Outline Sdrain
Outline Sdrain
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan
hidayah-Nya laporan tugas ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Penyusunan laporan tugas Perencanaan Sistem Drainase Kota Kediri ini
dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah SDRAIN serta menambah pemahaman
mengenai mata kuliah SDRAIN. Dalam penyusunan laporan tugas ini, penyusun
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu,
menasehati, dan mendoakan. Antara lain sebagai berikut :
1. Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat-Nya yang telah diberikan kepada saya
2. Kedua orang tua saya yang selalu ikhlas memberikan doa, kasih sayang, dan
dukungan moral maupun materil kepada saya
3. Ipung Fitri Purwanti, ST. MT dan Ir.Atiek Moesriati, MKes. selaku dosen pengajar
mata kuliah Sistem Drainase, atas segala ilmu yang telah diberikan
4. Ir. Hari Wiko Indarjanto M. Eng., selaku dosen asistensi atas segala ilmu dan
bimbingan yang telah diberikan dalam penyusunan tugas perencanaan ini
5. Teman-teman satu kelompok asisten yakni Fatma, Rona, Nadia, Ilham dan Dea
yang telah berjuang bersama-sama menyelesaikan tugas ini
6. Teman-teman angkatan 2014 yang berjuang bersama-sama mengerjakan 3S dan
saling membantu satu sama lain.
Dalam penyelesaian tugas ini, penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari
sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan demi
kesempurnaan penulisan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat yang
berguna bagi pembaca dan khususnya penulis.
Surabaya, 15 Desember 2016
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... 2
DAFTAR ISI.......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 5
1.1. Latar Belakang............................................................................................... 5
1.2. Maksud dan Tujuan......................................................................................... 6
1.3. Ruang Lingkup............................................................................................... 6
BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN............................................7
2.1. Luas, Batas Wilayah, dan Administrasi.................................................................7
2.2. Keadaan Geografis dan Topografi........................................................................7
2.3. Hidrologi dan Klimatologi.................................................................................8
2.4. Kependudukan............................................................................................... 9
2.5. Tata Guna Lahan............................................................................................. 9
BAB III TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................11
3.1. Pengertian Drainase....................................................................................... 11
3.2. Pola Jaringan Drainase................................................................................... 11
3.3. Susunan dan Fungsi Saluran Jaringan Drainase.....................................................13
3.4. Tata Letak Sistem Jaringan Drainase..................................................................14
3.5. Bentuk bentuk dan Jenis Saluran Drainase.........................................................14
3.6. Aspek Hidrologi........................................................................................... 16
3.6.1. Curah Hujan........................................................................................... 16
3.6.2. Jaringan Stasiun Pengamat Curah Hujan........................................................16
3.6.3. Melengkapi Data Curah Hujan yang Hilang....................................................16
3.6.4. Tes Konsistensi....................................................................................... 18
3.6.5. Tes Homogenitas..................................................................................... 19
3.6.6. Metode Perhitungan Curah Hujan Rata rata Daerah........................................22
3.6.7. Hujan Harian Maksimum Rencana...............................................................23
3.6.8. Metode Perhitungan Distribusi Hujan............................................................29
3.6.9. Metode Perhitungan Lengkung Intensitas Hujan..............................................31
3.7. Dasar dasar Perencanaan Drainase...................................................................32
3.7.1. Perhitungan Limpasan Hujan......................................................................32
3.7.2. Perhitungan Dimensi Saluran......................................................................35
3.7.3. Perhitungan Kecepatan Saluran...................................................................36
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 3
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 4
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 5
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 6
Dan berada di tengah wilayah Kabupaten Kediri dengan batas wilayah sebagai berikut :
Kediri
berjarak
Timur terletak antara 0745'-0755'LS dan 11105'-1123' BT. Dari aspek topografi, Kota
Kediri terletak pada ketinggian rata-rata 67 meter di atas permukaan laut, dengan tingkat
kemiringan 0-40%. Untuk kemiringan, sebagian besar wilayah Kota Kediri merupakan
dataran rendah dengan lereng antara 0 2% seluas 5,737 Ha atau 90,49%. Ketinggian
antara 1540% berada di kawasan Gunung Maskumambang dan Gunung Klotok di bagian
barat Kecamatan Mojoroto. Untuk Kecamatan Kota kondisi topografinya mayoritas berada
pada kelerengan 0-2%.Untuk Kecamatan Pesantren kondisi topografi wilayah relatif datar,
yaitu pada kelerengan antara 0 s/d 15%.
Struktur wilayah Kota Kediri terbelah menjadi 2 bagian oleh Sungai Brantas,
yaitu sebelah timur dan barat sungai. Wilayah dataran rendah terletak di bagian timur
sungai, meliputi Kecamatan Kediri dan Kecamatan Pesantren, sedangkan dataran tinggi
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 7
Rata-rata
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
2012
23
6
12
12
4
1
0
0
0
1
7
13
2013
19
15
12
10
11
11
6
0
0
4
10
16
2014
17
14
6
10
5
5
1
1
0
0
10
13
Mojoroto
291
336
256
215
141
106
11
07
0
0
272
345
Kota
290
147
121
322
64
30
8
0
0
0
252
272
Pesantren
218
182
45
108
64
38
0
0
0
0
136
254
JUMLAH
79
114
82
1.980
1506
1045
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 8
Page 9
Luasan (Ha)
2.723,1990
11,8462
63,6800
2.230,5031
351,56
496,7600
Gambar 2.1.
Peta Tata
Guna Lahan Kota Kediri
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 10
Masuknya air dari badan air penerima ke saluran drainase yang umumnya disebut dengan air
balik (back water)
Elevasi permukaan air tanah diusahakan pada lahan produktif agar lapisan tanah di atasnya
tidak tergenang
Saluran utama
Saluran utama
Saluran cabang
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Saluran cabang
Page 11
2. Pararel
Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan saluran cabang yang cukup
banyak dan pendekpendek, apabila terjadi perkembangan kota, saluransaluran akan dapat
menyesuaikan diri.
Saluran cabang
saluran cabang
Saluran utama
Saluran cabang
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Saluran cabang
Page 12
Saluran utama
Saluran cabang
Saluran cabang
a: interceptor
b: collector
c: conveyor
Page 13
Collector drain.
Saluran collector adalah saluran yang berfungsi sebagai pengumpul debit yang diperoleh dari
drainase yang lebih kecil.
Conveyor drain.
Saluran conveyor adalah saluran yang berfungsi sebagai pembawa air buangan dari suatu
daerah ke lokasi pembuangan tanpa harus membahayakan daerah yang dilalui. Letaknya
dibagian terendah lembah dari suatu daerah.
Sistem jaringan yang ada (drainase, irigasi, air minum, telepon dan lainlain)
Semua hal di atas dimaksudkan agar dalam penyusunan tata letak sistem jaringan
drainase tidak terjadi pertentangan kepentingan. Penentuan tata letak dari jaringan drainase ini
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 14
1. Saluran Tertutup
Saluran ini dibuat dari beton tidak bertulang, berbentuk bulat dan diterapkan pada daerah
dengan lalu lintas pejalan kaki di daerah itu padat seperti di daerah perdagangan, pusat
pemerintahan dan jalan protokol. Sistem
menggunakan street inlet. Pada jarak tertentu dibuatkan manhole yang fungsinya selain
sebagai sumuran pemeriksaan juga sebagai bangunan terjunan (drop manhole), untuk tiap
perubahan dimensi saluran dan pertemuan saluran.
2. Saluran Terbuka
Saluran ini terdiri dari dua bentuk dengan karakteristik berbeda, yaitu:
2. Segiempat
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 15
3. Segitiga
Menyalurkan limbah air hujan dengan debit kecil dan banyak endapan. Digunakan apabila:
Debit (Q) kecil.
Saluran terbuka.
Dalam perencanaan saluran drainase ini analisa terhadap aspek hidrologi merupakann hal
yang sangat penting. Aspek hidrologi meliputi curah hujan, melengkapi data hujan, uji konsistensi,
uji homogenitas, penentuan curah hujan rata rata daerah, analisa hujan harian maksimum, metode
perhitungan distribusi hujan, dan perhitungan lengkung intensitas hujan.
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 16
Untuk mendukung analisa data curah hujan diperlukan stasiun pengamat curah hujan.
