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan menganalisis
dan mengevaluasi proses pembelajaran. Sardiman (2000: 95) aktivitas merupakan prinsip
atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. Winkel (1983: 48) yang
menyatakan bahwa aktivitas belajar atau kegiatan belajar adalah segala bentuk kegiatan
belajar siswa yang menghasilkan suatu perubahan yaitu hasil belajar yang dicapai.
Jadi, dari beberapa pendapat tentang aktivitas penulis menyimpulkan bahwa aktivitas belajar
dapat diartikan sebagai pengembangan diri melalui pengalaman bertumpu pada kemampuan
diri di bawah bimbingan tenaga pengajar. Aktivitas belajar merupakan faktor yang sangat
menentukan keberhasilan proses belajar mengajar siswa, karena pada prinsipnya belajar
adalah berbuat, learning by doing. Setiap orang yang belajar harus aktif sendiri, tanpa ada
aktivitas, maka proses belajar tidak mungkin terjadi. Aktivitas memegang peranan penting
dalam proses belajar karena dengan aktivitas belajar akan menghasilkan perubahan.
Adapun aktivitas dalam proses pembelajaran meliputi: Orientasi siswa kepada masalah,
kegiatan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, interaksi siswa dalam kegiatan tanya
jawab, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan menganalisis dan mengevaluasi
proses pembelajaran.
Adapun menurut Gie (dalam Florensiana, 2011:18), Aktivitas belajar adalah segenap
rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan
perubahan dalam dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya
tergantung pada banyaknya perubahan. Menurut Sardiman (dalam Saminanto, 2010:97), yang
dimaksud aktivitas belajar adalah keaktifan yang bersifat fisik maupun mental. Dalam
kegiatan pembelajaran, kedua aktivitas tersebut harus saling menunjang agar diperoleh hasil
yang maksimal
Dari pengertian yang disampaikan kedua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas
belajar dalam penelitian ini adalah kegiatan yang dilakukan siswa secara sadar dalam setiap
kegiatan pembelajaran yang dapat mengakibatkan perubahan pengetahuan atau kemahiran
pada siswa tersebut. Menurut Zulfikri (2008:6), jenis-jenis aktivitas yang dimaksud dapat
digolongkan menjadi:
1. Visual Activities, yaitu segala kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas siswa dalam
melihat, mengamati, dan memperhatikan.
2. Oral Activities, yaitu aktivitas yang berhubungan dengan kemampuan siswa dalam
mengucapkan, melafazkan, dan berfikir.
3. Listening Aktivities, aktivitas yang berhubungan dengan kemampuan siswa dalam
berkonsentrasi menyimak pelajaran.
4. Motor Activities, yakni segala keterampilan jasmani siswa untuk mengekspresikan bakat
yang dimilikinya.
Referensi :
1. Siddiq M. Djauhar, Isniatun, Munawaroh Sungkono .2009. Pengembangan Bahan
Pembelajaran SD. Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional.
Jakarta
2. Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Gravindo Persada
Jakarta
3. Winkel 1983 Psikologi Pendididkan Dan Evaluasi Belajar.;PT Gramedia, Jakarta
Aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan perubahan
pengetahuan-pengetahuan, nilai-nilai sikap, dan keterampilan pada siswa sebagai latihan
yang dilaksanakan secara sengaja.
Dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam
proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang
dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan oleh
Rochman Natawijaya dalam Depdiknas(2005 : 31), belajar aktif adalah Suatu sistem belajar
mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional
guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek koqnitif, afektif dan
psikomotor.
Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya
keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila
ditemukan ciri-ciri perilaku seperti : sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau
mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas
belajar, dan lain sebagainya.
(Rosalia, 2005:4)
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara
guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana
kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing masing siswa dapat melibatkan
kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan
pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan
prestasi.
Jenis Aktivitas Belajar Siswa
Berdasarkan pengetahuan tentang prinsip-prinsip diatas, diharapkan kepada guru untuk dapat
mengembangkan aktivitas siswa. Menurut Zulfikri (2008:6) jenis-jenis aktivitas yang
dimaksud dapat digolongkan menjadi:
Visual Activities, yaitu segala kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas siswa dalam
melihat, mengamat, dan memperhatikan.
Oral Activities, yaitu aktivitas yang berhubungan dengan kemampuan siswa dalam
mengucapkan, melafazkan, dan berfikir.
Listening Aktivities, aktivitas yang berhubungan dengan kemampuan siswa dalam
berkonsentrasi menyimak pelajaran.
Motor Activities, yakni segala keterampilan jasmani siswa untuk mengekspresikan bakat
yang dimilikinya.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar
Menurut Jessica (2009:1-2) faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar, yaitu:
1. Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar).
Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam
individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor
psikologis, antara lain yaitu : motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain
sebagainya.
Aktivitas Belajar
Jul2
Oleh: FalahYu
Proses pelajaran yang baik hendaknva menempatkan peserta didik sebagai pencari ilmu
sehingga perlu dibiasakan memecahkan dan merumuskan sendiri hasilnya (Johar, 2002:2).
Intervensi dari orang lain diberikan dalam rangka memotivasi mereka. Perumusan atau
konseptualisasi juga dilakukan oleh peserta didik sendiri. Posisi guru dalam proses pelajaran
bukan sebagai informator dan penyuap akan tetapi sebagai organisator program pelajaran,
sebagai fasilitator bagi pelajaran peserta didik dan sebagai evaluator keberhasilan pelajaran
mereka.
