Anda di halaman 1dari 8

VII.

GIZI KURANG
1. Definisi
Gizi adalah zat yang diperlukan untuk metabolisme dan fungsi biologis tubuh.
Gizi diperoleh melalui serangkaian proses pengolahan makanan yang dikonsumsi,
meliputi proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, dan metabolisme untuk
menghasilkan energi, mempertahankan kehidupan, untuk fungsi pertumbuhan dan
pemeliharaan fungsi normal dari organ-organ. Status gizi seseorang adalah suatu
keadaan yang menggambarkan keseimbangan antara asupan zat gizi yang diperoleh dan
yang dibutuhkan atau digunakan oleh tubuh. Jadi, status gizi merupakan refleksi
kecukupan zat gizi seseorang. Agar seseorang dapat hidup sehat, tumbuh kembang
optimal dan beraktivitas secara produktif, dibutuhkan aneka ragam makanan untuk dapat
memenuhi kebutuhan gizinya. Hal ini dikarenakan tidak ada satu jenis makanan yang
dapat memenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Kecuali bayi umur 0-6 bulan,
dimana mereka cukup mengkonsumsi Air Susu Ibu (ASI) saja untuk memenuhi
kebutuhan gizinya.6
2. Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan data-data yang diperoleh dari
anamnesis, pemeriksaan fisik, maupun pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis bisa
didapatkan informasi tentang riwayat nutrisi selama dalam kandungan, riwayat saat
kelahiran dan keadaan waktu lahir ( termasuk berat dan panjang badan lahir). Selain itu,
dapat pula didpatkan informasi mengenai penyakit dan kelainan yang pernah/sedang
diderita, riwayat makanan yang dikonsumsi hingga data keadaan fisik ayah dan ibu.
Kemudian pada pemeriksaan fisik perlu diperhatikan bentuk tubuh dan perbandingan
proporsi tubuh. Penilaian status gizi dapat dibagi menjadi 2 yaitu: 7
Secara langsung: antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik
Secara tidak langsung: survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi
1. Penilaian Secara Langsung
a. Antropometri
Antropometri merupakan salah satu indikator terukur yang dapat digunakan untuk
menilai status gizi seseorang. Antropometri berasal dari kata antropos (tubuh) dan
metros (ukuran). Dari sudut pandang gizi, antropometri oleh Jellife diartikan sebagai
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat
umur dan tingkat gizi.

Antropometri sering digunakan secara luas di masyarakat karena:

Alat mudah didapat dan digunakan

Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif

Pengukuran tidak selalu harus oleh tenaga khusus profesional, dapat oleh tenaga
lain setelah mendapat pelatihan

Biaya relatif murah

Hasilnya mudah disimpulkan, memiliki cut of point dan baku rujukan yang sudah
pasti

Secara ilmiah diakui kebenarannya


Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan
asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan
fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.7
Tata cara pemeriksaan antropometri berkaitan dengan empat aspek yaitu:7

a. Baku antropometri
Jenisjenis ukuran antropometri gizi yang diperlukan untuk penilaian pertumbuhan
dan status gizi adalah ukuran berat badan, panjang (tinggi) badan, lingkar kepala,
lingkar lengan atas dan lipatan kulit. Baku antropometri yang memenuhi syarat
untuk digunakan saat ini adalah Baku WHO NCHS Berdasarkan Lokakarya
Antropometri di Ciloto tahun 1992.
b. Indeks antropometri yang meliputi:
Dihubungkan dengan umur, yaitu B / U (berat terhadap umur), T / U(Tinggi
terhadap umur), dan LLA (lingkar lengan atas terhadap umur)
Tidak dihubungkan dengan umur, yaitu B / T, LLA / T
c. Klasifikasi status gizi dan garis pembatas
Klasifikasi status gizi digunakan untuk menentukan nilai status gizi,
sedangkan garis pembatas (cut of points) digunakan untuk membedakan nilai status
gizi (indikator). WHO menyarankan menggunakan klasifikasi status gizi
berdasarkan indeks antropometri Standar Deviasi Unit (SD) atau Z-Skor untuk
meneliti dan untuk memantau pertumbuhan.
-

