Reni Agustiani Fkik
Reni Agustiani Fkik
SKRIPSI
OLEH :
RENI AGUSTIANI
NIM 106101003719
LEMBAR PERNYATAAN
Reni Agustiani
ABSTRAK
Pada masa remaja dibutuhkan asupan gizi terutama kalsium lebih tinggi
daripada fase kehidupan lainnya karena pada masa ini terjadi puncak pertumbuhan
massa tulang. Perempuan usia 10-12 mengalami percepatan pertumbuhan lebih awal
daripada laki-laki, karena tubuh perempuan memerlukan persiapan menjelang usia
reproduksi. Namun umumnya perempuan kurang dalam asupan kalsiumnya daripada
laki-laki. Padahal perempuan memiliki puncak massa tulang yang lebih rendah
dibandingkan dengan laki-laki, karena itu perempuan lebih besar resikonya untuk
terkena osteoporosis. Hasil studi pendahuluan terhadap siswi SMPN 1 Mande Cianjur
didapatkan bahwa rata-rata asupan kalsiumnya hanya sebesar 353 mg/hari atau hanya
35,3% AKG.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan konsumsi kalsium siswi di SMPN 1 Mande Cianjur tahun 2010. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross-sectional.
Sampel penelitian ini berjumlah 122 orang siswi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi kalsium siswi masih
kurang dari AKG yaitu sebesar 769,61 mg/hari atau hanya 76,96% AKG. Dan 77%
siswi konsumsi kalsiumnya kurang. Berdasarkan analisis bivariat diketahui bahwa
keterpaparan informasi mengenai kalsium dan ketersediaan pangan sumber kaslium
memiliki hubungan yang bermakna dengan konsumsi kalsium siswi di SMPN 1
Mande Cianjur tahun 2010.
Berdasarkan hasil penelitian saran yang dapat diberikan adalah menyampaikan
informasi kepada siswi melalui poster dan menambahkan materi tentang gizi
khususnya kalsium ke dalam pembelajaran, khususnya mata pelajaran biologi dan
pendidikan jasmani dan kesehatan (penjaskes). Penyampaian informasi juga dapat
diberikan kepada orang tua siswi atau ibu sebagai penyelenggara makanan di rumah
dalam bentuk penyuluhan atau membagikan leaflet dan pamflet pada saat pembagian
raport.
Daftar bacaan: 53 (1982-2010)
ii
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan Judul
Telah diperiksa, disetujui dan dipertahankan di hadapan penguji skripsi program studi
kesehatan masyarakat fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
iv
Penguji I
Penguji II
Penguji III
Reni Agustiani
Jenis Kelamin
Perempuan
Status
Belum Menikah
Agama
Islam
Alamat
Nomor Telepon/HP
085724211497
raguzty@yahoo.co.id
RIWAYAT PENDIDIKAN
1993-1999
1999-2002
SMPN 1 Cianjur
2002-2003
2003-2006
2006-2010
PENGALAMAN ORGANISASI
2007-2008
2007-2008
2007-2008
vi
2008-2010
vii
LEMBAR PERSEMBAHAN
Dan Bahwasanya setiap manusia itu tidak akan memperoleh hasil selain apa
yang telah diusahakannya. (QS An-Najm: 39)
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat taufik dan hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan dengan judul Faktorfaktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Kalsium pada Siswi di SMPN 1
Mande Cianjur Tahun 2010.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat, pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak
kekurangannya. Namun berkat bimbingan Ibu Raihana Nadra Al Kaff,MMA dan Ibu
Catur Rosidati, MKM serta dorongan dari berbagai pihak maka hambatan itu sedikit
banyak dapat diatasi.
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan
umumnya bagi siapa saja yang memerlukannya.
Akhir kata pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan yang
setinggi-tingginya dan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tajudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Yuli Prapanca Satar, MARS, selaku ketua program studi Kesehatan
Masyarakat.
ix
3. Ayahanda (Alm) dan Ibunda yang telah memberikan kasih sayang yang tak
terhingga kepada penulis sehingga penulis bisa tegak berdiri sampai sekarang dan
dapat menyelesaikan skripsi ini. Juga untuk Kakakku tersayang Iwan Gustiawan
Fadwi,S.H, Teti Rahmayanti, Ahmad Komarudin, Neni Suryati, Eka Shantika, dan
Isni Winarsih yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil.
4. Bapak Kepala Sekolah SMPN 1 Mande Cianjur, Bapak Havid, staff pengajar,
karyawan dan pengurus OSIS SMPN 1 Mande Cianjur yang telah memberikan
kesempatan dan membantu saya dalam penelitiaan ini. Tak Lupa untuk adik Ayu
Martiani yang telah membantu pengambilan data.
5. Kemenag RI yang telah memberikan beasiswa sehingga penulis diberikan
kesempatan untuk menyelesaikan studi di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Zulkifli dan Bapak Zulkifli, serta anak-anak kosan Bu Zul yang telah
memberikan motivasi dan sama-sama berjuang untuk menyelesaikan skripsi.
Alhamdulillah akhirnya kita bisa bersama-sama wisuda.
7. Sahabatku Yanti Kartika Larasati, DBlz (Nadya, Afni, Indah, Winda, Nur, Iyum,
Iik, Syaukat Aly, Lutfi, Yunus), 3G, dan teman-teman CSS MoRA UIN atas
persahabatan dan persaudaraan kalian.
8. Semua pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
Ciputat, 22 Desember 2010
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ..
ii
ABSTRACT
iii
LEMBAR PERSETUJUAN ..
iv
vi
LEMBAR PERSEMBAHAN
vii
KATA PENGANTAR
viii
xi
DAFTAR TABEL ..
xvii
DAFTAR BAGAN .
xx
DAFTAR LAMPIRAN .
xxi
BAB I PENDAHULUAN ..
xi
Halaman
1.4.2 Tujuan Khusus .
10
10
10
11
12
12
13
14
36
41
42
44
44
45
xii
48
Halaman
3.1 Kerangka Konsep .
48
50
3.2 Hipotesis ..
52
53
53
53
53
53
54
54
54
56
56
58
61
61
61
63
63
64
xiii
Halaman
5.2.1 Gambaran Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1
Mande Cianjur Tahun 2010 .
64
65
66
68
69
70
71
72
xiv
73
Halaman
5.3.2 Gambaran antara Pengetahuan Gizi dengan Konsumsi
Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun
2010
74
75
76
77
78
BAB VI PEMBAHASAN .
79
79
xv
80
Halaman
6.3 Kebiasaan Jajan Siswi dengan Konsumsi Kalsium pada
Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010
86
88
91
93
95
97
101
7.1 Simpulan .
101
7.2 Saran
103
DAFTAR PUSTAKA .
107
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
Nama Tabel
Tabel 2.1
Halaman
Angka Kecukupan Gizi Kalsium Rata-rata yang
dianjurkan untuk pria dan wanita (per orang per hari)
Tahun 2004 ..
13
Tabel 2.2
19
Tabel 2.3
42
Tabel 3.1
50
Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tabel 5.3
65
Tabel 5.5
64
Tabel 5.4
63
67
xvii
68
Nama Tabel
Tabel 5.6
Halaman
Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Kalsium Pada
Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010.
Tabel 5.7
Tabel 5.8
69
Distribusi
Frekuensi
Kesukaan
Terhadap
69
Pangan
70
Tabel 5.10
Tabel 5.11
71
73
Tabel 5.12
74
Tabel5.13
75
xviii
76
Nama Tabel
Tabel 5.14
Halaman
Gambaran
Kesukaan
Terhadap
Makanan
Sumber
77
xix
78
DAFTAR BAGAN
Nama Bagan
Bagan 2.1
Halaman
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Makan
Remaja .
Bagan 2.2
15
16
Bagan 2.3
39
Bagan 2.4
Bagan 3.1
46
Kerangka Konsep
49
xx
DAFTAR LAMPIRAN
xxi
BAB I
PENDAHULUAN
pesan ke otak. Selain itu bila tubuh kekurangan kalsium sistem imunitas pun
akan menurun karena ion kalsium berperan sebagai sirene ketika tubuh diserang
bakteri, virus atau racun. Kurangnya kalsium juga akan mengurangi daya
kontraksi otot jantung dan menimbulkan asam lambung yang berlebihan.
Sedangkan
dampak
jangka
panjang
dari
kekurangan
kalsium
adalah
mudah didapat. Sampai saat ini belum ada survei yang dilakukan di Kabupaten
Cianjur mengenai konsumsi kalsium masyarakatnya. Oleh karena itu peneliti
tertarik untuk meneliti konsumsi kalsium di Kabupaten Cianjur khusunya pada
remaja/siswi SMP di kecamatan Mande.
Selanjutnya dilakukan studi pendahuluan pada bulan Mei 2010 terhadap
siswi SMPN 1 Mande Kabupaten Cianjur. Berdasarkan studi pendahuluan
tersebut didapatkan bahwa rata-rata asupan kalsium 14 orang siswi SMPN 1
Mande Cianjur sebesar 353 mg/hari. Hal tersebut menunjukkan bahwa asupan
kalsium siswi masih kurang dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan
untuk remaja Indonesia yaitu sebesar 1.000 mg/hari. Berdasarkan fakta tersebut
maka penulis bermaksud untuk meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang
berhubungan dengan konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande, Kabupaten
Cianjur tahun 2010.
Di Indonesia hasil Widya Karya Pangan dan Gizi tahun 2004 menetapkan
Angka Kecukupan Gizi untuk kebutuhan Kalsium bagi remaja usia 13 sampai 19
tahun sebesar 1.000 mg/hari. Namun pada kenyataanya baik di negara-negara
maju maupun di Indonesia asupan kalsium pada remaja masih kurang dari angka
kecukupan yang dianjurkan.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Mei 2010
terhadap 14 orang siswi SMPN 1 Mande Cianjur didapatkan bahwa rata-rata
asupan kalsium siswi hanya sebesar 353 mg/hari. Hal tersebut menunjukkan
bahwa asupan kalsium siswi masih kurang dari Angka Kecukupan Gizi (AKG)
yang dianjurkan untuk remaja Indonesia yaitu sebesar 1.000 mg/hari.
Banyak faktor yang diduga berhubungan dengan konsumsi kalsium pada
remaja. Oleh karena itu penulis ingin meneliti lebih jauh lagi tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan konsumsi kalsium pada siswi SMPN 1 Mande,
Kabupaten Cianjur tahun 2010.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
11
mengenai faktor-faktor
yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
12
13
Kalsium (mg)
1000
1000
1000
800
800
800
800
14
(2000)
menyebutkan
banyak
faktor
yang
15
Bagan 2.1
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Makan Remaja
Sosial- ekonomi-politik, ketersediaan
makanan, produksi, sistem distribusi
Faktor eksternal :
-
Faktor internal :
Jumlah dan
karakteristik keluarga
Peran orang tua
Teman sebaya
Sosial budaya
Nilai dan norma
Media massa
Fast food
Pengetahuan gizi
Pengalaman individu
Kebutuhan fisiologis
tubuh
Body image
Self concept
Keyakinan dan
individu
Pemilihan dan arti
makanan
Perkembangan
psikososial
kesehatan
Gaya hidup
Perilaku makan individu
Sumber : Worthington,2000.
