Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH BAHASA INDONESIA

EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)

Disusun Oleh :

Kris meilanda laseme (D10116513)

Kurnia yani (D10116514)

Mickdath ali (D10116532)

Komang Elfayanti (D10116512)

Herri jaya hajji (D10116461)

Meigi Clarita Lamba (D10116528)

Imam triono (D10116479)

Mella Yusticia Dewi (D10116530)

Mas gunawan (D10116526)

Kisman (D10116511)

Marcellino Juan L (D10116522)

Lusiana (D10116520)

Kezia Indira Agusta (D10116508)

Joshua Michael.F.R(D10116504)

I Made Rai Mukhyananda (D10116473)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat dan
atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan
makalah
sesuai
waktu
yang
telah
direncanakan.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda
Nabi Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat
diharapkan
demi
penyempurnaan
selanjutnya.

Palu,28 September 2016


Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................i
DAFTAR ISI ...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................
1
A. Latar Belakang .......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................2
C. Tujuan ..................................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN ......................................................................................................3
A. Penggunaan EYD yang Benar .................................................................................3
B. Analisis Kesalahan Penggunaan Ejaan...................................................................10
C. Revisi Kesalahan Penggunaan Ejaan.....................................................................13
BAB III PENUTUP .............................................................................................................14
A. Kesimpulan ..........................................................................................................14
B. Saran ...................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................15
LAMPIRAN ..........................................................................................................................16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia digunakan sebagai alat komunikasi dalam masyarakat Indonesia.
Seperti yang diketahui bahwa kegiatan komunikasi dimulai dari hal yang ingin disampaikan
oleh komunikator, kemudian dilanjutkan dengan mengolah gagasan atau hal yang
disampaikan komunikator sehingga hal yang disampaikan komunikator tersebut dapat
diterima oleh komunikan dengan tepat. Dengan demikian, sebagai alat komunikasi, bahasa
Indonesia harus mampu menyampaikan maksud komunikator dengan tepat. Maksud atau
amanat komunikasi ini bisa berupa informasi tentang fakta, peristiwa, ungkapan ide,
pendapat, perasaan, keinginan, dan sebagainya. Hal-hal itu dituangkan dalam aspek
kebahasaan yang berupa kata, kalimat, paragraf (komunikasi tulis) atau paraton (komunikasi
lisan), ejaan dan tanda baca dalam bahasa tulis, serta unsur-unsur prosodi (intonasi, nada,
irama, tekanan, tempo) dalam bahasa lisan.
Sebagai bahasa yang hidup, bahasa Indonesia mempunyai variasi-variasi atau ragamragam, yang masing-masing memiliki fungsi tersendiri dalam proses komunikasi (Sloka,
2006:118). Variasi-variasi tersebut sejajar, dalam pengertian tidak ada yang lebih tinggi
daripada yang lain. Salah satu variasi tersebut diangkat untuk mendukung fungsi-fungsi
tertentu. Variasi tersebut dinamakan bahasa baku atau standar. Variasi-variasi yang lain, yang
disebut variasi nonbaku atau nonstandard, tetap hidup dan berkembang sesuai dengan
fungsinya, yaitu sebagai alat komunikasi dalam situasi yang tidak resmi.
Bahasa Indonesia yang digunakan dalam karya tulis ilmiah adalah bahasa baku.Sebagai
bahasa baku, terdapat standar tertentu yang harus dipenuhi dalam penggunaan ragam bahasa.
Standar tersebut meliputi penggunaan tata bahasa dan ejaan bahasa Indonesia yang
disempurnakan. Tata bahasa Indonesia yang baku salah satunya meliputi penggunaan kata,
dan EYD yang sesuai dengan kaidah baku. Kaidah tata bahasa Indonesia yang baku adalah
kaidah tata bahasa Indonesia sesuai dengan aturan berbahasa yang ditetapkan oleh Pusat
Bahasa Indonesia. Sementara itu, kaidah ejaan bahasa Indonesia yang baku adalah kaidah
ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Dengan demikian, bahasa yang digunakan harus
sesuai kaidah-kaidah kebahasaan termasuk dalam penggunaan ejaan. Kesalahan penggunaan
bahasa bisa menimbulkan interpretasi yang berbeda antara orang yang satu dengan yang
lainnya.
Oleh karena itu, melihat pentingnya penggunaan ejaan dengan tepat seperti yang telah
disampaikan diatas, maka dalam makalah ini penulis akan memaparkan tentang analisis
kesalahan penggunaan ejaan.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana penggunaan EYD yang benar?
2. Kesalahan apa sajakah yang sering ditemukan dalam penggunaan ejaan pada karya ilmiah?

