Anda di halaman 1dari 176

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI KALSIUM

PADA SISWI DI SMPN 1 MANDE KABUPATEN CIANJUR, TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

OLEH :
RENI AGUSTIANI
NIM 106101003719

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DA ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/ 2011 M

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:


1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 6 Desember 2010

Reni Agustiani

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, November 2010
Reni Agustiani, NIM 106101003719
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN
1 Mande Cianjur Tahun 2010
xxi + 109 halaman, 19 tabel, 5 bagan, 3 lampiran

ABSTRAK
Pada masa remaja dibutuhkan asupan gizi terutama kalsium lebih tinggi
daripada fase kehidupan lainnya karena pada masa ini terjadi puncak pertumbuhan
massa tulang. Perempuan usia 10-12 mengalami percepatan pertumbuhan lebih awal
daripada laki-laki, karena tubuh perempuan memerlukan persiapan menjelang usia
reproduksi. Namun umumnya perempuan kurang dalam asupan kalsiumnya daripada
laki-laki. Padahal perempuan memiliki puncak massa tulang yang lebih rendah
dibandingkan dengan laki-laki, karena itu perempuan lebih besar resikonya untuk
terkena osteoporosis. Hasil studi pendahuluan terhadap siswi SMPN 1 Mande Cianjur
didapatkan bahwa rata-rata asupan kalsiumnya hanya sebesar 353 mg/hari atau hanya
35,3% AKG.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan konsumsi kalsium siswi di SMPN 1 Mande Cianjur tahun 2010. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross-sectional.
Sampel penelitian ini berjumlah 122 orang siswi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi kalsium siswi masih
kurang dari AKG yaitu sebesar 769,61 mg/hari atau hanya 76,96% AKG. Dan 77%
siswi konsumsi kalsiumnya kurang. Berdasarkan analisis bivariat diketahui bahwa
keterpaparan informasi mengenai kalsium dan ketersediaan pangan sumber kaslium
memiliki hubungan yang bermakna dengan konsumsi kalsium siswi di SMPN 1
Mande Cianjur tahun 2010.
Berdasarkan hasil penelitian saran yang dapat diberikan adalah menyampaikan
informasi kepada siswi melalui poster dan menambahkan materi tentang gizi
khususnya kalsium ke dalam pembelajaran, khususnya mata pelajaran biologi dan
pendidikan jasmani dan kesehatan (penjaskes). Penyampaian informasi juga dapat
diberikan kepada orang tua siswi atau ibu sebagai penyelenggara makanan di rumah
dalam bentuk penyuluhan atau membagikan leaflet dan pamflet pada saat pembagian
raport.
Daftar bacaan: 53 (1982-2010)
ii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE


PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
Undergraduated Thesis, November 2010
Reni Agustiani, NIM 106101003719
FACTORS THAT ARE RELATED WITH CALCIUM CONSUMPTION ON
FEMALE STUDENTS AT STATE JUNIOR HIGH SCHOOL 1 OF MANDE
CIANJUR, IN 2010.
xxi + 109 pages, 19 tables, 5 charts, 3 attachments
ABSTRACT
In adolescence needed nutrients especially calcium intake is higher than any
other phase of life because it occurs during peak bone mass growth. Women ages 1012 experience the acceleration of growth earlier than men, because women's bodies
require preparation ahead of reproductive age. But generally women are less calcium
intake than men. Though women have peak bone mass is lower than men, because
women had greater risk for osteoporosis. Preliminary study results on female students
at State Junior High School 1 of Mande Cianjur found that average calcium intake
only 353 mg / day or only 35.3% RDA.
This research is to identify factors relating with calcium consumption on female
students at State Junior High school 1 of Mande Cianjur in 2010. This research is
quantitative research using cross-sectional study design. The sample totaled 122
students.
Results of analys showed that the average calcium intake of female students is
still less than the RDA that is equal to 769.61 mg/day or only 76.96% RDA. And
77% of girls consume less calcium. Results of bivariate analysis found that exposure
to information about calcium and calcium food availability have a meaningful
relating with calcium consumption on female students at State Junior High School 1
of Mande Cianjur in 2010.
Based on the research, suggestions that can be given is to deliver information
for students via posters and adding material about nutrition especially about calcium
into learning such as biology and penjaskes. Information about Nutritions, especially
about calcium can also be given to mother as a organizer of food at home in the form
of counseling or distributing leaflets and pamphlet that distribution at the time of the
divisions report cards.
Reading list: 53 (1982-2010)

iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan Judul

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI


KALSIUM PADA SISWI DI SMPN 1 MANDE CIANJUR TAHUN 2010

Telah diperiksa, disetujui dan dipertahankan di hadapan penguji skripsi program studi
kesehatan masyarakat fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 22 Desember 2010


Mengetahui

iv

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA

Jakarta, 22 Desember 2010


Mengetahui,

Penguji I

Raihana Nadra Al Kaff, MMA

Penguji II

Catur Rosidati, MKM

Penguji III

Meilani Anwar, M. Epid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


PERSONAL DATA
Nama

Reni Agustiani

Jenis Kelamin

Perempuan

Tempat Tanggal Lahir

Cianjur, 1 Agustus 1988

Status

Belum Menikah

Agama

Islam

Alamat

Jalan Arif Rahman Hakim No 20 C RT 02/17


Cianjur, Jawa Barat 43215

Nomor Telepon/HP

085724211497

Email

raguzty@yahoo.co.id

RIWAYAT PENDIDIKAN
1993-1999

SDN IPPOR Selakopi 1 Cianjur

1999-2002

SMPN 1 Cianjur

2002-2003

Diniyah Wustho Pesantren Persatuan Islam 67 Benda Tasikmalaya

2003-2006

SMA Islamic Centre Muhammadiyah Cipanas

2006-2010

Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

PENGALAMAN ORGANISASI
2007-2008

: Sekertaris Departemen Kajian Strategis Community of Santri


Scholars of Ministry of Religious Affairs (CSS MoRA) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta

2007-2008

: Sekretaris Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Jurusan Kesehatan


Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2007-2008

: Anggota Forum Mahasiswa Indonesia Tanggap Flu Burung


Wilayah Jawa Bagian Barat

vi

2008-2010

: Sekretaris Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran


dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

vii

LEMBAR PERSEMBAHAN

Dan Bahwasanya setiap manusia itu tidak akan memperoleh hasil selain apa
yang telah diusahakannya. (QS An-Najm: 39)

Kepuasan terletak pada usaha, bukan padahasil. Berusaha dengan keras


adalah kemenangan yang hakiki. MahatmaGandhi-

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

Ibunda tersayang dan Almarhum


Ayahanda tercinta..
Terimakasih telah sabar mendidik dan
membesarkan ananda..

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat taufik dan hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan dengan judul Faktorfaktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Kalsium pada Siswi di SMPN 1
Mande Cianjur Tahun 2010.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat, pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak
kekurangannya. Namun berkat bimbingan Ibu Raihana Nadra Al Kaff,MMA dan Ibu
Catur Rosidati, MKM serta dorongan dari berbagai pihak maka hambatan itu sedikit
banyak dapat diatasi.
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan
umumnya bagi siapa saja yang memerlukannya.
Akhir kata pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan yang
setinggi-tingginya dan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tajudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Yuli Prapanca Satar, MARS, selaku ketua program studi Kesehatan
Masyarakat.

ix

3. Ayahanda (Alm) dan Ibunda yang telah memberikan kasih sayang yang tak
terhingga kepada penulis sehingga penulis bisa tegak berdiri sampai sekarang dan
dapat menyelesaikan skripsi ini. Juga untuk Kakakku tersayang Iwan Gustiawan
Fadwi,S.H, Teti Rahmayanti, Ahmad Komarudin, Neni Suryati, Eka Shantika, dan
Isni Winarsih yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil.
4. Bapak Kepala Sekolah SMPN 1 Mande Cianjur, Bapak Havid, staff pengajar,
karyawan dan pengurus OSIS SMPN 1 Mande Cianjur yang telah memberikan
kesempatan dan membantu saya dalam penelitiaan ini. Tak Lupa untuk adik Ayu
Martiani yang telah membantu pengambilan data.
5. Kemenag RI yang telah memberikan beasiswa sehingga penulis diberikan
kesempatan untuk menyelesaikan studi di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Zulkifli dan Bapak Zulkifli, serta anak-anak kosan Bu Zul yang telah
memberikan motivasi dan sama-sama berjuang untuk menyelesaikan skripsi.
Alhamdulillah akhirnya kita bisa bersama-sama wisuda.
7. Sahabatku Yanti Kartika Larasati, DBlz (Nadya, Afni, Indah, Winda, Nur, Iyum,
Iik, Syaukat Aly, Lutfi, Yunus), 3G, dan teman-teman CSS MoRA UIN atas
persahabatan dan persaudaraan kalian.
8. Semua pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
Ciputat, 22 Desember 2010

Penulis
x

DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ..

ii

ABSTRACT

iii

LEMBAR PERSETUJUAN ..

iv

LEMBAR PENGESAHAN ...

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..

vi

LEMBAR PERSEMBAHAN

vii

KATA PENGANTAR

viii

DAFTAR ISI ...

xi

DAFTAR TABEL ..

xvii

DAFTAR BAGAN .

xx

DAFTAR LAMPIRAN .

xxi

BAB I PENDAHULUAN ..

1.1 Latar Belakang ...

1.2 Rumusan Masalah ..

1.3 Pertanyaan Penelitian .

1.4 Tujuan Penelitian ..

1.4.1 Tujuan Umum ..

xi

Halaman
1.4.2 Tujuan Khusus .

1.5 Manfaat Penelitian .

1.5.1 Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ..

1.5.2 Bagi SMPN 1 Mande Cianjur ..

10

1.5.3 Bagi Siswa SMPN 1 Mande Cianjur

10

1.5.4 Bagi Peneliti .

10

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ..

11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

12

2.1 Konsumsi Kalsium Remaja

12

2.2 Angka Kecukupan Kalsium Remaja ..

13

2.3 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi


Kalsium Remaja .

14

2.4 Fungsi Kalsium ..

36

2.5 Pangan Sumber KalsiumTinggi .

41

2.6 Akibat dari Kekurangan Kalsium ..

42

2.7 Akibat Kelebihan Kalsium .

44

2.8 Metode Food Frequency Questionare ...

44

2.9 Kerangka Teori ..

45

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN


HIPOTESIS .

xii

48

Halaman
3.1 Kerangka Konsep .

48

3.2 Definisi Operasional

50

3.2 Hipotesis ..

52

BAB IV METODE PENELITIAN ...

53

4.1 Desain Penelitian .

53

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...

53

4.2.1 Lokasi Penelitian

53

4.2.2 Waktu Penelitian

53

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ...

54

4.3.1 Populasi Penelitian

54

4.3.2 Sampel penelitian ..

54

4.4 Instrumen Penelitian

56

4.5 Pengumpulan Data ..

56

4.6 Pengolahan Data Penelitian .

58

4.7 Teknik dan Analisa Data Penelitian

61

4.7.1 Analisa Data Univariat ..

61

4.7.2 Analisa Data Bivariat

61

BAB V HASIL ............................................................................................

63

5.1 Gambaran Umum SMPN 1 Mande Cianjur .

63

5.2 Gambaran Hasil Analisis Univariat ..

64

xiii

Halaman
5.2.1 Gambaran Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1
Mande Cianjur Tahun 2010 .

64

5.2.2 Gambaran Kebiasaan Jajan Pada Siswi SMPN 1 Mande


Cianjur Tahun 2010 .

65

5.2.3 Gambaran Pengetahuan Gizi Pada Siswi SMPN 1


Mande Cianjur Tahun 2010 .

66

5.2.4 Gambaran Keterpaparan Informasi Kalsium Pada Siswi


SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 ..

68

5.2.5 Gambaran Pengaruh Teman Pada Siswi SMPN 1 Mande


Cianjur Tahun 2010 .

69

5.2.6 Gambaran Kesukaan Siswi SMPN 1 Mande Cianjur


terhadap Makanan Sumber Kalsium Tahun 2010 ...

70

5.2.7 Gambaran Ketersediaan Pangan Sumber KalsiumPada


Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010

71

5.3 Gambaran Hasil Analisis Bivariat

72

5.3.1 Gambaran antara Kebiasaan Jajan dengan Konsumsi


Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun
2010..

xiv

73

Halaman
5.3.2 Gambaran antara Pengetahuan Gizi dengan Konsumsi
Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun
2010

74

5.3.3 Gambaran antara Keterpaparan Informasi Kalsium


dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande
Cianjur Tahun 2010

75

5.3.4 Gambaran antara Pengaruh Teman dengan Konsumsi


Kalsium Pada Siswi SMPN 1Mande Cianjur Tahun
2010 .

76

5.3.5 Gambaran antara Kesukaan terhadap Makanan Sumber


Kalsium dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN
1 Mande Cianjur Tahun 2010 ..

77

5.3.6 Gambaran antara Ketersediaan Pangan Sumber Kalsium


dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande
Cianjur Tahun 2010

78

BAB VI PEMBAHASAN .

79

6.1 Keterbatasan Penelitian ..

79

6.2 Gambaran Konsumsi Kalsium Siswi SMPN 1 Mande


Cianjur Tahun 2010

xv

80

Halaman
6.3 Kebiasaan Jajan Siswi dengan Konsumsi Kalsium pada
Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010

86

6.4 Pengetahuan Gizi Siswi dengan Konsumsi Kalsium di


SMPN 1Mande Cianjur Tahun 2010 ..

88

6.5 Keterpaparan Informasi Kalsium dengan Konsumsi Kalsium


Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010.

91

6.6 Pengaruh Teman dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi


SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 .

93

6.7 Preferensi/ Kesukaan Siswi terhadap Makanan Sumber


Kalsium dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1
Mande Cianjur Tahun 2010.

95

6.8 Ketersediaan Pangan Sumber Kalsium dengan Konsumsi


Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010

97

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN.

101

7.1 Simpulan .

101

7.2 Saran

103

DAFTAR PUSTAKA .

107

LAMPIRAN

xvi

DAFTAR TABEL

Nama Tabel
Tabel 2.1

Halaman
Angka Kecukupan Gizi Kalsium Rata-rata yang
dianjurkan untuk pria dan wanita (per orang per hari)
Tahun 2004 ..

13

Tabel 2.2

Kebutuhan Kalsium Pada Setiap Fase

19

Tabel 2.3

Nilai Kalsium Berbagai Jenis Pangan (mg/100 g) ..