Apriadji (1986) juga menyatakan beberapa faktor yang mempengaruhi
konsumsi makan seseorang dikaitkan dengan status gizi diantaranya adalah
pendapatan keluarga, harga bahan makanan, tingkat pengelolaan sumberdaya
lahan dan pekarangan, daya beli keluarga, latar belakang sosial budaya, tingkat
pendidikan dan pengetahuan gizi, dan jumlah anggota keluarga. Faktor-faktor
tersebut digambarkan dalam bagan berikut:
16
Bagan 2.2
Faktor-Faktor yang Berperan dalam Menentukan Status Gizi Seseorang
Pendapatan Keluarga
Harga Bahan
Makanan
Tingkat Pengelolaan
Sumberdaya
Pekarangan
Daya Beli
Keluarga
Latar Belakang
Sosial Budaya
Konsumsi Makanan
Jumlah Makanan
Jumlah Anggota
Keluarga
Kebersihan Lingkungan
Mutu Makanan
Infeksi Internal:
- Cacingan
- Diare
17
pilihan terhadap yang akan dimakan, akan tetapi setelah dewasa orang
mempunyai kontrol terhadap yang akan dimakan. Proses ini sudah mulai
pada masa anak-anak, karena pada masa ini mereka mulai memiliki kesukaan
terhadap makanan tertentu. Saat seseorang tumbuh menjadi remaja dan
dewasa, pengaruh kebiasaan makan mereka sangat kompleks.
Dalam penelitian Rita (2002) ditemukan bahwa umur berpengaruh
terhadap kecepatan seseorang untuk menerima dan merespon informasi yang
diterima dan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan
preferensi/kesukaan terhadap konsumsi pangan.
Berdasarkan Penelitian Novianty (2007) ditemukan bahwa tidak ada
hubungan antara umur dengan kecukupan kalsium pada anak sekolah dasar di
Depok.
2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin menentukkan besar kecilnya kebutuhan gizi bagi
seseorang. Pertumbuhan dan perkembangan individu sangat berbeda antara
laki-laki dan perempuan (Worthington, 2000).
Whiting et al (2004) menyatakan anak laki-laki dan perempuan berbeda
dalam penyimpanan kalsium dalam tubuh. Perbedaan ini terletak dalam hal
keefektifan penyerapan kalsium dan kehilangan kalsium dalam tubuh. Pada
rentang usia yang sama, laki-laki lebih banyak asupan kalsiumnya
dibandingkan dengan perempuan.
18
19
Tabel 2.2
Kebutuhan Kalsium Pada Setiap Fase
Fase
Anak-Anak
0-6 bulan
7-12 bulan
1-3 tahun
4-6 tahun
7-9 tahun
Remaja (Usia 10-18 tahun)
Laki-laki
Perempuan
Dewasa (Usia 19-49 tahun)
Laki-laki
Perempuan
Lansia ( 50 tahun)
Laki-laki
Perempuan
Ibu Hamil
Ibu Menyusui
Kebutuhan
Kalsium (mg/hari)
200
400
500
500
600
1000
1000
800
800
800
800
+150
+150
20
5. Konsep Diri
Yayasan Peduli Proriasis Indonesia (2006) dalam Handayani (2009)
menyatakan bahwa konsep diri akan mempengaruhi penilaian terhadap diri
sendiri. Bila seseorang menilai diri sendiri positif, maka seseorang akan
memasuki dunia dengan harga diri yang positif dan penuh percaya diri. Bila
terjadi distorsi atau perubahan dalam citra tubuh seseorang, maka konsep
dirinya akan berubah dan akan mempengaruhi perilaku konsumsi individu
tersebut.
Penelitian Handayani (2009) ditemukan bahwa konsep diri berpengaruh
secara signifikan terhadap perilaku konsumsi individu, yaitu dengan semakin
baik konsep diri seseorang, maka akan semakin baik perilaku konsumsi orang
tersebut.
21
yang
22
23
8. Perkembangan Psikososial
Menurut Chaplin (2004) perkembangan psikososial merupakan berbagai
kejadian yang berkaitan dengan relasi sosial atau hubungan kemasyarakatan
dan mencakup faktor-faktor psikologis dari seseorang. Keadaan psikososial
individu akan berpengaruh terhadap perilaku individu tersebut, salah satunya
adalah perilaku konsumsi. Seseorang dengan kondisi psikososial yang baik
akan cenderung lebih teratur dalam mengkonsumsi dan memilih makanan.
9. Kesehatan
Definisi sehat menurut WHO 1990 dalam Alamtsier (2004) yaitu
keadaan sejahtera secara fisik, mental dan sosial, tidak hanya terbebas dari
penyakit atau kecacatan. Sedangkan berdasarkan Undang-Undang Kesehatan
no. 23 tahun 1992, kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial
24
yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial dan
ekonomi.
Penelitian yang dilakukan oleh Puspitarani (2006) ditemukan tidak
adanya hubungan yang signifikan antara kesehatan individu dengan perilaku
konsumsi, yaitu walaupun seseorang sedang sakit, terkadang tidak terlalu
memperhatikan pola konsumsinya.
25
mudah
tidaknya
seseorang
menyerap
dan
memahami
26
Pada penelitian ini salah satu variabel yang diambil adalah pendidikan
ibu. Nizar dalam Ikhsan (2004) menyebutkan tingkat pendidikan ibu sangat
berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi
keluarga karena ibu memegang peranan penting dalam pengelolaan rumah
tangga. Ibu yang berpendidikan tinggi mempunyai sikap yang positif
terhadap gizi sehingga pada akhirnya akan semakin baik kuantitas dan
kualitas gizi yang dikonsumsi keluarga.
Penelitian Puspasari (2004) menyebutkan bahwa pendidikan orang tua
yang rendah, asupan kalsium yang kurang sebesar 77,9% sedangkan pada
pendidikan orang tua yang tinggi, asupan kalsium yang kurang sebesar
75,7%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan orang tua yang
rendah asupan kalsium yang kurang lebih tinggi 2,2% dibandingkan dengan
pendidikan orang tua yang tinggi.
Pekerjaan orang tua pun turut menentukan kecukupan gizi dalam
sebuah keluarga. Berg (1986) berpendapat bahwa pekerjaan berhubungan
dengan jumlah gaji atau pendapatan yang diterima. Semakin tinggi
pendapatan seseorang maka akan berpengaruh terhadap kualitas dan
kuantitas makanan yang dibeli (Apriadji, 1986). Menurut penelitian Puone
dalam Guthrie (1995) diketahui bahwa ada hubungan antara penghasilan
keluarga dengan tingkat konsumsi masyarakat. Terutama pada makanan
sumber kalsium utama yaitu susu dan hasil olahannya yang masih merupakan
makanan mahal di negara berkembang, termasuk Indonesia.
27
28
29
sebagai anggota peer group, untuk itu ia akan menyesuaikan tingkah lakunya
dengan aturan-aturan dalam peer group tersebut.
Mulyani (2009) mengatakan pengaruh peer group terhadap konsumsi
terjadi terutama karena kepatuhan anggota untuk melakukan tindakan yang
sama dengan anggota lainnya serta upaya yang kuat untuk tidak melanggar
aturan dalam peer group tersebut. Disamping itu peer group juga dapat
berpengaruh terhadap konsumsi jajanan.
Mc Williams (1993) menyatakan bahwa remaja SMP cenderung
memiliki perilaku makan yang labil, karena selain masih dipengaruhi
keluarga, pengaruh teman juga semakin kuat. Kedua pengaruh ini akan
menentukan perilaku makan remaja selanjutnya.
Miller et al (2001) menyatakan teman juga berpengaruh terhadap
konsumsi kalsium, karena remaja pada umumnya semakin mandiri dalam
memilih makanan namun pengaruh teman sebaya semakin berpengaruh
terhadap pemilihan makanan yang hendak dimakan. Biasanya remaja lebih
memilih makanan populer yang rendah kalsium daripada makanan yang
sehat kaya kalsium.
Dalam penelitian Savitri (2009), ditemukan bahwa teman sebaya
berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku konsumsi individu, yaitu
dalam memilih jenis makanan.
30
31
sebagai model akan lebih mudah memikat mereka. Mereka langsung menjadi
penggemar berat, terlepas apakah minuman itu bergizi atau tidak. Survei di
AS menunjukkan 65% makanan yang diiklankan melalui TV berwujud
minuman atau makanan manis (berkalori tinggi).
Iklan di TV sering
32
vitamin C, folat, dan serat. Selain itu, kandungan lemak dan natrium cukup
tinggi pada berbagai fast food.
Menurut Sekarindah (2008) alasan seseorang memilih makanan cepat
saji/fast food yaitu karena praktis, rasanya enak, mudah didapat dan tingkat
kesibukan yang tinggi sehingga tidak sempat menyiapkan makanan yang
sehat dan alami.
melakukan
penginderaan
terhadap
suatu
objek
tertentu.
33
34
(1996)
dalam
Anastasia
(2008),
menyebutkan
bahwa
35
menu,
berbelanja,
memasak,
menyiapkan/menghidangkan
19. Produksi
Produksi pangan di Negara berkembang masih tergolong rendah,
rendahnya produksi pangan dapat disebabkan oleh produktivitas lahan yang
kurang dan harus ditanggulangi dengan intensifikasi pertanian. Sebab lain
yaitu karena petani beralih ke tanaman non pangan atau mengubah lahan
pertanian yang ada menjadi lahan untuk industry atau pemukiman.
Rendahnya produksi dapat berakibat pada rendahnya ketersediaan pangan
bagi penduduk dan mempengaruhi perilaku konsumsi masyarakat (Suhardjo,
2006).
36
37
1. Pembentukan Tulang
Kalsium memberikan kekuatan mekanis pada tulang dan gigi. Almatsier
(2004) menyebutkan bahwa kalsium dalam tulang mempunyai dua fungsi
yaitu sebagai bagian integral dari struktur tulang dan sebagai tempat
menyimpan kalsium.
Guthrie dan Picciano (1995) menyatakan proses pembentukan tulang
dimulai pada awal perkembangan janin, dengan membentuk matriks yang
kuat, tetapi masih lunak dan lentur yang merupakan cikal bakal tulang tubuh.
Matriks yang merupakan sepertiga bagian dari tulang terdiri atas serabut yang
terbuat dari kolagen yang diselubungi oleh bahan gelatin. Segera setelah
matriks mulai menjadi kuat dan mengeras melalui proses kalsifikasi, yaitu
terbentuknya kristal mineral yang mengandung senyawa kalsium. Kristal ini
terdiri dari kalsium fosfat atau kombinasi kalsium fosfat dan kalsium
hidroksida yang dinamakan hidroksipatit [(3Ca(PO4)2.Ca(OH)2)]. Kalsium
merupakan mineral yang utama dalam ikatan ini, keduanya harus berada
dalam jumlah yang cukup didalam cairan yang mengelilingi matriks tulang.
Batang tulang yang merupakan bagian keras matriks, mengandung kalsium,
fosfat, magnesium, seng, natrium karbonat dan fluor disamping hidroksiapatit.
2. Membantu Pertumbuhan
Guthrie dan Picciano (1995) menyatakan bahwa kalsium secara nyata
diperlukan untuk pertumbuhan karena merupakan bagian penting dalam
pembentukan tulang dan gigi, juga dibutuhkan dalam jumlah yang lebih kecil
38
gagal
pertumbuhan
karena
banyak
faktor
yang
mempengaruhinya.