3. Bagaimanakah revisi dari kesalahan penggunaan ejaan yang sesuai dengan ejaan bahasa
Indonesia yang disempurnakan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penggunaan EYD yang benar?
2. Untuk mengetahui kesalahan yang sering ditemukan dalam penggunaan ejaan pada karya
ilmiah.
3. Untuk mengetahui revisi dari kesalahan penggunaan ejaan yang sesuai dengan ejaan bahasa
Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN
A. Penggunaan EYD yang Benar

Pengertian EYD
Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972.
Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Ejaan
adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata,
dan tanda baca sebagai sarananya. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasademi keteraturan dan
keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis.

- Ruang lingkup EYD mencakup lima aspek yaitu :


1. Pemakaian Huruf
Ejaan bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dikenal paling banyak menggunakan
huruf abjad. Sampai saat ini jumlah huruf abjad yang digunakan sebanyak 26 buah.
a. Huruf Abjad
b. Huruf Vokal
c. Huruf Konsonan
d. Huruf Diftong
e. Gabungan Huruf Konsonan
2. Penulisan Huruf
a. Penulisan Huruf Besar (Kapital)
Kaidah penulisan huruf besar dapat digunakan dalam beberapa hal, yaitu :
1) Digunakan sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
2) Digunakan sebagai huruf pertama petikan langsung.
3) Digunakan sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama
Tuhan, kata ganti Tuhan, dan nama kitab suci.
4) Digunakan sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan , keturunan, keagamaan yang
diikuti nama orang.
5) Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang,
pengganti nama orang tertentu, nama instansi, dan nama tempat.
6) Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang.
7) Digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan nama bahasa.
8) Digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
9) Digunakan sebagai huruf pertama nama geografi unsur nama diri.
10) Digunakan sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah,
ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi, kecuali terdapat kata penghubung.
11) Digunakan sebagai huruf pertama penunjuk kekerabatan atau sapaan dan pengacuan.
12) Digunakan sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
13) Digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat dan sapaan.
14) Digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada
nama badan lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
15) Digunakan sebagai huruf pertama semua kata di dalam judul, majalah, surat kabar, dan
karangan ilmiah lainnya, kecuali kata depan dan kata penghubung.
b. Penulisan Huruf Miring

Huruf miring digunakan untuk :


1) Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
2) Menegaskan dan mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, dan kelompok kata.
3.

3)

4.

Penulisan Kata
Ada bebrapa hal yang pelru diperhatikan dalam penulisan kata, yaitu :
1)
Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang belum mengalami perubahan bentuk, yang ditulis sebagai suatu
kesatuan.
2) Kata Turunan (Kata berimbuhan) Kaidah yang harus diikuti dalam penulisan kata
turunan, yaitu :
Imbuhan semuanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Awalan dan akhrian ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata.
Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran,
kata itu ditulis serangkai.
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu
ditulis serangkai.
Kata Ulang
Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda (-) Jenis jenis kata ulang yaitu :
- Dwipurwa yaitu pengulangan suku kata awal. Misalnya = Laki : Lelaki
- Dwilingga yaitu pengulangan utuh atau secara keseluruhan. Misalnya = Laki : Laki-laki
- Dwilingga salin suara yaitu pengulangan variasi fonem. Misalnya = Sayur : Sayur-mayur
- Pengulangan berimbuhan yaitu pengulangan yang mendapat imbuhan. Misalnya = Main :
Bermain-main
Penulisan Unsur Serapan
Dalam hal penulisan unsur serapan dalam bahasa Indonesia, sebagian ahli bahasa Indonesia
menganggap belum stabil dan konsisten. Dikatakan demikian karena pemakai bahasa
Indonesia sering begitu saja menyerap unsur asing tanpa memperhatikan aturan, situasi, dan
kondisi yang ada. Pemakai bahasa seenaknya menggunakan kata asing tanpa memproses
sesuai dengan aturan yang telah diterapkan. Penyerapan unsur asing dalam pemakaian bahasa
indonesia dibenarkan, sepanjang : (a) konsep yang terdapat dalam unsur asing itu tidak ada
dalam bahasa Indonesia, dan (b) unsur asing itu merupakan istilah teknis sehingga tidak ada
yang layak mewakili dalam bahasa Indonesia, akhirnya dibenarkan, diterima, atau dipakai
dalam bahasa Indonesia. Sebaliknya apabila dalam bahasa Indonesia sudah ada unsur yang
mewakili konsep tersebut, maka penyerapan unsur asing itu tidak perlu diterima. Menerima
unsur asing dalam perbendaharaan bahasa Indonesia bukan berarti bahasa Indonesia
ketinggalan atau miskin kosakata. Penyerapan unsur serapan asing merupakan hal karena
setiap bahasa mendukung kebudayaan pemakainya. Sedangkan kebudayaan setiap penutur
bahasa berbeda-beda anatar satu dengan yang lain. Maka dalam hal ini dapat terjadi saling
mempengaruhi yang biasa disebut akulturasi. Sebagai contoh dalam masyarakat penutur
bahasa Indonesia tidak mengenal konsep radio dan televisi, maka diseraplah dari bahasa
asing (Inggris). Begitu pula sebaliknya, di Inggris tidak mengenal adanya konsep bambu