Jumlah dari stasiun pengamat curah hujan harus disesuaikan dengan wilayah penyebaran hujan dan
topografi wilayahnya. Menurut WHO, dianjurkan mempunyai kerapatan sebagai berikut :
1. Daerah datar beriklim sedang, mediterania dan daerah tropis.
Ideal : 1 stasiun untuk 600 km2 900 km2
Praktis : 1 stasiun untuk 900 km2 3000 km2
2. Daerah pegunungan beriklim sedang, mediterania dan tropis.
Ideal : 1 stasiun untuk 100 km2 250 km2
Praktis : 1 stasiun untuk 250 km2 1000km2
3. Daerah kering dan daerah kutub.
1 stasiun untuk 1500 10.000km2 dan tergantung kelayakannya
Mencari selisih antara tinggi hujan tahunan normal rata-rata stasiun satu
dibandingkan dengan stasiun-stasiun lain adalah sebagai berikut :
RaRb
X 100
Ra
(3.1)
Dimana :
Page 17
Apabila selisih antara tinggi hujan tahunan normal dari tempat pengukuran yang
datanya kurang lengkap dibanding dnegan tinggi hujan tahunan normal dari stasiun
pengukuran terdekat < 10%, maka dapat yang hilang dapat diambil dari harga rata
rata hitung dari data stasiun terdekat dan dianjurkan terdapat lebih dari dua
stasiun pembanding. Berikut rumus aritmatika rata rata :
(3.2)
Dimana :
R1, R2... Rn : Harga curah hujan rata rata tahunan pada stasiun 1, stasiun 2, hingga
stasiun ke n
rx : Curah hujan rata rata dari stasiun x yang datanya akan dilengkapi
Jika selisih antara tinggi hujan tahunan normal dari tempat pengukuran yang
datanya kurang lengkap dibanding dengan tinggi hujan tahunan normal dari stasiun
pengukuran terdekat > 10%, maka perlengkapan data hujan yang hilang dilakukan
menggunakan cara rasio yang dirumuskan sebagai berikut :
rx
Rx r1 r2
r
........ n
n R1 R2
Rn
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 18
c) Cara Korelasi
Cara ini digunakan untuk analisa hujan tahunan dengan menggunakan kurva yang
menggambarkan korelasi antara tinggi hujan pada stasiun yang datanya hilang
dengan stasiun indeks pada periode (tahun) yang sama
3.6.4. Tes Konsistensi
Apabila dalam suatu pengamatan data hujan terdapat non homogenitas dan
ketidaksesuaian (inconsistency) hal ini dapat menyebabkan penyimpangan pada hasil perhitungan.
Non homogenitas dapat disebabkan oleh :
tg TB
tg
TL
Rk Fk R
Fk
(3.4)
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 19
= faktor koreksi
TB
TL
= Sudut yang dibentuk oleh garis data hujan yang membelok dengan garis sejajar absis
Rk
Satu array data hujan untuk dianalisa harus homogen. Ketidakhomogenan data
hujan mungkin disebabkan adanya gangguangangguan atmosfer oleh pencemaran udara
atau adanya hujan buatan yang sifatnya insidentil. Pengujian homogenitas data curah hujan
dari kelima stasiun pengamat dilakukan untuk memastikan bahwa pada masing-masing
stasiun tidak terdapat penyimpangan data curah hujan yang signifikan. Hal tersebut sangat
berpotensi terjadi di lapangan dikarenakan banyak faktor, seperti tidak sesuainya
perencanaan (estimasi terjadinya hujan) dengan realita di lapangan misalnya, peristiwa
datangnya hujan yang tidak sesuai prediksi atau data hujan yang hilang atau tidak
tertangkap oleh alat penangkap hujan. Langkah-langkah perhitungan homogenitas adalah
sebagai berikut :
1. Menghitung
R
Ri
n
(3.5)
Dimana :
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 20
2. Menghitung Ri -
(3.6)
Dimana :
Standar deviasi adalah besar perbedaan dari nilai sampel terhadap rata-rata.
Standar deviasi menyatakan besarnya keragaman sampel yang dimiliki. Standar
deviasi dapat dihitung dengan rumus :
R R
i
R
n
1
(3.7)
Dimana :
R
Ri
4. Menghitung nilai
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
, dengan rumus :
Page 21
n
(3.8)
Dimana :
n
= Reduced standar deviasi
5. Menghitung
, dengan rumus :
1
Yn
(3.9)
Dimana :
Yn
= Reduced Mean
Page 22
R=
(3.10)
7. Diperoleh nilai R1 dan R2, dari subtitusi Y, kemudian diplot pada Gumbels
Probability Paper, dan ditarik garis penghubung kedua titik tersebut.
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 23
R10
Ordinat
TR =
Absis
xTr
(3.11)
Dimana :
R10
= Presipitasi tahunan dengan PUH 10 tahun rencana
Tr = PUH dari
10. Mengeplotkan pada grafik homogenitas, jika plotting (n, TR) ternyata berada
di dalam grafik, maka data tersebut homogen. Grafik homogenitas dapat dilihat
pada Gambar 3.10.
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 24
Poligon Thiessen
Apabila titik pengamatan di dalam suatu daerah tidak tersebar secara merata, maka
perhitungan curah hujan rata-rata dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh
tiap titik pengamatan. Cara ini dilakukan dengan memasukkan faktor pengaruh daerah
yang diwakili oleh stasiun penakar hujan yang disebut faktor pembobot atau koefisien
thiessen.
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 25
A1
A
A
A
R1 2 R2 3 R3 n Rn
A
A
A
A
(3.12)
Dimana :
A1, A2, A3, ... An
poligon segitiga.
Buat sumbu-sumbu pada poligon segitiga tersebut sehingga titik potong
Page 26
R
Yt Yn
n
(3.13)
Dimana :
R
RT
= standar deviasi
n dan Yn
Yt
(3.14)
Dimana :
Rk
T(a)
= Fungsi
Se
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 27
Yt Yn
n
(3.15)
b 1 1 1,3k 1,1 k2
(3.16)
Se
b R
n
(3.17)
harga
logaritmanya
dahulu,
kemudian
dihitung
parameter-parameter
Menyusun data data curah hujan (R) mulai dari harga yang terbesar
xi
n
(3.18)
xi x 2
N 1
(3.19)
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 28
N xi x
N 1 N 2 x 2
(3.20)
(3.21)
Berdasarkan harga skew cofficient (Cs) yang diperoleh dan harga periode ulang (T) yang
ditentukan, dapat diketahui nilai Kx berdasarkan Tabel 3.3.
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 29
Menghitung besarnya harga logaritma dari masing masing data curah hujan untuk
suatu periode ulang T tertentu.
X t X Kx x
(3.22)
RT 10 X T
RT antilog XT
atau
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 30
(3.23)
c log
xb
x0 b
(3.24)
Dimana :
log x o b x o
log x i b
log x o
1 n
log xi
n i 1
(3.25)
2. Memperkirakan harga b
1 n
bi
m i 1
(3.26)
Dimana : m n / 10
2
bi
Xs Xt X0
2X0 X s XT
(3.27)
Keterangan :
Xs
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 31
= Banyaknya data
n
10
= Angka bulat
xo
3. Memperkirakan harga
x o log x o b
1 n
log xi b
n i 1
(3.28)
4. Memperkirakan harga C
1
x b
2
log i
n 1 i 1
xo b
2n 2
2
x xo
n 1
1
2
(3.29)
Dimana :
1 n
2
x log xi b
n i 1
2
(3.30)
Harga
probability) diperoleh dalam Tabel 3.4 dan besarnya curah hujan yang mungkin
dihitung dengan rumus berikut :
1
c
log x b log x o b
(3.31)
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 32
90% R24
4
(3.32)
Dimana :
I
R24
Intensitas hujan yang didapat dari rumus diatas, kemudian diplotkan pada kurva
durasi intensitas hujan, dimana Van Breen mengambil bentuk kurva kota Jakarta
sebagai kurva basis, yang dapat dilihat pada Tabel 3.5. Kurva basis tersebut
memberikan kecenderungan bentuk kurva untuk daerah lain di Indonesia pada
umumnya.
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 33
B. Metode Bell
Untuk keperluan analisa frekuensi hujan, haruslah tersedia data hujan selama
selang waktu yang cukup panjang. Bila data ini tak tersedia, bila diketahui besarnya
curah hujan 1 jam (60 menit) dengan periode ulang 10 tahun sebagai dasar, maka
suatu rumus empiris yang diberikan oleh Bell dapat dipakai untuk menentukan
curah hujan dari 5 120 menit dengan periode ulang 2 50 tahun.
Hubungan ini diturunkan dari analisa curah hujan pada 157 stasiun dan tes statistik
yang dapat dipergunakan di seluruh dunia. Rumusnya :
60menit
RTt 0,21 Ln T 0,52 0,54 t0,25 0,50 R10
tahun
(3.33)
Dimana :
R
= curah hujan (mm).
T
= Periode Ulang Hujan.
t
I tt
RT
t
jam
(3.34)
Page 34
11.300 t
t 3,12
0 t 1
, maka :
11.300 t
t 3,12
Xt
100
Ri
100
1218 t 54
X T 1 t 1272 t
(3.35)
(3.36)
Ri X T
(3.37)
Dimana :
t
R
t
(3.38)
I
Dimana :
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
a
tb
I t I 2 I 2 t I
N I 2 I 2
Page 35
(3.39)
(3.40)
I I t N I 2 t
N I 2 I 2
(3.41)
2. Metode Ishiguro
I
Dimana :
I
a
b
a
tb
(3.42)
t I2 I2 t I
N I 2 I 2
I I t N I
NI I
2
(3.43)
(3.44)
Dimana:
I
a, b, n = konstanta.
N
= banyaknya data.
3. Metode Sherman
I
Dimana :
a
tn
(3.45)
log a
(3.46)
(3.47)
Untuk pemilihan rumus intensitas hujan dari ketiga rumus diatas, maka harus dicari
selisih terkecil antara I asal dan I teoritis berdasarkan rumus diatas. Persamaan
intensitas dengan selisih terkecil itulah yang dipakai untuk perhitungan debit.
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 36
1
C .I . A
3,6
(3.48)
1
Cs.I . A.C
3,6
(3.49)
Dimana :
Q
= koefisien pengaliran, nilainya berbeda-beda sesuai dengan tata guna lahan dan
faktor-faktor yang berkaitan dengan aliran permukaan di dalam sungai terutama
kelembaban tanah. Harga C biasanya diambil untuk tanah jenuh pada waktu
permulaan hujan.