Garrow dan James (1993) dalam Puspasari (2004) menyebutkan dalam
masa pertumbuhan ukuran tulang, kandungan kalsium dan kebutuhan kalsium
meningkat. Setelah pertumbuhan berhenti, kemungkinan fase dimana
penambahan jumlah tulang dan kalsium bersama akan tetap bertambah sampai
usia sekitar 30 tahun. Setelah peak bone mass tercapai, jumlah tulang akan
menurun, yang akan menyebabkan ketidakseimbangan antara resorpsi dan
pembentukan tulang.
3. Pembentukan gigi
Almatsier (2004) menyatakan mineral yang membentuk dentin (bagian
tengah gigi) dan email (bagian luar gigi) adalah mineral yang sama dengan
membentuk tulang. Akan tetapi, kristal dalam gigi lebih padat dan kadar
airnya lebih rendah. Protein dalam email gigi adalah keratin, sedangkan dalam
dentin adalah kolagen. Berbeda dengan tulang, gigi sedikit sekali mengalami
perubahan setelah muncul dalam rongga mulut. Pertukaran antara kalsium
gigi dan kalsium tubuh berlangsung lambat dan terbatas pada kalsium yang
39
terdapat dalam lapisan dentin. Sedikit pertukaran mungkin juga terjadi antara
saliva (ludah) dan email gigi. Kerusakan kalsium pada massa pembentukan
gigi dapat menyebabkan meningkatnya kerentanan terhadap kerusakan gigi.
4. Mengatur Pembekuan Darah
Menurut Almatsier (2004) pada saat terjadi luka, ion kalsium di dalam
darah merangsang pembebasan fosfolipida tromboplastin dari platelet darah
yang terluka. Tromboplastin ini mengkatalis perubahan prothombin (bagian
darah normal), menjadi thrombin. Thrombin kemudian membantu peerubahan
fibrinogen menjadi fibrin yang merupakan gumpalan darah. Proses
pembentukan fibrin dapat dilihat dalam bagan berikut :
Bagan 2.3 Proses Pembentukan fibrin
Luka pada sel
Protombin
Fibrinogen
tromboplastin
Fibrin
trombin
Platelet darah
kalsium
darah
Thrombin
(gumpalan darah)
Tromboplastin
pankreas,
40
41
42
kalsium berbagai jenis pangan menurut Hardinsyah dan Briawan (1994) dalam
Lutfiah (2007).
Tabel 2.3
Nilai kalsium berbagai jenis pangan (mg/100g)
Jenis Pangan
Tepung susu Skim
Susu Skim
Tepung Susu
Keju
Susu Sapi segar
Yogurt
Susu Kental Manis
Susu Kental tak manis
Susu Kerbau
Es krim
Mentega
Jenis Pangan
Susu Kambing
Sarden Kaleng
Tempe Kedelai
Tahu
Oncom
Mg
1300
123
904
777
143
120
275
243
206
123
15
Mg
98
354
129
124
96
Jenis Pangan
Udang Kering
Udang Segar
Teri Kering tawar
Bayam
Kacang Ijo
Kacang Panjang
Mujair Goreng
Mujair Segar
Telur Ayam
Telur Asin
Empal Goreng
Jenis Pangan
Sawi
Daun Singkong
Kangkung
Kacang Merah
Kacang Tanah
Mg
1209
136
2381
267
125
163
346
96
54
120
151
Mg
220
165
73
80
58
43
2. Kadar kalsium darah yang sangat rendah dapat menyebabkan tetani atau
kejang. Kepekaan serabut saraf dan pusat saraf terhadap rangsangan
meningkat, sehingga terjadi kejang otot misalnya pada kaki. Tetani dapat
terjadi pada ibu hamil yang makannya terlalu sedikit mengandung kalsium
atau terlalu tinggi mengandung fosfor. Tetani kadang terjadi pada bayi baru
lahir yang diberi minuman susu sapi yang tidak diencerkan yang mempunyai
rasio kalsium : fosfor rendah.
3. Kurangnya kalsium dan paparan sinar matahari pagi dan sore akan
menyebabkan elemen tulang tidak dapat mengendap secara normal, sehingga
timbul penyakit rachitis. Ciri-ciri utamanya adalah kelainan pada tulang rusuk
(dada ayam), kaki tipe O atau X.
4. Kekurangan kalsium menyebabkan sistem imunitas akan menurun dan kacau,
akibatnya muncul penyakit lupus, jerawat dan penyakit kulit lainnya. Ketika
tubuh diserang bakteri, virus, dan racun, ion kalsium berperan sebagai sirene
tanda bahaya di dalam tubuh.
5. Kekurangan kalsium menyebabkan dengdosignal saraf mengalami hambatan.
Akibatnya mekanisme rangsangan dalam tubuh akan terganggu. Kondisi
tersebut pada anak akan menimbulkan gejala mudah kaget, resah, sulit tidur,
menangis di malam hari, dan hiperaktif. Gejala pada orang tua yakni mudah
tegang, emosi dan merosotnya daya koordinasi saraf.
6. Kurangnya kadar kalsium akan mengurangi daya kontraksi otot jantung. Hal
tersebut dapat menimbulkan berbagai macam penyakit jantung.
44
45
46
serta pemilihan dan arti makanan. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari jumlah
keluarga, pola makan keluarga, pengetahuan gizi orang tua, pendidikan orang tua,
pendapatan keluarga, teman sebaya, makanan jajanan, pengaruh informasi/media
kesehatan, dan ketersediaan makanan. Faktor-faktor tersebut digambarkan dalam
bagan berikut:
Bagan 2.4
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Konsumsi Kalsium
Remaja
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Jumlah Keluarga
Pola Makan Keluarga
Umur
Pengetahuan Gizi Orang
Tua
Pendidikan Orang Tua
Jenis Kelamin
Status Kesehatan
Makanan Jajanan
Pengaruh Informasi/Media
Kesukaan terhadap
Makanan
Ketersedian Makanan
Tingkat Konsumsi
Kalsium Remaja
Sumber: Modifikasi Teori Apriadji (1986), Mc. Williams (1993) dan Wortingthon
(2000).
47
Ada beberapa variabel yang tidak diikutsertakan atau tidak diteliti yaitu
umur, jenis kelamin, status kesehatan, jumlah keluarga, pola makan keluarga,
pengetahuan gizi orang tua, pendidikan orang tua, pendapatan orang tua.
Variabel jenis kelamin dan umur tidak diikutsertakan dalam penelitian ini karena
bersifat homogen. Seluruh sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah
perempuan, karena berdasarkan beberapa teori perempuan lebih beresiko untuk
mengkonsumsi kalsium yang tidak adekuat dibandingkan dengan laki-laki.
Sedangkan untuk variabel umur, seluruh sampel yang diambil pada penelitian ini
umurnya berkisar antara 13-15 tahun dan masuk kedalam kategori remaja.
Variabel status kesehatan tidak diikutsertakan karena belum pernah dilakukan
pada penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan konsumsi kalsium
sisiwi.
Selanjutnya variabel pengetahuan orang tua tidak diikutsertakan dalam
penelitian ini karena penelitian ini dilakukan terhadap siswi sehingga jika
kuesioner pengetahuan orang tua dibawa ke rumah untuk diisi oleh orang tuanya,
kemungkinan akan terjadi bias yang tinggi.
pendapatan orang tua tidak diikutsertakan dalam penelitian ini karena akan
menimbulkan bias yang tinggi jika ditanyakan kepada siswi. Variabel pendidikan
orang tua tidak diikutsertakan dengan pertimbangan variabel ini tidak terlalu
berhubungan dengan tingkat konsumsi kalsium siswi.
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
48
49
Nama Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
1.
Tingkat
Konsumsi
Kalsium siswi
Kebiasaan jajan
Wawancara
Ordinal
Wawancara
Ordinal
Wawancara
Kuesioner
Ordinal
Cara Ukur
Alat Ukur
2.
3.
Pengetahuan
Gizi siswi
4.
Keterpaparan
media/informasi
mengenai
kalsium
No
Nama Variabel
Wawancara
48
Hasil Ukur
Hasil Ukur
Skala
Ordinal
Skala
49
5.
Pengaruh teman
6.
Kesukaan
terhadap
makanan
sumber kalsium
7.
Ketersediaan
Pangan sumber
kalsium
Wawancara
Kuesioner
Ordinal
Wawancara
Kuesioner
Nominal
Wawancara
Kuesioner
Ordinal
3.3 Hipotesis
1. Adanya hubungan antara kebiasaan jajan dengan konsumsi kalsium siswi SMPN
1 Mande Cianjur Tahun 2010.
2. Adanya hubungan antara pengetahuan gizi siswi dengan konsumsi kalsium siswi
SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010.
3. Adanya hubungan antara keterpaparan informasi kesehatan mengenai kalsium
dengan konsumsi kalsium sisiwi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010.
4. Adanya hubungan antara pengaruh teman terhadap konsumsi kalsium siswi
SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010.
5. Adanya hubungan antara kesukaan makanan sumber kalsium terhadap konsumsi
kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010.
6. Adanya hubungan antara ketersediaan makanan sumber kalsium dengan
konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010.
48
BAB IV
METODE PENELITIAN
53
54
Z
2 P1 P Z 1 P 1 1 P1 P2 1 P2
1 / 2
n
2
P1 P2
Keterangan:
n
= Besar sampel
P1
55
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2005). Instrumen Penelitian yang akan
digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kuesioner
Kuesioner digunakan untuk mengisi pertanyaan mengenai pengetahuan
gizi siswi, keterpaparan informasi kesehatan mengenai kalsium, pengaruh
teman, kesukaan terhadap makanan sumber kalsium, dan kebiasaan jajan.
56
4.5
Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer. Data
primer diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuesioner langsung oleh
siswi. Pengumpulan data dilakukan secara bertahap, yaitu:
1. Responden yang terpilih diminta kesediaannya untuk mengisi kuesioner yang
meliputi variabel kebiasaan jajan, pengetahuan, keterpaparan informasi
kalsium, pengaruh teman dan kesukaan. Penyebaran kuesioner dilakukan
oleh peneliti dengan dibantu oleh beberapa orang mahasiswa non gizi untuk
menjaga agar siswi tidak saling melihat jawaban temannya.
a. Variabel kebiasaan jajan didapatkan dari kemampuan siswi menjawab
kuesioner bagian F.
b. Variabel pengetahuan gizi didapatkan dari hasil kemampuan siswi
menjawab 15 pertanyaan
57
58
59
per minggu, kode 7 jika siswi jajan 7 kali per minggu dan kode 8 jika
siswi jajan > 7 kali per minggu. Nilai total kebiasaan jajan responden
diperoleh dengan cara menjumlahkan skor jawaban responden.
c. Variabel pengetahuan, diberikan kode 0 jika siswi menjawab salah dan
kode 1 jika siswi menjawab benar. Nilai total pengetahuan responden
diperoleh dengan cara menjumlahkan skor jawaban.
d. Variabel keterpaparan informasi kalsium, diberikan kode 1 jika siswi
terpapar informasi < 3 kali dalam satu minggu terakhir dan kode 2 jika
siswi terpapar informasi 3 kali dalam satu minggu terakhir.
e. Variabel pengaruh teman, diberikan kode 0 jika memilih jawaban a
pada pertanyaan D1 dan D2, memilih jawaban b pada pertanyaan D3,
memilih jawaban c pada pertanyaan D4, dan memilih jawaban a pada
pertanyaan D5. Diberi kode 1 jika memilih jawaban b pada pertanyaan
D1, D2, D4 dan D5, serta memilih jawaban a pada pertanyaan D3.