dan sarung, maka mereka menyerap bahasa Indonesia itu dalam bahasa Inggris.
Berdasarkan taraf integritasnya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dikelompokkan dua
bagian, yaitu :
Secara adopsi, yaitu apabila unsur asing itu diserap sepenuhnya secara utuh, baik tulisan
maupun ucapan, tidak mengalami perubahan. Contoh yang tergolong secara adopsi, yaitu :
editor, civitas academica, de facto, bridge.
Secara adaptasi, yaitu apabila unsur asing itu sudah disesuaikan ke dlaam kaidah bahasa
Indonesia, baik pengucapannya maupun penulisannya. Salah satu contoh yang tergolong
secara adaptasi, yaitu : ekspor, material, sistem, atlet, manajemen, koordinasi, fungsi.

5.......Pemakaian Tanda Baca


Tanda Titik (.)
Penulisan tanda titik di pakai pada :
Akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan
Akhir singkatan nama orang.
Akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Singkatan atau ungkapan yang sudah sangat umum.Bila singkatan itu terdiri atas tiga hurus
atau lebih dipakai satu tanda titik saja.
Dipakai untuk memisahkan bilangan atau kelipatannya.
Memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Tidak dipakai pada akhir judulyang merupakan kepala karangan atau ilustrasi dan tabel.
Tanda koma (,)
Kaidah penggunaan tanda koma (,) digunakan :
Antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata
tetapi atau melainkan.
Memisahkan anak kalimat atau induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk
kalimatnya.
Digunakan untuk memisahkan kata seperti : o, ya, wah, aduh, dan kasihan.
Memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Dipakai diantara : (1) nama dan alamat, (2) bagina-bagian alamat, (3) tempat dan tanggal, (4)
nama dan tempat yang ditulis secara berurutan.
Dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan
angka.
Dipakai antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya
dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Menghindari terjadinya salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Dipakai di antara bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya
dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau seru.

Tanda Titik Tanya ( ? )


Tanda tanya dipakai pada :
Akhir kalimat tanya.
Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang diragukan atau
kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
-

Tanda Seru ( ! )
Tanda seru dugunakan sesudah ungkapan atau pertanyaan yang berupa seruan atau perintah
yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, dan rasa emosi yang kuat.
Tanda Titik Koma ( ; )
Memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Memisahkan kalimat yang
setara dalam kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Tanda Titik Dua ( : )
Tanda titik dua dipakai :
Sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemberian.
Pada akhir suatu pertanyaan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
Di dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan
Di antara jilid atau nomor dan halaman
Di antara bab dan ayat dalam kitab suci
Di antara judul dan anak judul suatu karangan.
Tidak dipakai apabila rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri
pernyataan.
Tanda Elipsis ()
Tanda ini menggambarkan kalimat-kalimat yang terputus-putus dan menunjukkan bahwa
dalam suatu petikan ada bagian yang dibuang. Jika yang dibuang itu di akhir kalimat, maka
dipakai empat titik dengan titik terakhir diberi jarak atau loncatan.
Tanda Garis Miring ( / )
Tanda garis miring ( / ) di pakai :
Dalam penomoran kode surat.
Sebagai pengganti kata dan,atau, per, atau nomor alamat.
Tanda Penyingkat atau Apostrof ( )
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan sebagian huruf.
Tanda Petik Tunggal ( )
Tanda petik tunggal dipakai :
Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
Tanda Petik ( )
Tanda petik dipakai :
Mengapit kata atau bagian kalimat yang mempunyai arti khusus, kiasan atau yang belum.
Mengapit judul karangan, sajak, dan bab buku, apabila dipakai dalam kalimat.
Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.