Cs
2tc
2tc td
(3.50)
Dimana :
I
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 37
td
L
V
(3.51)
Dimana :
L
Untuk mencari nilai V dapat digunakan rumus kecepatan Manning sebagai berikut :
2
1
V R 3 S2
n
(3.52)
Dimana :
n
= radius hidrolis
dengan pasangan (lining). Untuk saluran alami, dianjurkan untuk memakai rumus
kecepatan de Chezy. Koefisien pengaliran (c) merupakan jumlah hujan yang jatuh dengan
mengalir sebagai limpasan dari hujan, dalam permukaan tanah tertentu. Faktor-faktor yang
mempengaruhi harga koefisien pengaliran ini adalah adanya infiltrasi dan tampungan hujan
pada tanah, sehingga mempengaruhi jumlah air hujan yang mengalir.
Penerapan koefisien pengaliran (c) dalam pemakaian metode rasional, disesuaikan
dengan tata guna lahan dari rencana pengembangan tananh atau daerah setempat.Air hujan
yang jatuh di suatu tempat pada daerah aliran sungai memerlukan waktu untuk mengalir
sampai pada titik pengamatan.
Lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik pengamatan oleh air hujan yang
jatuh di tempat terjauh dari titik pengamatan disebut waktu konsentrasi atau time of
concentration (tc). Waktu konsentrasi merupakan penjumlahan antara waktu yang
dibutuhkan oleh air hujan yang jatuh di daerah pematusan untuk masuk kedalam saluran
(to) dengan waktu yang dibutuhkan oleh air yang masuk ke dalam saluran untuk mengalir
sampai ke titik pengamatan (td) sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 38
Dalam mencari besarnya to pada perhitungan kapasitas saluran dapat digunakan beberapa
rumus di bawah ini :
Berlaku untuk daerah pengaliran dengan tali air sepanjang 300 m
1
to
3,26 Li c Lo 2
1
3
So
(3.54)
Dimana :
to
c
Lo
So
Berlaku untuk daerah dengan panjang tali air sampai dengan 1000 m
to
108n Lo
1
3
1
5
So
(3.55)
Dimana :
to
n
Lo
So
tc
92,7 L
A 0,1 Sr 0,2
Dimana :
tc
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 39
(3.56)
td
L
V
(detik)
(3.57)
atau
td
L 1
V 60
(menit)
(3.58)
Dimana :
L
V
Q V A
(3.59)
F ch
A
bh
P b 2h
Dimana :
Q
Page 40
(3.61)
1
3S 2
Q 1n A R
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
(3.60)
(3.62)
2
1
3S 2
(3.6)
= freeboard (m).
c = 0,14
c = 0,14 0,2
Q 8m3/dt
c = 0,23
Page 41
fr
g y
(3.62)
Dimana:
Fr
= bilangan Froud.
v
= kecepatan dalam gorong-gorong (m/dt).
g
= percepatan gravitasi (m/dt2).
y
= kedalaman (m).
Kehilangan tinggi energi dalam gorong-gorong dapat dihitung dengan rumus:
2
vg v
Hf masuk f1
2g
(3.63)
Hf gesekan
v2L
C 2R
Hf keluar f 2
(3.64)
v
2g
(3.65)
Page 42
2. Sambungan persil
Merupakan sambungan saluran air hujan dari rumah-rumah ke saluran air hujan
yang terletak di tepitepi jalan. Sambungan ini berupa saluran terbuka atau tertutup
dan dibuat terpisah dari saluran air buangan.
3. Street inlet
Street inlet ini adalah lubang yang terletak di sisi jalan di bawah trotoar yang
berfungsi menyalurkan limpasan air hujan dalam jalan untuk dialirkan atau
dilewatkan menuju saluran. Perletakannya sesuai dengan ketentuan-ketentuan:
Diletakkan pada tempat yang tidak mengganggu para pelintas jalan atau pejalan
kaki.
Ditempatkan pada daerah yang rendah dimana limpasan air hujan menuju ke
arah tersebut.
Air harus dapat secepat mungkin masuk ke dalam saluran air hujan.
Jumlah street inlet harus cukup untuk dapat menangkap limpasan air hujan pada jalan
yang bersangkutan, denga spacing memakai rumus:
280
S
W
(3.67)
Dimana:
D
= distance atau jarak antar street inlet (m).
S
= kemiringan (%), D 50 m.
4. Manhole
Manhole merupakan bangunan yang permukaan sama dengan permukaan banguna
yang dilengkapi.Manhole berukuran cukup besar agar dapat dimasuki orang untuk
melakukan perawatan. Fungsinya antara lain :
Sebagai bak kontrol, untuk pemeriksaan dan pemeliharaan saluran
Untuk memperbaiki saluran bila terjadi kerusakan
Sebagai ventilasi untuk keluar masuknya udara
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 43
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 44
Pada perencanaan drainase Kota Kediri, curah hujan yang diketahui selama 30
tahun dari tahun 1986-2015. Berikut data curah hujan pada tabel di bawah ini :
Tahun
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
ST.1
A
133
135
129
136
129
135
145
140
153
119
120
140
139
143
133
134
109
113
121
139
148
154
Page 45
ST.2
167
153
140
164
152
165
169
175
C
185
154
153
D
149
163
120
146
121
139
153
147
154
138
ST.5
114
121
E
128
119
117
F
128
142
135
137
159
148
156
160
119
122
128
117
132
120
117
125
ST.6
147
144
169
172
147
138
141
143
179
166
173
161
176
162
G
139
147
160
161
170
148
158
H
2009
2010
2011
2012
Tahun
28
2013
29
2014
30
2015
Jumlah
Rata-rata
167
B
169
171
ST.1
162
132
125
3873
138
161
170
145
158
ST.2
152
164
160
4317
154
106
124
118
115
ST.5
132
142
123
3604
129
158
159
150
146
ST.6
156
I
166
4236
156
Untuk melengkapi data curah hujan yang hilang, dapat dilakukan perkiraan
perhitungan. Sebagai dasar perkiraan, digunakan data curah hujan dari stasiun
pengukuran yang curah hujannya memiliki selisih curah hujan rata-rata paling jauh.
Adapun data curah hujan yang hilang dihitung sesuai dengan Rumus 3.1. Sehingga
selisih curah hujan rata-rata tahunan di kota Kediri adalah:
156 129
x100%
156
melengkapi data curah hujan menggunakan rumus rasio normal (Rumus 3.3) dengan
contoh berikut :
rA
R1rata2
R2
R5
R6
4
R 2rata2 R5rata2 R6rata 2
rA
rA = 134
.Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3.
Tabel 4.2. Hasil Perhitungan Curah Hujan yang Hilang
No.
1
2
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 46
Hasil
134
142
C (1994)
D (1998)
E (1988)
F (1992)
G (2000)
H (2008)
I (2014)
167
169
127
127
174
156
163
Tabel 4.3. Data Lengkap Curah Hujan Harian Maksimum Kota Kediri
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Tahun
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Jumlah
Rata-rata
ST.1
134
133
135
129
136
129
135
145
140
153
119
120
140
139
143
133
134
109
113
121
139
148
154
167
142
169
171
162
132
125
4149
138
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
ST.2
167
153
140
164
152
165
169
175
167
185
154
153
169
149
163
120
146
121
139
153
147
154
138
161
170
145
158
152
164
160
4653
155
ST.5
114
121
127
128
119
117
127
128
142
135
137
159
148
156
160
119
122
128
117
132
120
117
125
106
124
118
115
132
142
123
3859
129
Page 47
ST.6
147
144
169
172
147
138
141
143
179
166
173
161
176
162
174
139
147
160
161
170
148
158
156
158
159
150
146
156
163
166
4729
158
cara membandingkan akumulasi data hujan stasiun 1 dengan akumulasi rata-rata data
hujan stasiun pembanding, yaitu stasiun 2, 5, dan 6. Berikut contoh perhitungan uji
konsistensi stasiun 1.
Tahun 1986
R1 = 134 mm/tahun
R2 = 167 mm/tahun
R3 = 114 mm/tahun
R4 = 147 mm/tahun
Rata-rata stasiun pembanding adalah :
R 4+ R 5+ R 6 167+114 +147
=
=143
N
3
hasil uji konsistensi data hujan pada keempat stasiun. Untuk hasil lebih lengkap
dapat dilihat pada Tabel 4.4 sampai Tabel 4.7.