1 SD unit (1 Z-skor) } sama dengan 11% dari median BB/U

1 SD unit (1 Z-skor) kira-kira 10% dari median BB/TB

1 SD unit (1 Z-skor) kira-kira 5% dari median TB/U

Waterlow juga merekomendasikan penggunaan SD untuk menyatakan ukuran


pertumbuhan (Growth Monitoring). WHO memberikan gambaran perhitungan SD
unit terhadap baku NCHS. Contoh: 1 SD unit = 11-12% unit dari median BB/U,
misalnya seorang anak berada pada 75% median BB/U berarti 25% unit berada di
bawah median atau -2.
Pertumbuhan nasional untuk suatu populasi dinyatakan dalam positif dan
negatif 2 SD unit (Z-skor) dari median, yang termasuk hampir 98% dari orang-orang
yang diukur yang berasal dari referensi populasi. Di bawah -2 SD unit dinyatakan
sebagai kurang gizi yang ekuivalen dengan 78% dari median untuk BB/U, 80%
median untuk BB/TB, dan 90% median untuk TB/U.
Rumus perhitungan Z-skor:
Z-skor = Nilai Individu Subjek Nilai Median Baku Rujukan
Nilai Simpang Baku Rujukan
Sejak dekade 80-an Indonesia menggunakan 2 baku acuan internasional:
Harvard dan WHO-NCHS. Pada Februari 1991, dikemukakan saran pengajuan
penggunaan secara seragam baku rujukan WHO-NCHS sebagai pembanding
dalam penilaian status gizi dan pertumbuhan baik perorangan maupun
masyarakat dalam acara Semiloka Antropometri Ciloto. Kemudian sebagai hasil
tindak lanjutnya, dikeluarkan Kepmenkes RI Nomor: 920/ Menkes/ SK/ VIII/
2002 tentang klasifikasi status gizi anak balita yang didasarkan atas
perkembangan iptek dan hasil temu pakar gizi Indonesia Mei 2000 di Semarang.
Pada peraturan ini standar baku antropometri yang digunakan secara nasional
disepakati menggunakan standar baku WHO-NCHS 1983.7
Tabel 1. Klasifikasi status gizi anak balita menurut Kepmenkes
Nomor:920/Menkes/SK/VIII/2002
Indeks

Status

Ambang Batas

BB/U

Gizi lebih

> +2SD

Gizi baik

> -2 SD sampai +2SD

Gizi kurang

< -2SD sampai -3SD

TB/U

BB/TB

Gizi buruk

< -3SD

Normal

2SD

Pendek (stunted)

< -2SD

Gemuk

> +2SD

Normal

-2SD sampai +2SD

Kurus (wasted)

< -2SD sampai -3SD

Kurus sekali

< -3SD

b. Klinis
Penilaian secara klinis merupakan metode yang sangat penting untuk menilai status
gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi seperti adanya perubahan pada jaringan
epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau
pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Pada
umumnya metode ini digunakan untuk rapid clinical surveis. Survei ini dirancang untuk
mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan zat gizi.
c. Biokimia dan Biofisik
Secara kimiawi, status gizi dapat dinilai dengan serangkaian pemeriksaan spesimen
yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.
Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa
jaringan tubuh seperti hati dan otot. Hasil pemeriksaannya dapat dijadikan sebagai
peringatan akan adanya kemungkinan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah.
Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih
banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
Penentuan status gizi secara biofisik dapat dilakukan dengan melihat kemampuan
fungsi jaringan dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Sebagai contohnya adalah
pemeriksaan kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindnes) dengan tes
adaptasi gelap.
1)

Penilaian Secara Tidak Langsung

o Survei konsumsi makanan


Survei konsumsi makanan dilakukan dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang
dikonsumsi. Dari hasil olahan datanya dapat menunjukkan gambaran tentang
konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat
mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.

o Statistik vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis dan
beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka
kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang
berhubungan. Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak
langsung pengukuran status gizi masyarakat.
o Faktor Ekologi
Menurut Bengoa, malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi
beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang
tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan
lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui
penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program
intervensi gizi.
3. Klasifikasi
Berdasarkan Kepmenkes Nomor: 920/Menkes/SK/VIII/2002, penilaian status
gizi secara nasional di Indonesia didasarkan pada standar baku antropometri WHONCHS 1983. Status gizi dibagi menjadi 4 golongan, yaitu gizi lebih, gizi baik, gizi
kurang, dan gizi buruk. Dalam makalah ini akan lebih ditekankan pada pembahasan
tentang gizi kurang.7
Gizi kurang adalah suatu keadaan kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial
yang dibutuhkan tubuh. Secara umum, istilah gizi kurang dalam masyarakat
mewakili penyakit malnutrisi energi-protein (MEP), yaitu penyakit yang diakibatkan
kekurangan energi dan protein. Gejala gizi kurang ringan relatif tidak jelas, hanya
terlihat bahwa berat badan anak tersebut lebih rendah dibanding anak seusianya.

Rata-rata berat badannya hanya sekitar 60-80% dari berat ideal. Adapun ciri-ciri
klinis lain yang dapat menyertainya antara lain:8
a.

Kenaikan berat badan berkurang, terhenti atau bahkan menurun

b.

Ukuran lingkar lengan atas kurang

c.

Maturasi tulang terlambat


d.

e.