B. Analisis Kesalahan Penggunaan Ejaan


Di bawah ini ada beberapa kesalahan :
1. Jurusan Teknologi pendidikan
2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1). Hubungan antara pemahaman MediaBelajar
dan Pemanfaatan Media Belajar di SMA Negeri di kota Tuban,
3. Hubungan antara Motivasi Mengajar pada Guru dengan Pemanfaatan Media Belajar di SMA
Negeri di kota Tuban,
4. (3). Kekuatan dan arah hubungan antara tingkat Pemahaman Media Belajar danMotivasi
mengajar para Guru dengan efektivitas Pemanfaatan Media Belajar di SMA Negeri
di kota Tuban.
5. Populasi penelitian ini adalah guru SMA Negeri di kota Tuban, karena populasi penelitian ini
sedikit, maka dalam penelitian ini tidak meneliti sampel tetapi meneliti populasi.

1.

2.
-

3.
-

Analisis dari beberapa kesalahan tersebut adalah:


Kesalahan yang terdapat pada data pertama terletak pada kesalahan penulisan huruf.
Mengapa salah?
Penulisan nama jurusan yang merupakan institusi, huruf awalnya harus ditulis dengan huruf
kapital.
Kesalahan yang terdapat pada data kedua adalah sebagai berikut.
Penggunaan kata untuk
Tidak adanya tanda baca titik (:) setelah kata mengetahui.
Tidak adanya tanda baca titik dua (:)
Penggunaan tanda titik (.) setelah (1).
Kesalahan juga terdapat pada penggunaan huruf kapital pada awal kata Hubungan,Media,
Belajar, dan Pemanfaatan.
Penulisan kota menggunakan huruf kecil pada awal katanya.
Mengapa salah?
Penggunaan kata untuk menjadikan kalimat tersebut pleonastis. Penggunaan
katabertujuan saja sudah cukup.
Karena kalimat tersebut merupakan kalimat pemerian.
Hal tersebut salah karena pemakaian tanda kurung (( )) saja sudah cukup.
Kalimat yang mengandung kata-kata tersebut bukan merupakan sebuah judul, jadi sebaiknya
digunakan huruf kecil.
Nama tempat/geografis yang langsung diikuti nama tempatnya harus ditulis dengan huruf
kapital pada awal katanya.
Kesalahan yang terdapat pada data nomor tiga adalah sebagai berikut.
Penggunaan tanda titik (.) setelah (2).
Kesalahan pemakaian antara dan dengan.
Kesalahan juga terdapat pada penggunaan huruf kapital pada awal kata Hubungan,Motivasi,
Mengajar, Guru, Pemanfaatan Media, dan Belajar.
Penulisan kota menggunakan huruf kecil pada awal katanya.
Mengapa salah?