Tabel 4.4. Uji Konsistensi Stasiun 1
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 48
N
o
Tahu
n
ST.1
(mm)
Akumulasi
Stasiun 1
(mm)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
134
133
135
129
136
129
135
145
140
153
119
120
140
139
143
133
134
109
113
121
139
148
154
167
142
169
171
162
132
125
134
267
402
531
667
796
931
1076
1216
1369
1488
1608
1748
1887
2030
2163
2297
2406
2519
2640
2779
2927
3081
3248
3390
3559
3730
3892
4024
4149
ST.2
(mm)
ST.5
(mm)
ST.6
(mm)
Jumlah
Stasiun
2,5,6
(mm)
167
153
140
164
152
165
169
175
167
185
154
153
169
149
163
120
146
121
139
153
147
154
138
161
170
145
158
152
164
160
114
121
127
128
119
117
127
128
142
135
137
159
148
156
160
119
122
128
117
132
120
117
125
106
124
118
115
132
142
123
147
144
169
172
147
138
141
143
179
166
173
161
176
162
174
139
147
160
161
170
148
158
156
158
159
150
146
156
163
166
428
418
436
464
418
420
437
446
488
486
464
473
493
467
497
378
415
409
417
455
415
429
419
425
453
413
419
440
469
449
Ratarata
Stasiun
2,5,6
(mm)
143
139
145
155
139
140
146
149
163
162
155
158
164
156
166
126
138
136
139
152
138
143
140
142
151
138
140
147
156
150
Akumulasi
Stasiun
2,5,6 (mm)
143
282
427
582
721
861
1007
1156
1319
1481
1635
1793
1957
2113
2279
2405
2543
2679
2818
2970
3108
3251
3391
3533
3684
3821
3961
4108
4264
4414
Tahun
ST.2
(mm)
1
2
1986
1987
167
153
Akumulasi
Stasiun 2
(mm)
ST.1
(mm)
ST.5
(mm)
ST.6
(mm)
Jumlah
Stasiun
1,5,6
(mm)
167
320
134
133
114
121
147
144
395
398
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 49
Ratarata
Stasiun
1,5,6
(mm)
132
133
Akumulasi
Stasiun
1,5,6 (mm)
132
264
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
140
164
152
165
169
175
167
185
154
153
169
149
163
120
146
121
139
153
147
154
138
161
170
145
158
152
164
160
460
624
776
941
1110
1285
1452
1637
1791
1944
2113
2262
2425
2545
2691
2812
2951
3104
3251
3405
3543
3704
3874
4019
4177
4329
4493
4653
135
129
136
129
135
145
140
153
119
120
140
139
143
133
134
109
113
121
139
148
154
167
142
169
171
162
132
125
127
128
119
117
127
128
142
135
137
159
148
156
160
119
122
128
117
132
120
117
125
106
124
118
115
132
142
123
169
172
147
138
141
143
179
166
173
161
176
162
174
139
147
160
161
170
148
158
156
158
159
150
146
156
163
166
431
429
402
384
403
416
461
454
429
440
464
457
477
391
403
397
391
423
407
423
435
431
425
437
432
450
437
414
144
143
134
128
134
139
154
151
143
147
155
152
159
130
134
132
130
141
136
141
145
144
142
146
144
150
146
138
408
551
685
813
947
1086
1240
1391
1534
1681
1835
1988
2147
2277
2412
2544
2674
2815
2951
3092
3237
3381
3522
3668
3812
3962
4108
4246
Tahu
n
ST.5
(mm)
Akumulasi
Stasiun 5
(mm)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
114
121
127
128
119
117
127
128
142
114
235
362
490
609
726
854
982
1124
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
ST.1
(mm)
ST.2
(mm)
ST.6
(mm)
Jumlah
Stasiun
1,2,6
(mm)
134
133
135
129
136
129
135
145
140
167
153
140
164
152
165
169
175
167
147
144
169
172
147
138
141
143
179
448
430
444
465
435
432
445
463
486
Page 50
Ratarata
Stasiun
1,2,6
(mm)
149
143
148
155
145
144
148
154
162
Akumulasi
Stasiun
1,2,6 (mm)
149
293
441
596
741
885
1033
1187
1349
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
135
137
159
148
156
160
119
122
128
117
132
120
117
125
106
124
118
115
132
142
123
1259
1396
1555
1703
1859
2019
2138
2260
2388
2505
2637
2757
2874
2999
3105
3229
3347
3462
3594
3736
3859
153
119
120
140
139
143
133
134
109
113
121
139
148
154
167
142
169
171
162
132
125
185
154
153
169
149
163
120
146
121
139
153
147
154
138
161
170
145
158
152
164
160
166
173
161
176
162
174
139
147
160
161
170
148
158
156
158
159
150
146
156
163
166
504
446
434
485
450
480
392
427
390
413
444
434
460
448
486
471
464
475
470
459
451
168
149
145
162
150
160
131
142
130
138
148
145
153
149
162
157
155
158
157
153
150
1517
1666
1811
1972
2122
2282
2413
2555
2685
2823
2971
3116
3269
3418
3580
3737
3892
4050
4207
4360
4510
N
o
Tahun
ST.6
(mm)
Akumulasi
Stasiun 6
(mm)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
147
144
169
172
147
138
141
143
179
166
173
161
176
162
174
147
291
460
632
779
917
1058
1201
1380
1546
1719
1880
2056
2218
2392
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
ST.1
(mm)
ST.2
(mm)
ST.5
(mm)
Jumlah
Stasiun
1,2,5
(mm)
134
133
135
129
136
129
135
145
140
153
119
120
140
139
143
167
153
140
164
152
165
169
175
167
185
154
153
169
149
163
114
121
127
128
119
117
127
128
142
135
137
159
148
156
160
415
407
402
421
407
411
431
448
449
473
410
432
457
444
466
Page 51
Ratarata
Stasiun
1,2,5
(mm)
138
136
134
140
136
137
144
149
150
158
137
144
152
148
155
Akumulasi
Stasiun
1,2,5 (mm)
138
274
408
548
684
821
965
1114
1264
1422
1558
1702
1855
2003
2158
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
139
147
160
161
170
148
158
156
158
159
150
146
156
163
166
2531
2678
2838
2999
3169
3317
3475
3631
3789
3948
4098
4244
4400
4563
4729
133
134
109
113
121
139
148
154
167
142
169
171
162
132
125
120
146
121
139
153
147
154
138
161
170
145
158
152
164
160
119
122
128
117
132
120
117
125
106
124
118
115
132
142
123
372
402
358
369
406
406
419
417
434
436
432
444
446
438
408
124
134
119
123
135
135
140
139
145
145
144
148
149
146
136
2282
2416
2535
2658
2794
2929
3069
3208
3352
3498
3642
3790
3938
4084
4220
Setelah menghitung jumlah akumulasi data curah hujan, dibuat grafik dari data
yang telah diperoleh dan dilihat nilai regresi antara akumulasi stasiun yang dicari (dasar)
sebagai absis dan akumulasi stasiun pembanding sebagai ordinat. Grafik uji konsistensi
dapat dilihat pada gambar berikut:
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 52
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 53
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 54
Page 55
7056
30 1
15,599
= 138,3 mm
1 R 15,599
= =
=14,023
n 1,112
1
Y =130,780
n
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 56
1
R=+ Y =130,780+ 14,023Y
= 30
= (30;2,953)
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 57
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 58
Dengan jumlah 15 data, data curah hujan stasiun 1 bernilai homogen sehingga
stasiun 2, 5 dan 6 diuji homogenitasnya dengan masing-masing 15 data.
Stasiun 2
Data curah hujan dan perhitungan dari data curah hujan stasiun 2 dapat dilihat
Stasiun 5
Data curah hujan dan perhitungan dari data curah hujan stasiun 5 dapat dilihat dari
tabel dan gambar berikut:
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 59
Stasiun 6
Data curah hujan dan perhitungan dari data curah hujan stasiun 6 dapat dilihat dari
tabel dan gambar berikut:
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 60
Hasil perhitungan (n,TR) 15 data untuk semua stasiun dimasukkan ke dalam grafik
untuk membuktikan homogenitasnya seperti Gambar 4.7 berikut.
Page 54
= Stasiun 1
Garis Biru
= Stasiun 2
= Stasiun 6
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 55
Skala =
63,4 km2
=0,935
67,739 km 2
Pada metode Thiessen ini, faktor pengaruh daerah yang diwakili oleh
stasiun pengamat hujan merupakan hal yang penting dalam menghitung curah
hujan rata-rata. Faktor pengaruh daerah tersebut biasanya disebut faktor pembobot
(koefisien thiessen). Besarnya faktor pembobot (weighing factor) koefisien
thiessen tergantung dari luas daerah pengaruh (stasiun pengamat) yang dibatasi
oleh poligon-poligon yang memotong tegak lurus ada tengah-tengah garis
penghubung dua stasiun (tiap stasiun terletak pada poligon yang tertutup.
Selanjutnya dihitung curah hujan rata-rata dengan mengalikan perbandingan
luasan di atas dengan data curah hujan tiap tahun. Berdasarkan rumus 3.12, hasil
perhitungan curah hujan rata-rata yang paling tinggi di setiap stasiun dapat dilihat
pada Tabel 4.18 berikut:
Tabel 4.18. Perhitungan Curah Hujan Rata-rata dengan Metode Thiessen
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 56
Ri
165.26
160.36
158.28
155.14
151.35
148.12
145.54
144.20
140.59
139.80
137.46
133.18
131.42
124.48
119.39
2154.555
143.637
Rata-Rata
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 57
Ri-R
21.62
16.72
14.64
11.50
7.72
4.48
1.90
0.56
-3.05
-3.84
-6.18
-10.46
-12.22
-19.16
-24.24
(Ri-R)^
467.59
279.69
214.45
132.22
59.549
20.058
3.622
0.317
9.286
14.756
38.176
109.39
149.34
367.15
587.79
Jumlah
2453.42
Ri=
Ri = 2154.55 =143,63 mm
n
15
R=
( RiR )2
n1
2453,422
=13,238
151
Maka
= 0,3665
RT =R+
R
13,238
Y 2Y 15 ) =143,637+
( 0,36650,5128 )=141,74
(
15
1,0206
k=
Y 2Y 15 0,36650,5128
=
=0,143
15
1,0206
b= 1+1,3 (0,143)+1,1(0,143)2=0,914
b R 0,914 x 13,238
=3,126
Berdasarkan Rumus 3.17, maka S e = N =
15
Page 58
Yt
0.3665
1.4999
2.2502
3.1985
3.9019
RT
141.74
156.44
166.17
178.47
187.60
k
-0.143
0.967
1.702
2.631
3.321
b
0.914
1.813
2.530
3.470
4.177
Se
3.126
6.196
8.648
11.859
14.277
Rk (+-)
4.007
7.944
11.086
15.204
18.303
Pada metode ini, analisa curah hujan harian maksimum (HHM) didasarkan
pada perubahan data yang ada ke dalam bentuk logaritma. Hal ini sesuai dengan anjuran
The Hydrology Community of The Water Recurrence Council yaitu untuk pemakaian
praktis dari data yang ada, terlebih dahulu merubah data tersebut ke dalam
logaritmanya, kemudian dihitung statistical parameternya. Berikut data curah hujan
rata-rata dalam bentuk logaritma sebelum penghitungan hujan harian maksimum
(HHM) dengan Metode Log Person III disajikan dalam Tabel 4.21.