Rasio berat badan terhadap tinggi badan normal atau cenderung menurun

Tebal lipat kulit normal atau semakin berkurang


4. Penyebab Gizi Kurang
Gizi kurang merupakan suatu permasalahan yang timbul sebagai dampak dari
beberapa kondisi. Sebagian aspek yang dianggap melatarbelakanginya antara lain:8
1. Rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan bergizi bagi
pertumbuhan anak. Balita hanya diberi makanan "sekadarnya", tidak memenuhi
pedoman gizi seimbang.
2. Faktor kemiskinan/rendahnya pendapatan masyarakat. Hal ini menyebabkan
pemenuhan kebutuhan keluarga tidak dapat maksimal, termasuk kebutuhan akan
menu makanan seimbang.
3. Tingginya

laju

pertambahan

penduduk

yang

tidak

diimbangi

dengan

bertambahnya ketersediaan bahan pangan sehingga menyebabkan krisis pangan.


4. Malnutrisi yang disebabkan oleh infeksi. Infeksi akan berpengaruh pada tubuh.
Sedangkan kondisi malnutrisi akan semakin memperlemah daya tahan tubuh
yang pada akhirnya juga mempermudah masuknya beragam penyakit.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gizi Kurang
Kejadian gizi kurang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:8
1. Faktor lingkungan. Lingkungan berperan dalam penentuan status gizi. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yose Rizal, SKM pada tahun
2007 yang menyatakan bahwa pola penyebaran kasus gizi buruk dan gizi kurang
terjadi pada wilayah dengan lahan pertanian terbatas.
2. Faktor perilaku. Dalam hal ini perilaku yang dimaksudkan adalah pola asuh ibu
dan perilaku gizi seimbang. Pengetahuan, sikap dan praktie keluarga

mempengaruhi pola konsumsi makanan seimbang dan perilaku hidup sehat.


Unsur pendidikan perempuan berpengaruh pada kualitas pengasuhan anak. Anak
yang diasuh oleh ibu yang berpendidikan, mengerti soal pentingnya ASI, manfaat
posyandu dan kebersihan, lebih sehat dibanding anak lainnya dengan ibu yang
pendidikannya kurang. Pada keluarga dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan
yang rendah seringkali anaknya harus puas dengan makanan seadanya yang tidak
memenuhi kebutuhan gizi balita karena ketidaktahuan.
3. Akses terhadap pelayanan kesehatan. Akses yang kurang terhadap pelayanan
kesehatan dapat meningkatkan angka kejadian gizi kurang karena keterbatasan
terhadap informasi dan pelayanan kesehatan.
4. Faktor sosial ekonomi. Kondisi sosial ekonomi terkait secara langsung dengan
ketersediaan makanan yang adekuat. Adanya bencana alam, perang, maupun
kebijaksanaan politik dan ekonomi yang memberatkan rakyat akan memperberat
kondisi ini.
5. Faktor sosial budaya. Adanya kepercayaan dalam masyarakat untuk tidak
mengkonsumsi makanan tertentu akan menyebabkan anak kekurangan zat gizi
tertentu. Kebiasaan, mitos ataupun kepercayaan / adat istiadat masyarakat yang
tidak benar dalam pemberian makan akan berpengaruh pada status gizi anak.
Misalnya kebiasaan memberi minum bayi hanya dengan air putih, memberikan
makanan padat terlalu dini, ataupun pantangan makan ikan untuk anak karena
takut kecacingan. Hal ini akan menghilangkan kesempatan anak untuk mendapat
asupan lemak, protein maupun kalori yang cukup sehingga anak menjadi sering
sakit.
6. Akibat Gizi Kurang
Akibat kurang gizi terhadap proses tubuh tergantung pada zat-zat gizi yang
kurang. Kekurangan gizi ini secara umum menyebabkan gangguan pada:

Pertumbuhan
Pertumbuhan anak menjadi terganggu karena protein yang ada digunakan sebagai
zat pembakar sehingga otot-otot menjadi lunak dan rambut menjadi rontok

Produksi tenaga
Kekurangan energi yang berasal dari makanan mengakibatkan anak kekurangan
tenaga untuk bergerak dan melakukan aktivitas. Anak menjadi malas, dan merasa
lemas

Pertahanan tubuh
Sistem imunitas dan antibodi menurun sehingga anak mudah terserang infeksi
sepertibatuk, pilek dan diare

Struktur dan fungsi otak


Kurang gizi pada anak adapt berpengaruh terhadap perkembangan mental.
Kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen
seperti perkembangan IQ dan motorik yang terhambat

Perilaku
Anak yang mengalami gizi kurang menunjukkan perilaku yang tidak tenang,
cengeng dan apatis.
Gizi kurang juga dapat menjadi salah satu latar belakang dari besarnya angka

kesakitan dan kematian bayi dan balita. Hal ini disebabkan karena gizi kurang dapat
meningkatkan risiko terkena infeksi dan menurunkan daya tahan tubuh anak. Selain
itu gizi kurang dapat mempengaruhi perkembangan otak dan psikologi anak serta
menghambat pertumbuhan. Wanita hamil yang kurang gizi juga punya kecenderungan
untuk melahirkan anak dengan berat badan rendah, sehingga memiliki risiko lebih
besar terkena infeksi.

Anda mungkin juga menyukai