42

Tabel 3.1

Definisi Operasional ....

50

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Jumlah Siswa SMPN 1Mande


Cianjur Tahun 2010 Berdasarkan Jenis Kelamin.

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Kecukupan Konsumsi Kalsium


Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010.

Tabel 5.3

65

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Gizi PadaSiswi


SMPN 1Mande Cianjur Tahun 2010 ...

Tabel 5.5

64

Distribusi Frekuensi Kebiasaan Jajan Pada Siswi


SMPN1 Mande Cianjur Tahun 2010 ...

Tabel 5.4

63

67

Distribusi Frekuensi Keterpaparan Informasi Kalsium


Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010.

xvii

68

Nama Tabel
Tabel 5.6

Halaman
Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Kalsium Pada
Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010.

Tabel 5.7

Distribusi Frekuensi Pengaruh Teman Pada Siswi


SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 ..

Tabel 5.8

69

Distribusi

Frekuensi

Kesukaan

Terhadap

69

Pangan

Sumber Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur


Tahun 2010 ..
Tabel 5.9

70

Distribusi Frekuensi Ketersediaan Pangan Sumber


Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun
2010...

Tabel 5.10

Gambaran Kebiasaan Jajan dengan Konsumsi Kalsium


Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010

Tabel 5.11

71

73

Gambaran antara Pengetahuan Gizi Siswi dengan


Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur
Tahun 2010 ..

Tabel 5.12

74

Gambaran Keterpaparan Informasi Kalsium dengan


Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur
Tahun 2010 ..

Tabel5.13

75

Gambaran Pengaruh Teman dengan Konsumsi Kalsium


Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010

xviii

76

Nama Tabel
Tabel 5.14

Halaman
Gambaran

Kesukaan

Terhadap

Makanan

Sumber

Kalsium dengan Konsumsi Kalsium Siswi SMPN 1


Mande Cianjur Tahun 2010..
Tabel 5.15

77

Gambaran Ketersediaan Pangan Sumber Kalsium


dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande
Cianjur Tahun 2010..

xix

78

DAFTAR BAGAN

Nama Bagan
Bagan 2.1

Halaman
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Makan
Remaja .

Bagan 2.2

15

Faktor-faktor yang Berperan dalam Menentukan Status


Gizi Seseorang .

16

Bagan 2.3

Proses Pembentukan Fibrin .

39

Bagan 2.4

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat

Bagan 3.1

Konsumsi Kalsium Remaja .

46

Kerangka Konsep

49

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat izin penelitian


Lampiran 2 Kuesioner Penelitian
Lampiran 3 Hasil Analisis Univariat dan Bivariat

xxi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kalsium adalah mineral yang sangat penting bagi manusia, antara lain bagi
metabolisme tubuh, penghubung antar syaraf, kerja jantung, dan pergerakan otot.
Kecukupan asupan kalsium sangat penting untuk mencapai massa tulang puncak
optimal (Optimal Peak Bone Mass) dan mengurangi laju kehilangan tulang karena
bertambahnya usia (National Institute of Health, 1994 dan Kwalkarf, et.al, 2003).
Puncak massa tulang optimal terjadi sekitar umur 8-15 tahun, oleh karena itu
kebutuhan gizi pada fase ini lebih tinggi dari fase kehidupan lainnya (Almatsier,
2004). Septrisya (2006) menyebutkan bahwa Peak Bone Mass dapat diibaratkan
sebagai tabungan tulang yang mempunyai batas dalam pencapaiannya, yaitu
dekade ketiga.
Asupan kalsium biasanya diperoleh dari susu, keju, ikan, daging, telur,
kacang-kacangan, dan sayuran. National Institute of Health dalam Worthington
et.al (2000) menyebutkan bahwa di negara-negara maju seperti Amerika dan
Australia angka kecukupan kalsium yang dianjurkan bagi remaja adalah sebesar
1.200 sampai 1.500 mg/hari. Sedangkan standar Indonesia berdasarkan hasil
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII (WKNPG VIII) tahun 2004

menetapkan kebutuhan kalsium bagi remaja Indonesia usia 13 sampai 19 tahun


adalah sebesar 1.000 mg per hari.
Menurut data dari beberapa penelitian asupan kalsium remaja saat ini
masih kurang dari angka kecukupan yang dianjurkan, yaitu baru mencapai 254
mg per hari. Sebagaimana yang dikatakan oleh Syafiq dan Fikawati dalam
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia (2010), remaja putri di beberapa negara dan di Indonesia
mempunyai resiko paling besar terhadap asupan kalsium yang tidak adekuat, dan
asupan tersebut semakin menurun pada usia 10 sampai 17 tahun.
Penelitian Montomoli et.al dalam Puspasari (2004), menyebutkan bahwa
rata-rata konsumsi kalsium pada remaja di Itali hanya 829 mg/hari dan di Inggris
sekitar 750-900 mg/hari dari 800-1000 mg/hari yang dianjurkan. Survey
NHANES di Amerika Serikat (2001-2002) menyebutkan bahwa jumlah asupan
kalsium remaja putra usia 9-13 tahun sebesar 1139 mg/hari dan usia 14-18 tahun
sebesar 1142 mg/hari. Jumlah asupan remaja putri lebih rendah dari pada jumlah
asupan remaja putra. Jumlah asupan remaja putri usia 9-13 tahun sebesar 865
mg/hari dan usia 14-18 tahun sebesar 804 mg/hari. Greenfield et al., dalam
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI (2010) menyebutkan studi
yang dilakukan pada 649 remaja putri usia 12-14 tahun di Cina menunjukkan
bahwa asupan kalsium rata-rata hanya sebesar 356 mg/hari dan hanya 21%
didapat dari susu dan produknya.

Berdasarkan hasil survey SEAMIC dalam Aprianda (2007), asupan


kalsium masyarakat Indonesia hanya 254 mg/hari. Penelitian yang dilakukan
oleh Syafiq dan Fikawati (2004) terhadap murid Sekolah Menengah Umum
(SMUN) di Bogor menunjukkan bahwa asupan kalsium yang berasal dari susu
dan hasil olahannya ditambah suplemen kalsium pada remaja masih kurang dari
angka kecukupan yang dianjurkan, yaitu hanya sebesar 526,9 mg/hari atau 52,7%
dari Angka Kecukupan Gizi.
Sementara itu studi konsumsi kalsium lainnya yang dilakukan oleh
Puspasari tahun 2004 di Kota Bandung menunjukkan hasil yang tidak jauh
berbeda, yaitu rata-rata asupan kalsium remaja (dengan telah memperhitungkan
asupan suplemen kalsium) masih kurang dari angka kecukupan gizi yang
dianjurkan, yaitu hanya 55,9% AKG (pada laki-laki sebesar 593,52 mg/hari dan
perempuan sebesar 524,58 mg/hari). Bila tidak memperhitungkan suplemen
kalsium rata-rata asupannya lebih rendah lagi, yaitu hanya 51,7% atau 517,23
mg/hari (pada laki-laki sebesar 545,81 mg/hari dan pada perempuan 488,65
mg/hari).
Almatsier (2004) menyebutkan beberapa dampak dari kekurangan kalsium,
antara lain menyebabkan tulang kurang kuat, mudah bengkok, mudah rapuh,
osteomalasia atau riketsia, dan kejang otot. Witjaksono (2003) menyebutkan
dampak lain dari kekurangan kalsium yaitu dapat menyebabkan sulit tidur,
mudah tegang, emosi dan hiperaktif sebagai akibat dari terhambatnya pelepasan
neurotransmiter dan rusaknya mekanisme pengaktifan dan pengistirahatan saraf

pesan ke otak. Selain itu bila tubuh kekurangan kalsium sistem imunitas pun
akan menurun karena ion kalsium berperan sebagai sirene ketika tubuh diserang
bakteri, virus atau racun. Kurangnya kalsium juga akan mengurangi daya
kontraksi otot jantung dan menimbulkan asam lambung yang berlebihan.
Sedangkan

dampak

jangka

panjang

dari

kekurangan

kalsium

adalah

menyebabkan terjadinya osteoporosis atau pengeroposan tulang di usia lanjut.


Mengacu pada pendapat Worthington (2000) dan Apriadji (1986) tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi remaja, terdapat beberapa faktor
yang diduga berhubungan dengan konsumsi kalsium pada remaja diantaranya
yaitu karakteristik fisiologis yang terdiri dari umur dan jenis kelamin, tingkat
pengetahuan gizi remaja, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua dan pola
makan orang tua. Sedangkan menurut beberapa penelitian faktor-faktor yang
berhubungan dengan konsumsi kalsium diantaranya adalah pengetahuan gizi dan
kalsium, pengaruh teman, pekerjaan ibu, pendapatan orang tua, dan pengetahuan
gizi orang tua (Mulyani, 2009; Puspasari, 2004; Miller et al, 2001).
Kabupaten Cianjur merupakan kabupaten penghasil sayur-sayuran yang
sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Letak
geografisnya pun sangat strategis, yaitu berada diantara kota Jakarta dan
Bandung sehingga akses terhadap berbagai bahan makanan serta ketersediaan
bahan makanan khususnya sumber kalsium sangat mudah didapat.
Kecamatan Mande terletak di Cianjur bagian utara yang kaya dengan hasil
ikan, sayur-sayuran dan akses terhadap pangan sumber kalsiumnya pun sangat

mudah didapat. Sampai saat ini belum ada survei yang dilakukan di Kabupaten
Cianjur mengenai konsumsi kalsium masyarakatnya. Oleh karena itu peneliti
tertarik untuk meneliti konsumsi kalsium di Kabupaten Cianjur khusunya pada
remaja/siswi SMP di kecamatan Mande.
Selanjutnya dilakukan studi pendahuluan pada bulan Mei 2010 terhadap
siswi SMPN 1 Mande Kabupaten Cianjur. Berdasarkan studi pendahuluan
tersebut didapatkan bahwa rata-rata asupan kalsium 14 orang siswi SMPN 1
Mande Cianjur sebesar 353 mg/hari. Hal tersebut menunjukkan bahwa asupan
kalsium siswi masih kurang dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan
untuk remaja Indonesia yaitu sebesar 1.000 mg/hari. Berdasarkan fakta tersebut
maka penulis bermaksud untuk meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang
berhubungan dengan konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande, Kabupaten
Cianjur tahun 2010.

1.2 Rumusan Masalah


Pada periode remaja terjadi puncak pertumbuhan massa tulang/ Peak Bone
Mass yang menyebabkan kebutuhan gizi pada masa ini lebih tinggi daripada fase
kehidupan lainnya. Apabila pada masa ini kalsium yang dikonsumsi kurang maka
puncak pertumbuhan massa tulang tidak akan terbentuk secara optimal. Tulang
mudah patah dan rapuh, terjadi penurunan kekebalan tubuh, peningkatan asam
lambung, terjadinya penurunan daya kontraksi otot jantung, riketsia, kejang otot
dan dampak jangka panjangnya adalah osteoporosis/ pengeroposan tulang.

Di Indonesia hasil Widya Karya Pangan dan Gizi tahun 2004 menetapkan
Angka Kecukupan Gizi untuk kebutuhan Kalsium bagi remaja usia 13 sampai 19
tahun sebesar 1.000 mg/hari. Namun pada kenyataanya baik di negara-negara
maju maupun di Indonesia asupan kalsium pada remaja masih kurang dari angka
kecukupan yang dianjurkan.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Mei 2010
terhadap 14 orang siswi SMPN 1 Mande Cianjur didapatkan bahwa rata-rata
asupan kalsium siswi hanya sebesar 353 mg/hari. Hal tersebut menunjukkan
bahwa asupan kalsium siswi masih kurang dari Angka Kecukupan Gizi (AKG)
yang dianjurkan untuk remaja Indonesia yaitu sebesar 1.000 mg/hari.
Banyak faktor yang diduga berhubungan dengan konsumsi kalsium pada
remaja. Oleh karena itu penulis ingin meneliti lebih jauh lagi tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan konsumsi kalsium pada siswi SMPN 1 Mande,
Kabupaten Cianjur tahun 2010.

1.3 Pertanyaan Penelitian


1.

Bagaimana gambaran konsumsi kalsium pada siswi SMPN 1 Mande Cianjur


tahun 2010?

2.

Bagaimana gambaran kebiasaan jajan siswi di SMPN 1 Mande Cianjur tahun


2010?

3.

Bagaimana gambaran pengetahuan gizi siswi di SMPN 1 Mande Cianjur


Tahun 2010?

4.

Bagaimana gambaran keterpaparan informasi mengenai kalsium pada siswi


di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010?

5.

Bagaimana gambaran pengaruh teman pada siswi di SMPN 1 Mande Cianjur


Tahun 2010?

6.

Bagaimana gambaran kesukaan terhadap makanan sumber kalsium pada


siswi di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010?

7.

Bagaimana gambaran ketersediaan pangan sumber kalsium pada siswi di


SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010?

8.

Apakah ada hubungan antara kebiasaan jajan siswi dengan konsumsi


kalsium siswi di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010?

9.

Apakah ada hubungan antara pengetahuan gizi siswi dengan konsumsi


kalsium siswi di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010?

10. Apakah ada hubungan antara keterpaparan informasi mengenai kalsium


terhadap konsumsi kalsium siswi di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010?
11. Apakah ada hubungan antara pengaruh teman terhadap konsumsi kalsium
siswi di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010?
12. Apakah ada hubungan antara kesukaan terhadap makanan sumber kalsium
terhadap konsumsi kalsium siswi di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010?
13. Apakah ada hubungan antara ketersediaan pangan sumber kalsium terhadap
konsumsi kalsium siswi di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010?

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi
kalsium siswi di SMPN 1 Mande Cianjur tahun 2010.
1.4.2 Tujuan Khusus
1.

Diketahuinya gambaran konsumsi

kalsium pada siswi SMPN 1

Mande Cianjur tahun 2010.


2.

Diketahuinya gambaran kebiasaan jajan siswi SMPN 1 Mande


Cianjur tahun 2010.

3.

Diketahuinya gambaran pengetahuan gizi siswi SMPN 1 Mande


Cianjur Tahun 2010?

4.

Diketahuinya gambaran keterpaparan informasi mengenai kalsium


pada siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010.

5.

Diketahuinya gambaran pengaruh teman pada siswi SMPN 1 Mande


Cianjur Tahun 2010.

6.

Diketahuinya gambaran kesukaan terhadap makanan sumber kalsium


pada siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010.