Tabel 4.21. Data Curah Hujan Rata-Rata untuk metode Log Pearson type III
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Ri
165.26
160.36
158.28
155.14
151.35
148.12
145.54
144.20
140.59
139.80
xi
2.22
2.21
2.20
2.19
2.18
2.17
2.16
2.16
2.15
2.15
Page 59
xi-x
0.06
0.05
0.04
0.04
0.02
0.02
0.01
0.00
-0.01
-0.01
(xi-x)^2
0.003926
0.002459
0.001929
0.001239
0.000599
0.000228
0.000056
0.000012
0.000057
0.000100
(xi-x)^3
0.000246
0.000122
0.000085
0.000044
0.000015
0.000003
0.000000
0.000000
0.000000
-0.000001
137.46
133.18
131.42
124.48
119.39
Jumlah
Rata-Rata
2.14
2.12
2.12
2.10
2.08
32.333
2.156
-0.02
-0.03
-0.04
-0.06
-0.08
0.000301
0.000966
0.001359
0.003652
0.006168
-0.000005
-0.000030
-0.000050
-0.000221
-0.000484
Jumlah
0.023
-0.000277
x =
xi = 32,33 =2,156
n
15
0,023
=0,041
151
( xix )3
N
Cs=
Berdasarkan harga skew coefficient (Cs) yang diperoleh dan harga periode ulang (T)
yang ditentukan dapat diketahui nilai Kx dengan menggunakan tabel yang terdapat pada
lampiran.
Contoh perhitungan dengan PUH(T) = 2 tahun adalah sebagai berikut :
Pada PUH = 2 Tahun, KX = 0,05 sehingga KX.
X t = X + K x x x =2,156 x 0,002=2,16
RT =10 X =102,16=143,729 mm
= 0,002
Untuk hasil perhitungan PUH yang lain dapat dilihat pada Tabel 4.22 dibawah ini :
Tabel 4.22. HHM metode Log Pearson type III
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 60
Kx
0.05
0.853
1.245
1.643
1.89
sR
0.041
0.041
0.041
0.041
0.041
Kx*sR
0.002
0.035
0.051
0.067
0.077
XT
2.16
2.19
2.21
2.22
2.23
RT
143.72
154.92
160.70
166.79
170.68
Ri
165.26
160.36
158.28
155.14
151.35
148.12
145.54
144.20
140.59
139.80
137.46
133.18
131.42
124.48
119.39
Xi
2.218
2.205
2.199
2.191
2.180
2.171
2.163
2.159
2.148
2.145
2.138
2.124
2.119
2.095
2.077
32.333
= antilog 2,156
= 143,059
2
= (143,059) = 20465,795
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 61
xi+b
2.218
2.205
2.199
2.191
2.180
2.171
2.163
2.159
2.148
2.145
2.138
2.124
2.119
2.095
2.077
32.333
log (xi+b)
0.346
0.343
0.342
0.341
0.338
0.337
0.335
0.334
0.332
0.332
0.330
0.327
0.326
0.321
0.317
5.002
[(log (xi+b)]
0.120
0.118
0.117
0.116
0.115
0.113
0.112
0.112
0.110
0.110
0.109
0.107
0.106
0.103
0.101
1.669
Xs
165.261
160.361
Xt
119.393
124.476
Xs.Xt
19730.932
19961.084
Xs+Xt
284.654
284.837
Xs.Xt - Xr
-734.8627
-504.7103
2Xr - (Xs+Xt)
1.464
1.280
jumlah
bi
-501.993
-394.165
-896.159
1
n 15
bi ; m = =1,5
m
10 10
b=
1
x (896,159 )=597,439
1,5
maka b dianggap 0
Menghitung nilai
berdasarkan Rumus 3.30 :
2
1
x
x 1,669=0,111
= 15
1
2n
2
o 2= 2 x 15 0,1110,333
=
X 2X
=0,012
c
n1
151
W(x)
0.5
0.2
0
0.595
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
(1/C).
0
0.007
X0 + (1/C.)
0.333
0.007
Page 62
HHM
2.155
1.016
0.1
0.04
0.02
0.906
1.238
1.452
0.011
0.014
0.017
0.011
0.014
0.017
1.024
1.034
1.040
1.024
1.034
1.040
Berdasarkan ketiga metode yang telah dicoba, dapat dibuat perbandingan nilai Hujan
Harian Maksimum seperti Tabel 4.26 berikut :
Tabel 4.26. Perbandingan Nilai HHM dari 3 Metode
Perbandingan nilai HHM (mm/24
Gumbel
Log
Pearson
R
R+Rk
R-Rk
141.74
137.73
4.007 145.747
3
143.729
156,44
148.49
7.944 164.384
6
154.926
166,17
155.08
11.086
177.256
4
160.706
178.47
163.26
15.204
193.674
6
166.794
187.60
169.29
18.303
205.903
7
170.688
PUH
2
5
10
25
50
jam)
Iwai
kadoya
2.1551564
3
1.0160184
4
HHM dipakai
Nilai
Metode
HHM
145.747
Gumbel
164.384
Gumbel
1.0244942
6
177.256
Gumbel
1.0336092
2
193.674
Gumbel
1.0395411
5
205.903
Gumbel
Sehingga dipilih metode Gumbel karena hasil Hujan Harian Maksimum diperoleh dari
perhitungan Metode Gumbel.
4.6. Perhitungan Distribusi Hujan
Menurut Tim Penyusun Buku Ajar Magister (2002), untuk menghitung intensitas
hujan digunakan tiga metode yaitu:
kebenaran.
Metode Bell.
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 63
I2
I5
I 10
I 25
I 50
90% x145,747
32,79
4
90% x164.384
36,99
4
90% x177,256
39,8
4
mm/jam
mm/jam
mm/jam
90% x193,674
43,58
4
90% x 205,903
46,33
4
I vb pada durasi x=
mm/jam
mm/jam
Berikut ini diberikan Tabel 4.27. Intensitas Hujan Kota Jakarta (PUH tahun) yang
dijadikan sebagai acuan dalam perhitungan intensitas hujan Van Breen. Intensitas hujan
Kota Jakarta digunakan sebagai pembanding karena intensitas hujan Kota Jakarta
dianggap telah mencerminkan intensitas hujan kota-kota di Indonesia.
Tabel 4.27. Intensitas Hujan Kota Jakarta
Durasi (menit)
5
10
20
40
60
120
240
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
I(2,5) =
126
x32,79
21
= 126 mm/jam
= 21 mm/jam
196,76 mm/jam.
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 65
Durasi
(menit)
5
10
20
40
60
120
240
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
170
87
28
18
11
8
6
6
4
2
-
Hujan (mm)
230
350
90
96
31
36
20
23
14
20
11
16
9
14
8
13
7
12
5
10
5
10
4
9
4
9
4
9
4
9
3
8
3
8
3
7
3
7
2
7
7
7
6
4
Page 65
470
101
42
31
25
22
20
19
18
15
15
14
14
14
14
13
13
13
12
11
11
11
11
10
87
170
Selanjutnya dengan menggunakan Pedoman Curah Hujan Tanimoto, maka untuk data
R1060
HHM (
) pada PUH 10 tahun digunakan rata-rata dari distribusi hujan 2 jam pertama.
90,71 29,20
R1060
2
=
= 59,95 mm
Dalam menghitung intensitas hujan dengan metode Bell, digunakan rumus 3.33
Contoh perhitungan :
t
= 5 menit dan T = 2 tahun
5
R2 0,21x ln 2 0,52 x 0,54 x5 0, 25 - 0,5 x59,95
= 12,27 mm
Menghitung I berdasarkan rumus 3.34 :
60
x12,27
5
=
=140,16mm/jam
Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.31 berikut ini:
Tabel 4.31. Perhitungan Nilai R dan Intensitas Metode Bell
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 66
(1218 0,083) 54
1
2
94,589
100
=
= 16,22
Menghitung I berdasarkan rumus 3.38 :
R
t
16,22
0,083
=
Sedangkan untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.32 di bawah ini.
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 67
2
147.24
110.20
76.85
51.36
40.02
25.68
16.21
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Metode Bell
5
10
25
189.81 222.01 264.57
142.06 166.16 198.02
99.07
115.87 138.09
66.21
77.44
92.28
51.59
60.34
71.91
33.11
38.73
46.15
20.90
24.45
29.14
Page 68
50
296.78
222.12
154.90
103.52
80.66
51.77
32.68
2
194.61
161.34
127.46
94.19
76.33
48.42
29.03
Metode Hasper-Weduwen
5
10
25
204.89 211.22 218.54
173.87 181.89 191.46
140.41 149.01 159.59
105.50 113.22 122.97
86.09
92.83
101.43
54.61
58.88
64.34
32.74
35.31
38.58
50
223.50
198.14
167.20
130.15
107.83
68.40
41.01
t (menit)
5
10
20
40
60
120
240
50
296.78
222.12
167.20
132.04
115.82
72.97
46.33
Berikut ini adalah grafik lengkung perbandingan nilai intensitas hujan dari metode Bell, Van
Breen, dan Hasper-Weduwen (Gambar 4.9).