Menurut Poerwadarminta (2003:23), aktivitas adalah kegiatan. Jadi aktivitas belajar adalah
kegiatan-kegiatan peserta didik yang menunjang keberhasilan belajar. Dalam hal kegiatan
belajar, Rouseuau (dalam Sardiman 2004:96) memberikan penjelasan bahwa segala
pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, penyelidikan sendiri, dengan
bekerja sendiri baik secara rohani maupun teknis. Tanpa ada aktivitas, proses
belajartidakmungkin terjadi.
Menurut Sardiman (2010:76) Aktivitas adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental.
Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu berkaitan. Dalam proses pelajaran
diperlukan aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah
tingkahlaku (melakukan kegiatan). Tidak ada belajar bila tidak ada aktivitas. Hal tersebut
menyebabkan aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi
belajar mengajar. Sedang menurut Hamalik (2003:172) Aktivitas belajar diartikan sebagai
suatu kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik pada proses pelajaran, dimana peserta didik
bekerja atau berperan aktif dalam pelajaran, dengan demikian peserta didik tersebut
memperoleh pengetahuan, pengalaman, pemahaman dan aspek-aspek lain tentang apayang ia
lakukan.
Belajar bukanlah proses dalam kehampaan. Tidak pula pernah sepi dari berbagai aktivitas.
Tak pernah terlihat orang belajar tanpa melibatkan aktivitas raganya. Apalagi bila aktivitas
belajar itu berhubungan dengan masalah belajar menulis, mencatat, memandang, membaca,
mengingat, berfikir, latihan atau praktek dan sebagainya.
Sekolah merupakan salah satu pusat kegiatan belajar, sehingga sekolah merupakan sarana
untuk mengembangkan aktivitas. Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh peserta
didik di sekolah, tidak hanya mencatat dan mendengar. Dielrich dalam Sadirman (2005:101)
menggolongkan aktivitas belajar peserta didik sebagai berikut:
a. Visual activities, misalnya: membaca, memperhatikan gambar, dan mengamati percobaan.
b. Oral activities, misalnya: merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat,
dan berdiskusi.
c. Listening activities, misalnya: mendengarkan diskusi dan penjelasan guru.
d. Writing activities, misalnya: menulis laporan, menulis pelajaran, dan menyalin.
e. Drawing activities, misalnya: menggambar atau membuat grafik.
f. Motor activities, misalnya: melakukan percobaan, bermain, dan berkebun.
Atas dasar masalah yang dikemukakan di atas diperlukan inovasi pembelajaran berbeda yaitu
dengan peta pikiran atau mind map. Untuk mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi siswa.
Disini siswa tidak perlu fokus untuk mencatat tulisan yang ada dipapan tulis secara
keseluruhan, siswa hanya mengetahui inti masalah, kemudian membuat peta pikirannya
masing-masing dengan kreativitasnya sendiri. Konsep mind mapping
asal mulanya
diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an. Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant
Thinking. Mind mapping adalah suatu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar
visual yang menggunakan kata-kata, warna, garis, dan gambar dengan memadukan dan
mengembangkan potensi kerja otak yang memudahkan seseorang untuk mengatur dan
mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal sehingga
memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima. Karena otak kita berpikir dalam
bentuk warna dan gambar. Peta ini dapat membangkitkan ide-ide orisinil dan memicu ingatan
dengan mudah (Buzan, 2007). Teknik mind map mengajak siswa untuk menggali potensi diri
untuk menjadi pembelajar dalam kehidupan. Dan juga melatih peserata didik untuk rajin
membaca dengan berbagi macam buku bacaan, disamping itu mind map juga mengajarkan
bagaimana meringkas buku menjadi satu lembar kertas.
Peta pikiran ini pernah diteliti oleh Wibowo (2006), hasil penelitian menunjukkan
adanya peningkatan yang signifikan hasil beljar siswa pada materi pokok thermodinamika
setelah dilakukan pembelajaran peta pikiran. Hal ini dapat dilihat dari persentase rata-rata
perolehan nilai pada saat pretest sebesar 37% menjadi 64,85% pada saat postes I (sesudah
siklus I dilaksanakan) da meningkat menjadi 85,42% pada saat postes II (sesudah siklus II
dilaksanakan). Hal ini mengalami peningkata persentase perolehan nilai sebesar 48,42%.
Begitu juga hasil observasi aktivitas siswa, pada siklus I rata-rata skor aktivitas mecapai
82,79% atau dikatakan dalam katagori baikdan pada siklus II diperoleh rata-rata skor dalam
pembelajaran menerapkan peta pikiran meningkat menjadi 91,50% yang termasuk katagori
sangat baik dan menunjukkan siswa semaki aktif dalam mengikuti pelajaran. Dan penelitian
ini diteliti oleh Haloho (2009), hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pada siklus
I diperoleh rata-rata nilai 66 dengan persentase 62,5% sedangkan di siklus II diperoleh nilai
rata-rata 77 dengan persentase 87,5% meningkat sebesar 25% dari siklus I. hasil penilaian
peta pikiran di siklus I menunjukkan persentase nilai 52,40% dengan katagori cukup,
sedangkan pada siklus II menunjukan persentase nilai 77,62% dengan katagori baik. Pada
siklus II meningkat sebesar 23,32% dari siklus I.