7.

Diketahuinya gambaran ketersediaan pangan sumber kalsium pada


siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010.

8.

Diketahuinya hubungan antara kebiasaan jajan siswi dengan


konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010.

9.

Diketahuinya hubungan antara pengetahuan gizi siswi dengan


konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010.

10. Diketahuinya hubungan antara keterpaparan informasi mengenai


kalsium terhadap konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur
Tahun 2010.
11. Diketahuinya hubungan antara pengaruh teman terhadap konsumsi
kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010.
12. Diketahuinya hubungan antara kesukaan terhadap makanan sumber
kalsium terhadap konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur
Tahun 2010.
13. Diketahuinya hubungan antara ketersediaan pangan sumber kalsium
terhadap konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun
2010.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan untuk penelitian
berikutnya dengan mengembangkan metode yang lebih luas ruang
lingkupnya.

10

1.5.2 Bagi SMPN 1 Mande Cianjur


Diperolehnya informasi mengenai gambaran konsumsi kalsium siswi
serta dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan agar guru-guru
memberikan informasi mengenai zat gizi secara umum serta kalsium dan
manfaatnya kepada seluruh siswa SMPN 1 Mande setiap kali masuk kelas
khususnya pada mata pelajaran biologi dan pendidikan jasmani kesehatan.
1.5.3 Bagi siswa SMPN 1 Mande Cianjur
Diperolehnya informasi mengenai gambaran dan faktor-faktor yang
berhubungan dengan konsumsi kalsium mereka pada tahun 2010. Selain
itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran siswa
untuk memenuhi kebutuhan kalsium harian sesuai anjuran sebagai salah
satu pencegahan terhadap terjadinya osteoporosis di masa mendatang.
1.5.4 Bagi Puskesmas Mande
Hasil penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam membuat
program-program di lingkungan wilayah kerja. Sehingga tidak hanya
individu atau lingkungan rumah, tetapi juga melibatkan lingkungan sekolah
dan tidak hanya tingkat SD saja yang diintervensi tetapi juga tingkat SLTP.

11

1.6 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian

mengenai faktor-faktor

yang

berhubungan dengan konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Kabupaten


Cianjur. Mahasiswi peminatan gizi Program Studi Kesehatan Masyarakat
merupakan peneliti. Alasan dilakukan penelitian ini karena berdasarkan studi
pendahuluan asupan kalsium rata-rata siswi SMPN 1 Mande Cianjur sebesar 353
mg/hari, padahal asupan kalsium yang dianjurkan bagi remaja berdasarkan
Angka Kecukupan Gizi (AKG) orang Indonesia yaitu sebesar 1.000 mg/hari.
Penelitian akan dilakukan pada bulan Juli tahun 2010 di SMPN 1 Mande Cianjur
dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif dan desain studi cross
sectional.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsumsi Kalsium Remaja


Brown (2005) mengatakan konsumsi kalsium pada remaja sangatlah
penting untuk menambah kepadatan massa tulang dan mengurangi resiko patah
tulang/ fraktur dan pengeroposan tulang/osteoporosis. Kurang lebih 45% massa
tulang dewasa dibentuk dan 20% tinggi badan dewasa dicapai pada saat remaja.
Brown (2005) juga mengatakan bahwa remaja mampu menyimpan kalsium
empat kali lebih banyak daripada orang dewasa. Penambahan kalsium pada
tulang hampir tidak ada pada usia 26 tahun pada laki-laki dan 24 tahun pada
perempuan. Sehingga jelas asupan kalsium terpenting yaitu pada masa remaja.
Selain itu Almatsier (2004) menyatakan bahwa pada masa remaja terjadi
puncak pertumbuhan massa tulang/ Peak Bone Mass (PBM) yang menyebabkan
kebutuhan gizi pada masa ini lebih tinggi daripada fase kehidupan lainnya.
Septrisya (2006) menyatakan bahwa PBM dapat diibaratkan sebagai tabungan
tulang yang mempunyai batas dalam pencapaiannya, yaitu sekitar dekade ketiga,
karenanya orang berusia dibawah 30 tahun harus memperhatikan asupan
kalsiumnya. Setelah dekade ketiga, densitas atau massa tulang akan semakin
berkurang.

12

13

2.2 Angka Kecukupan Kalsium Remaja


Asupan kalsium yang memadai adalah penting untuk mencapai massa
tulang yang optimal (optimal peak bone mass). Kartono dan Soekatri (2004)
menyebutkan bahwa Hasil Widya Karya Pangan dan Gizi tahun 2004
menetapkan Angka Kecukupan Gizi untuk kebutuhan Kalsium bagi remaja usia
13 sampai 19 tahun adalah sebesar 1.000 mg/hari. Pada teori lain yaitu teori
Piliang, dkk (2006) menyebutkan bahwa kebutuhan kalsium sebesar 800 mg/hari.
Berikut ini disajikan tabel angka kecukupan gizi kalsium rata-rata yang
dianjurkan (per orang per hari) dalam Departemen Gizi Masyarakat Fakultas
Ekologi Manusia (FEMA) IPB (2009):
Tabel 2.1
Angka Kecukupan Gizi Kalsium Rata-rata yang Dianjurkan
Untuk Pria dan Wanita (per orang per hari) Tahun 2004
Umur
10-12 tahun
13-15 tahun
16-18 tahun
19-29 tahun
30-49 tahun
50-64 tahun
65 tahun

Kalsium (mg)
1000
1000
1000
800
800
800
800

Sumber : Departemen Gizi Masyarakat FEMA Institut Pertanian Bogor,


Ilmu Gizi Dasar (2009).

14

2.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Kalsium


Remaja
Worthington-Robert

(2000)

menyebutkan

banyak

faktor

yang

mempengaruhi kebiasaan makan. Pertumbuhan remaja meningkatkan partisipasi


dalam kehidupan sosial, dan aktivitas remaja dapat menimbulkan dampak
terhadap apa yang dimakan remaja. Remaja mulai dapat membeli dan
mempersiapkan makanan untuk mereka sendiri, dan biasanya remaja lebih suka
makanan serba instan yang berasal dari luar rumah. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumsi remaja digambarkan dalam bagan dibawah ini:

15

Bagan 2.1
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Makan Remaja
Sosial- ekonomi-politik, ketersediaan
makanan, produksi, sistem distribusi

Faktor eksternal :
-

Faktor internal :

Jumlah dan
karakteristik keluarga
Peran orang tua
Teman sebaya
Sosial budaya
Nilai dan norma
Media massa
Fast food
Pengetahuan gizi
Pengalaman individu

Kebutuhan fisiologis
tubuh
Body image
Self concept
Keyakinan dan
individu
Pemilihan dan arti
makanan
Perkembangan
psikososial
kesehatan

Gaya hidup
Perilaku makan individu

Sumber : Worthington,2000.
Apriadji (1986) juga menyatakan beberapa faktor yang mempengaruhi
konsumsi makan seseorang dikaitkan dengan status gizi diantaranya adalah
pendapatan keluarga, harga bahan makanan, tingkat pengelolaan sumberdaya
lahan dan pekarangan, daya beli keluarga, latar belakang sosial budaya, tingkat
pendidikan dan pengetahuan gizi, dan jumlah anggota keluarga. Faktor-faktor
tersebut digambarkan dalam bagan berikut:

16

Bagan 2.2
Faktor-Faktor yang Berperan dalam Menentukan Status Gizi Seseorang
Pendapatan Keluarga
Harga Bahan
Makanan
Tingkat Pengelolaan
Sumberdaya
Pekarangan

Daya Beli
Keluarga

Latar Belakang
Sosial Budaya

Tingkat Pendidikan Gizi


dan Pengetahuan Gizi

Konsumsi Makanan

Jumlah Makanan

Jumlah Anggota
Keluarga

Kebersihan Lingkungan

Mutu Makanan

STATUS GIZI SESEORANG

Infeksi Internal:
- Cacingan
- Diare

Sumber: Apriadji (1986), Gizi Keluarga

Berdasarkan teori Apriadji (1986) dan Worthington (2000) faktor-faktor


yang diduga berhubungan dengan konsumsi kalsium remaja, diantaranya adalah:
1. Umur
Worthington (2000) mengatakan bahwa umur mempunyai peranan
penting dalam menentukan pemilihan makanan. Saat bayi tidak mempunyai

17

pilihan terhadap yang akan dimakan, akan tetapi setelah dewasa orang
mempunyai kontrol terhadap yang akan dimakan. Proses ini sudah mulai
pada masa anak-anak, karena pada masa ini mereka mulai memiliki kesukaan
terhadap makanan tertentu. Saat seseorang tumbuh menjadi remaja dan
dewasa, pengaruh kebiasaan makan mereka sangat kompleks.
Dalam penelitian Rita (2002) ditemukan bahwa umur berpengaruh
terhadap kecepatan seseorang untuk menerima dan merespon informasi yang
diterima dan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan
preferensi/kesukaan terhadap konsumsi pangan.
Berdasarkan Penelitian Novianty (2007) ditemukan bahwa tidak ada
hubungan antara umur dengan kecukupan kalsium pada anak sekolah dasar di
Depok.

2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin menentukkan besar kecilnya kebutuhan gizi bagi
seseorang. Pertumbuhan dan perkembangan individu sangat berbeda antara
laki-laki dan perempuan (Worthington, 2000).
Whiting et al (2004) menyatakan anak laki-laki dan perempuan berbeda
dalam penyimpanan kalsium dalam tubuh. Perbedaan ini terletak dalam hal
keefektifan penyerapan kalsium dan kehilangan kalsium dalam tubuh. Pada
rentang usia yang sama, laki-laki lebih banyak asupan kalsiumnya
dibandingkan dengan perempuan.

18

Hasil penelitian Puspasari (2004) terhadap siswa-siswi SMUN di kota


Bandung menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara asupan
kalsium pada anak perempuan dan anak laki-laki. Asupan kalsium yang
kurang lebih banyak ditemukan pada anak perempuan (79,4%) dibandingkan
pada anak laki-laki (72,9%) dengan nilai odds rasio sebesar 1,44. Artinya
remaja putri mempunyai peluang memiliki asupan kalsium yang kurang
sebesar 1,44 kali dibanding remaja laki-laki.

3. Kebutuhan Fisiologis Tubuh


Setiap individu memiliki kebutuhan fisiologis tubuh yang berbeda. Hal
tersebut menyebabkan tingkat kebutuhan gizi setiap individu berbeda.
Sebagai contoh, kebutuhan fisiologis ibu hamil, dan ibu menyusui akan
berbeda dengan kebutuhan fisiologis anak balita, atau kebutuhan gizi orang
yang sedang sakit akan berbeda dengan kebutuhan gizi orang yang sehat.
Oleh karena itu, kebutuhan fisiologis tubuh berperan dalam menentukan
perilaku konsumsi individu dan pemilihan makanan apa saja yang
dikonsumsi (Suhardjo, 2006).
Kebutuhan kalsium setiap individu pun berbeda. Kebutuhan kalsium
pada masa remaja lebih tinggi daripada kebutuhan kalsium pada masa
lainnya, karena pada masa remaja terjadi puncak pertumbuhan massa tulang
(Almatsier, 2004).
Berikut ini disajikan tabel kebutuhan kalsium pada setiap fase:

19

Tabel 2.2
Kebutuhan Kalsium Pada Setiap Fase
Fase
Anak-Anak
0-6 bulan
7-12 bulan
1-3 tahun
4-6 tahun
7-9 tahun
Remaja (Usia 10-18 tahun)
Laki-laki
Perempuan
Dewasa (Usia 19-49 tahun)
Laki-laki
Perempuan
Lansia ( 50 tahun)
Laki-laki
Perempuan
Ibu Hamil
Ibu Menyusui

Kebutuhan
Kalsium (mg/hari)
200
400
500
500
600
1000
1000
800
800
800
800
+150
+150

Sumber: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004)

4. Body Image/Citra Tubuh


Rice (2001) dalam Meliana (2006) mendefinisikan citra tubuh sebagai
pandangan seseorang tentang tubuhnya, suatu gambaran mental seseorang
mencakup pikiran, persepsi, perasaan, emosi, imajinasi, penilaian, sensasi
fisik, keadaan dan perilaku mengenai bentuk tubuhnya yang dipengaruhi oleh
idealisasi pencitraan tubuh di masyarakat dan interaksi sosial seseorang
dalam lingkungannyandaan dapat mengalami perubahan.

20

Purwaningrum (2008), remaja yang mempunyai perilaku makan negatif


dikaitkan dengan citra raga yang dimiliki. Individu merasa tidak puas dengan
penampilannya sendiri. Remaja cenderung menginginkan penampilan yang
ideal seperti bintang film, penyanyi dan model. Suatu studi di AS mengenai
body image pada remaja putri menunjukkan bahwa 70 % subjek
mengungkapkan keinginan untuk mengurangi berat badannya karena merasa
kurang langsing. Padahal hanya 15 % di antara mereka yang menderita
overweight.

5. Konsep Diri
Yayasan Peduli Proriasis Indonesia (2006) dalam Handayani (2009)
menyatakan bahwa konsep diri akan mempengaruhi penilaian terhadap diri
sendiri. Bila seseorang menilai diri sendiri positif, maka seseorang akan
memasuki dunia dengan harga diri yang positif dan penuh percaya diri. Bila
terjadi distorsi atau perubahan dalam citra tubuh seseorang, maka konsep
dirinya akan berubah dan akan mempengaruhi perilaku konsumsi individu
tersebut.
Penelitian Handayani (2009) ditemukan bahwa konsep diri berpengaruh
secara signifikan terhadap perilaku konsumsi individu, yaitu dengan semakin
baik konsep diri seseorang, maka akan semakin baik perilaku konsumsi orang
tersebut.

21

6. Keyakinan, Nilai dan Norma


Suhardjo (2006) menyatakan bahwa pada masyarakat tertentu, terdapat
satu pameo yaitu semakin tinggi tingkat keprihatinan seseorang maka akan
semakin bahagia dan bertambah tinggi taraf sosial yang dicapainya.
Keprihatinan ini dapat dicapai dengan tirakat yaitu suatu kepercayaan
melakukan kegiatan fisik dan mengurangi tidur, makan dan minum atau
berpantang melakukan sesuatu.
Sediaoetama (1996) menyatakan bahwa kepercayaan atau keyakinan
masyarakat tentang konsepsi kesehatan dan gizi sangat berpengaruh terhadap
pemilihan bahan makanan. Suhardjo (1996) juga menyatakan bahwa pola
konsumsi makanan merupakan hasil kepercayaan masyarakat

yang

bersangkutan, dan mengalami perubahan terus menerus menyesuaikan


dengan kondisi lingkungan dan tingkat kemajuan budaya masyarakat
tersebut. Dalam penelitian Suhardjo (1996) ditemukan bahwa keyakinan dan
norma yang berlaku di masyarakat dapat mempengaruhi perilaku konsumsi
masyarakat.

7. Pemilihan dan Arti Makanan (Preference)


Preferensi pangan diasumsikan bahwa sikap seseorang terhadap
makanan, suka atau tidak suka akan berpengaruh terhadap konsumsi pangan.
Pangan yang dikenal dan dipelajari untuk disenangi pada masa kanak-kanak

22

pada umumnya dilanjutkan menjadi preferensinya sampai tumbuh dewasa


(Suhardjo, 1996).
Fisiologi, perasaan, dan sikap terintegrasi membentuk preferensi
terhadap pangan dan akhirnya membentuk perilaku konsumsi pangan.
Interaksi dengan keluarga dan teman-teman akan mempengaruhi preferensi
terhadap pangan. Preferensi yang bersifat positif berarti penerimaan terhadap
pangan tersebut. Preferensi terhadap pangan bersifat plastis, terutama pada
orang-orang muda dan akan permanen bila seseorang telah memiliki gaya
hidup yang kuat (Sanjur, 1982). Selain pengaruh reaksi indera terhadap
pemilihan pangan, kesukaan pangan pribadi makin terpengaruh oleh
pendekatan melalui media radio, televisi, pamflet, iklan, dan bentuk media
massa lain (Suhardjo, 1996).
Kesukaan terhadap makanan dianggap sebagai faktor penentu dalam
mengonsumsi makanan termasuk kalsium. Suhardjo (2006) mengatakan suka
atau tidak sukanya seseorang terhadap makanan tergantung dari rasa karena
rasa merupakan suatu faktor penting dalam pemilihan pangan yang meliputi
bau, tekstur dan suhu. Anak-anak dapat menilai rasa tersebut berdasarkan
pengalamannya dan cenderung akan mempengaruhi pemilihan makan saat
dewasa. Namun pada penelitian lain kesukaan dapat dipengaruhi oleh teman
sebaya. Kesukaan terhadap makanan mempunyai pengaruh terhadap
pemilihan makanan.

23

Dalam melakukan pengukuran terhadap preferensi makanan dapat


digunakan skala, dimana contoh ditanya untuk dapat mengindikasikan
seberapa besar dia menyukai makanan berdasarkan kriteria. Skala
pengukuran dapat dibedakan menjadi sangat tidak suka, tidak suka, netral,
suka, dan sangat suka. Skala hedonik adalah salah satu cara untuk mengukur
derajat suka atau tidak suka seseorang. Derajat kesukaan seseorang diperoleh
dari pengalamannya terhadap makanan yang akan memberikan pengaruh
yang kuat pada angka preferensinya (Sanjur, 1982).

8. Perkembangan Psikososial
Menurut Chaplin (2004) perkembangan psikososial merupakan berbagai
kejadian yang berkaitan dengan relasi sosial atau hubungan kemasyarakatan
dan mencakup faktor-faktor psikologis dari seseorang. Keadaan psikososial
individu akan berpengaruh terhadap perilaku individu tersebut, salah satunya
adalah perilaku konsumsi. Seseorang dengan kondisi psikososial yang baik
akan cenderung lebih teratur dalam mengkonsumsi dan memilih makanan.

9. Kesehatan
Definisi sehat menurut WHO 1990 dalam Alamtsier (2004) yaitu
keadaan sejahtera secara fisik, mental dan sosial, tidak hanya terbebas dari
penyakit atau kecacatan. Sedangkan berdasarkan Undang-Undang Kesehatan
no. 23 tahun 1992, kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial

24

yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial dan
ekonomi.
Penelitian yang dilakukan oleh Puspitarani (2006) ditemukan tidak
adanya hubungan yang signifikan antara kesehatan individu dengan perilaku
konsumsi, yaitu walaupun seseorang sedang sakit, terkadang tidak terlalu
memperhatikan pola konsumsinya.

10. Jumlah dan Karakteristik Keluarga


Sediaoetama (2006) menyebutkan keluarga dengan banyak anak dan
jarak kelahiran antar anak amat dekat akan menimbulkan masalah. Dalam hal
ini, jumlah keluarga akan mempengaruhi pola pengalokasian pangan pada
rumah tangga. Suhardjo (1996) menyebutkan semakin besar jumlah anggota
keluarga, maka alokasi pangan untuk individu akan semakin berkurang.
Hasil penelitian Pratiwi (2006) diketahui bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara keluarga kecil dan keluarga besar terhadap perilaku
konsumsi individu. Namun penelitian Srimaryani (2010), diketahui bahwa
ada hubungan antara jumlah keluarga dengan perilaku konsumsi individu.
Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga
maka akan semakin banyak pangan yang dikonsumsi dan pembagian
makanan dalam keluarga tersebut akan lebih sedikit dibandingkan dengan
keluarga yang jumlahnya sedikit.

25

Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah karakteristik keluarga yang


terdiri dari pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Suhardjo (1986)
menyatakan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah belum tentu
kurang mampu dalam pemilihan makanan yang baik, jika orang tersebut
rajin mendengarkan penyuluhan atau informasi mengenai gizi. Menurut Berg
(1986) latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur
penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizinya karena dengan tingkat
pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan atau informasi tentang
gizi yang dimiliki menjadi lebih baik. Sering masalah gizi timbul karena
ketidaktahuan atau kurang informasi tentang gizi yang memadai.
Selanjutnya Apriadji (1986) menyatakan faktor pendidikan turut pula
menentukan

mudah

tidaknya

seseorang

menyerap

dan

memahami

pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Dalam kepentingan gizi keluarga,


pendidikan amat diperlukan agar seseorang lebih tanggap terhadap adanya
masalah gizi di dalam keluarga dan bisa mengambil tindakan secepatnya.
Akan tetapi, seseorang dengan pendidikan rendah belum tentu kurang
mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan
dengan orang lain yang pendidikannya lebih tinggi. Karena sekalipun
berpendidikan rendah, kalau orang tersebut rajin mendengarkan atau melihat
informasi mengenai gizi, bukan mustahil pengetahuan gizinya akan lebih
baik.

26

Pada penelitian ini salah satu variabel yang diambil adalah pendidikan
ibu. Nizar dalam Ikhsan (2004) menyebutkan tingkat pendidikan ibu sangat
berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi
keluarga karena ibu memegang peranan penting dalam pengelolaan rumah
tangga. Ibu yang berpendidikan tinggi mempunyai sikap yang positif
terhadap gizi sehingga pada akhirnya akan semakin baik kuantitas dan
kualitas gizi yang dikonsumsi keluarga.
Penelitian Puspasari (2004) menyebutkan bahwa pendidikan orang tua
yang rendah, asupan kalsium yang kurang sebesar 77,9% sedangkan pada
pendidikan orang tua yang tinggi, asupan kalsium yang kurang sebesar
75,7%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan orang tua yang
rendah asupan kalsium yang kurang lebih tinggi 2,2% dibandingkan dengan
pendidikan orang tua yang tinggi.
Pekerjaan orang tua pun turut menentukan kecukupan gizi dalam
sebuah keluarga. Berg (1986) berpendapat bahwa pekerjaan berhubungan
dengan jumlah gaji atau pendapatan yang diterima. Semakin tinggi
pendapatan seseorang maka akan berpengaruh terhadap kualitas dan
kuantitas makanan yang dibeli (Apriadji, 1986). Menurut penelitian Puone
dalam Guthrie (1995) diketahui bahwa ada hubungan antara penghasilan
keluarga dengan tingkat konsumsi masyarakat. Terutama pada makanan
sumber kalsium utama yaitu susu dan hasil olahannya yang masih merupakan
makanan mahal di negara berkembang, termasuk Indonesia.

27

Selanjutnya Sukarbi dalam Gabriel (2008) menyebutkan pekerjaan


memiliki peranan penting dalam kehidupan sosial ekonomi dan memiliki
keterkaitan dengan faktor lain seperti kesehatan.
Salah satu variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah pekerjaan
ibu. Hasil penelitian Mulyani (2009) tentang konsumsi konsumsi kalsium
pada remaja di SMPN 201 Jakarta Barat menunjukkan bahwa konsumsi
kalsium yang kurang lebih besar didapatkan pada ibu yang bekerja (sebesar
58,3%) dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja (sebesar 45,9%).
Sedangkan konsumsi kalsium yang baik lebih besar didapatkan pada ibu
yang tidak bekerja (sebesar 54,1%) dibandingkan dengan ibu yang bekerja
(sebesar 47,1%).
Berdasarkan hasil penelitian Ikhsan (2004) mengenai faktor-faktor
yang berhubungan dengan asupan kalsium pada remaja di SMUN 28 Jakarta
menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu
dengan asupan kalsium. Proporsi responden dengan asupan kalsium <600
mg/hari terjadi pada ibu yang tidak bekerja sebesar 54,3% lebih besar
dibandingkan pada ibu bekerja.

11. Peran Orang Tua


Pola kebiasaan makan anak berawal dari keluarga. Khomsan (2007)
menyatakan selama masa anak-anak, orang tua memiliki pengaruh yang
sangat besar dalam sikap tentang makanan, pemilihan makanan dan pola

28

makan. Tetapi jika sudah menganjak remaja mereka menunjukkan


kemandiriannya dan dapat memilih makanan sekehendak mereka. Oleh
karena itu pengaruh keluarga terhadap perilaku makan mulai berkurang.
Khomsan pun menyatakan pada zaman modern seperti sekarang ini,
orang tua memang telah menjadi manusia sibuk karena urusan di luar rumah
tangga. Oleh karena itu, peran orang tua saat ini sangat penting dalam
mendorong kebiasaan makan sehat bagi anak-anaknya.

12. Teman Sebaya (Peer Group)


Gifft, et al dan Hurlock dalam Mulyani (2009) menyebutkan pengaruh
peer group adalah yang terpenting selama masa remaja di sekolah. Pada
situasi tertentu pengaruh peer group lebih besar daripada pengaruh keluarga .
Ketika anak mulai sekolah tekanan teman sebaya mulai mempengaruhi
pemilihan makanan yang menyebabkan pengabaian terhadap kebutuhan gizi.
Remaja mulai peduli terhadap penampilan fisik dan perilaku sosial, serta
berusaha untuk mendapatkan penerimaan dari teman sebayanya. Pemilihan
makanan menjadi penting supaya mereka diterima oleh teman sebayanya.
Menurut Nimpoeno dalam Mulyani (2009), terdapat rasa kekamian
yang menyebabkan anggota-anggota peer group bertindak sama satu dengan
yang lainnya. Selanjutnya Hurlock dalam Mulyani (2009) mengemukakan
bahwa pengaruh peer group semakin kuat pada remaja untuk dapat diterima

29

sebagai anggota peer group, untuk itu ia akan menyesuaikan tingkah lakunya
dengan aturan-aturan dalam peer group tersebut.
Mulyani (2009) mengatakan pengaruh peer group terhadap konsumsi
terjadi terutama karena kepatuhan anggota untuk melakukan tindakan yang
sama dengan anggota lainnya serta upaya yang kuat untuk tidak melanggar
aturan dalam peer group tersebut. Disamping itu peer group juga dapat
berpengaruh terhadap konsumsi jajanan.
Mc Williams (1993) menyatakan bahwa remaja SMP cenderung
memiliki perilaku makan yang labil, karena selain masih dipengaruhi
keluarga, pengaruh teman juga semakin kuat. Kedua pengaruh ini akan
menentukan perilaku makan remaja selanjutnya.
Miller et al (2001) menyatakan teman juga berpengaruh terhadap
konsumsi kalsium, karena remaja pada umumnya semakin mandiri dalam
memilih makanan namun pengaruh teman sebaya semakin berpengaruh
terhadap pemilihan makanan yang hendak dimakan. Biasanya remaja lebih
memilih makanan populer yang rendah kalsium daripada makanan yang
sehat kaya kalsium.
Dalam penelitian Savitri (2009), ditemukan bahwa teman sebaya
berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku konsumsi individu, yaitu
dalam memilih jenis makanan.

30

13. Informasi/Media Massa


Informasi dapat diakses oleh siapapun melalui media massa atau
lainnya. Menurut Fisher dan Diane (2003) dalam Bahria (2009) media massa
berpengaruh positif mempromosikan informasi kesehatan dan peningkatan
kesadaran atau pemilihan makanan yang tepat. Berg (1986) berpendapat
bahwa media massa terutama iklan-iklan perdagangan dan promosi penjualan
sangat mempengaruhi pada pemilihan susunan makanan. Keunggulan
pemakaian media massa adalah dapat menjangkau setiap orang dalam bentuk
yang sama dan dapat menimbulkan pengalaman yang sama.
Suhardjo (1986) juga mengatakan bahwa media massa sebagai salah
satu sarana komunikasi berpengaruh besar membentuk opini dan
kepercayaan seseorang. Ewles dalam Afianti (2008) menyebutkan televisi,
radio, majalah, koran dan buku dapat dijadikan saluran komunikasi bagi
sejumlah orang. Lastariwati dan Ratnaningsih (2006) dalam Yunaeni (2009)
menyebutkan remaja yang masih dalam proses mencari jati diri, sering kali
menjadi sasaran empuk bagi produsen yang menawarkan produknya. Hal ini
dikarenakan remaja paling cepat dan efektif dalam penyerapan gaya hidup
konsumtif, baik dalam kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder.
Khomsan (2003) dalam Bahria (2009) menyebutkan rata-rata remaja
menghabiskan waktunya selama 2,5 jam per hari di depan pesawat TV. Pada
kesempatan ini mereka dijejali berbagai iklan tentang makanan atau
minuman. Iklan makanan atau minuman yang menggunakan seorang bintang

31

sebagai model akan lebih mudah memikat mereka. Mereka langsung menjadi
penggemar berat, terlepas apakah minuman itu bergizi atau tidak. Survei di
AS menunjukkan 65% makanan yang diiklankan melalui TV berwujud
minuman atau makanan manis (berkalori tinggi).

Iklan di TV sering

menampilkan makanan snack ringan yang rendah gizinya, makanan instant


yang bisa disajikan secara cepat dan aspek lain yang tidak mendukung
makanan gizi seimbang.
Menurut Schlenker (2007) dalam Bahria (2009) perkembangan
teknologi dan media massa juga mempunyai peran dalam pemilihan
makanan. Akan tetapi hasil penelitian Srimaryani (2010), menunjukkan
bahwa iklan atau media massa tidak berpengaruh terhadap perilaku konsumsi
individu.

14. Fast Food


Worthington (2000) menyebutkan bahwa pertumbuhan remaja
meningkatkan partisipasi dalam kehidupan sosial, dan aktivitas remaja dapat
menimbulkan dampak terhadap apa yang dimakan remaja. Remaja mulai
dapat membeli dan mempersiapkan makanan untuk mereka sendiri, dan
biasanya remaja lebih suka makanan serba instan yang berasal dari luar
rumah seperti fast food. Fast food mengandung zat gizi yang terbatas atau
rendah, diantaranya adalah kalsium, ribovlafin, vitamin A, magnesium,

32

vitamin C, folat, dan serat. Selain itu, kandungan lemak dan natrium cukup
tinggi pada berbagai fast food.
Menurut Sekarindah (2008) alasan seseorang memilih makanan cepat
saji/fast food yaitu karena praktis, rasanya enak, mudah didapat dan tingkat
kesibukan yang tinggi sehingga tidak sempat menyiapkan makanan yang
sehat dan alami.

15. Pengetahuan Gizi


Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah
seseorang

melakukan

penginderaan

terhadap

suatu

objek

tertentu.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk


tindakan seseorang. Perilaku yang dilakukan dengan berdasarkan pada
pengetahuan akan bertahan lebih lama dan kemungkinan menjadi perilaku
yang melekat pada seseorang dibandingkan jika tidak berdasarkan
pengetahuan.
Khomsan (2007) menyebutkan bahwa pengetahuan gizi menjadi
landasan dalam menentukan konsumsi pangan individu. Jika seseorang
memiliki pengetahuan gizi yang baik maka cenderung untuk memilih
makanan yang bernilai gizi tinggi. Selain itu, pengetahuan gizi dapat
meingkatkan seseorang dalam menerapkan pengetahuan gizinya dalam
memilih maupun mengolah bahan makanan sehingga kebutuhan gizi
tercukupi. Sedangkan Suhardjo (1986) berpendapat bahwa penyebab penting

33

gangguan gizi karena kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan


untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil penelitian Mulyani (2009) tentang konsumsi kalsium pada remaja
di SMPN 201 Jakarta Barat menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan dengan konsumsi kalsium pada remaja (nilai P
= 0,035) dengan nilai odds rasio sebesar 2,597 yang artinya remaja yang
pengetahuan tentang kalsiumnya kurang mempunyai peluang 2,6 kali
mengkonsumsi kalsium yang tidak adekuat. Remaja yang memiliki tingkat
pengetahuan kurang dan konsumsi kalsiumnya juga kurang sebesar 58,6%,
sedangkan remaja yang tingkat pengetahuannya kurang dan konsumsi
kalsiumnya baik sebesar 41,4%. Remaja yang tingkat pengetahuannya cukup
dan konsumsi kalsiumnya baik sebesar 64,7%, sedangkan remaja yang
tingkat pengetahuannya cukup dan konsumsi kalsiumnya kurang sebesar
35,3%.
Puspasari (2004) menyatakan bahwa pengetahuan kalsium terutama
yang berasal dari makanan dan sumber-sumbernya merupakan langkah awal
untuk meningkatkan asupan kalsium, karena remaja yang asupan kalsiumnya
kurang masih memerlukan informasi yang spesifik mengenai sumber-sumber
kalsium.

34

16. Pengalaman Individu


Dalam perjalanan hidup manusia, terjadi berbagai macam pengalaman.
Salah satunya adalah pengalaman dalam mengkonsumsi makanan. Seseorang
tentu memiliki penilaian tersendiri terhadap jenis makanan tertentu. Ada yang
tiak mau mengkonsumsi makanan tertentu karena berdasarkan pengalaman
pribadi bahwa makanan tersebut menimbulkan alergi atau memiliki rasa yang
kurang enak, penampilan kurang menarik dan lain-lain (Suhardjo, 2006).

17. Sosial, Ekonomi, Politik


Sistem sosial, ekonomi, potitik dalam suatu Negara merupakan salah
satu penyebab mendasar yang mempengaruhi perilaku konsumsi di
masyarakat. Negara dengan sistem sosial, ekonomi dan politik, maka
ketersediaan pangana bagi masyarakat akan mengalami gangguan bahkan
kekurangan pangan yang dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan
(Suhardjo, 2006).

18. Ketersediaan Makanan


Ulrich

(1996)

dalam

Anastasia

(2008),

menyebutkan

bahwa

ketersediaan bahan makanan sumber kalsium di rumah dapat meningkatkan


asupan kalsium remaja. Sebuah studi menemukan bahwa ibu yang
menyediakan susu dan biasa minum susu, memiliki anak yang juga
cenderung gemar mengkonsumsi susu.

35

Suhardjo (1986), menyebutkan bahwa peranan ibu dalam menyediakan


makanan banyak berpengaruh terhadap pembentukan kebiasaan makan anakanak didalam rumah, karena ibu yang mempersiapkan makanan, mulai dari
mengatur

menu,

berbelanja,

memasak,

menyiapkan/menghidangkan

makanan, mendistribusikan makanan serta megajarkan tata cara makan


terhadap anaknya.

19. Produksi
Produksi pangan di Negara berkembang masih tergolong rendah,
rendahnya produksi pangan dapat disebabkan oleh produktivitas lahan yang
kurang dan harus ditanggulangi dengan intensifikasi pertanian. Sebab lain
yaitu karena petani beralih ke tanaman non pangan atau mengubah lahan
pertanian yang ada menjadi lahan untuk industry atau pemukiman.
Rendahnya produksi dapat berakibat pada rendahnya ketersediaan pangan
bagi penduduk dan mempengaruhi perilaku konsumsi masyarakat (Suhardjo,
2006).

20. Sistem Distribusi


Barker (2002) dalam Rahmawati (2000) menyatakan bahwa faktor lain
yang mempengaruhi perilaku konsumsi individu adalah adanya sistem
distribusi pangan ke masyarakat. Salah satu contoh kasus yaitu tidak
tersedianya makanan terjadi karena persediaan di gudang habis dan tidak ada

36

transportasi disekitarnya atau sistem distribusi mengalami gangguan. Hal


inilah yang menyebabkan mal nutrisi, karena penduduk kekurangan bahan
pangan untuk dikonsumsi.

21. Gaya Hidup


Suhardjo (2006), menebutkan bahwa gaya hidup merupaka suatu
konsep cara hidup dalam masyarakat yang berasal dari berbagai maca
interaksi sosial, budaya dan keadaan lingkungan. Gaya hidup dipengaruhi
oleh beragam hal yang terjadi didalam keluarga atau rumah tangga. Dapat
dikatakan bahwa keluarga atau rumah tangga merupakan faktor utama dalam
pembentukan gaya hidup terkait pola perilaku makan dan juga dalam
pembinaan kesehatan keluarga.
Suhardjo juga menyatakan bahwa orang dengan gaya hidup modern
akan terbiasa mengkonsumsi makanan dengan harga yang mahal, sedangkan
orang kelas menengah kebawah atau orang miskin di desa tidak sanggup
membeli makanan jadi, daging, buah dan sayuran yang mahal, karena
dipengaruhi oleh gaya hidup sederhana, termasuk untuk membeli susu.

2.4 Fungsi Kalsium


Kalsium mempunyai peranan penting di dalam tubuh. Beberapa fungsi
kalsium diantaranya adalah :

37

1. Pembentukan Tulang
Kalsium memberikan kekuatan mekanis pada tulang dan gigi. Almatsier
(2004) menyebutkan bahwa kalsium dalam tulang mempunyai dua fungsi
yaitu sebagai bagian integral dari struktur tulang dan sebagai tempat
menyimpan kalsium.
Guthrie dan Picciano (1995) menyatakan proses pembentukan tulang
dimulai pada awal perkembangan janin, dengan membentuk matriks yang
kuat, tetapi masih lunak dan lentur yang merupakan cikal bakal tulang tubuh.
Matriks yang merupakan sepertiga bagian dari tulang terdiri atas serabut yang
terbuat dari kolagen yang diselubungi oleh bahan gelatin. Segera setelah
matriks mulai menjadi kuat dan mengeras melalui proses kalsifikasi, yaitu
terbentuknya kristal mineral yang mengandung senyawa kalsium. Kristal ini
terdiri dari kalsium fosfat atau kombinasi kalsium fosfat dan kalsium
hidroksida yang dinamakan hidroksipatit [(3Ca(PO4)2.Ca(OH)2)]. Kalsium
merupakan mineral yang utama dalam ikatan ini, keduanya harus berada
dalam jumlah yang cukup didalam cairan yang mengelilingi matriks tulang.
Batang tulang yang merupakan bagian keras matriks, mengandung kalsium,
fosfat, magnesium, seng, natrium karbonat dan fluor disamping hidroksiapatit.
2. Membantu Pertumbuhan
Guthrie dan Picciano (1995) menyatakan bahwa kalsium secara nyata
diperlukan untuk pertumbuhan karena merupakan bagian penting dalam
pembentukan tulang dan gigi, juga dibutuhkan dalam jumlah yang lebih kecil

38

untuk mendukung fungsi sel dalam tubuh. Penelitian di Jepang menunjukkan


bahwa orang yang diet rendah kalsium lebih pendek dibandingkan dengan diet
kalsium yang adekuat. Diet rendah kalsium berarti rendah protein, sedangkan
protein dibutuhkan untuk pertumbuhan, termasuk pertumbuhan tulang.
Namun, secara jelas belum dapat dibuktikan bahwa kekurangan kalsium
menyebabkan

gagal

pertumbuhan

karena

banyak

faktor

yang

mempengaruhinya.
Garrow dan James (1993) dalam Puspasari (2004) menyebutkan dalam
masa pertumbuhan ukuran tulang, kandungan kalsium dan kebutuhan kalsium
meningkat. Setelah pertumbuhan berhenti, kemungkinan fase dimana
penambahan jumlah tulang dan kalsium bersama akan tetap bertambah sampai
usia sekitar 30 tahun. Setelah peak bone mass tercapai, jumlah tulang akan
menurun, yang akan menyebabkan ketidakseimbangan antara resorpsi dan
pembentukan tulang.
3. Pembentukan gigi
Almatsier (2004) menyatakan mineral yang membentuk dentin (bagian
tengah gigi) dan email (bagian luar gigi) adalah mineral yang sama dengan
membentuk tulang. Akan tetapi, kristal dalam gigi lebih padat dan kadar
airnya lebih rendah. Protein dalam email gigi adalah keratin, sedangkan dalam
dentin adalah kolagen. Berbeda dengan tulang, gigi sedikit sekali mengalami
perubahan setelah muncul dalam rongga mulut. Pertukaran antara kalsium
gigi dan kalsium tubuh berlangsung lambat dan terbatas pada kalsium yang

39

terdapat dalam lapisan dentin. Sedikit pertukaran mungkin juga terjadi antara
saliva (ludah) dan email gigi. Kerusakan kalsium pada massa pembentukan
gigi dapat menyebabkan meningkatnya kerentanan terhadap kerusakan gigi.
4. Mengatur Pembekuan Darah
Menurut Almatsier (2004) pada saat terjadi luka, ion kalsium di dalam
darah merangsang pembebasan fosfolipida tromboplastin dari platelet darah
yang terluka. Tromboplastin ini mengkatalis perubahan prothombin (bagian
darah normal), menjadi thrombin. Thrombin kemudian membantu peerubahan
fibrinogen menjadi fibrin yang merupakan gumpalan darah. Proses
pembentukan fibrin dapat dilihat dalam bagan berikut :
Bagan 2.3 Proses Pembentukan fibrin
Luka pada sel

Protombin

Fibrinogen

tromboplastin

Fibrin

trombin
Platelet darah
kalsium
darah

Thrombin

(gumpalan darah)

Tromboplastin

Sumber : Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi (2004).


5. Katalisator reaksi-reaksi biologik
Almatsier (2004) mengatakan bahwa kalsium berfungsi sebagai
katalisator reaksi-reaksi biologik, seperti absorpsi vitamin B12, tindakan enzim
pemecah lemak, lipase pancreas, ekskresi insulin oleh

pankreas,

40

pembentukan dan pemecahan asetilkolin. Asetilkolin yaitu bahan yang


diperlukan dalam transmisi suatu rangsangan dari suatu serabut saraf ke
serabut saraf yang lain. Kalsium diperlukan untuk mengkatalis reaksi-reaksi
ini yang diambil dari persediaan kalsium di dalam tubuh.
6. Kontraksi otot
Menurut Almatsier (2004) kalsium berperan dalam interaksi protein
dalam otot yaitu aktin dan miotin, pada saat otot berkontraksi. Bila darah
kalsium kurang dari normal, otot tidak bisa mengendur setelah berkontraksi.
Akibatnya tubuh akan kaku dan akan menimbulkan kejang.
Winarno (1997) menyatakan dalam proses kontraksi otot, rangsangan
yang menghasilkan kontraksi otot merupakan impuls listrik yang diangkut
oleh serabut urat saraf. Diperkirakan stimulasi kimia dari ujung saraf ke
tenunan otot yang menyebabkan terjadinya kontraksi adalah lepasnya ion-ion
kalsium dari tempat penyimpanannya dalam sel. Keluarnya ion kalsium
menstimulasi enzim ATP-ase dalam myosin, yang mengakibatkan pecahnya
ATP yang menghasilkan energi dan terbentuknya ikatan silang antara myosin
dan actin yang disebut actomiosin dan terjadilah kontraksi. Setelah terjadi
pengenduran otot, ion kalsium dipompa kembali ke tempat penyimpanannya
dalam sel.
Surono (1999) mengatakan, selain fungsi-fungsi di atas peran kalsium
terutama pada perempuan adalah dapat meringankan gejala sindrom
premenstruasi (PMS). Hal ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh

41

Susan Thys Jacobs, pakar kelenjar endokrin bersama rekan-rekannya terhadap


500 wanita penderita PMS. Secara acak, sebagian dari 500 wanita tersebut
diberi 1.200 mg kalsium per hari. Ternyata pada siklus haid ketiga, gejala
PMS dapat dikurangi 48% pada wanita yang diberikan suplemen kalsium.

2.5 Pangan Sumber Kalsium Tinggi


Almatsier (2004) menyebutkan pangan sumber kalsium yang baik
diantaranya adalah ikan dimakan dengan tulang, termasuk ikan kering, serealia,
kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti tahu dan tempe. Sayuran hijau
merupakan sumber kalsium yang baik juga, tetapi bahan makanan ini
mengandung banyak zat yang menghambat penyerapan kalsium seperti serat,
fitat, dan oksalat. Kebutuhan kalsium akan terpenuhi apabila mengonsumsi
makanan yang seimbang setiap hari.
Holman (1997) dalam Lutfiah (2007) menyebutkan sumber kalsium utama
yang lain adalah sarden, salmon, dan biji wijen. Khomsan (2003) dalam Lutfiah
(2007) menyatakan bahwa sarden, sayuran hijau tua, kedelai, dan produk
olahannya serta biji bunga matahari merupakan pangan yang banyak mengandung
kalsium. Jus wortel mengandung kalsium sama banyak dengan segelas susu.
Bender (1993) dalam Almatsier (2004) menyatakan bahwa sumber kalsium
utama adalah susu dan keju. Sumber terbaik kalsium adalah susu non fat karena
memilki ketersediaan biologik yang tinggi. Berikut ini disajikan tabel kandungan

42

kalsium berbagai jenis pangan menurut Hardinsyah dan Briawan (1994) dalam
Lutfiah (2007).
Tabel 2.3
Nilai kalsium berbagai jenis pangan (mg/100g)
Jenis Pangan
Tepung susu Skim
Susu Skim
Tepung Susu
Keju
Susu Sapi segar
Yogurt
Susu Kental Manis
Susu Kental tak manis
Susu Kerbau
Es krim
Mentega
Jenis Pangan
Susu Kambing
Sarden Kaleng
Tempe Kedelai
Tahu
Oncom

Mg
1300
123
904
777
143
120
275
243
206
123
15
Mg
98
354
129
124
96

Jenis Pangan
Udang Kering
Udang Segar
Teri Kering tawar
Bayam
Kacang Ijo
Kacang Panjang
Mujair Goreng
Mujair Segar
Telur Ayam
Telur Asin
Empal Goreng
Jenis Pangan
Sawi
Daun Singkong
Kangkung
Kacang Merah
Kacang Tanah

Mg
1209
136
2381
267
125
163
346
96
54
120
151
Mg
220
165
73
80
58

Sumber : Hardinsyah dan Briawan (1994) dalam Skripsi Lutfiah (2007)

2.6 Akibat dari Kekurangan Kalsium


Beberapa akibat yang timbul apabila seseorang kekurangan kalsium
menurut Almatsier (2004) dan Witjaksono (2003), diantaranya adalah:
1. Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan. Tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh.

43

2. Kadar kalsium darah yang sangat rendah dapat menyebabkan tetani atau
kejang. Kepekaan serabut saraf dan pusat saraf terhadap rangsangan
meningkat, sehingga terjadi kejang otot misalnya pada kaki. Tetani dapat
terjadi pada ibu hamil yang makannya terlalu sedikit mengandung kalsium
atau terlalu tinggi mengandung fosfor. Tetani kadang terjadi pada bayi baru
lahir yang diberi minuman susu sapi yang tidak diencerkan yang mempunyai
rasio kalsium : fosfor rendah.
3. Kurangnya kalsium dan paparan sinar matahari pagi dan sore akan
menyebabkan elemen tulang tidak dapat mengendap secara normal, sehingga
timbul penyakit rachitis. Ciri-ciri utamanya adalah kelainan pada tulang rusuk
(dada ayam), kaki tipe O atau X.
4. Kekurangan kalsium menyebabkan sistem imunitas akan menurun dan kacau,
akibatnya muncul penyakit lupus, jerawat dan penyakit kulit lainnya. Ketika
tubuh diserang bakteri, virus, dan racun, ion kalsium berperan sebagai sirene
tanda bahaya di dalam tubuh.
5. Kekurangan kalsium menyebabkan dengdosignal saraf mengalami hambatan.
Akibatnya mekanisme rangsangan dalam tubuh akan terganggu. Kondisi
tersebut pada anak akan menimbulkan gejala mudah kaget, resah, sulit tidur,
menangis di malam hari, dan hiperaktif. Gejala pada orang tua yakni mudah
tegang, emosi dan merosotnya daya koordinasi saraf.
6. Kurangnya kadar kalsium akan mengurangi daya kontraksi otot jantung. Hal
tersebut dapat menimbulkan berbagai macam penyakit jantung.

44

7. Kehilangan kalsium dari tulang sesudah usia 50 tahun akan menyebabkan


osteoporosis.

2.7 Akibat kelebihan kalsium


Menurut Almatsier (2004) konsumsi kalsium hendaknya tidak melebihi
2500 mg/hari. Kelebihan kalsium dapat menimbulkan batu ginjal atau gangguan
ginjal. Disamping itu dapat menyebabkan konstipasi atau susah buang air besar.
Kelebihan kalsium bisa terjadi jika menggunakan suplemen kalsium.

2.8 Metode Food Frequency Questionare (FFQ)


Supariasa (2002) menyebutkan Food Frequency Questionare (FFQ) atai
kuesioner frekuensi makanan adalah salah satu metode survey konsumsi makanan
yang bersifat kualitatif karena dapat menggambarkan tentang frekuensi responden
dalam mengkonsumsi beberapa jenis makanan dan minuman, dapat menggali
informasi tentang kebiasaan makan (food habits) FFQ dapat dilihat dalam satu
hari atau minggu, bulan, tahun. Kuesioner terdiri dari daftar bahan makanan.
Menurut Supariasa (2002) ada beberapa jenis FFQ yaitu sebagai berikut:
a. Simple or nonquantitative FFQ, tidak memberikan pilihan tentang porsi yang
biasa dikonsumsi sehingga menggunakan standar porsi.
b. Semiquantitative FFQ, memberikan porsi yang dikonsumsi, misalnya sepotong
nasi, secangkir kopi.

45

c. Quantitative FFQ, memberikan pilihan porsi yang biasa dikonsumsi respnden


seperti kecil, sedang, atau besar.
Gibson (1993) dalam Mulyani (2009) menyebutkan kebanyakan FFQ sering
dilengkapi dengan ukuran khas setiap porsi dan jenis makanan. Oleh karena itu
FFQ tidak jarang ditulis sebagai riwayat pangan semi kuantitatif (semiquantitative
food history). Selanjutnya Willet (1998) dalam Mulyani (2009) menyatakan
ukuran porsi ini dapat memberikan informasi tentang jumlah asupan makanan
tertentu. Namun metode ini memerlukan adanya persamaan persepsi dalam
menggunakan ukuran porsi pada FFQ semi kuantitatif antara peneliti dan
responden.
Menurut Supariasa (2002) kelebihan FFQ adalah dapat diisi sendiri oleh
responden, relatif murah untuk populasi besar, dapat digunakan untuk melihat
hubungan diet dengan penyakit dan data usual intake lebih representatif
dibandingkan dengan record beberapa hari. Sedangkan keterbatasan FFQ adalah
kemungkinan tidak menggambarkan usual food atau porsi yang dipilih oleh
responden dan tergantung responden untuk mendeskripsikan dirinya.

2.9 Kerangka Teori


Berdasarkan Kerangka Teori yang diambil dari teori Worthington (2000),
dan Apriadji (1986), faktor-faktor yang diduga berhungan dengan tingkat
konsumsi kalsium remaja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
interal meliputi pengetahuan gizi remaja, umur, jenis kelamin, status kesehatan,

46

serta pemilihan dan arti makanan. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari jumlah
keluarga, pola makan keluarga, pengetahuan gizi orang tua, pendidikan orang tua,
pendapatan keluarga, teman sebaya, makanan jajanan, pengaruh informasi/media
kesehatan, dan ketersediaan makanan. Faktor-faktor tersebut digambarkan dalam
bagan berikut:
Bagan 2.4
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Konsumsi Kalsium
Remaja
Faktor Internal

Faktor Eksternal

Pengetahuan Gizi Remaja

Jumlah Keluarga
Pola Makan Keluarga

Umur
Pengetahuan Gizi Orang
Tua
Pendidikan Orang Tua

Jenis Kelamin

Pendapatan Orang Tua


Teman Sebaya

Status Kesehatan

Makanan Jajanan
Pengaruh Informasi/Media
Kesukaan terhadap
Makanan

Ketersedian Makanan

Tingkat Konsumsi
Kalsium Remaja
Sumber: Modifikasi Teori Apriadji (1986), Mc. Williams (1993) dan Wortingthon
(2000).

47

Ada beberapa variabel yang tidak diikutsertakan atau tidak diteliti yaitu
umur, jenis kelamin, status kesehatan, jumlah keluarga, pola makan keluarga,
pengetahuan gizi orang tua, pendidikan orang tua, pendapatan orang tua.
Variabel jenis kelamin dan umur tidak diikutsertakan dalam penelitian ini karena
bersifat homogen. Seluruh sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah
perempuan, karena berdasarkan beberapa teori perempuan lebih beresiko untuk
mengkonsumsi kalsium yang tidak adekuat dibandingkan dengan laki-laki.
Sedangkan untuk variabel umur, seluruh sampel yang diambil pada penelitian ini
umurnya berkisar antara 13-15 tahun dan masuk kedalam kategori remaja.
Variabel status kesehatan tidak diikutsertakan karena belum pernah dilakukan
pada penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan konsumsi kalsium
sisiwi.
Selanjutnya variabel pengetahuan orang tua tidak diikutsertakan dalam
penelitian ini karena penelitian ini dilakukan terhadap siswi sehingga jika
kuesioner pengetahuan orang tua dibawa ke rumah untuk diisi oleh orang tuanya,
kemungkinan akan terjadi bias yang tinggi.

Begitupula dengan variabel

pendapatan orang tua tidak diikutsertakan dalam penelitian ini karena akan
menimbulkan bias yang tinggi jika ditanyakan kepada siswi. Variabel pendidikan
orang tua tidak diikutsertakan dengan pertimbangan variabel ini tidak terlalu
berhubungan dengan tingkat konsumsi kalsium siswi.

BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep


Banyak faktor yang berhubungan dengan asupan kalsium seseorang.
Berdasarkan kerangka teori yang diambil dari Apriadji (1986), Worthington
(2000) dan Mc.Williams (1993) ada beberapa kerangka konsep yang dapat
digunakan dalam penelitian ini. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
konsumsi kalsium siswi, sedangkan variabel independennya adalah kebiasaan
jajan siswi, pengetahuan gizi siswi, keterpaparan informasi mengenai kalsium,
pengaruh teman, kesukaan terhadap makanan sumber kalsium dan ketersediaan
makanan sumber kalsium.

48

49

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Pengetahuan gizi siswi


Keterpaparan
informasi/media massa
mengenai kalsium
Pengaruh Teman
Konsumsi Kalsium Siswi
Kesukaan terhadap
makanan sumber kalsium
Kebiasaan Jajan
Ketersediaan makanan
sumber kalsium

3.2 Definisi Operasional


Tabel 3.1 Definisi Operasional
No

Nama Variabel

Definisi Operasional

Cara Ukur

Alat Ukur

1.

Tingkat
Konsumsi
Kalsium siswi
Kebiasaan jajan

Jumlah asupan kalsium yang


dikonsumsi siswi dalam
sehari.
Frekuensi makanan atau
minuman jajanan yang dibeli
dan dimakan oleh siswi di
sekolah maupun di luar
sekolah.
Kemampuan siswi dalam
menjawab pertanyaan tentang
gizi dan kalsium.

Wawancara

FFQ semi 1. Kurang: < 100% AKG


kuantitatif 2. Cukup: 100% AKG
(WKNPG VIII, 2004)
Kuesioner 1. Jarang: Skor < mean (<25)
2. Sering: Skor mean (25)

Ordinal

Wawancara

Kuesioner 1. Kurang : < median (<8)


2. Baik : median (8).

Ordinal

Pernyataan siswi mengenai


sering atau jarang
mendapatkan informasi
mengenai kalsium baik
melalui media komunikasi
massa (TV, koran,
radio,poster) maupun media
komunikasi personal
(guru,orang tua,petugas
kesehatan, tokoh masyarakat)
dalam satu minggu.
Definisi Operasional

Wawancara

Kuesioner

Ordinal

Cara Ukur

Alat Ukur

2.

3.

Pengetahuan
Gizi siswi

4.

Keterpaparan
media/informasi
mengenai
kalsium

No

Nama Variabel

Wawancara

48

Hasil Ukur

1. Jarang: jika < 3


kali/minggu
2. Sering: jika 3
kali/minggu

Hasil Ukur

Skala

Ordinal

Skala

49

5.

Pengaruh teman

6.

Kesukaan
terhadap
makanan
sumber kalsium

7.

Ketersediaan
Pangan sumber
kalsium

Pengakuan siswi mengenai


ada atau tidaknya pengaruh
teman siswi terhadap
pemilihan makanan jajanan
sumber kalsium, baik di
lingkungan sekolah maupun
di rumah dalam satu bulan
terakhir.
Penilaian siswi terhadap
kesukaan dalam
mengkonsumsi pangan
sumber kalsium.

Wawancara

Kuesioner

1. Tidak ada pengaruh : Jika


skor < median (<9)
2. Ada pengaruh: Jika Skor
median (9)

Ordinal

Wawancara

Kuesioner

1. Tidak suka: Jika skor < mean


(<70)
2. Suka: Jika skor mean
(70)

Nominal

Frekuensi tersedianya bahan


makanan sumber kalsium di
rumah untuk konsumsi
anggota keluarga siswi.

Wawancara

Kuesioner

1. Jarang: Jika skor < mean


(<41)
2. Sering: Jika skor mean
(41)

Ordinal

3.3 Hipotesis
1. Adanya hubungan antara kebiasaan jajan dengan konsumsi kalsium siswi SMPN
1 Mande Cianjur Tahun 2010.
2. Adanya hubungan antara pengetahuan gizi siswi dengan konsumsi kalsium siswi
SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010.
3. Adanya hubungan antara keterpaparan informasi kesehatan mengenai kalsium
dengan konsumsi kalsium sisiwi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010.
4. Adanya hubungan antara pengaruh teman terhadap konsumsi kalsium siswi
SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010.
5. Adanya hubungan antara kesukaan makanan sumber kalsium terhadap konsumsi
kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010.
6. Adanya hubungan antara ketersediaan makanan sumber kalsium dengan
konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010.

48

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, yaitu data yang
menyangkut variabel dependen dan variabel independen dikumpulkan dan
diamati dalam waktu yang bersamaan. Variabel dependen yang diteliti adalah
konsumsi kalsium, sedangkan variabel independen yang diteliti adalah
pengetahuan gizi siswi, keterpaparan informasi kesehatan mengenai kalsium,
pengaruh teman, kesukaan terhadap makanan sumber kalsium, kebiasaan jajan,
dan ketersediaan makanan sumber kalsium. Desain cross sectional digunakan
berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan konsumsi kalsium pada siswi di SMPN 1 Mande Cianjur,
Tahun 2010.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


4.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMPN 1 Mande Cianjur, Jawa Barat.
4.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai dengan November
2010.

53

54

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian


4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan dari unit didalam pengamatan yang akan
dilakukan (Sabri, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi
yang terdaftar sebagai siswa SMPN 1 Mande Cianjur. Jumlah populasi
dalam penelitian ini sebanya 505 orang siswi.
4.3.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari populasi yang nilai/karakteristiknya
diukur dan yang nantinya dipakai untuk menduga karakteristik dari
populasi (Sabri, 2008). Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan
menggunakan rumus uji hipotesis beda dua proporsi (Ariawan, 1998),
yaitu:

Z
2 P1 P Z 1 P 1 1 P1 P2 1 P2
1 / 2

n
2
P1 P2

Keterangan:
n

= Besar sampel

Z1- /2 = Nilai Z pada derajat kepercayaan 1-/2 atau derajat kepercayaan


pada uji dua sisi (two tail), yaitu sebesar 5% = 1.96.
Z1-

= Nilai Z pada kekuatan uji 1- , yaitu sebesar 80% = 0.84.

= Proporsi rata-rata = (P1-P2)/2.

P1

= Proporsi anak yang kecukupan asupan kalsiumnya kurang dan

55

frekuensi konsumsi susunya kurang sebesar 77,3% (Novianty,


2007).
P2

= Proporsi anak yang kecukupan asupan kalsiumnya kurang dan


frekuensi konsumsi susunya baik sebesar 53,2% (Novianty,
2007).

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut, diperoleh


bahwa besar sampel minimal yang harus diambil sebanyak 122 orang.
Pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling,
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menyusun frame sampling yang berisi daftar nama seluruh siswi
SMPN 1 Mande Cianjur.
2. Melakukan pengambilan secara acak/pengundian terhadap beberapa
siswi sebagaimana terdaftar dalam kerangka sampel sampai terambil
122 orang siswi. Nama-nama siswi yang terambil merupakan sampel
dalam penelitian ini.
4.4

Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2005). Instrumen Penelitian yang akan
digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kuesioner
Kuesioner digunakan untuk mengisi pertanyaan mengenai pengetahuan
gizi siswi, keterpaparan informasi kesehatan mengenai kalsium, pengaruh
teman, kesukaan terhadap makanan sumber kalsium, dan kebiasaan jajan.

56

2. Formulir FFQ semi kuantitatif


Formulir FFQ semi kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat
konsumsi kalsium siswi dan ketersediaan makanan sumber kalsium dengan
menggunakan bantuan

food model dan alat saji rumah tangga untuk

mempermudah dalam menjawab ukuran rumah tangga (URT) atau ukuran


makanan yang dikonsumsi.

4.5

Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer. Data
primer diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuesioner langsung oleh
siswi. Pengumpulan data dilakukan secara bertahap, yaitu:
1. Responden yang terpilih diminta kesediaannya untuk mengisi kuesioner yang
meliputi variabel kebiasaan jajan, pengetahuan, keterpaparan informasi
kalsium, pengaruh teman dan kesukaan. Penyebaran kuesioner dilakukan
oleh peneliti dengan dibantu oleh beberapa orang mahasiswa non gizi untuk
menjaga agar siswi tidak saling melihat jawaban temannya.
a. Variabel kebiasaan jajan didapatkan dari kemampuan siswi menjawab
kuesioner bagian F.
b. Variabel pengetahuan gizi didapatkan dari hasil kemampuan siswi
menjawab 15 pertanyaan

berkaitan dengan gizi dan kalsium. semua

pertanyaan bersifat tertutup.


c. Variabel keterpaparan informasi kalsium didapatkan dari kemampuan
siswi menjawab pertanyaan bagian C.

57

d. Variabel pengaruh teman didapatkan dari kemampuan siswi dalam


menjawab pertanyaan bagian D.
e. Variabel kesukaan didapatkan dari kemampuan siswi dalam menjawab
pertanyaan bagian E.
2. Setelah mengisi kuesioner, responden diwawancara oleh peneliti. Pertanyaan
yang diajukan adalah untuk mengisi variabel ketersediaan sumber kalsium di
rumah dan konsumsi kalsium siswi.
Sebelum dilakukan pengumpulan data primer, peneliti melakukan uji coba
kuesioner terlebih dahulu. Uji coba kuesioner dilakukan terhadap siswi dari SMP
lain yang bukan sampel. Uji coba ini dilakukan untuk mendapat kejelasan dari
setiap pertanyaan.

4.6 Pengolahan Data Penelitian


Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
program komputer. Gambaran konsumsi kalsium responden diperoleh dari
formulir food frequency questionare (FFQ) yang dikonversikan ke dalam
kalsium per 100 gram dan dibandingkan dengan tingkat kecukupan kalsium yang
dianjurkan untuk orang Indonesia, selanjutnya dikategorikan sesuai kategori yang
telah ditentukan. Sebagai contoh, si A biasa mengkonsumsi susu bubuk empat
kali dalam seminggu dan satu kali minum susu diperlukan 42 g susu bubuk.
Perhitungan susu bubuk yang dikonsumsi per hari adalah sebagai berikut:
42 g x 4 = 168 g, lalu 168 g / 7 hari = 24 g.

58

Sehingga didapat hasil bahwa siswi mengkonsumsi susu bubuk sebanyak 24 g


per hari. Selanjutnya diketahui bahwa kandungan kalsium dalam susu bubuk
sebesar 1300 mg/100 g. Sehingga dapat diketahui kalsium yang siswi peroleh
dari susu bubuk dalam sehari adalah:
(24/100) x 1300 = 312 mg.
Pengolahan data untuk variabel kebiasaan jajan, pengetahuan gizi siswi,
keterpaparan informasi kalsium, pengaruh teman, kesukaan terhadap makanan,
dan ketersediaan makanan sumber kalsium dilakukan dengan menggunakan
program soft ware komputer.
Adapun untuk tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pengolahan data
primer dari variabel dependen dan variabel independen adalah sebagai berikut:
1. Menyunting data (data editing), yaitu kuesioner yang telah diisi dilihat
kelengkapan jawabannya.
2. Mengkode data (data coding), yaitu membuat klasifikasi data dan memberi
kode pada jawaban dari setiap pertanyaan dalam kuesioner sebelum dilakukan
proses pemasukan data ke dalam komputer.
a. Konsumsi kalsium, diberikan kode 1 untuk siswi yang mengkonsumsi
kalsium kurang dari 100% AKG, dan diberi kode 2 untuk siswi yang
mengkonsumsi kalsium cukup ( 100% AKG).
b. Variabel kebiasaan jajan, diberikan kode 1 jika siswi jajan 1 kali per
minggu, kode 2 jika siswi jajan 2 kali per minggu, kode 3 jika siswi
jajan 3 kali per minggu, kode 4 jika siswi jajan 4 kali per minggu,
kode 5 jika siswi jajan 5 kali per minggu, kode 6 jika siswi jajan 6 kali

59

per minggu, kode 7 jika siswi jajan 7 kali per minggu dan kode 8 jika
siswi jajan > 7 kali per minggu. Nilai total kebiasaan jajan responden
diperoleh dengan cara menjumlahkan skor jawaban responden.
c. Variabel pengetahuan, diberikan kode 0 jika siswi menjawab salah dan
kode 1 jika siswi menjawab benar. Nilai total pengetahuan responden
diperoleh dengan cara menjumlahkan skor jawaban.
d. Variabel keterpaparan informasi kalsium, diberikan kode 1 jika siswi
terpapar informasi < 3 kali dalam satu minggu terakhir dan kode 2 jika
siswi terpapar informasi 3 kali dalam satu minggu terakhir.
e. Variabel pengaruh teman, diberikan kode 0 jika memilih jawaban a
pada pertanyaan D1 dan D2, memilih jawaban b pada pertanyaan D3,
memilih jawaban c pada pertanyaan D4, dan memilih jawaban a pada
pertanyaan D5. Diberi kode 1 jika memilih jawaban b pada pertanyaan
D1, D2, D4 dan D5, serta memilih jawaban a pada pertanyaan D3.
Diberi kode 2 jika memilih jawaban c pada pertanyaan D2, memilih a
pada pertanyaan D4 dan memilih c pada pertanyaan D5.
f. Variabel kesukaan, diberikan kode 1 jika pernyataan siswi sangat
tidak suka, kode 2 jika pernyataan siswi tidak suka, kode 3 jika
pernyataan siwi netral, kode 4 jika pernyataan siswi suka dan kode
5 jika pernyataan siswi sangat suka.
g. Variabel ketersediaan makanan sumber kalsium, diberikan kode 0 jika
tidak pernah tersedia makanan sumber kalsium, kode 1 jika tersedia
makanan sumber kalsium 1-3 kali per bulan, kode 2 jika tersedia

60

makanan sumber kalsium 1-3 kali per minggu, kode 3 jika tersedia
makanan sumber kalsium 4-6 kali per minggu, kode 4 jika tersedia
makanan sumber kalsium 1 kali sehari dan kode 5 jika tersedia
makanan sumber kalsium >2 kali sehari.
3. Membuat struktur data (data structure) dan file data (data file), yaitu
membuat tamplate sesuai dengan format kuisioner yang digunakan
4. Memasukan data (entry data), yaitu dilakukan pemasukan data ke dalam
tamplate yang telah dibuat. Daftar pertanyaan yang telah diberi kode
dimasukkan ke dalam software komputer.
5. Membersihkan data (data cleaning), yaitu data yang telah di entry dicek
kembali untuk memastikan bahwa data tersebut bersih dari kesalahan, baik
kesalahan pengkodean maupun kesalahan dalam membaca kode. Dengan
demikian diharapkan data tersebut benar-benar siap untuk dianalisis.

4.7 Teknik dan Analisa Data Penelitian


Analisa data dalam penelitian ini berupa analisis univariat dan analisis
bivariat.
4.7.1 Analisa Data Univariat
Analisa data univariat dilakukan pada setiap variabel, baik variabel
dependen yaitu tingkat konsumsi kalsium maupun variabel independen
(kebiasaan jajan, pengetahuan gizi siswi, keterpaparan informasi kesehatan
mengenai kalsium, pengaruh teman, kesukaan terhadap makanan sumber
kalsium dan ketersediaan makanan sumber kalsium). Analisis ini

61

digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi masingmasing variabel yang diteliti.
4.7.2 Analisa Data Bivariat
Analisa data bivariat dilakukan untuk menguji hubungan antara
variabel independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji
Chi-square (X2). Uji Chi-square adalah membandingkan frekuensi yang
terjadi (observasi) dengan frekuensi harapan (ekspektasi). Bila nilai
frekuensi observasi dengan frekuensi harapan sama, maka dikatakan ada
perbedaan yang bermakna (signifikan). Pembuktian dengan uji kai kuadrat
dapat menggunakan rumus: (Hastono, 2007).
(O - E)2
X2 =
E
DF = (k-1)(b-1)
Keterangan:
X2 = Chi square
O

= Nilai observasi

= Nilai Ekspektasi

= Jumlah kolom

= Jumlah baris
Melalui uji statistik chi square akan diperoleh nilai p, dimana dalam

penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0.05. Penelitian antara


dua variabel dikatakan berhubungan jika mempunyai nilai p 0.05 dan
dikatakan tidak berhubungan jika mempunyai nilai p 0.05.

BAB V
HASIL

5.1 Gambaran Umum SMPN 1 Mande Cianjur


SMPN 1 Mande Cianjur terletak di Kecamatan Mande yang jaraknya
14 km dari pusat kota Cianjur ke arah timur. Jumlah seluruh siswa di SMPN 1
Mande tahun 2010 adalah 982 orang. Jumlah siswa laki-laki sebesar 477 orang
dan siswa perempuan sebesar 505 orang. Dibawah ini dapat dilihat distribusi
frekuensi siswa SMPN 1 Mande Cianjur tahun 2010 berdasarkan jenis kelamin.
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Jumlah Siswa SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010
Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
N
Laki-laki
477
Perempuan
505
Total
982
Sumber: Data SMPN 1 Mande Tahun 2010

%
48,57
51,43
100,00

Pada penelitian ini yang menjadi responden adalah siswi kelas VII
sampai dengan kelas IX. Kegiatan belajar mengajar berlangsung selama 6 hari
(Senin sampai Sabtu) yang dimulai pada pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul
14.00.

63

64

5.2 Gambaran Hasil Analisis Univariat


Analisis univariat adalah distribusi frekuensi untuk mendapatkan
gambaran dari variabel dependen dan variabel independen.
5.2.1 Gambaran Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur
Tahun 2010
Konsumsi

kalsium

didapatkan

dengan

cara

wawancara

menggunakan metode Food Frequency Questionare Semi Quantitative.