Gambar
4.9(a).
Perbandingan Intensitas Hujan PUH 2 Tahun
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 69
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 70
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 70
Metode Talbot
Metode Sherman
Metode Ishiguro
Dari ketiga metode tersebut yang akan digunakan adalah metode yang memiliki nilai lengkung intensitas paling mendekati perhitungan intensitas
hujan sebelumnya. Pada setiap PUH, dicarikan nilai I terkecil untuk digunakan sebagai intensitas dalam perhitungan selanjutnya sehingga setiap nilai
PUH 2, 5, 10, 25, 50 tahun dengan durasi 5, 10, 20, 40, 60, 120 dan 240 menit masing-masing memiliki nilai lengkung intensitas, seperti pada Tabel
4.35 berikut:
Tabel 4.35 (a). Perhitungan Lengkung Intensitas Hujan PUH 2 Tahun
t (menit)
I (mm/jam)
Ixt
5
10
20
40
60
120
240
Jumlah
196.76
178.02
159.28
118.68
95.26
56.22
32.79
837.00
984
1780
3186
4747
5715
6746
7870
31028
38714
31691
25370
14085
9074
3160
1075
123169
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 71
I x t
Log I
Log t
193569
2.29
0.70
316910
2.25
1.00
507407
2.20
1.30
563395
2.07
1.60
544423
1.98
1.78
379238
1.75
2.08
258093
1.52
2.38
2763034
14
11
Sumber : hasil perhitungan
Log I x Log t
(log I)
(log t)
t0,5
I x t0,5
I x t0,5
1.60
2.25
2.87
3.32
3.52
3.64
3.61
21
5.26
5.06
4.85
4.30
3.92
3.06
2.30
29
0.49
1.00
1.69
2.57
3.16
4.32
5.67
19
2.24
3.16
4.47
6.32
7.75
10.95
15.49
50
439.97
562.95
712.32
750.60
737.85
615.82
508.03
4328
86566.88
100215.62
113459.54
89080.55
70284.73
34619.54
16659.80
510887
I (mm/jam)
Ixt
I x t
Log I
Log t
Log I x Log t
(log I)
(log t)
t0,5
I x t0,5
I x t0,5
5
10
20
40
60
120
240
Jumlah
204.89
173.87
156.16
119.18
100.00
61.64
36.99
852.73
1024
1739
3123
4767
6000
7397
8877
32928
41979
30230
24387
14203
10000
3800
1368
125969
209897
302302
487749
568140
600003
455998
328319
2952407
2.31
2.24
2.19
2.08
2.00
1.79
1.57
14
0.70
1.00
1.30
1.60
1.78
2.08
2.38
11
1.62
2.24
2.85
3.33
3.56
3.72
3.73
21
5.34
5.02
4.81
4.31
4.00
3.20
2.46
29
0.49
1.00
1.69
2.57
3.16
4.32
5.67
19
2.24
3.16
4.47
6.32
7.75
10.95
15.49
50
458.14
549.82
698.39
753.75
774.60
675.28
572.99
4483
93868.60
95596.44
109063.97
89830.76
77460.08
41626.73
21192.87
528639
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 72
I (mm/jam)
Ixt
I x t
Log I
Log t
Log I x Log t
(log I)
(log t)
t0,5
I x t0,5
I x t0,5
5
10
20
40
60
120
240
Jumlah
222.01
183.46
163.52
127.62
107.68
67.80
39.88
911.98
1110
1835
3270
5105
6461
8136
9572
35489
49287
33658
26738
16288
11596
4597
1591
143754
246434
336576
534767
651519
695738
551628
381749
3398411
2.35
2.26
2.21
2.11
2.03
1.83
1.60
14
0.70
1.00
1.30
1.60
1.78
2.08
2.38
11
1.64
2.26
2.88
3.37
3.61
3.81
3.81
21
5.51
5.12
4.90
4.43
4.13
3.35
2.56
30
0.49
1.00
1.69
2.57
3.16
4.32
5.67
19
2.24
3.16
4.47
6.32
7.75
10.95
15.49
50
496.42
580.15
731.28
807.17
834.11
742.72
617.86
4810
110208.83
106434.54
119577.55
103014.15
89819.39
50356.48
24641.81
604053
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 73
I (mm/jam)
Ixt
5
10
20
40
60
120
240
Jumlah
264.57
198.02
168.08
130.73
113.30
72.21
43.58
990.49
1323
1980
3362
5229
6798
8666
10458
37816
70000
39211
28251
17090
12837
5215
1899
174502
I x t
Log I
Log t
349998
2.42
0.70
392108
2.30
1.00
565027
2.23
1.30
683613
2.12
1.60
770204
2.05
1.78
625761
1.86
2.08
455742
1.64
2.38
3842453
15
11
Sumber : hasil perhitungan
Log I x Log t
(log I)
(log t)
t0,5
I x t0,5
I x t0,5
1.69
2.30
2.90
3.39
3.65
3.86
3.90
22
5.87
5.27
4.95
4.48
4.22
3.45
2.69
31
0.49
1.00
1.69
2.57
3.16
4.32
5.67
19
2.24
3.16
4.47
6.32
7.75
10.95
15.49
50
591.61
626.19
751.68
826.81
877.61
791.05
675.09
5140
156523.91
123995.35
126343.86
108088.67
99432.88
57123.95
29418.01
700927
I (mm/jam)
Ixt
I x t
Log I
Log t
Log I x Log t
(log I)
(log t)
t0,5
I x t0,5
I x t0,5
5
10
20
40
60
120
240
Jumlah
296.78
222.12
167.20
132.04
115.82
72.97
46.33
1053.24
1484
2221
3344
5281
6949
8756
11119
39154
88076
49336
27955
17433
13414
5324
2146
203685
440379
493363
559101
697333
804862
638900
515112
4149051
2.47
2.35
2.22
2.12
2.06
1.86
1.67
15
0.70
1.00
1.30
1.60
1.78
2.08
2.38
11
1.73
2.35
2.89
3.40
3.67
3.87
3.97
22
6.11
5.51
4.94
4.50
4.26
3.47
2.78
32
0.49
1.00
1.69
2.57
3.16
4.32
5.67
19
2.24
3.16
4.47
6.32
7.75
10.95
15.49
50
663.61
702.40
747.73
835.06
897.14
799.31
717.71
5363
196943.64
156015.11
125018.88
110258.00
103907.29
58323.30
33250.33
783717
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 73
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 74
2
7123169 837
b
= 41.02
Menghitung I dengan t = 5 menit berdasarkan rumus 3.39 :
9337,85
202,90
5 41,02
I
b. Metode Sherman
Menghitung nilai a berdasarkan rumus 3.46 :
14 19 21 11 2,72
7 (19) (11) 2
Log a
a = anti log (2,72) = 528,24
Menghitung n berdasarkan rumus 3.47 :
14).(11 7 21 0,46
(7.19) (11) 2
n=
Menghitung I berdasarkan rumus 3.45 :
528,24
0, 46 251,64
5
I
c. Metode Ishiguro
Menghitung nilai a berdasarkan rumus 3.43 :
( 4328).(123169) (510887).(837)
a
652,22
7 (123169) (837) 2
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 74
5 0,28
258,77
Dengan cara yang sama maka akan diperoleh rumusan untuk
ketiga metode tersebut untuk PUH 2, 5, 10, 25, dan 50 tahun yang tertera pada Tabel 4.36
di bawah ini.
Tabel 4.36. Hasil Perhitungan yang Digunakan untuk Mencari Rumus Intensitas Hujan
PUH
2
5
10
25
50
Setelah didapatkan semua rumus intensitas untuk tiap PUH, kemudian dimasukkan
nilai tiap durasi (t) ke dalam rumus sehingga akan diperoleh intensitas dengan metode
tersebut. Setelah itu dicari selisihnya dengan intensitas data. Contoh perhitungan :
Diketahui : t = 5 menit ; PUH = 2 tahun; I data = 197 mm/jam
Perhitungan :
9337,85
5 41,02
a. I Talbot =
= 202,49 mm/jam
I = I data I talbot = 197 202,49 = -6,14 mm/jam
528,24
5 0, 46
b. I Sherman =
= 251,64 mm/jam
I = I data I Sherman = 197 251,64 = -54,88 mm/jam
652,22
5 0,28
c.
I Ishiguro =
= 259,77 mm/jam
I = I data I Ishiguro = 197 259,77 = -62,01 mm/jam
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 75
I (mm/jam)
5
10
20
40
60
120
240
Rata-rata
197
178
159
119
95
56
33
Metode Talbot
I
I
202.90
-6.14
183.01
-4.99
153.02
6.26
115.25
3.43
92.43
2.82
57.99
-1.77
33.23
-0.43
-0.12
Metode Sherman
I
I
251.64
-54.88
182.84
-4.82
132.86
26.42
96.53
22.14
80.08
15.17
58.19
-1.97
42.28
-9.49
-1.06
Metode Ishiguro
I
I
258.77
-62.01
189.23
-11.21
137.12
22.16
98.69
19.99
81.22
14.04
58.03
-1.82
41.34
-8.55
-3.92
Pada PUH 2, I terkecil adalah I Talbot dengan demikian untuk PUH 2 (untuk
saluran tersier), rumus intensitas yang digunakan adalah metode Talbot.
I
9337,85
t 41,02
Tabel 4.37 (b) Perbandingan Kesesuaian Rumus Intensitas Curah Hujan PUH 5
t (menit)
I (mm/jam)
5
10
20
40
60
120
240
Rata-rata
205
174
156
119
100
62
37
Metode Talbot
I
I
199.18
5.71
181.99
-8.12
155.20
0.97
119.90
-0.72
97.68
2.32
62.78
-1.14
36.62
0.37
-0.09
Metode Sherman
I
I
246.57
-41.69
182.87
-9.00
135.63
20.54
100.59
18.59
84.45
15.55
62.64
-0.99
46.45
-9.47
-0.93
Metode Ishiguro
I
I
243.40
-38.51
186.37
-12.51
139.99
16.17
103.55
15.63
86.30
13.70
62.73
-1.08
45.25
-8.26
-2.12
Pada PUH 5, I terkecil adalah I Talbot dengan demikian untuk PUH 5 (untuk
saluran sekunder), rumus intensitas yang digunakan adalah metode Talbot.
I
10542.81
t 47,93
Tabel 4.37 (c) Perbandingan Kesesuaian Rumus Intensitas Curah Hujan PUH 10
t (menit)
I (mm/jam)
5
10
20
40
60
222
183
164
128
108
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Metode Talbot
I
I
211.92
10.09
194.00
-10.54
165.93
-2.41
128.70
-1.07
105.11
2.57
Page 76
Metode Sherman
I
I
261.93
-39.93
194.95
-11.49
145.10
18.42
108.00
19.63
90.86
16.82
Metode Ishiguro
I
I
256.29
-34.28
197.93
-14.47
149.71
13.81
111.35
16.28
93.05
14.63
68
40
67.82
39.67
-0.02
0.21
-0.17
67.63
50.33
0.17
-10.45
-0.98
67.88
49.09
-0.08
-9.21
-1.90
Pada PUH 10, I terkecil adalah I Talbot dengan demikian untuk PUH 10 (untuk
saluran primer), rumus intensitas yang digunakan adalah metode Talbot.
I
11469.89
t 49,12
Tabel 4.37 (d) Perbandingan Kesesuaian Rumus Intensitas Curah Hujan PUH 25
t (menit)
I (mm/jam)
5
10
20
40
60
120
240
Rata-rata
265
198
168
131
113
72
44
Metode Talbot
I
I
237.48
27.10
215.45
-17.44
181.74
-13.66
138.43
-7.70
111.79
1.51
70.87
1.35
40.91
2.66
-0.88
Metode Sherman
I
I
290.49
-25.91
213.83
-15.81
157.40
10.68
115.86
14.87
96.85
16.45
71.29
0.92
52.48
-8.90
-1.10
Metode Ishiguro
I
I
280.60
-16.03
214.48
-16.46
160.87
7.22
118.85
11.88
99.01
14.29
71.91
0.30
51.84
-8.27
-1.01
Pada PUH 25, I terkecil adalah I Talbot dengan demikian untuk PUH 25 (untuk
sungai alami), rumus intensitas yang digunakan adalah metode Talbot.
I
11616.14
t 43,91
Tabel 4.37 (e) Perbandingan Kesesuaian Rumus Intensitas Curah Hujan PUH 50
t (menit)
I (mm/jam)
5
10
20
40
60
120
240
Rata-rata
297
222
167
132
116
73
46
Metode Talbot
I
DI
261.66
35.11
234.71
-12.59
194.61
-27.41
145.05
-13.02
115.61
0.21
71.86
1.11
40.90
5.43
-1.59
Metode Sherman
I
DI
316.56
-19.79
229.82
-7.70
166.84
0.36
121.12
10.92
100.43
15.39
72.91
0.06
52.93
-6.60
-1.05
Metode Ishiguro
I
DI
306.74
-9.97
229.45
-7.33
169.17
-1.97
123.34
8.70
102.11
13.71
73.54
-0.58
52.69
-6.37
-0.54
Pada PUH 50, I terkecil adalah I Ishiguro dengan demikian untuk PUH 50
(untuk skala kota), rumus intensitas yang digunakan adalah metode Ishiguro.
I
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
843.39
t 0,51
Page 77
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
2
202.90
183.01
153.02
115.25
92.43
57.99
33.23
Page 78
50
306.
229.
169.
123.
102.
73.5
52.6
Kota Kediri dibagi menjadi 25 blok pelayanan. Dalam perencanaan ini, setiap blok
akan dilayani oleh saluran sekunder yang selanjutnya akan disalurkan ke sungai atau badan
air terdekat sebagai saluran primer. Terdapat data tentang kapasitas sungai yang digunakan
sebagai saluran alami atau saluran primer sehingga tidak akan terjadi peluapan air sungai
karena kelebihan kapasitas tampungan air setelah dijadikan penampung limpasan air hujan.
Sedangkan untuk perhitungan luas blok yang terlayani dapat dilihat pada Tabel 5.1
berikut.
Tabel 5.1. Luas per Blok Kota Kediri
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 79
C 1. A 1+ C 2 . A 2+ ..+C n . A n
A
Contoh perhitungan koefisien pengaliran pada saluran 3a-3c adalah sebagai berikut:
Cr =
Cr 1. A 1+Cr 2 . A 2
Atotal
= 0,632
Sedangkan untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut.
Tabel 5.2. Koefisien Pengaliran Per Blok
Jalur
1a - 1b
2a - 2b
3a - 3b
Blok
Perumahan Berdekatan
Jalan
Perdagangan
RTH
Cr
15%
5%
5%
75%
100%
70%
10%
70%
80%
70%
25%
60%
80%
0.105
0.040
0.035
0.188
0.368
0.420
0.080
Perdagangan
10%
70%
0.070
RTH
10%
25%
0.025
100%
80%
60%
0.595
0.480
10%
80%
0.080
10%
25%
0.025
Total Saluran 1a - 1b
2
Perumahan Berjauhan
Jalan
Total Saluran 2a - 2b
3
Perumahan Berjauhan
Jalan
RTH
3b - 3c
Total Saluran 3a - 3b
4
Perumahan Berdekatan
Jalan
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
% Luas
100%
75%
10%
Page 80
0.585
70%
80%
0.525
0.080
Cr
Kumulatif
Luas
area (ha)
0.368
135.40
0.595
86.53
0.585
87.69
4a - 4b
5a - 5b
Perdagangan
RTH
10%
70%
0.070
5%
25%
0.013
Total Saluran 3b - 3c
100%
Total Saluran 3a - 3c
5
Perumahan Berdekatan
Jalan
Perkantoran
Perdagangan
RTH
Total Saluran 4a - 4b
6
Perumahan Berdekatan
100%
75%
5%
15%
2%
3%
100%
25%
Jalan
Perkantoran
Perdagangan
Taman
5b - 5c
Total Saluran 5a - 5b
7
Perumahan Berdekatan
Jalan
Perkantoran
Perdagangan
RTH
6a-6b
6b - 6c
7a - 7b
0.688
70%
80%
70%
70%
25%
70%
0.525
0.040
0.105
0.014
0.008
0.692
0.175
5%
10%
10%
80%
70%
70%
0.040
0.070
0.070
50%
100%
70%
5%
10%
10%
20%
70%
80%
70%
70%
0.100
0.455
0.490
0.040
0.070
0.070
5%
25%
0.013
Total Saluran 5b - 5c
Total Saluran 5a - 5c
8
Perumahan Berdekatan
Jalan
Perkantoran
Perdagangan
RTH
Total Saluran 6a - 6b
9
Perumahan Berdekatan
Jalan
Perkantoran
100%
100%
70%
10%
5%
10%
5%
100%
75%
5%
10%
Perdagangan
10%
100%
100%
70%
10%
70%
70%
80%
0.490
0.080
5%
13%
2%
100%
70%
70%
25%
0.035
0.091
0.005
0.701
Total Saluran 6b - 6c
Total Saluran 6a - 6c
10
Perumahan Berdekatan
Jalan
Perkantoran
Perdagangan
RTH
Total Saluran 7a - 7b
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 81
0.683
70%
80%
70%
70%
25%
70%
80%
70%
0.490
0.080
0.035
0.070
0.013
0.688
0.525
0.040
0.070
0.070
0.705
0.688
74.79
0.632
162.48
0.692
136.63
0.455
87.69
0.683
0.557
70.91
158.60
0.688
115.88
0.705
0.693
52.40
168.28
0.701
70.65
8a - 8b
9a - 9b
9b - 9c
11
Perumahan Berdekatan
Jalan
Perkantoran
Perdagangan
Total Saluran 7b - 7c
Total Saluran 7a - 7c
12
Perumahan Berdekatan
Jalan
Industri
Perdagangan
Total Saluran 8a - 8b
13
Perumahan Berdekatan
Jalan
Perkantoran
Perdagangan
RTH
Total Saluran 9a - 9b
14
Perumahan Berdekatan
Jalan
Perkantoran
Perdagangan
Total Saluran 9a - 9b
Total Saluran 9a - 9c
10a - 10b
15
Perumahan Berdekatan
Jalan
Perkantoran
Perdagangan
75%
70%
0.525
5%
5%
15%
100%
100%
80%
70%
70%
0.040
0.035
0.105
0.705
45%
5%
45%
5%
100%
60%
70%
80%
80%
70%
10%
15%
10%
5%
100%
80%
70%
70%
25%
60%
10%
15%
15%
100%
70%
80%
70%
70%
0.750
117.93
0.080
0.105
0.070
0.013
0.688
0.688
81.49
0.420
0.080
0.105
0.105
0.710
0.710
115.33
0.701
196.82
0.315
0.040
0.360
0.035
0.750
0.420
70%
0.070
5%
35%
50%
80%
70%
70%
0.040
0.245
0.350
0.705
41.01
70%
80%
70%
70%
0.705
0.035
0.040
0.140
0.490
0.705
0.705
0.705
73.04
114.05
0.683
48.51
100%
5%
5%
20%
70%
100%
100%
30%
5%
10%
5%
50%
100%
30%
5%
10%
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
2271.14
2341.80
100%
10%
10b - 10c
70%
0.705
0.705
Page 82
70%
80%
70%
25%
70%
70%
80%
70%
0.210
0.040
0.070
0.013
0.350
0.683
0.210
0.040
0.070
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
55%
100%
55%
10%
5%
30%
100%
100%
65%
10%
15%
10%
100%
40%
20%
30%
10%
100%
100%
40%
10%
30%
20%
100%
40%
15%
10%
35%
100%
100%
40%
10%
30%
20%
100%
40%
15%
10%
35%
100%
100%
Page 83
70%
70%
80%
70%
70%
70%
80%
70%
70%
70%
80%
70%
70%
70%
80%
70%
70%
70%
80%
70%
70%
60%
80%
70%
70%
60%
80%
70%
70%
0.385
0.705
0.385
0.080
0.035
0.210
0.710
0.455
0.080
0.105
0.070
0.710
0.280
0.160
0.210
0.070
0.720
0.280
0.080
0.210
0.140
0.710
0.280
0.120
0.070
0.245
0.715
0.240
0.080
0.210
0.140
0.670
0.240
0.120
0.070
0.245
0.675
0.705
78.75
0.710
0.703
115.33
242.59
0.710
115.83
0.720
0.715
96.22
212.05
0.710
103.19
0.715
0.713
144.62
247.81
0.670
86.71
0.675
0.672
41.01
127.72
So
= 40,002 menit
to =
Nilai td :
Ld
td = V asumsi x 60
149,412
2 x 60 = 1,245 menit
Rumus Talbot :
10542,81
41,247 47,93
= 118,222 mm/jam
Sehingga besarnya debit limpasan dapat dihitung sebagai berikut.
Q = 2,78 x C x I x A
Q = 2,78 x 0,368 x 118,222 x 135,4 / 1000 = 1,635 m3/detik
Sedangkan untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.3 berikut
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 84
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 85
b
Gambar 5.1 Bentuk Saluran Drainase
Slope yang digunakan untuk perencanaan ini sedapat mungkin mengikuti slope medan
yang ada, Namun hal tersebut juga harus dilakukan pengecekan terhadap kecepatan yang
terjadi pada saluran yaitu antara 1,0 3,0 m/detik, dengan contoh perhitungan saluran 1a1b sebagai berikut :
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 86
V asumsi = 2 m/detik
Ld
= 149,412 m
Hd
= 1 m
Sd
= Hd : Ld = 1 : 149,412 = 0,0067
= 0,015
Nilai h air :
air
Qxn
1/3 1/2
2 xS
0,375
1,635 x 0,015
1/3
1/2
2 x 0,0067
0,375
= 0,616 m
b
A b x h 1,23 x 0,61
vcek
Hasil perhitungan untuk semua saluran dapat dilihat pada tabel 5.4 dibawah ini
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 87
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 88
= 0,616 m
= 0,3 m
= 53 m
= 52 m
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 89
= 1,1 x vsaluran
a.
b.
vsaluran
c.
= 2,487 m/detik
1,635m3/dtk
2,736m/dtk
Q
vgorong
d.
Agorong =
e.
hgorong
= 0,5977 m2
= hsaluran = 0,616 m
A gorong
0,5977m2
0,616m
hairgorong
f.
b gorong =
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
= 0,969 m
Page 90
Fbgorong = 0,3 m
h.
htotal gorong
= 0,616 m + 0,3 m
htotal gorong
= 0,916 m
i.
j.
Kemudian dicek
-
k.
Q 0,022
Slope
b h
air
2h
b
air
Slope
2
3
Agorong gorong
0,053
1,1 x0,597
0,00662
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 91
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 92
Sebelum melakukan perhitungan drainase ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
yaitu:
a. Panjang gorong-gorong = lebar jalan. (pada tugas perencanaan ini lebar jalan
dianggap sama yaitu 8 m)
b. Lebar gorong-gorong = lebar saluran.
c. Kecepatan yang dipakai pada perencanaan gorong-gorong tergantung pada
kecepatan aliran didalam saluran yang bersangkutan (vsaluran).
d. Kecepatan aliran dalam gorong-gorong (v gorong) yang dianjurkan adalah 1,5 3
m/detik.
e. Gorong-gorong terbuat dari beton karena bahan tersebut sangat kuat konstruksinya
dengan harga k = 70 m1/3/detik.
Contoh perhitungan headloss gorong-gorong saluran 1a-1b
a. Q
= 1,635 m3/detik
= 2,736 m/detik
d. Lgorong = 8 m
e. hair gorong = 0,616 m
f. R
= 0,308 m
g. km
= 0,3
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 93
= 0,5
i. K
= 70 m1/3/detik
C KR
1
6
j.
Z1
70 0,308 6 57,507
1
km vgorong- vsaluran
0,00095 m
2 9,81
0,00158 m
2 9,81
2g
k.
Z2
kk vgorong- vsaluran
2g
l.
Z3
v2gorong Lgorong
C2 R
2,736 2 8
2
57,507
0,308
0,05876 m
m.
n. Hf total = Z1 + Z2 + Z3
= 0,06129
Perhitungan headloss gorong-gorong untuk saluran dapat dilihat pada tabel 5.6
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 94
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 95
Ld
Fb
h
h+Fb
b
A1
A2
A3
= 149,412 m
= 0,3 m
= 0,616 m
= 0,616 m + 0,3 m = 0,916 m
= 1,233 m
= 0,2 x 0,35 = 0,07 m2
= ((h+Fb) 0,2) x 0,3)
= (0,916 0,2) x 0,3 ) = 0,2148 m2
= 0,4 x (0,3 + b + 0,3)
= 0,4 x (0,3 + 1,233 + 0,3) = 0,73 m2
Maka dapat dihitung volume galian tanah, semen, beton, kerikil, dan pasir tiap
meter sebagai berikut.
Volume galian
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 96
= Volume galian x Ld
= 3,57 x 149,4 = 533 m3
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 97
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 98
Fb
b
h
L
H
= 0,3 m
= 0,97 m
= 0,62 m
=8m
= h+Fb = 0,62+0,3 m = 0,92 m
Sehingga dapat dihitung volume galian tanah, semen, beton, kerikil dan pasir tiap 8 meter
sebagai berikut:
Volume galian
Volume beton
= {(A1x2)+(A2)+(A3.2)+(A4)+(A5)xL}
= (0,07x2)+0,21+(0,73x2)+(0,47)+(0,60)} x 8 m
= 23,12 m3
= {(A1x2)+(A2)+(A3x2)} x L
= {(0,07 x 2)+ 0,21 +(0,73 x 2)} x 8
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 99
= A4 x L
= 0,47 x 8 m = 3,77 m3
Volume semen
Volume kerikil
Volume pasir
1
1
xV .beton xV .betonpengerasjalan
24
6
1
1
x14,57 x3,77
24
6
= 1,23 m3
2
2
xV .beton xV .betonpengerasjalan
24
6
2
x14,57
24
x3,77
6
= 2,47 m3
3
3
xV .beton xV .betonpengerasjalan
24
6
3
3
x14,57 x3,77
24
6
= 12,81 m3s
Oleh karena jumlah gorong-gorong pada saluran 1a-1b sebanyak 1 buah, maka:
Volume galian
= 1 x 23,12 m3= 23,12 m3
Volume beton
= 1 x 14,57 m3 = 14,57 m
Volume beton pengeras jalan
= 1 x 3,77 m3 = 3,77 m3
Volume semen
= 1 x 1,23 m3 = 1,23 m3
Volume kerikil
= 1 x 2,47 m3 = 2,47 m3
Volume pasir
= 1 x 12,81 m3 = 12,81 m3
Sedangkan untuk volume perhitungan yang lainnya dapat dilihat pada Tabel 6.2 sebagai
berikut.
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 100
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 101
50
50 kg
=
zak
= 40 zak
B. Jumlah Pasir Total (m)
Jumlah pasir dalam 1 truk = 5 m3
Volume pasir
Jumlah truk =
6269,7
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Satuan
m3
m3
m3
m3
Volume
12329.21
2002.306
1691.388
6269.727
Page 102
Unit
m3
zak
m3
truk
Total
12329
40
1691
1254
= 1 orang / 20 m3
Sedangkan ketentuan peralatan yang dibutuhkan untuk mengangkut tanah galian dari
lahan ke truk serta pengangkutan dari truk ke tanah pembuangan, adalah sebagai berikut:
2 unit crane untuk mengangkut 100 m3 tanah.
1 unit truk berkapasitas 6 m3 dan bahan yang akan diangkut antara lain: tanah galian,
semen, kerikil, dan pasir.
Berikut ini adalah contoh perhitungan jumlah crane dan truk yang dibutuhkan untuk
saluran 1a-1b.
556,1
x 2UnitCrane
100m3
VolumeGali an
x2UnitCrane
100m 3
= 11 unit crane
=
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
VolumeGali an
x1OrangKuli
20m3
556,1 m3
x1OrangKuli
20m3
Page 103
= 28 orang kuli
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
JumlahKuli
x1OrangMando r
100 Kuli
28 Kuli
x1OrangMando r
100 Kuli
Page 104
= 0 orang mandor
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 105
HANIFAH MAPPANGARA
3314100102
Page 106