Diberi kode 2 jika memilih jawaban c pada pertanyaan D2, memilih a
pada pertanyaan D4 dan memilih c pada pertanyaan D5.
f. Variabel kesukaan, diberikan kode 1 jika pernyataan siswi sangat
tidak suka, kode 2 jika pernyataan siswi tidak suka, kode 3 jika
pernyataan siwi netral, kode 4 jika pernyataan siswi suka dan kode
5 jika pernyataan siswi sangat suka.
g. Variabel ketersediaan makanan sumber kalsium, diberikan kode 0 jika
tidak pernah tersedia makanan sumber kalsium, kode 1 jika tersedia
makanan sumber kalsium 1-3 kali per bulan, kode 2 jika tersedia
60
makanan sumber kalsium 1-3 kali per minggu, kode 3 jika tersedia
makanan sumber kalsium 4-6 kali per minggu, kode 4 jika tersedia
makanan sumber kalsium 1 kali sehari dan kode 5 jika tersedia
makanan sumber kalsium >2 kali sehari.
3. Membuat struktur data (data structure) dan file data (data file), yaitu
membuat tamplate sesuai dengan format kuisioner yang digunakan
4. Memasukan data (entry data), yaitu dilakukan pemasukan data ke dalam
tamplate yang telah dibuat. Daftar pertanyaan yang telah diberi kode
dimasukkan ke dalam software komputer.
5. Membersihkan data (data cleaning), yaitu data yang telah di entry dicek
kembali untuk memastikan bahwa data tersebut bersih dari kesalahan, baik
kesalahan pengkodean maupun kesalahan dalam membaca kode. Dengan
demikian diharapkan data tersebut benar-benar siap untuk dianalisis.
61
digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi masingmasing variabel yang diteliti.
4.7.2 Analisa Data Bivariat
Analisa data bivariat dilakukan untuk menguji hubungan antara
variabel independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji
Chi-square (X2). Uji Chi-square adalah membandingkan frekuensi yang
terjadi (observasi) dengan frekuensi harapan (ekspektasi). Bila nilai
frekuensi observasi dengan frekuensi harapan sama, maka dikatakan ada
perbedaan yang bermakna (signifikan). Pembuktian dengan uji kai kuadrat
dapat menggunakan rumus: (Hastono, 2007).
(O - E)2
X2 =
E
DF = (k-1)(b-1)
Keterangan:
X2 = Chi square
O
= Nilai observasi
= Nilai Ekspektasi
= Jumlah kolom
= Jumlah baris
Melalui uji statistik chi square akan diperoleh nilai p, dimana dalam
BAB V
HASIL
%
48,57
51,43
100,00
Pada penelitian ini yang menjadi responden adalah siswi kelas VII
sampai dengan kelas IX. Kegiatan belajar mengajar berlangsung selama 6 hari
(Senin sampai Sabtu) yang dimulai pada pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul
14.00.
63
64
kalsium
didapatkan
dengan
cara
wawancara
65
66
67
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Gizi Pada Siswi SMPN 1 Mande
Cianjur Tahun 2010
Pengetahuan Gizi
Jumlah
Persentase
Kurang
48
39,3
Baik
74
60,7
Total
122
100,0
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa sebanyak 74 siswi (60,7%)
memiliki pengetahuan gizi yang baik. Hasil tersebut menunjukkan proporsi
siswi yang pengetahuan gizinya baik lebih banyak daripada proporsi siswi
yang pengetahuan gizinya kurang.
Selanjutnya hasil analisis menunjukkan terdapat 80,3% siswi salah
dalam menjawab pertanyaan mengenai kalsium termasuk kedalam
golongan mineral, 96,7% siswi salah dalam menjawab pertanyaan
mengenai bahan makanan yang paling banyak mengandung kalsium,
54,9% siswi salah dalam menjawab pertanyaan mengenai pembantu
penyerapan kalsium, 74,6% siswi salah dalam menjawab pertanyaan
mengenai sinar matahari merupakan sumber vitamin D yang mudah
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, 95,1% siswi salah dalam
menjawab pertanyaan mengenai masa atau periode yang paling banyak
membutuhkan kalsium, 60,7% siswi salah dalam menjawab pertanyaan
mengenai makanan atau minuman penghambat penyerapan kalsium, 89,3%
siswi salah dalam menjawab pertanyaan mengenai akibat kelebihan
kalsium.
68
69
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Kalsium Pada Siswi SMPN 1
Mande Cianjur Tahun 2010
Sumber Informasi
Jumlah
Persentase
Televisi
113
92,6
Radio
9
7,4
Total
122
100
Sumber : Data primer
Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa sebagian besar siswi yang
mendapatkan informasi kalsium dari televisi (92,6%). Hal tersebut
menunjukkan bahwa televisi merupakan sumber informasi yang paling
sering digunakan oleh sebagian besar siswi.
5.2.5 Gambaran Pengaruh Teman Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur
Tahun 2010
Gambaran distribusi frekuensi pengaruh teman dapat dilihat pada
tabel 5.7 di bawah ini:
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Pengaruh Teman Pada Siswi SMPN 1 Mande
Cianjur Tahun 2010
Pengaruh Teman
Jumlah
Persentase
Tidak ada pengaruh
46
37,7
Ada pengaruh
76
62,3
Total
122
100,0
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa sebanyak 76 siswi (62,3%)
mendapatkan pengaruh dari temannya dalam pemilihan makanan jajanan.
Hal tersebut menunjukkan bahwa proporsi siswi yang mendapatkan
70
pengaruh dari teman lebih besar daripada proporsi siswi yang tidak
mendapatkan pengaruh dari teman.
Selanjutnya terdapat 46 siswi (37,7%) selalu jajan bersama teman,
38 siswi (31,1%) memilih makanan jajanan yang sama seperti teman, 43
siswi (35,2%) membeli makanan atas usul teman. Selanjutnya 44 orang
(36,1%) teman siswi tidak mengusulkan membeli makanan sumber kalsium
dan hanya 10 orang saja (8,2%) teman siswi yang mengusulkan membeli
makanan sumber kalsium. Sebanyak 33 orang (27%) teman siswi
mengusulkan membeli minuman bersoda, teh atau kopi dan sebanyak 45
orang (36,9%) teman siswi tidak mengusulkan membeli minuman bersoda,
teh atau kopi.
5.2.6 Gambaran Kesukaan Siswi SMPN 1 Mande Cianjur
terhadap
71
72
masing-
73
74
75
76
77
78
BAB VI
PEMBAHASAN
79
80
6.2 Gambaran Konsumsi Kalsium Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010
Remaja berada pada tahap pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,
pada masa itu terjadi puncak pertumbuhan massa tulang yang menyebabkan
kebutuhan gizi lebih tinggi daripada fase kehidupan lainnya (Almatsier, 2004).
Sementara pertumbuhan anak perempuan di usia 10 sampai 12 tahun mengalami
percepatan pertumbuhan lebih dahulu daripada anak laki-laki, karena tubuh anak
perempuan memerlukan persiapan menjelang usia reproduksi (Arisman, 2002).
Begitu pula dalam penyimpanan kalsium, Whiting et al dalam Departemen
Gizi dan Kesehatan Masyarakat (2010) menyebutkan anak laki-laki dan
perempuan berbeda dalam penyimpanan kalsium dalam tubuh. Perbedaan ini
terletak dalam hal keefektifan penyerapan kalsium dan kehilangan kalsium dalam
tubuh. Oleh karena itu konsumsi pangan menjadi faktor yang sangat penting
dalam menentukan status kepadatan tulang. Worthington et.,al (2000) juga
menyatakan bahwa remaja perempuan memiliki resiko terbesar terhadap
ketidakcukupan intake kalsium.
Penelitian Mulyani (2009) menyebutkan bahwa remaja laki-laki lebih besar
asupan kalsiumnya dibandingkan dengan perempuan. Padahal perempuan lebih
beresiko mengalami osteoporosis karena perempuan memiliki puncak massa
81
tulang yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki (Smolin et al, 2000
dalam Mulyani, 2009).
Standar yang direkomendasikan oleh Widyakarya Nasional Pangan dan
Gizi VIII (WKNPG) tahun 2004, bahwa Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk
kebutuhan kalsium bagi remaja usia 13 sampai 19 tahun adalah sebesar 1.000
mg/hari. Tingkat kebutuhan kalsium yang lebih tinggi dari fase lainnya ini
dibutuhkan untuk mencapai massa tulang yang optimal (optimal peak bone
mass). Septrisya (2006) menyatakan bahwa puncak massa tulang dapat
diibaratkan
sebagai
tabungan
tulang
yang
mempunyai
batas
dalam
82
kalsium pada saat remaja dapat meningkatkan resiko osteoporosis, terutama pada
perempuan karena perempuan memiliki puncak massa tulang yang lebih rendah
daripada laki-laki.
Hasil penelitian ini asupan kalsium pada siswi SMPN 1 Mande Cianjur
lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian Syafiq dan Fikawati (2004)
pada remaja di Kota Bogor, yang rata-rata asupan kalsium pada perempuan
hanya sebesar 501,7 mg/ hari. Pun demikian dibandingkan dengan Mulyani
(2009), di SMPN 201 Jakarta Barat rata-rata asupan kalsium pada remaja hanya
75,9% AKG. Survei Departemen Pertanian Amerika Serikat (1995) juga
menyebutkan bahwa remaja putri yang berusia 12-19 tahun hanya mengkonsumsi
777 mg kalsium sehari atau 77,7% AKG (Arisman, 2007).
Pada kondisi tersebut di atas, jika kekurangan kalsium terjadi dalam waktu
yang cukup lama dan terjadi pada seseorang yang sedang dalam masa
pertumbuhan maka akan menimbulkan beberapa resiko. Almatsier (2004),
Witjaksono (2003) dan Hardinsyah (2004) memaparkan resiko yang akan terjadi
jika seseorang kekurangan kalsium. Resiko tersebut diantaranya adalah :
a. Gangguan pertumbuhan yang menyebabkan tulang kurang kuat, mudah
bengkok dan rapuh.
b. Tetani atau kejang, karena kepekaan serabut saraf dan pusat saraf terhadap
rangsangan meningkat.
c. Sistem imunitas menurun, akibatnya muncul penyakit lupus, jerawat dan
penyakit kulit lainnya, karena dalam hal ini kalsium berperan sebagai sirene
83
atau tanda bahaya dalam sistem imunitas ketika tubuh diserang oleh virus,
bakteri dan racun.
d. Dengdosignal saraf mengalami hambatan, akibatnya mekanisme rangsangan
saraf akan terganggu.
e. Daya kontraksi otot jantung akan berkurang, yang akan menimbulkan
berbagai macam penyakit jantung.
f. Osteoporosis atau keropos tulang. Resiko osteoporosis pada wanita lebih
tinggi daripada pada laki-laki, karena perempuan memiliki puncak massa
tulang yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki.
g. Keluhan-keluhan yang terjadi pada saat sebelum maupun saat terjadinya
menstruasi, seperti keram di bawah perut, sakit pinggang, sakit pada
payudara, lemah, lesu, lebih emosional, jerawat, pusing, mual, sulit tidur dan
stress.