4.
5.
-

Hal tersebut salah karena pemakaian tanda kurung (( )) saja sudah cukup.
Kata antara memiliki pasangan tetap dan. Jadi, kata tersebut tidak cocok dipasangkan dengan
kata dengan.
Kalimat yang mengandung kata-kata tersebut bukan merupakan sebuah judul, jadi tidak perlu
ditulis dengan huruf kapital pada awal katanya.
Nama tempat/geografis yang langsung diikuti nama tempatnya harus ditulis dengan huruf
kapital pada awal katanya.
Kesalahan yang terdapat pada data nomor empat adalah sebagai berikut.
Penggunaan tanda titik (.) setelah (3) .
Kesalahan pada penggunaan huruf kapital pada awal kata Kekuatan, Pemahaman, Media,
Belajar, Motivasi, Guru, dan Pemanfaatan.
Penulisan kota harus diawali dengan huruf kapital karena diikuti nama kotanya.
Mengapa salah?
Karena pemakaian tanda kurung (( )) saja sudah cukup.
Kalimat yang mengandung kata-kata tersebut bukan merupakan sebuah judul, jadi tidak perlu
ditulis dengan huruf kapital pada awal katanya.
Nama tempat/geografis yang langsung diikuti nama tempatnya harus ditulis dengan huruf
kapital.
Kesalahan yang terdapat pada data nomor lima adalah sebagai berikut.
Penulisan kota yang diawali dengan huruf kecil.
Kalimat yang panjang dan tidak jelas.
Penggunaan kata dalam.
Penggunaan kata penelitian.
Mengapa hal tersebut salah?
Nama tempat/geografis yang langsung diikuti nama tempatnya harus ditulis dengan huruf
kapital.
Sebaiknya dijadikan sebuah kalimat baru agar tidak terlalu panjang dan lebih enak dibaca.
Karena ide/gagasan yang dikandung kalimat berikutnya berbeda. Sebaiknya kalimat tersebut
dipecah menjadi dua kalimat sehingga batas-batas ide/gagasan dalam kalimat tersebut jelas.
Untuk itu tanda koma di belakang Boyolali sebaiknya diganti dengan tanda titik dan
kata karena diawali dengan huruf kapital.
Penggunaan kata dalam membuat kedudukan subjek dalam kalimat tersebut menjadi tidak
jelas.
Karena yang bisa meneliti adalah peneliti bukan penelitian. Oleh karena itu
katapeneltiian sebaiknya diganti dengan penelitian.

C. Revisi Kesalahan Penggunaan Ejaan


Revisi dari beberapa kesalahan tersebut adalah:
1. Jurusan Teknologi Pendidikan
2. Penelitian ini bertujuan mengetahui: (1) hubungan antara pemahaman media belajar dan
pemanfaatan media belajar di SMA Negeri di Kota Tuban,

3. (2) hubungan antara motivasi mengajar pada guru dan pemanfaatan media belajar di SMA
Negeri di Kota Tuban,
4. (3) kekuatan dan arah hubungan antara tingkat pemahaman media belajar dan motivasi
mengajar para guru dengan efektivitas pemanfaatan media belajar di SMA Negeri di
Kota Tuban.
5. Populasi penelitian ini adalah guru SMA Negeri di Kota Tuban. Karena populasi penelitian
ini sedikit, maka peneliti tidak meneliti sampel tetapi meneliti populasi.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang dianalisis di atas, kesalahan ejaan dan kalimat tampak seperti hal
yang lumrah terjadi di tempat-tempat umum. Data di atas hanya sebagian kecil dari begitu
banyaknya kesalahan yang terdapat tempat umum. Kesalahan berbahasa terjadi secara
sistematis kerena belum dikuasainya sistem kaidah bahasa yang bersangkutan. Kesalahan
ejaan umumnya mencakup kesalahan tanda baca, kesalahan penggunaan kata baku, dan
kesalahan prefiks. Sedangkan kesalahan kalimat mencakup kesalahan struktur dan kesalahan
prinsip pemilihan kata.
Kesalahan-kesalahan akan terlihat jelas apabila kita menganalisis dan
mengembalikannya atau mengacu pada sistem kaidah yang berlaku. Berbahasa tidak hanya
terhenti pada aspek makna (pokoknya dimengerti). Namun, sebagai bahasa ilmu, aspek
gramatikal merupakan suatu hal yang tidak boleh dikesampingkan. Jadi, setiap kalimat yang
dibangun harus memenuhi syarat gramatikal.
B. Saran
Berdasarkan makalah diatas, perlu adanya peningkatan pemahaman penulisan yang sesuai
dengan kaidah EYD. Tujuannya agar terciptanya ragam kebahasaan yang efektif, mudah
dipahami, dan benar dilihat dari struktur serta ejaannya.

DAFTAR PUSTAKA
Sugihastuti, dkk. 2006. Editor Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Finoza, Lamudin. 1993. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia,.
Alwi, Hasan. Dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi-2. Jakarta: Balai
Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai