KEJANG DEMAM
Oleh :
Ellya Rismayan Sari
1110070100190
Pembimbing :
dr. Gustin Sukmarini, Sp.A
BAB I
PRESENTASI KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. R.J
Umur
: 17 bulan
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tanggal Lahir
: 20 Mei 2015
Agama
: Islam
Nama Ayah
: Tn. T
Pekerjaan Ayah
: Wiraswasta
Nama Ibu
: Ny. W
Pekerjaan Ibu
Alamat
: Sumani
Tanggal masuk
: 3 November 2016
No. CM
: 01153910
II.
ANAMNESIS
Anamnesis diperoleh melalui aloanamnesis terhadap ibu pasien.
A. Keluhan Utama
Kejang 1 jam sebelum masuk rumah sakit
B. Riwayat Penyakit Sekarang
-
Kurang lebih 1 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien kejang, kejang
terjadi seluruh tubuh. Tangan dan kaki pasien kaku, mata melirik ke atas.
Kejang berlangsung 1 kali selama 4 menit. Setelah kejang berhenti, pasien
menangis. Kemudian oleh keluarga, pasien dibawa ke rumah sakit Dr.
Kurang lebih 1 hari sebelum masuk rumah sakit pasien panas, panas
mendadak tinggi. Panas disertai batuk, tidak ada pilek, tidak disertai
muntah dan sesak napas.
: disangkal
: (+) ayah
Riwayat epilepsi
: (-)
: sehat
Ibu
: sehat
: Bidan
Frekuensi
: Trimester I
: 1x/ 1 bulan
Trimester II
: 2x/ 1 bulan
Trimester III
: 2x/ 1 minggu
H. Riwayat Postnatal
Rutin ke puskesmas setiap bulan untuk menimbang badan dan mendapat
imunisasi.
I. Imunisasi
Jenis
I
1
bulan
1.
BCG
2.
DPT
3.
Polio
2
bulan
Campak
2 hari
Hepatitis
9
bulan
4.
5.
B
II
III
IV
3 bulan
4 bulan
2 bulan
3 bulan
2 bulan
3 bulan
Lahir
Kesimpulan : imunisasi dasar lengkap
J. Riwayat Petumbuhan dan Perkembangan
Motorik Kasar
Mengangkat kepala
: 3 bulan
: 4 bulan
Duduk sendiri
: 6 bulan
Berdiri sendiri
: 11 bulan
Berjalan
: 13 bulan
Bahasa
Bersuara aah/ooh
: 2,5 bulan
: 8,5 bulan
Motorik halus
Memegang benda
: 3,5 bulan
Personal sosial
Tersenyum
: 2 bulan
Mulai makan
: 6 bulan
Tepuk tangan
: 9 bulan
Kesan
4 bulan
-
II
An. R. J, ,
17 bulan, 10 kg, 76 cm
III
Pasien merupakan anak pertama. Ayah dan ibu menikah satu kali.Riwayat
keluarga dengan riwayat kejang demam (+) pada ayah pasien.
: sedang
Derajat kesadaran
: kompos mentis
Status gizi
Tanda vital
BB
: 10 kg
TB
: 76 cm
Nadi
Pernafasan
Suhu
Kulit
Kepala
Mata
Hidung
Mulut
Telinga
Tenggorok
Leher
Lymphonodi
:Retroaurikuler
: tidak membesar
Submandibuler
Thorax
: tidak membesar
Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: SIC V kanan
Auskultasi
Redup relatif di
: SIC V kanan
Redup absolut
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
: tympani
Palpasi
: nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba, turgor
kembali cepat.
Urogenital
Ekstremitas
Akral dingin
Oedem
Sianosis
Wasting
-
Sensorik
+4 +4
+4 +4
: (+2/+2)
R. Triseps
: (+2/+2)
R. Patella
: (+2/+2)
R. Archilles
: (+2/+2)
: (-/-)
R. Chaddock
: (-/-)
R. Oppeinheim : (-/-)
Meningeal Sign :
Kaku kuduk
: (-)
Brudzinsky I
: (-)
Brudzinsky II
: (-)
Kernig sign
: (-)
Hitung Jenis
Eosinofil
Basofil
Netrofil
Limfosit
Monosit
: 1,00 %
: 0,10%
: 64.80 %
: 28,10 %
: 6,00 %
Hematologi Rutin
Hb
: 11,1 g/dL
Hct : 34 %
AE
: 4,27.106/L
AL
: 10,2.103 /L
AT
: 300.103 /L
Golongan Darah : O
GDS : 172 mg/dl
N
: 136 mmol/L
: 4,0 mmol/L
Cl
: 102 mmol/L
V. RESUME
Kurang lebih 1 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien panas, panas
mendadak tinggi. Panas disertai batuk, tidak ada pilek, dan tidak disertai muntah
Kurang lebih 1 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien kejang, kejang terjadi
seluruh tubuh. Tangan dan kaki pasien kaku, mata melirik ke atas. Kejang
berlangsung 1 kali selama 4 menit. Setelah kejang berhenti, pasien menangis.
Kemudian, oleh keluarga, pasien dibawa ke rumah sakit Dr. Moewardi.
Riwayat imunisasi dasar lengkap sesuai umur dan sesuai Depkes. Riwayat
perkembangan dan pertumbuhan baik. Riwayat pemeliharaan prenatal baik.
Riwayat kelahiran, lahir spontan dengan usia kehamilan 38 minggu,
pemeliharaan postnatal baik.
Pada pemeriksaan fisik diperoleh keadaan umumsedang, komposmentis dan
gizi kesan baik. Pemeriksaan tenggorok didapat faring hiperemis. Tanda vital:
N: 120x/menit, RR: 32x/menit, t= 38,2 oC, pemeriksaan neurologi dalam batas
normal. Status gizi secara antropometris (WHO, 2000) : gizi baik. Pemeriksaan
laboratorium tanggal 10 Oktober 2012 didapatkan, Hb: 11,1 g/dL, Hct: 34 %,
AE: 4,27.106/L, AL: 10,2.103/L, AT: 300.102/L, GDS: 172 mg/dl, Na: 136
mmol/L, K: 4,0 mmol/L, Cl: 102 mmol/L.
VI.
DAFTAR MASALAH
1. Demam
2. Kejang (1 kali, kejang 4 menit, setelah kejang, pasien menangis)
3. Faring hiperemis
VII.
DIAGNOSIS BANDING
1.
Kejang Demam Sederhana
dd : Infeksi Intrakranial
Gangguan Elektrolit
2.
Faringitis Akut
PENATALAKSANAAN
Terapi
1.
2.
3.
4.
O2nasal 2 lpm
IVFD D1/4S 10 tpm
Inj. Diazepam 4 mg IV / jika kejang
Paracetamol 100 mg per oral jika demam
Monitoring
1. KU dan VS Awasi timbulnya kejang
Planning
1. Pemeriksaan urine feses rutin
2. Cek Kalsium
3. Lumbal Pungsi Pemeriksaan LCS
Edukasi
Kompres hangat jika panas dan menerangkan kondisi pasien terhadap orang tua
pasien
X.
PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia
Ad sanam
: dubia
Ad fungsionam
: dubia
10
LEMBAR FOLLOW UP
Tanggal
Jam
3/11/2016 08.0
0
Pemeriksaan
S : Tidak kejang, panas berkurang
O : CM, gizi baik
A : HR = 120 x/1
RR = 32 x/1
S = 38,2oC (per axiler)
Terapi
Paracetamol100mg/4 jam p.o
Kompres hangat
4/11/201
6
Rencana pulang
08.0
0
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KEJANG DEMAM
1.)
