Anda di halaman 1dari 5

1

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG MASALAH


Angka

kematian

bayi

dan

anak

mencerminkan

tingkat

pembangunan kesehatan dari suatu negara serta kualitas hidup dari


masyarakatnya (SDKI,2012). Kematian bayi baru lahir (BBL) sampai saat
ini merupakan penyebab mortalitas tertinggi pada anak(Aminullah,2010).
Berdasarkan data The World Bank diketahui bahwa angka kematian bayi
baru lahir di Indonesia berkisar 16 per 1000 kelahiran hidup pada tahun
2013 (The World Bank, 2015).
Menurut World Health Organization (WHO) tiga penyebab utama
kematian bayi baru lahir diseluruh dunia adalah infeksi (termasuk
pneumonia,tetanus,diare) yaitu sekitar 36%, preterm sekitar 28% dan
asfiksia 23%. (WHO,2011). Di Indonesia sendiri penyebab kematian bayi
baru lahir antara lain : gangguan pernapasan (45%), sepsis (20%),
prematur (2%), hipotermi (8%) (UNICEF,2011).
Angka kejadian sepsis di negara berkembang masih cukup tinggi
(1,8-18/1000) dibandingkan negara maju (1-5/1000) (Gerdes, 2004).
Sedangkan di Divisi Perinatologi RSUPN Cipto Mangunkusumo sendiri,
angka kematian neonatus karena sepsis mencapai 30% dari angka
kematian neonatus yaitu 42,7 per 1000 kelahiran hidup tahun 2009.
(IDAI,2010).

Meskipun infeksi dapat disebabkan oleh virus, jamur dan parasit


namun infeksi bakteri berperan paling penting dalam sepsis neonatorum.
Paparan

dapat terjadi selama dalam kandungan (in utero), selama

persalinan dan setelah lahir. Jika paparan terjadi selama dalam


kandungan atau selama proses persalinan maka dapat terjadi sepsis
onset dini (early onset) dan jika paparan terjadi setelah lahir maka dapat
terjadi sepsis onset lambat (late onset) (Aminullah,2010).
Selama dalam kandungan janin relatif aman terhadap kontaminasi
kuman karena terlindung oleh berbagai organ tubuh seperti plasenta,
selaput amnion, khorion dan beberapa faktor anti infeksi pada cairan
amnion

(Aminullah,2010).

Dengan

pecahnya

selaput

ketuban,

mikroorganisme dalam flora vagina atau bakteri patogen lainnya secara


asenden dapat mencapai cairan amnion dan janin. Hal ini memungkinkan
terjadinya korioamnionitis atau cairan amnion yang telah terinfeksi
teraspirasi oleh janin atau neonatus, yang kemudian dapat berperan
sebagai penyebab kelainan pernapasan. Adanya mekonium merusak
peran alami bakteriostatik cairan amnion. Bayi juga dapat terpapar flora
vagina sewaktu melalui jalan lahir. Kolonisasi terutama terjadi pada kulit,
nasofaring, orofaring, konjungtiva, dan tali pusat (Pusponegoro,2000).
Bakteri yang didapat secara asenden atau melalui jalan lahir akan tumbuh
berkolonisasi di kulit dan mukosa bayi. Secara cepat saluran napas atas
mengalami kolonisasi dan saluran napas ini merupakan salah satu tempat
ekologi utama spesies bakteri yang berkolonisasi (Rotimi, 1981). Biasanya

bakteri patogen dapat bertahan di saluran napas selama beberapa bulan


sebelum menghilang atau tergantikan dengan bakteri patogen lain.
Beberapa data penelitian menunjukkan bahwa respon imun lokal berperan
penting

mencegah

terjadinya

kolonisasi

dan

mengurangi

durasi

kolonisasinya (Rodriguez, 2002). Apabila respon imun tidak mampu


mengatasi invasi bakteri yang berkolonisasi pada permukaan tubuh bayi
baru lain antara lain pada nasofaring, maka dapat terjadi sepsis
neonatorum onset dini. Untuk itu maka penting dilakukan penelitian
mengenai

pengaruh kolonisasi

bakteri nasofaring

terhadap kejadian

sepsis neonatorum onset dini.


Penelitian oleh Celadilla dkk menunjukkan pemeriksaan kultur
swab saluran telinga luar, swab nasofaring dan aspirasi lambung tidak
dapat digunakan sebagai alternatif kultur darah untuk diagnosis sepsis
neonatorum onset dini bayi yang lahir dari ibu dengan ketuban pecah dini,
tetapi dapat digunakan sebagai metode tambahan untuk evaluasi sepsis
bayi dengan risiko tinggi (Celadilla, 1994). Sedangkan menurut Kerur,
terdapat hubungan yang signifikan antara kolonisasi bakteri genital ibu
hamil dengan kolonisasi pada permukaan tubuh bayi baru lahir, serta
antara kolonisasi pada permukaan tubuh bayi baru lahir dan sepsis
neonatorum onset dini (Kerur,2006).

Dengan mengetahui adanya

pengaruh kolonisasi pada permukaan tubuh bayi baru lahir (BBL)


terhadap kejadian sepsis neonatorum onset dini diharapkan dapat
dilakukan penatalaksanaan yang tepat sehingga dapat menurunkan angka

mortalitas

pada

neonatus

akibat

sepsis

neonatorum

onset

dini.

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk


menentukan pengaruh kolonisasi bakteri nasofaring bayi baru lahir
terhadap kejadian sepsis onset dini. Penelitian mengenai pengaruh
kolonisasi bakteri nasofaring BBL terhadap kejadian sepsis neonatorum
onset dini belum pernah dilakukan di Sulawesi Selatan.
I.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat
dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Apakah

kolonisasi

bakteri

nasofaring

neonatus

memiliki

pengaruh terhadap terjadinya sepsis neonatorum onset dini ?


2. Seberapa

besar

pengaruh

kolonisasi

bakteri

nasofaring

neonatus terhadap kejadian sepsis neonatorum onset dini ?


I.3. TUJUAN PENELITIAN
I.3.1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi pengaruh kolonisasi bakteri nasofaring neonatus
terhadap kejadian sepsis neonatorum onset dini.
I.3.2 Tujuan Khusus
1. Menentukan frekuensi bayi baru lahir yang memiliki kolonisasi
bakteri pada nasofaring.
2. Menentukan frekuensi kejadian sepsis onset dini pada neonatus
yang memiliki kolonisasi bakteri nasofaring.
3. Menentukan frekuensi kejadian sepsis onset dini pada neonatus
yang tidak memiliki kolonisasi bakteri nasofaring.

4. Membandingkan frekuensi kejadian sepsis onset dini pada


neonatus yang memiliki kolonisasi bakteri nasofaring dengan
neonatus yang tidak memiliki kolonisasi bakteri nasofaring.
5. Menghitung besarnya risiko terjadinya sepsis onset dini pada
neonatus yang memiliki kolonisasi bakteri nasofaring.

I.4. HIPOTESIS PENELITIAN


Kejadian sepsis onset dini pada neonatus yang
kolonisasi bakteri

nasofaring

memiliki

lebih banyak dibandingkan dengan

neonatus yang tidak memiliki kolonisasi bakteri nasofaring.

I.5. MANFAAT PENELITIAN


1. Memberikan informasi ilmiah tentang pengaruh kolonisasi bakteri
nasofaring

pada bayi baru lahir

terhadap kejadian sepsis

neonatorum onset dini.


2. Sebagai titik tolak untuk penelitian lebih lanjut mengenai faktor
risiko kejadian sepsis neonatorum onset dini.
3. Sebagai bahan pertimbangan dalam penatalaksanaan sepsis
sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas
neonatus.

Anda mungkin juga menyukai