Pada umumnya siswi di SMPN 1 Mande Cianjur mengkonsumsi sumber
makanan yang berkalsium, mulai dari kandungan kalsiumnya paling tinggi
sampai dengan kandungan kalsiumnya paling rendah. Sumber kalsium yang
paling banyak dikonsumsi oleh 32% siswi setiap harinya dengan frekuensi lebih
dari satu kali adalah susu kental manis (32% siswi). Pada faktanya susu kental
manis lebih mudah didapat dan harganya terjangkau, sehingga lebih disukai oleh
siswi. Selain itu dapat diasumsikan bahwa rasa susu kental manis lebih enak dan
lebih manis dari pada susu lainnya. Sehingga susu kental manis lebih banyak
disukai oleh siswi.
84
Akan tetapi pada penelitian ini masih banyak ditemukan siswi yang
konsumsi kalsiumnya kurang dari AKG. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
kandungan kalsium yang terdapat dalam susu kental manis lebih rendah daripada
kandungan kalsium yang terdapat dalam susu bubuk atau susu lainnya.
Sebagaimana diketahui bahwa kandungan kalsium susu kental manis sebesar 275
mg/ 100 g, sedangkan kandungan kalsium yang terdapat dalam susu bubuk
sebesar 1300 mg/100 g (Hardinsyah, 2004). Sehingga untuk memenuhi
kebutuhan kalsium harian, sebaiknya siswi menambah jumlah susu kental manis
yang dikonsumsi atau bisa juga ditambahkan dengan makanan sumber kalsium
tinggi lainnya.
Selanjutnya diketahui pula makanan yang dikonsumsi oleh sebagian besar
siswi setiap hari adalah tahu (59,8% siswi) dan tempe (54,9% siswi). Dan
makanan tinggi kalsium yang jarang dikonsumsi oleh siswi adalah rebon segar
(86,7% siswi).
Tahu dan tempe merupakan pangan sumber tinggi kalsium yang murah dan
mudah dijangkau. Selain itu jika dilihat dari ketersediaannya di rumah, tempe
dan tahu hampir setiap hari tersedia di rumah siswi. Kandungan kalsium dari tahu
dan tempe adalah 124 mg/100 g dan 129 mg/100 g (Hardinsyah dan Briawan,
1994).
Dalam penelitian ini diketahui bahwa frekuensi siswi mengkonsumsi tempe
dan tahu adalah setiap hari, akan tetapi sebagian besar siswi masih kurang asupan
kalsiumnya. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya jumlah yang
85
dikonsumsi. Diketahui bahwa berat dari satu potong tahu dan tempe ukuran
sedang yang banyak dijual di pasar adalah kurang lebih 25 g. Sehingga untuk
memenuhi kebutuhan kalsium siswi dalam sehari, mengkonsumsi tempe dan tahu
harus ditambah serta dikombinasikan dengan makanan sumber kalsium yang
lainnya.
Sementara rebon segar yang memiliki kandungan kalsium yang sangat
tinggi malah tidak dikonsumsi oleh 86 % siswi. Padahal dalam Hardinsyah dan
Briawan (1994) diketahui kandungan kalsium dalam 100 g rebon segar adalah
757 mg. Rendahnya konsumsi rebon segar pada siswi dapat disebabkan oleh
ketersediaan rebon segar di wilayah penelitian yang masih sangat jarang dan
harganya pun masih sangat mahal. Sehingga makanan tersebut tidak menjadi
makanan yang biasa disajikan di rumah-rumah siswi.
Beberapa teori dan hasil penelitian telah mengemukakan beberapa faktor
yang mempengaruhi konsumsi kalsium pada remaja, khususnya remaja putri.
Diantaranya yaitu kebiasaan jajan, pengetahuan gizi remaja, keterpaparan
informasi gizi, pengaruh teman sebaya, kesukaan terhadap makanan (preference),
dan ketersediaan makanan di rumah tangga. Hasil analisis data pada penelitian
ini menunjukkan terdapat faktor yang disebutkan di atas yang berhubungan
dengan konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Kabupaten Cianjur Tahun 2010.
Hubungan antara faktor dependen dan faktor independen tersebut akan dijelaskan
pada sub bab berikutnya.
86
6.3 Kebiasaan Jajan Siswi dengan Konsumsi Kalsium pada Siswi SMPN 1
Mande Cianjur tahun 2010
Berikut ini teori yang berkaitan dengan kebiasaan jajan remaja:
1. Guthrie, dkk (1995) menyebutkan bahwa kebiasaan jajan pada remaja
merupakan salah satu masalah kebiasaan makan terkait dengan kesehatan.
2. Mc Williams (1993) berpendapat, remaja ketika bersama teman-teman,
biasanya makan makanan jajanan dan mengurangi asupan makanan utama
mereka. Akibatnya mungkin mereka memenuhi kalori setiap harinya, akan
tetapi kurang dalam asupan vitamin dan mineral. Remaja yang kurang
kalsium banyak ditemukan pada remaja yang sering jajan.
3. Brown dalam Anastasya (2008) menyebutkan bahwa jajanan remaja dapat
memenuhi 25-33% energi per hari. Tapi sayang remaja umumnya memilih
makanan yang tinggi gula, sodium, lemak serta rendah vitamin dan mineral.
Dari hasil penelitian yang dilakukan di SMPN 1 Mande Cianjur ini,
menunjukkan bahwa sebagain besar siswi memiliki kebiasaan sering jajan, dan
jenis jajanan yang sering dikonsumsi oleh siswi adalah cilok, cireng, gorengan
tempe, gorengan tahu dan yogurt. Diketahui, cilok dan cireng terbuat dari tepung
kanji yang mengandung tinggi karbohidrat akan tetapi rendah kandungan
kalsiumnya. Sedangkan tahu dan tempe sebagaimana yang telah dijelaskan di
atas merupakan makanan sumber kalsium yang memiliki kandungan kalsium 124
mg dan 129 mg per 100 g.
87
Selain cilok dan gorengan, siswi juga sering membeli es teh. Diketahui
bahwa teh mengandung kafein yang dapat melemahkan ketersediaan kalsium
tubuh (Khomsan, 1998). Konsumsi teh akan menyebabkan tubuh mengeluarkan
kalsium dengan terpaksa (Khomsan, 2010). Selain itu dalam es teh juga
mengandung gula. Teori gizi menyebutkan, gula akan menyebabkan penurunan
kadar fospor (P) dalam darah sehingga rasionya tidak sebanding dengan kalsium
(Ca). Rasio Ca:P sebesar 2:1 dapat dimanfaatkan secara optimal di dalam tubuh
(Khomsan, 2010).
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara kebiasaan jajan dengan konsumsi kalsium pada siswi SMPN 1
Mande Cianjur. Pada penelitian ini juga terlihat bahwa siswi yang sering jajan
cenderung mengkonsumsi kalsium yang cukup.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Anastasya (2008) bahwa remaja
yang sering jajan cenderung memiliki frekuensi sering mengkonsumsi bahan
makanan sumber kalsium. Dengan kata lain, hasil penelitian ini menunjukkan
hubungan yang berlawanan dengan teori-teori yang dikemukakan di atas. Hal
tersebut disebabkan oleh jajanan yang dikonsumsi siswi merupakan jajanan
sumber kalsium. Seperti diketahui dari hasil penelitian ini, jenis jajanan yang
hampir setiap hari dibeli siswi adalah yogurt, gorengan tempe dan gorengan tahu.
Casman (2009) menyebutkan bahwa yogurt mengandung kalsium yang
jumlahnya setara dengan kalsium dalam produk-produk olahan susu sapi.
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1996) bahwa dalam 100 gram yogurt
88
kalsium
lebih
banyak
daripada
mereka
yang
tidak
mengetahuinya.
Hasil beberapa studi menyatakan bahwa ternyata perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Tingkat pengetahuan akan berpengaruh
terhadap sikap dan perilaku seseorang karena berhubungan dengan daya nalar,
pengalaman dan kejelasan konsep mengenai objek tertentu (Winkel, 1984 dalam
89
90
dapat
memberikan
informasi
kepada
remaja
untuk
91
siswi tidak mencukupi atau kurang. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Sanjur
(1982) bahwa kebiasaan makan seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh
pendidikan dan pengetahuan, akan tetapi dapat disebabkan pula oleh kebiasaan
yang diturunkan oleh orang tua dan nenek moyang.
92
Dalam
93
6.6 Pengaruh Teman dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande
Cianjur Tahun 2010
Pengaruh teman sebaya didefinisikan sebagai penerimaan secara sosial
dan membentuk patokan dan harapan perilaku. Seiring dengan bertambahnya
umur, teman akan memberikan pengaruh lebih besar terhadap pilihan makan
remaja dibandingkan dengan pengaruh orang tua (Miller et al, 2001). Remaja
akan sering menghabiskan waktu bersama teman-teman dan makan akan menjadi
suatu bentuk sosialisasi dan rekreasi. Remaja juga sangat ingin diterima oleh
teman-temannya, sehingga pengaruh teman dan keseragaman kelompok
cenderung dapat merubah pemilihan makanan remaja (Krummel et.al, 1996).
94
95
96
97
Sebagaimana hasil studi pada remaja di Hawaii bahwa tersedianya makanan kaya
kalsium di rumah dapat membantu meningkatkan asupan kalsium remaja (Miller
et al, 2001).
ketersediaan makanan dapat dipengaruhi oleh level status ekonomi keluarga dan
pendidikan ibu. Bagi keluarga yang tidak bekerja atau berpenghasilan rendah,
98
99
memiliki anak yang juga cenderung gemar mengkonsumsi susu. Hasil penelitian
ini juga sejalan dengan studi pada remaja di Hawaii yang menemukan bahwa
dengan meningkatkan konsumsi susu dan menyiapkan makanan kaya kalsium,
dapat membantu meningkatkan asupan kalsium remaja (Miller, 2001).
Hasil tabulasi silang antara variabel pengetahuan dengan ketersediaan
makanan sumber kalsium diperoleh bahwa dari 39 orang yang pengetahuannya
cukup dan dirumahnya jarang tersedia makanan sumber kalsium, terdapat 37
orang yang kurang dalam mengkonsumsi kalsium. Selanjutnya hasil tabulasi
silang antara variabel kesukaan dengan ketersediaan makanan sumber kalsium
diperoleh bahwa dari 23 siswi yang suka terhadap makanan sumber kalsium dan
jarang tersedia makanan sumber kalsium di rumahnya, maka semua siswi kurang
dalam mengkonsumsi kalsium. Dari hasil tersebut terlihat bahwa meskipun
sebagian besar siswi pengetahuannya cukup dan sebagian besar menyukai
makanan sumber kalsium namun di rumahnya jarang tersedia makanan sumber
kalsium, maka akan berpengaruh terhadap kecukupan konsumsi kalsium. Dengan
demikian jelas bahwa peran orang tua dalam menyediakan makanan sumber
kalsium sangatlah penting bagi kecukupan konsumsi kalsium anggota
keluarganya.
Sebaliknya dari 24 orang yang pengetahuannya kurang dan dirumahnya
sering tersedia makanan sumber kalsium, terdapat 14 orang yang kurang dalam
mengkonsumsi kaslium. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Khomsan (2007)
yang menyebutkan bahwa pengetahuan gizi dapat menjadi landasan dalam
100
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB sebelumnya dapat
ditarik beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Siswi SMPN 1 Mande Cianjur yang konsumsi kalsiumnya kurang lebih
banyak dibandingkan dengan siswi yang konsumsi kalsiumnya cukup. Ratarata asupan konsumsi kalsium siswi masih kurang dari Angka Kecukupan
Gizi (AKG) yang dianjurkan yaitu sebesar 76,96% AKG. Makanan sumber
kalsium yang setiap hari dikonsumsi adalah susu kental manis, tahu, dan
tempe dengan proporsi yang cukup besar. Makanan lain yang setiap hari
dikonsumsi siswi akan tetapi dengan proporsi yang tidak terlalu banyak
adalah susu bubuk, yogurt dan telur ayam. Sedangkan makanan sumber
kalsium yang tidak pernah dikonsumsi oleh sebagian besar siswi adalah
rebon segar.
2. Siswi SMPN 1 Mande Cianjur yang memiliki kebiasaan jajan dengan
frekuensi sering jumlahnya lebih banyak daripada siswi yang kebiasaan
jajannya jarang.
3. Proporsi siswi SMPN 1 Mande Cianjur yang memiliki pengetahuan gizi baik
jumlahnya lebih banyak daripada siswi yang memiliki pengetahuan gizi
kurang.
101
102
103
7.2 Saran
1.Bagi Puskesmas Mande
Petugas
kesehatan
khusunya
petugas
gizi
hendaknya
aktif
104
105
kandungan kalsiumnya seperti ikan teri, rebon kering, tahu, tempe, wortel
serta sayuran hijau.
Pihak sekolah juga hendaknya dapat mengadakan kantin sehat, dengan
menyediakan makanan dan minuman yang sehat dan bergizi atau kantin
menjual makanan yang biasa dikonsumsi oleh siswi tetapi dimodifikasi
dengan bahan yang kaya akan nutrisi.
Selain itu pihak sekolah hendaknya menerapkan kebijakan untuk
menutup gerbang sekolah selama jam istirahat sehingga akses siswa ke
pedagang kaki lima terbatas dan diharapkan siswa tidak jajan di luar sekolah.
3. Bagi Peneliti Lain
a. Peneliti selanjutnya diharapkan mengikutsertakan variabel-variabel lain
yang diduga berhubungan dengan konsumsi kalsium siswi, yang tidak
dapat diteliti pada penelitian ini.
106
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Anastasia, Devi Lusiana. 2008. Frekuensi Konsumsi Bahan Makanan Sumber Kalsium
pada Remaja di Tiga Sekolah Menengah Pertama di Depok Tahun 2008. Skripsi.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat universitas Indonesia.
Apriadji, WH. 1986. Gizi Keluarga. Seri Kesejahteraan Keluarga-xiii/93/86. Penerbit :
PT Penebar Swadaya. Jakarta.
Aprianda, Ratri. 2007. Faktor-faktor yang berhubungan dengan asupan kalsium harian
siswi kelas IV dan V SDN Grogol Selatan 05 dan 07 Pagi Kebayoran Lama
Jakarta tahun 2007. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.
Ariawan, Iwan. 1998. Besar Dan Metode Sampel Pada Penelitian Kesehatan. Depok:
Jurusan Biostatistik dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.
Bahria. 2009. Hubungan Pengetahuan Gizi, Kesukaan dan Faktor Lain dengan
Konsumsi Buah dan Sayur pada Remaja di 4 SMA di Jakarta Barat Tahun 2009.
Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Berg, Alan. 1986. Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional. Jakarta: CV Rajawali.
Brown, Judith E. 2005. Nutrition Through the Life Cycle. California: Thomson
Wadsworth.
Chaplin, JP. 2004. Kamus lengkap Psikologi cetakan ke-9. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI. 2010. Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Rajawali Press.
Departemen Gizi Masyarakat. 2009. Ilmu Gizi Dasar. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor.
Gabriel, Angelica. 2008. Perilaku Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Serta Hidup Bersih
dan Sehat Ibu Kaitannya dengan Status Gizi dan Kesehatan Balita di Desa
Cikarawang Bogor. Skripsi. Bogor: Program Studi Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB.
107
108
Gibney, Michael J et.al, alih bahasa dr.Andry Hartono. 2009. Gizi Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Guthrie, Helen Andrews and Picciano. 1995. Human Nutrition. St. Louis, Missouri:
Mosby-Year Book. Inc.
Handayani, Miratna. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Distorsi Citra Tubuh
Siswa SMAN 1 Pamulang Tahun 2009. Skripsi: Jakarta: Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Ikhsan, Muhammad. 2004. Faktor-faktor yang berhubungan dengan asupan kalsium
pada remaja di SMUN 28 Jakarta Tahun 2004. Skripsi. Depok: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Kalkwarf HJ, Khoury JC, Lanphear BP. 2003. Milk Intake During Childhood and
Adolescence, Adult Bone Density and Osteoporotic Fractures in US Women.
American Journal of Clinical Nutrition, http://www.ajcn.org/cgi/reprint/77/1/257,
diakses tanggal 14 Mei 2010, pkl 15.29 WIB.
Kartono D, dan Soekatri M. 2004. AKG Mineral Makro dan Mikro. Widya Karya
Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakarta : LIPI.
Khomsan,
Ali.
1998.
Vitamin
Mineral
Pelindung
di
Saat
http://www.indomedia.com/intisari/1998/april/obat. [05 Juli 2010].
Stress.
________________. 2010. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: Rajawali sport.
________________. 2007. Studi Peningkatan Pengetahuan Gizi Ibu dan Kader
Posyandu serta Perbaikan Gizi Keluarga. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat
IPB.
Lutfiah, Vivi. 2007. Hubungan Konsumsi Pangan Sumber Kalsium Dengan Keluhan
Menstruasi Pada Remaja. Skripsi. Bogor: Program Studi Gizi Masyarakat dan
Sumber Daya Keluarga Fakultas Pertanian IPB.
Mc Williams, Margaret. 1993. Nutrition For The Growing Years. Edisi ke 5. California:
Pylon Press.
Melliana, Anastasia. 2006. Menjelajah Tubuh Perempuan dan Mitos Kecantikan.
Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara.
Miller, et al. 2001. The Importance of Meeting Calcium Needs With Foods. Journal of
the American College of Nutritions, vol 20, pp. 168S-185S. www.jacn.org.
Mulyani, Endang. 2009. Konsumsi Kalsium pada Remaja di SMPN 201 Jakarta Barat
Tahun 2009. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.
109
110
Kelas
[ ]
No. Resp
[ ]
KUESIONER PENELITIAN
Kelas
[ ]
No. Resp
[ ]
A. Identitas Responden
A1 Nama
: .........................................................................
A2 Kelas
: ......................................................................... [
A3 TTL
: .........................................................................
A4 Umur
: ......................................................................... [
A5 No Telp/HP
][ ]
B3
B4
Kelas
[ ]
B5
No. Resp
[ ]
a. Saraf
b. Kulit
c. Tulang dan gigi
d. Rambut
B6
B7
B8
B9
Kelas
[ ]
No. Resp
[ ]
c. Sinar matahari
d. Semua jawaban benar
B12 Kalsium lebih banyak dibutuhkan pada masa apa?
a. Lanjut Usia
b. Remaja
c. Bayi
d. Semua benar
B13 Dibawah ini merupakan makanan/ minuman penghambat penyerapan
kalsium yang paling benar adalah....
a. Susu, teh, minuman bersoda/soft drink
b. Kopi, teh, minuman bersoda
c. Kopi, yogurt, teh, susu
d. Ice Creame, kopi, yogurt, susu
B14 Vitamin yang berfungsi untuk kesehatan tulang dan gigi yaitu....
a. Lemak
b. Vitamin D
c. Vitamin A
d. Protein
B15 Akibat kelebihan kalsium adalah....
a. Menyebabkan osteoporosis/keropos tulang
b. Menyebabkan kegemukan/obesitas
c. Menyebabkan susah buang air besar
d. Semuanya salah
Kelas
[ ]
No. Resp
[ ]
C3
D. Pengaruh Teman
D1. Apakah setiap kali jajan adik selalu bersama teman?
a. Ya
b. Tidak
D2. Apakah makanan yang adik beli sama seperti yang dibeli oleh teman adik?
a. Ya selalu sama
b. Kadang-kadang
c. Tidak sama
D3. Siapakah yang mengusulkan jenis jajanan ketika adik dan teman adik jajan?
a. Saya
b. Teman
Kelas
[ ]
No. Resp
[ ]
D4. Apakah teman adik pernah mengusulkan untuk membeli makanan sumber
kalsium seperti susu, es krim, yogurt, biskuit?
a. Ya pernah
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
D5. Apakah teman adik pernah mengusulkan untuk membeli minuman bersoda (soft
drink), teh atau kopi?
a. Ya pernah
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
No
TS
= Tidak Suka
= Netral
= Suka
SS
= Sangat Suka
JENIS MAKANAN
STS
TS
SS
Kode (diisi
oleh peneliti)
1.
Susu Bubuk
2.
3.
Keju
4.
Yogurt
5.
6.
Es Krim
7.
Sarden
8.
Tahu
9.
Tempe
10. Oncom
11. Udang Segar
Kelas
[ ]
No
JENIS MAKANAN
STS
TS
AS
SS
No. Resp
[ ]
Kode (diisi
oleh peneliti)
12. Teri
13. Ikan Mujair
14. Telur Ayam
15. Telur Asin
16. Bayam
17. Sawi/Cesin
18. Daun Singkong
19. Daun Katuk
20. Kangkung
21. Kacang Merah
22. Kacang Tanah
F. KEBIASAAN JAJANAN
No
Makanan Jajanan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Batagor
Gorengan
Mie Bakso
Mie Ayam
Empek-empek
Bakso Tusuk
Es Cendol
Yogurt
Petis/Asinan
Soft Drink
(Coca cola,fanta, sprite)
Biskuit,
merk....................
Ice Cream
Susu
Teh
Pop Ice
Lainnya,.........................
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
....... kali
per
minggu
Tidak
pernah
Skor
Kelas
[ ]
No. Resp
[ ]
Kelas
[ ]
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
Jenis Makanan
Susu Bubuk,
Susu Cair,
Susu Kental Manis,
Susu Sapi Segar
Keju,
Susu Kedelai
Ikan Teri Kering
Ikan Teri Segar
Sarden
Rebon segar
Rebon Kering
Udang Segar
Udang Kering
Ikan Mujair goreng
Telur Ayam
Telur Asin
Tahu
Tempe
Oncom
Bayam
Sawi/Cesin
Katuk
Selada Air
Daun singkong
Kangkung
Kacang Merah
Kacang Tanah
....... per
Hari
....... per
minggu
........ per
bulan
Tidak
Pernah
No. Resp
[ ]
Kelas
[ ]
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
Jenis Makanan
Susu Bubuk, merk ...............................
Susu Cair, merk ...................................
Susu Kental Manis, merk ...................
Susu Sapi Segar
Keju, merk ...........................................
Yogurt
Es Krim
Susu Kedelai
Ikan Teri Kering
Ikan Teri Segar
Sarden
Rebon segar
Rebon Kering
Udang Segar
Udang Kering
Ikan Mujair goreng
Telur Ayam
Telur Asin
Tahu
Tempe
Oncom
Bayam
Sawi/Cesin
Katuk
Selada Air
Daun singkong
Kangkung
Kacang Merah
Kacang Tanah
>2x/
Hari
1x/ hari
4-6x/
minggu
1-3x/
minggu
1-3x/
bulan
Tidak
Pernah
No. Resp
[ ]
LAMPIRAN
Jenis Makanan
>1x per
hari
N
%
Teri Kering
Rebon Kering
Susu Bubuk
5
3,9
Udang Kering
Keju
Rebon Segar
Mujair Goreng
Sarden
Susu Kental
19 14,7
Manis
Bayam
Susu UHT
Sawi
Daun Katuk
Daun Singkong
Susu Sapi
Udang Segar
Tempe
Tahu
Es krim
Telur Asin
Yogurt
4
3,1
Oncom
Kacang Merah
Kangkung
Kacang Tanah
Telur Ayam
1
0,8
Susu Kedele
Sumber: Data Primer
1x per
hari
3-6 x per
minggu
1-2 x per
minggu
1-3 x per
bulan
Tidak
Pernah
n
1
4
2
21
%
0,8
3,1
1,6
16,3
n
38
9
6
1
16
14
%
29,5
7,0
4,7
0,8
12,4
10,9
n
65
19
41
9
42
11
39
57
46
%
50,4
14,7
31,8
7,0
32,6
8,5
30,2
44,2
35,7
n
13
17
32
22
47
6
39
36
21
%
n
%
10,1 13 10,1
3,2 83 64,3
24,8 47 36,4
17,1 98 76,0
36,4 32 24,8
4,7 111 86,0
30,2 35 27,1
27,9 36 27,9
16,3 8
6,2
3
12
1
63
77
16
7
43
-
2,3
9,3
0,8
48,8
59,7
12,4
5,4
33,3
-
9
3
10
7
10
28
16
29
8
2
13
9
31
-
7,0
2,3
7,8
5,4
7,8
21,7
12,4
22,5
6,2
1,6
10,1
7
24
-
75
57
59
41
57
7
11
28
27
71
51
50
62
62
98
68
41
11
58,1
44,2
45,7
31,8
44,2
5,4
18,5
21,7
20,9
55
39,5
38,8
48,1
48,1
76
52,7
31,8
8,5
16
35
9
5
17
44
18
1
1
52
45
10
18
37
7
36
2
16
12,4 26 20,2
27,1 22 17,1
7,0 50 38,8
3,9 76 58,9
13,2 45 34,9
34,1 78 60,5
14 100 77,5
0,8
8
6,2
0,8
8
6,2
40,3 6
4,7
34,9 33 25,6
7,8 20 15,5
14
34 26,4
28,7 28 21,7
5,4 11 8,5
27,9 16 12,4
1,6 11 8,5
12,4 102 79,1
Frekuensi
104
125
Persentase
80,6
96,9
72
98
55,8
76,0
68
52,7
122
94,6
80
62,0
116
89,9
Jenis Makanan
Jumlah (n)
Persentase
Makanan dengan Kandungan Kalsium Tinggi (500 mg)
Teri Kering
85
65,9
Rebon Kering
114
88,4
Susu Bubuk
96
74,4
Keju
9
7,0
Makanan dengan kandungan kalsium 100-499 mg
Mujair Goreng
95
73,7
Sarden
128
99,2
Susu Kental Manis
117
90,7
Bayam
85
65,9
Sawi
110
85,3
Daun Katuk
74
57,4
Daun Singkong
70
54,3
Susu Sapi Murni
88
68,2
Udang Segar
57
44,2
Tempe
119
92,2
Jenis Makanan
Jumlah (n)
Persentase
Tahu
94
72,9
Es Krim
119
92,2
Telur Asin
124
96,1
Yogurt
102
79,1
Makanan dengan kandungan kalsium < 99 mg
Oncom
115
89,1
Kacang Merah
116
89,9
Kangkung
52
40,3
Kacang Tanah
84
65,1
Telur Ayam
78
60,5
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa makanan dengan kandungan
kalsium tinggi (500 mg) yang banyak disukai responden adalah rebon kering
sebanyak 114 orang (88,4%). Makanan dengan kandungan kalsium 100-499 mg
yang paling banyak disukai responden adalah sarden sebanyak 128 orang (99,2%),
sedangkan makanan dengan kandungan kalsium < 99 mg yang paling banyak
disukai oleh responden adalah kacang merah sebanyak 116 (89,9%).
Tabel 5.16
Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Ketersediaan Pangan Sumber
Kalsium Golongan Susu dan Hasil Olahannya pada Siswi SMPN 1 Mande
Cianjur Tahun 2010
Setiap
1x per1-3x perTidak
Hari
minggu
bulan
tersedia
Jenis Pangan
N
%
n
%
n
%
n
%
Susu Bubuk
8
6,2
24 18,6 30 23,3 45 34,9
Susu UHT
3
2,3
57 44,2 38 29,5 24 18,6
Susu Kental Manis
41 31,8 27 20,9 18 13,9 10 7,8
Susu sapi segar
5
3,9
38 29,5 83 64,3
Keju
20 15,5 59 45,8 41 31,8
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 5.16 diketahui bahwa pangan golongan susu dan hasil
olahannya yang paling banyak tersedia setiap harinya di rumah adalah susu kental
manis (41 orang atau 31,8%), dan yang paling banyak tidak tersedia di rumah
adalah susu sapi segar (83 orang atau 64,3%).
Tabel 5.17
Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Ketersediaan Pangan Sumber
Kalsium Golongan Ikan dan Telur pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur
Tahun 2010
Setiap
1x per1-3x perTidak
Hari
minggu
bulan
tersedia
Jenis Pangan
N
%
n
%
n
%
n
%
Teri Kering
23 17,8 30 23,3 15 11,6 13 10,1
Teri Segar
17 13,2 23 17,9 80 62,0
Sarden
37 28,7 38 29,5 36 27,9
Rebon Segar
8
6,2
5
3,9 109 84,5
Rebon Kering
2
1,6
16 12,4 33 25,6 82 63,6
Udang Segar
8
6,2
16 12,4 101 78,3
Udang Kering
9
7,0
19 14,7 99 76,7
Mujair
32 24,8 42 32,6 38 29,5
Telur Ayam
55 42,6 18 14,0
4
3,2
9 7,0
Telur Asin
2
1,6
41 31,8 38 29,5 33 25,6
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 5.17 pangan golongan ikan dan telur yang paling
banyak tersedia setiap harinya di rumah adalah telur ayam (55 orang atau 42,6%),
sedangkan ikan teri yang kandungan kalsiumnya paling tinggi tersedia setiap hari
hanya pada 23 responden (17,8%). Selanjutnya pangan golongan ikan dan telur
yang paling banyak tidak tersedia adalah rebon segar (109 orang atau 84,5%).
Tabel 5.18
Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Jenis Pangan Sumber Kalsium
Golongan Kacang-kacangan pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010
Setiap
1x per1-3x perTidak
Hari
minggu
bulan
tersedia
Jenis Pangan
N
%
n
%
n
%
n
%
Susu Kacang Kedelai
8
6,2
14 10,9 102 79,1
Tahu
78 60,5 20 15,5
2
1,6
7
5,4
Tempe
72 55,8 18 14,0
3
2,4
5
3,9
Oncom
4
3,1
51 39,5 28 14,0 36 27,9
Kacang Merah
35 27,1 37 28,7 28 21,7
Kacang Tanah
35 27,1 34 26,4 15 11,6
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 5.18 pangan sumber kalsium jenis kacang-kacangan
yang paling banyak tersedia setiap harinya di rumah adalah tahu (78 orang atau
60,5%). Sedangkan yang paling banyak tidak tersedia di rumah adalah susu kacang
kedelai (102 orang atau 79,1%).
Tabel 5.19
Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Ketersediaan Pangan Sumber
Kalsium Golongan Sayur-sayuran pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur
Tahun 2010
Setiap
1x per1-3x perTidak
Hari
minggu
bulan
tersedia
Jenis Pangan
N
%
n
%
n
%
n
%
Bayam
55 42,6 18 13,9 25 19,4
Sawi
41 31,8
6
4,7
51 39,5
Katuk
32 24,8
6
4,6
76 58,9
Selada Air
8
6,2
6
4,6 104 80,6
Daun Singkong
34 26,4 19 14,8 46 35,7
Kangkung
62 48,1
7
5,4
13 10,1
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 5.19 pangan sumber kalsium golongan sayur-sayuran
yang paling banyak tersedia setiap minggu di rumah adalah kangkung (66 orang
atau 48,1%). Sedangkan yang paling banyak tidak tersedia adalah selada air (104
orang atau 80,6%).
1. KONSUMSI KALSIUM
Descriptive Statistics
N
Minimum
asupan_ca
122
Valid N (listwise)
122
226.06
Maximum
Mean
1450.22
Std. Deviation
769.6054
297.31086
kons_Ca
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
kurang
94
77.0
77.0
77.0
cukup
28
23.0
23.0
100.0
Total
122
100.0
100.0
2. KEBIASAAN JAJAN
Descriptives
Statistic
Skor_jjn
Mean
25.11
24.37
Mean
Upper Bound
25.86
5% Trimmed Mean
25.13
Median
25.00
Variance
Std. Deviation
17.127
4.139
Minimum
16
Maximum
34
Std. Error
.375
Range
18
Interquartile Range
Skewness
Kurtosis
.038
.219
-.680
.435
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
Skor_jjn
df
.071
Shapiro-Wilk
Sig.
122
Statistic
.200
df
.982
Sig.
122
.104
kat_biasaJJN
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
jarang
53
43.4
43.4
43.4
sering
69
56.6
56.6
100.0
Total
122
100.0
100.0
Jarang
Count
% within kat_biasaJJN
Sering
Count
% within kat_biasaJJN
Total
Count
% within kat_biasaJJN
cukup
Total
42
11
53
79.2%
20.8%
100.0%
52
17
69
75.4%
24.6%
100.0%
94
28
122
77.0%
23.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
sided)
sided)
sided)
df
a
.613
.083
.773
.257
.612
.256
b
.669
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
.253
.615
122
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,16.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for kat_biasaJJN
Lower
Upper
1.248
.528
2.951
1.052
.867
1.275
.842
.432
1.644
N of Valid Cases
122
(jarang / sering)
.389
3. PENGETAHUAN GIZI
Descriptives
Statistic
skor_tahu
Mean
Std. Error
7.89
Lower Bound
7.52
Upper Bound
8.27
5% Trimmed Mean
7.89
Median
8.00
Variance
4.394
Std. Deviation
2.096
Minimum
Maximum
12
Range
Interquartile Range
.190
Skewness
-.065
.219
Kurtosis
-.728
.435
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
skor_tahu
df
.127
Shapiro-Wilk
Sig.
122
Statistic
.000
.964
df
Sig.
122
.002
Kat_tahu
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
kurang
48
39.3
39.3
39.3
cukup
74
60.7
60.7
100.0
Total
122
100.0
100.0
kurang
Count
% within kat_tahu
cukup
Count
% within kat_tahu
Total
Count
% within kat_tahu
cukup
Total
34
14
48
70.8%
29.2%
100.0%
60
14
74
81.1%
18.9%
100.0%
94
28
122
77.0%
23.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
sided)
sided)
sided)
.189
1.198
.274
1.702
.192
1.729
b
df
.196
1.715
.190
122
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,02.
b. Computed only for a 2x2 table
.137
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for kat_tahu
Lower
Upper
.567
.242
1.328
.874
.707
1.080
1.542
.808
2.940
(kurang / cukup)
N of Valid Cases
122
zat gizi
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
salah
3.3
3.3
3.3
benar
118
96.7
96.7
100.0
Total
122
100.0
100.0
Percent
Valid Percent
Percent
salah
.8
.8
.8
benar
121
99.2
99.2
100.0
Total
122
100.0
100.0
Percent
Valid Percent
Percent
salah
6.6
6.6
6.6
benar
114
93.4
93.4
100.0
Total
122
100.0
100.0
Percent
Valid Percent
Percent
salah
98
80.3
80.3
80.3
benar
24
19.7
19.7
100.0
Total
122
100.0
100.0
Percent
Valid Percent
Percent
salah
20
15.6
15.6
15.6
benar
102
83.6
83.6
99.2
100.0
Total
122
100.0
100.0
Percent
Valid Percent
Percent
salah
118
96.7
96.7
96.7
benar
3.3
3.3
100.0
122
100.0
100.0
Total
Percent
Valid Percent
Percent
salah
25
20.5
20.5
20.5
benar
97
79.5
79.5
100.0
Total
122
100.0
100.0
fungsi Ca
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
salah
38
31.1
31.1
31.1
benar
84
68.9
68.9
100.0
Total
122
100.0
100.0
Percent
Valid Percent
Percent
salah
39
32.0
32.0
32.0
benar
83
68.0
68.0
100.0
Total
122
100.0
100.0
Pembantu penyerapan Ca
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
salah
67
54.9
54.9
54.9
benar
55
45.1
45.1
100.0
Total
122
100.0
100.0
Percent
Valid Percent
Percent
salah
91
74.6
74.6
74.6
benar
31
25.4
25.4
100.0
Total
122
100.0
100.0
Percent
Valid Percent
Percent
salah
116
95.1
95.1
95.1
benar
4.9
4.9
100.0
122
100.0
100.0
Total
Percent
Valid Percent
Percent
salah
74
60.7
60.7
60.7
benar
48
39.3
39.3
100.0
Total
122
100.0
100.0
Percent
Valid Percent
Percent
salah
61
50.0
50.0
50.0
benar
61
50.0
50.0
100.0
Total
122
100.0
100.0
akibat kelebihan ca
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
salah
109
89.3
89.3
89.3
benar
13
10.7
10.7
100.0
Total
122
100.0
100.0
4. KETERPAPARAN INFORMASI
Kat_terpaparInfo
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
jarang
19
15.6
15.6
15.6
sering
103
84.4
84.4
100.0
Total
122
100.0
100.0
Sumber media
Cumulative
Frequency
Valid
televisi
Percent
Valid Percent
Percent
113
92.6
92.6
92.6
radio
7.4
7.4
100.0
Total
122
100.0
100.0
Count
% within c2
sering
Count
% within c2
Total
Count
% within c2
cukup
Total
19
20
95.0%
5.0%
100.0%
75
27
102
73.5%
26.5%
100.0%
94
28
122
77.0%
23.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
sided)
sided)
sided)
df
a
.037
3.229
.072
5.602
.018
4.359
b
.042
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
4.323
.027
.038
122
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,59.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for c2 (jarang /
Lower
Upper
6.840
.873
53.582
1.292
1.108
1.507
.189
.027
1.311
N of Valid Cases
122
sering)
5. PENGARUH TEMAN
Descriptives
Statistic
skor_pngruhTMN
Mean
9.2213
8.9312
Mean
Upper Bound
9.5114
5% Trimmed Mean
9.2368
Median
9.0000
Variance
2.620
Std. Error
.14655
Std. Deviation
1.61865
Minimum
6.00
Maximum
13.00
Range
7.00
Interquartile Range
2.25
Skewness
.002
.219
-.616
.435
Kurtosis
kat_pngruhTMN
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
ada pengaruh
76
62.3
62.3
62.3
46
37.7
37.7
100.0
122
100.0
100.0
Total
ada pengaruh
Count
% within kat_pngruhTMN
Count
% within kat_pngruhTMN
Total
Count
% within kat_pngruhTMN
cukup
Total
63
13
76
82.9%
17.1%
100.0%
31
15
46
67.4%
32.6%
100.0%
94
28
122
77.0%
23.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
sided)
sided)
sided)
df
a
.048
3.068
.080
3.804
.051
3.895
b
.074
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
3.863
.049
122
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,56.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Lower
Upper
2.345
.994
5.531
1.230
.982
1.541
.525
.275
1.001
N of Valid Cases
122
.041
6. KESUKAAN/ PREFERENSI
Descriptives
Statistic
skor_suka
Mean
Std. Error
69.5574
Lower Bound
68.4119
Upper Bound
70.7029
5% Trimmed Mean
69.7195
Median
70.0000
Variance
.57861
40.844
Std. Deviation
6.39091
Minimum
51.00
Maximum
84.00
Range
33.00
Interquartile Range
9.00
Skewness
Kurtosis
-.350
.219
.465
.435
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
skor_suka
df
.066
Shapiro-Wilk
Sig.
122
.200
Statistic
*
.985
df
Sig.
122
kat_suka
Cumulative
Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
.178
Valid
tidak suka
59
48.4
48.4
48.4
suka
63
51.6
51.6
100.0
Total
122
100.0
100.0
tidak suka
Count
% within kat_suka
Suka
Count
% within kat_suka
Total
Count
% within kat_suka
cukup
Total
47
12
59
79.7%
20.3%
100.0%
47
16
63
74.6%
25.4%
100.0%
94
28
122
77.0%
23.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
sided)
sided)
sided)
.507
.201
.654
.442
.506
.441
b
df
.527
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
.437
.509
122
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,54.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
.328
Lower
Upper
1.333
.569
3.122
1.068
.880
1.296
.801
.414
1.548
N of Valid Cases
122
Susu_bubuk
Cumulative
Frequency
Valid
STS
Percent
Valid Percent
Percent
3.3
3.3
3.3
TS
25
20.5
20.5
23.8
AS
37
30.3
30.3
54.1
56
45.9
45.9
100.0
122
100.0
100.0
Total
Sususapi_murni
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
TS
38
31.1
31.1
31.1
AS
64
52.5
52.5
83.6
20
16.4
16.4
100.0
122
100.0
100.0
Total
keju
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
TS
114
93.4
93.4
93.4
AS
3.3
3.3
96.7
3.3
3.3
100.0
122
100.0
100.0
Total
yogurt
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
TS
27
22.1
22.1
22.1
95
77.9
77.9
100.0
122
100.0
100.0
Total
SKM
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
TS
5.7
5.7
5.7
AS
.8
.8
6.6
114
93.4
93.4
100.0
Total
122
100.0
100.0
Es_krim
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
TS
7.4
7.4
7.4
AS
10
8.2
8.2
15.6
103
84.4
84.4
100.0
Total
122
100.0
100.0
sarden
Cumulative
Frequency
Valid
TS
Percent
Valid Percent
Percent
.8
.8
.8
121
99.2
99.2
100.0
Total
122
100.0
100.0
tahu
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
20
16.4
16.4
16.4
STS
65
53.3
53.3
69.7
TS
13
10.7
10.7
80.3
AS
3.3
3.3
83.6
20
16.4
16.4
100.0
122
100.0
100.0
S
Total
tempe
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
2.5
2.5
2.5
83
68.0
68.0
70.5
TS
4.9
4.9
75.4
AS
3.3
3.3
78.7
26
21.3
21.3
100.0
122
100.0
100.0
STS
S
Total
oncom
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
TS
16
13.1
13.1
13.1
AS
31
25.4
25.4
38.5
75
61.5
61.5
100.0
122
100.0
100.0
Total
Udang_segar
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
TS
65
53.3
53.3
53.3
AS
7.4
7.4
60.7
48
39.3
39.3
100.0
122
100.0
100.0
S
Total
teri
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
TS
40
32.8
32.8
32.8
82
67.2
67.2
100.0
122
100.0
100.0
Total
mujair
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
TS
30
24.6
24.6
24.6
92
75.4
75.4
100.0
122
100.0
100.0
Total
Telur_ayam
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
TS
45
36.9
36.9
36.9
77
63.1
63.1
100.0
122
100.0
100.0
Total
Telur_asin
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
TS
4.9
4.9
4.9
AS
32
26.2
26.2
31.1
84
68.9
68.9
100.0
122
100.0
100.0
Total
bayam
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
TS
41
33.6
33.6
33.6
AS
5.7
5.7
39.3
74
60.7
60.7
100.0
122
100.0
100.0
S
Total
Sawi
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
TS
18
14.8
14.8
14.8
AS
11
9.0
9.0
23.8
93
76.2
76.2
100.0
122
100.0
100.0
Total
Daun_singkong
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
TS
56
45.9
45.9
45.9
AS
1.6
1.6
47.5
64
52.5
52.5
100.0
122
100.0
100.0
S
Total
Daun_katuk
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
TS
51
41.8
41.8
41.8
AS
16
13.1
13.1
54.9
55
45.1
45.1
100.0
122
100.0
100.0
Total
katuk
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
TS
72
59.0
59.0
59.0
AS
1.6
1.6
60.7
48
39.3
39.3
100.0
122
100.0
100.0
S
Total
kangkung
Cumulative
Frequency
Valid
TS
Percent
Valid Percent
Percent
11
9.0
9.0
9.0
111
91.0
91.0
100.0
Total
122
100.0
100.0
Kacang merah
Cumulative
Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
Valid
TS
4421
34.4
33.6
34.4
80
65.6
65.6
100.0
122
100.0
100.0
S
Total
Mean
41.13
39.45
Mean
Upper Bound
40.93
Median
40.00
Std. Deviation
87.900
9.376
Minimum
17
Maximum
64
Range
47
Interquartile Range
11
Skewness
Kurtosis
.849
42.81
5% Trimmed Mean
Variance
Std. Error
.308
.219
-.046
.435
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
skor_ktrsediaan
df
.069
Shapiro-Wilk
Sig.
122
Statistic
.200
df
.984
Sig.
122
.168
ktrsediaan
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
jarang
63
51.6
51.6
51.6
sering
59
48.4
48.4
100.0
Total
122
100.0
100.0
jarang
Count
% within ktrsediaan
sering
Count
% within ktrsediaan
Total
Count
% within ktrsediaan
cukup
Total
57
63
90.5%
9.5%
100.0%
37
22
59
62.7%
37.3%
100.0%
94
28
122
77.0%
23.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
sided)
sided)
sided)
df
a
.000
11.758
.001
13.877
.000
13.281
b
.000
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
13.172
.000
122
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,54.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for ktrsediaan
Lower
Upper
5.649
2.093
15.248
1.443
1.167
1.784
.255
.111
.586
N of Valid Cases
122
(jarang / sering)
.000
Percent
Valid Percent
Percent
semua benar
18
14.8
14.8
14.8
bayi
22
18.0
18.0
32.8
lansia
75
61.5
61.5
94.3
remaja
5.7
5.7
100.0
122
100.0
100.0
Total
Percent
39
1 (FILTER) * kons_Ca
Missing
N
100.0%
Total
Percent
0
.0%
Selected
cukup
Total
37
39
37
39
Percent
39
100.0%
Missing
Percent
39
1 (FILTER) * kons_Ca
Total
Percent
100.0%
.0%
Percent
39
100.0%
Selected
1 (FILTER)
Total
cukup
Total
37
39
37
39
Missing
Percent
23
100.0%
Total
Percent
0
.0%
Percent
23
100.0%
Total
23
23
23
23
Missing
Percent
19
100.0%
Total
Percent
0
.0%
cukup
Total
13
19
13
19
Percent
19
100.0%