DEFINISI
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal di atas 38 oC) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium.1Kejang demam adalah kejang yang berhubungan dengan
demam (suhu diatas 39oC per rektal) tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat
atau gangguan elektrolit akut, terjadi pada anak berusia 1 bulan dan tidak ada
riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.2
Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures (1980), kejang demam
adalah suatu kejadian pada bayi dan anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan
dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya
infeksi intrakranial atau penyebab tertentu.3 Anak yang pernah kejang tanpa
demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang
demam.1,3 Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 4 minggu (1
bulan) tidak termasuk kejang demam.1,3 Kejang demam harus dibedakan dengan
epilepsi, yaitu ditandai dengan kejang berulang tanpa demam.2 Definisi ini
menyingkirkan kejang yang disebabkan penyakit saraf seperti meningitis,
ensefalitis atau ensefalopati. Kejang pada keadaan ini mempunyai prognosis
yang berbeda dengan kejang demam karena keadaan yang mendasarinya
mengenai susunan saraf pusat.3 Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih
dari 5 tahun menaglami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain
misalnya infeksi SSP atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam. 2
2. EPIDEMIOLOGI
Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di Amerika Serikat, Amerika
Selatan dan Eropa Barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi. Kira-kira 20%
kasus merupakan kejang demam kompleks. Umumnya kejang demam timbul
pada tahun kedua kehidupan (17-23 bulan). Kejang demam sedikit lebih
12
sering pada laki-laki.3 Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan
samapi 5 tahun.1Menurut IDAI, kejadian kejang demam pada anak usia 6
bulan sampai 5 tahun hampir 2 - 5%.2,10
3. KLASIFIKASI
Kejang demam diklasifikasikan menjadi dua :
a. Kejang Demam Sederhana ( Simple Febrile Seizure)
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit dan
umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau
klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam 24 jam. Kejang
demam sederhana merupakan 80 % diantara seluruh kejang demam.
b. Kejang Demam Kompleks (Complex Febrile Seizure)
Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini :
1.)
2.)
Kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum didahului
kejang parsial
3.)
4. FAKTOR RESIKO
Faktor resiko kejang demam pertama yang penting adalah demam. Selain
itu terdapat faktor riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara
kandung, perkembangan terlambat, problem masa neonatus, anak dalam
perawatan khusus, dan kadar natrium rendah. Setelah kejang demam pertama,
kira-kira 33% anak akan mengalami satu kali rekurensi atau lebih dan kirakira 9% anak mengalami 3 kali rekurensi atau lebih, resiko rekurensi
meningkat dengan usia dini, usia dibawah 18 bulan, cepatnya anak mendapat
kejang setelah demam timbul, temperatur yang rendah saat kejang, riwayat
keluarga kejang demam dan riwayat keluarga epilepsi. 5,6
Faktor risiko terjadinya epilepsi dikemudian hari ialah adanya gangguan
neurodevelopmental, kejang demam kompleks, riwayat epilepsi dalam
13
keluarga, lamanya demam saat awitan kejang dan lebih dari satu kali kejang
demam kompleks. 5,6
5. PATOFISIOLOGI
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak
diperlukan suatu energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk
metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah
oksidasi dimana oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi paru-paru dan
diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak
adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO 2 dan air. Sel
dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah
lipoid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran sel
neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K +) dan sangat sulit
dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion Klorida
(Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+
rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena
perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan diluar sel, maka terdapat
perbedaan potensial yang disebut potensial membran sel dari sel neuron.
Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan
bantuan enzim Na-KATPase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya :
a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
b. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau
aliran listrik dari sekitarnya.
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan.9
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.
Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh
tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada
14
15
DIAGNOSIS
a. Anamnesis
1.) Adanya kejang , jenis kejang, kesadaran, lama kejang, suhu
sebelum/saat kejang, frekuensi, interval, pasca kejang, penyebab
demam diluar susunan saraf pusat.
2.) Riwayat perkembangan, kejang demam dalam keluarga, epilepsi
dalam keluarga.
3.) Singkirkan penyebab kejang lainnya.
b.
c.
Pemeriksaan Penunjang
1.) Pemeriksaan laboratorium
16
3.)
Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi
berulangnya kejang atau memperkirakan kemungkinan kejadian
epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak
direkomendasikan. Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada
keadaan kejang demam tidak khas misalnya kejang demam kompleks
pada anak usia lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal.5
4.) Pencitraan
Foto X- ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography
scan (CT-scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali
dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti ; kelainan
neurologik fokal yang menetap (hemiparesis), paresis nervus VI, papil
edema.5
8. DIAGNOSIS BANDING
Penyebab lain kejang yang disertai demam harus disingkirkan, khususnya
meningitis atau ensefalitis. Pungsi Lumbal teriondikasi bila ada kecurigaan
17
18
1. Antipiretik
Tidak
ditemukan
bukti
bahwa
penggunaan
antipiretik
bulan,
sehingga
penggunaan
asam
asetilsalisilat
tidak
dianjurkan.2,3,5
2. Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat
demam menurunkan resiko berulangnya kejang pada 30% -60%
kasus, begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg setiap 8
jam pada suhu > 38,5oC. Dosis tersebut cukup tinggi dan
menyebabkan ataksia, iritabel dan sedasi yang cukup berat pada 2539% kasus. Fenobarbital, karbamazepin dan fenitoin pada saat
demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam.
c. Pemberian Obat Rumat
1. Indikasi Pemberian obat Rumat
Pengobatan rumat diberikan bila kejang demam menunjukkan
ciri sebagai berikut (salah satu) ;
-
Kejang fokal
19
b.
c.
20
jarang.
Kejang
demam
pasca
imunisasi
tidak
memiliki
21
KEJANG
Diazepam IV, Kecepatan 0,5-1 mg/menit (3-5 menit)
(depresi pernapasan dapat terjadi)
KEJANG
Fenitoin bolus IV 10-20 mg/kgBB
Kecepatan 0,5 -1 mg/kgBB/menit
KEJANG
Transfer ke Ruang Rawat Intensif
KETERANGAN :
1. Bila kejang berhenti terapi profilaksis intermitten atau rumatan diberikan
berdasarkan kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor resikonya.
2.
Pemberian fenitoin bolus sebaiknya secara drip intravena dicampur dengan cairan
NaCl fisiologis, untuk mengurangi sfek samping aritmia dan hipotensi. 6
22
BAB III
ANALISIS KASUS
Diagnosis kejang demam kompleks pada kasus ini berdasarkan :
a. Anamnesis
-
kejang (1 kali, tidak berulang kurang dari 24 jam, lama kejang 4 menit,
setelah kejang pasien menangis)
b. Pemeriksaan fisik
Kami dapatkan suhu 38,2oC per axiler, faring hiperemis. Tidak
didapatkan reflek patologis maupun meningeal sign.
c. Pemeriksaan Penunjang
Penyebab dari kejang demam pada pasien kemungkinan berasal dari
infeksi faringitis akut.
Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu diberikan parasetamol 100 mg untuk
mengatasi demam, kemudian diberikan juga injeksi diazepam 3 mg secara intravena
jika terjadi kejang. Pemberian diazepam ini digunakan sebagai obat potong kejang.
Edukasi yang diberikan kepada keluarga mengenai penyakit ini adalah bahwa
kejang dapat timbul kembali jika pasien panas. Oleh karena itu, keluarga pasien
harus sedia obat penurun panas, termometer, dan kompres hangat jika pasien panas.
Dan perlu dijelaskan alasan pemberian obat rumatan adalah untuk menurunkan
resiko berulangnya kejang. Lama pengobatan rumatan adalah 1 tahun bebas kejang,
kemudian dihentikan secara bertahap selama 1 sampai 2 bulan.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Arif Mansjoer., d.k.k,. 2000. Kejang Demam di Kapita Selekta Kedokteran. Media
Aesculapius FKUI. Jakarta.
2. Behrem RE, Kliegman RM,. 1992. Nelson Texbook of Pediatrics. WB
Sauders.Philadelpia.
3. Hardiono D. Pusponegoro, Dwi Putro Widodo dan Sofwan Ismail. 2006. Konsensus
Penatalaksanaan Kejang Demam. Badan Penerbit IDAI. Jakarta
4. Hardiono D. Pusponegoro, dkk,.2005. Kejang Demam di Standar Pelayanan Medis
Kesehatan Anak.Badan penerbit IDAI. Jakarta
5. Staf Pengajar IKA FKUI. 1985. Kejang Demam di Ilmu Kesehatan Anak 2. FKUI.
Jakarta.
24