Hasil wawancara tersebut dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi
(AKG) untuk orang Indonesia tahun 2004. Rata-rata asupan kalsium siswi
masih kurang dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan, yaitu hanya
769,61 mg/hari (76,96% AKG), dengan standar deviasi 297,31 mg. Selain
itu diketahui pula konsumsi kalsium terendah yaitu 226,06 mg dan
konsumsi kalsium tertinggi yaitu 1450,22 mg.
Adapun gambaran kecukupan konsumsi kalsium siswi SMPN 1
Mande Cianjur dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Kecukupan Konsumsi Kalsium Pada Siswi
SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010
Kecukupan Konsumsi Kalsium
Jumlah
Persentase
berdasarkan 80% AKG
Kurang (<100% AKG)
94
77
Cukup (100% AKG)
28
23
Total
122
100
Sumber : Data Primer

65

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa proporsi siswi yang


konsumsi kalsiumnya kurang (77%) lebih banyak dibandingkan dengan
dengan proporsi siswi yang konsumsi kalsiumnya cukup (23%).
Selain itu berdasarkan hasil analisis diketahui pula terdapat 32%
siswi mengkonsumsi susu kental manis lebih dari satu kali sehari.
Sedangkan yang dikonsumsi oleh 59,8% siswi setiap hari adalah tahu dan
54,9% siswi mengkonsumsi tempe. Sebagaimana diketahui bahwa tahu
merupakan pangan tinggi kalsium yang murah dan mudah didapat.
Selanjutnya terdapat 86 % siswi tidak menkonsumsi rebon segar. Padahal
rebon segar merupakan makanan sumber tinggi kalsium yang memiliki
kandungan kalsium sebesar 757 mg/100 g.
5.2.2 Gambaran Kebiasaan Jajan Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur
Tahun 2010
Gambaran distribusi kebiasaan jajan pada siswi SMPN 1 Mande
Cianjur tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 5.3.
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Kebiasaan Jajan Pada Siswi SMPN 1 Mande
Cianjur Tahun 2010
Kebiasaan Jajan
Jumlah
Persentase
Jarang
53
43,4
Sering
69
56,6
Total
122
100
Sumber : Data Primer

66

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa siswi yang memiliki


kebiasaan jajan sering (56,6%) lebih banyak dibandingkan dengan siswi
yang memiliki kebiasaan jajan jarang (43,4%).
Berdasarkan hasil analisis diketahui juga makanan jajanan bukan
sumber tinggi kalsium yang setiap hari dibeli oleh 17,8% siswi adalah
cilok/bakso tusuk. Cilok/ bakso tusuk merupakan makanan yang dibuat
dari tepung kanji. Kandungan gizi yang terdapat pada tepung kanji adalah
pati atau karbohidrat. Sedangkan minuman jajanan bukan sumber kalsium
yang dibeli oleh 10,1% siswi adalah es teh. Di dalam es teh diketahui
terdapat zat yang dapat menghambat penyerapan kalsium.
Selain itu diketahui pula jajanan sumber kalsium yang setiap hari
dibeli oleh 17,8% siswi adalah yogurt. Diketahui yogurt memiliki
kandungan kalsium sebesar 120 mg/100 g (Depkes RI, 1996). Sedangkan
yang jarang dibeli oleh 45% siswi adalah ice cream. Padahal ice cream
memiliki kandungan kalsium sebanyak 123 mg/100 g (Depkes RI, 1996).
5.2.3 Gambaran Pengetahuan Gizi Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur
Tahun 2010
Gambaran distribusi frekuensi pengetahuan gizi pada siswi SMPN
1 Mande Cianjur dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

67

Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Gizi Pada Siswi SMPN 1 Mande
Cianjur Tahun 2010
Pengetahuan Gizi
Jumlah
Persentase
Kurang
48
39,3
Baik
74
60,7
Total
122
100,0
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa sebanyak 74 siswi (60,7%)
memiliki pengetahuan gizi yang baik. Hasil tersebut menunjukkan proporsi
siswi yang pengetahuan gizinya baik lebih banyak daripada proporsi siswi
yang pengetahuan gizinya kurang.
Selanjutnya hasil analisis menunjukkan terdapat 80,3% siswi salah
dalam menjawab pertanyaan mengenai kalsium termasuk kedalam
golongan mineral, 96,7% siswi salah dalam menjawab pertanyaan
mengenai bahan makanan yang paling banyak mengandung kalsium,
54,9% siswi salah dalam menjawab pertanyaan mengenai pembantu
penyerapan kalsium, 74,6% siswi salah dalam menjawab pertanyaan
mengenai sinar matahari merupakan sumber vitamin D yang mudah
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, 95,1% siswi salah dalam
menjawab pertanyaan mengenai masa atau periode yang paling banyak
membutuhkan kalsium, 60,7% siswi salah dalam menjawab pertanyaan
mengenai makanan atau minuman penghambat penyerapan kalsium, 89,3%
siswi salah dalam menjawab pertanyaan mengenai akibat kelebihan
kalsium.

68

5.2.4 Gambaran Keterpaparan Informasi Kalsium Pada Siswi SMPN 1


Mande Cianjur Tahun 2010
Gambaran distribusi keterpaparan informasi kalsium pada siswi
SMPN 1 Mande Cianjur tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 5.5.
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Keterpaparan Informasi Kalsium Pada Siswi
SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010
Keterpaparan
Jumlah
Persentase
Informasi Kalsium
Jarang
19
15,6
Sering
103
84,4
Total
122
100,0
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa sebanyak 103 siswi
(84,4%) jarang terpapar informasi kalsium dalam seminggu terakhir. Hal
tersebut menunjukkan bahwa responden yang sering terpapar informasi
kalsium lebih besar dari pada responden yang jarang terpapar informasi
kalsium.
Selanjutnya dalam penelitian ini juga ditanyakan mengenai
sumber yang digunakan oleh siswi dalam memperoleh informasi mengenai
kalsium. Gambaran distribusi frekuensi sumber informasi kalsium
responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

69

Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Kalsium Pada Siswi SMPN 1
Mande Cianjur Tahun 2010
Sumber Informasi
Jumlah
Persentase
Televisi
113
92,6
Radio
9
7,4
Total
122
100
Sumber : Data primer
Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa sebagian besar siswi yang
mendapatkan informasi kalsium dari televisi (92,6%). Hal tersebut
menunjukkan bahwa televisi merupakan sumber informasi yang paling
sering digunakan oleh sebagian besar siswi.
5.2.5 Gambaran Pengaruh Teman Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur
Tahun 2010
Gambaran distribusi frekuensi pengaruh teman dapat dilihat pada
tabel 5.7 di bawah ini:
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Pengaruh Teman Pada Siswi SMPN 1 Mande
Cianjur Tahun 2010
Pengaruh Teman
Jumlah
Persentase
Tidak ada pengaruh
46
37,7
Ada pengaruh
76
62,3
Total
122
100,0
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa sebanyak 76 siswi (62,3%)
mendapatkan pengaruh dari temannya dalam pemilihan makanan jajanan.
Hal tersebut menunjukkan bahwa proporsi siswi yang mendapatkan

70

pengaruh dari teman lebih besar daripada proporsi siswi yang tidak
mendapatkan pengaruh dari teman.
Selanjutnya terdapat 46 siswi (37,7%) selalu jajan bersama teman,
38 siswi (31,1%) memilih makanan jajanan yang sama seperti teman, 43
siswi (35,2%) membeli makanan atas usul teman. Selanjutnya 44 orang
(36,1%) teman siswi tidak mengusulkan membeli makanan sumber kalsium
dan hanya 10 orang saja (8,2%) teman siswi yang mengusulkan membeli
makanan sumber kalsium. Sebanyak 33 orang (27%) teman siswi
mengusulkan membeli minuman bersoda, teh atau kopi dan sebanyak 45
orang (36,9%) teman siswi tidak mengusulkan membeli minuman bersoda,
teh atau kopi.
5.2.6 Gambaran Kesukaan Siswi SMPN 1 Mande Cianjur

terhadap

Makanan Sumber Kalsium Tahun 2010


Dibawah terdapat tabel 5.8 tentang distribusi frekuensi kesukaan
terhadap makanan.
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Kesukaan terhadap Pangan Sumber Kalsium
Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010
Kesukaan terhadap Pangan
Jumlah
Persentase
Sumber Kalsium
Tidak Suka
59
48,4
Suka
63
51,6
Total
122
100,0
Sumber: Data Primer

71

Berdasarkan tabel 5.8 di atas diketahui bahwa siswi yang suka


terhadap makanan sumber kalsium sebanyak 63 orang (51,6%).
Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa proporsi siswi yang suka
terhadap makanan sumber kalsium lebih banyak dibandingkan dengan
proporsi siswi yang tidak suka terhadap makanan sumber kalsium.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa 99,2% siswi menyukai
sarden sebagai makanan sumber tinggi kalsium, 93,4% siswi menyukai
susu kental manis, 91% siswi menyukai kacang merah, 89,3% siswi
menyukai tempe dan 84,4% siswi menyukai es krim. Sedangkan makanan
tinggi kalsium yang disukai siswi dan proporsinya paling kecil adalah keju.
Keju hanya disukai oleh oleh 3,3% siswi saja.
5.2.7 Gambaran Ketersediaan Pangan Sumber Kalsium Pada Siswi SMPN 1
Mande Cianjur Tahun 2010
Gambaran distribusi frekuensi ketersediaan pangan sumber
kalsium responden dapat dilihat pada tabel 5.11.
Tabel 5.9
Distribusi Frekuensi Ketersediaan Pangan Sumber Kalsium
Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010
Ketersediaan Pangan
Jumlah
Persentase
Sumber Kalsium
Jarang
63
51,6
Sering
59
48,4
Total
122
100,0
Sumber: Data Primer

72

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa siswi yang pangan


sumber kalsiumnya sering tersedia di rumah sebanyak 59 orang (48,4%).
Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswi yang pangan sumber kalsiumnya
sering tersedia di rumah lebih banyak daripada siswi yang pangan sumber
kalsiumnya jarang tersedia di rumah, meskipun proporsinya tidak terlalu
berbeda jauh.
Selanjutnya, dari hasil analisis juga diketahui pangan sumber
kalsium dari golongan susu dan olahannya yang setiap hari tersedia pada
31,8% siswi adalah susu kental manis. Pangan sumber kalsium tinggi dari
golongan ikan dan telur yang tersedia setiap hari pada 42,6% siswi adalah
telur ayam, sedangkan pangan sumber kalsium tinggi golongan kacangkacangan yang tersedia setiap hari pada 60,5% siswi adalah tahu. Selain itu
terdapat pula 89% siswi yang dirumahnya tidak tersedia rebon segar,
padahal rebon segar merupakan salah satu pangan sumber kalsium tinggi
yang mempunyai kandungan kalsium 757 mg/ 100 g.

5.3 Gambaran Hasil Analisis Bivariat


Pada analisis bivariat ini akan disajikan hubungan antara
masing variabel independen dengan variabel independen.

masing-

73

5.3.1 Gambaran antara Kebiasaan Jajan dengan Konsumsi Kalsium Pada


Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010
Gambaran antara kebiasaan jajan siswi dengan konsumsi kalsium
dianalisis dengan menggunakan uji chi square. Hasil analisis tersebut
disajikan pada tabel 5.10 di bawah ini:
Tabel 5.10
Gambaran Kebiasaan Jajan dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi
SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010
Konsumsi Kalsium
Total
Kebiasaan Kurang
Cukup
P-value
Jajan
N
%
N
%
N %
42 79,2 11 20,8 53 100
Jarang
52 75,4 17 24,6 59 100 0,773
Sering
94 77,0 28 23,0 122 100
Total
Sumber: Data Primer
Hasil analisis antara kebiasaan jajan dengan konsumsi kalsium
siswi diperoleh bahwa diantara 53 responden yang kebiasaan jajannya
jarang, terdapat 42 responden (79,2%) yang konsumsi kalsiumnya kurang.
Sedangkan diantara 59 responden yang kebiasaan jajannya sering, terdapat
52 responden (75,4%) yang konsumsi kalsiumnya kurang. Berdasarkan
hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,773. Hal ini menunjukkan
nilai Pvalue > dari 0,05, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara
kebiasaan jajan dengan konsumsi kalsium siswi.

74

5.3.2 Gambaran antara Pengetahuan Gizi dengan Konsumsi Kalsium Pada


Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010
Gambaran antara pengetahuan gizi dengan konsumsi kalsium
disajikan pada tabel 5.11 di bawah ini:
Tabel 5.11
Gambaran Pengetahuan Gizi dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi
SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010
Konsumsi Kalsium
Total
PPengetahuan Kurang
Cukup
value
Gizi
N
%
N
%
N %
34 70,8 14 29,2 48 100
Kurang
60 81,1 14 18,9 74 100 0,274
Baik
94 77,0 28 23,0 122 100
Total
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel di atas hasil analisis antara pengetahuan gizi
dengan konsumsi kalsium siswi diperoleh bahwa diantara 48 responden
yang pengetahuan gizinya kurang, terdapat 34 responden (70,8%) yang
konsumsi kalsiumnya kurang. Sedangkan diantara 74 responden yang
pengetahuan gizinya baik, terdapat 60 responden (81,1%) yang konsumsi
kalsiumnya kurang. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue
sebesar 0,274. Hal ini menunjukkan nilai Pvalue > dari 0,05, artinya tidak
ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan konsumsi
kalsium siswi.

75

5.3.3 Gambaran antara Keterpaparan Informasi Kalsium dengan Konsumsi


Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010
Gambaran antara keterpaparan informasi mengenai kalisum
dengan konsumsi kalsium siswi disajikan pada tabel 5.12 di bawah ini:
Tabel 5.12
Gambaran Keterpaparan Informasi Kalsium dengan Konsumsi
Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010
Konsumsi Kalsium
Keterpaparan
Total
Informasi
Kurang
Cukup
P-value
Kalsium
N
%
N
%
N
%
19
95,0
1
5,0
20
100
Jarang
75
73,5
27
26,5
102 100
0,042
Sering
94
77,0
28
23,0
122 100
Total
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel di atas hasil analisis hubungan antara
keterpaparan informasi mengenai kalsium dengan konsumsi kalsium siswi
diperoleh bahwa diantara 9 responden yang tidak pernah terpapar informasi
kalsium dalam satu minggu terakhir, terdapat 8 responden (88,9%) yang
konsumsi kalsiumnya kurang. Selanjutnya, diantara 89 responden yang
jarang terpapar informasi mengenai kalsium, terdapat 69 responden
(77,5%) yang konsumsi kalsiumnya kurang. Sedangkan diantara 24
responden yang sering terpapart informasi mengani kalsium dalam satu
minggu terakhir, terdapat 17 responden (70,8%) yang konsumsi
kalsiumnya kurang. Hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,042.
Hal ini menunjukkan nilai Pvalue < dari 0.05, artinya ada hubungan yang

76

bermakna antara keterpaparan informasi menganai kalsium dengan


konsumsi kalsium siswi.
5.3.4 Gambaran antara Pengaruh Teman dengan Konsumsi Kalsium Pada
Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010
Gambaran antara pengaruh teman dengan konsumsi kalsium siswi
disajikan pada tabel 5.13 di bawah ini:
Tabel 5.13
Gambaran Pengaruh Teman dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi
SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010
Konsumsi Kalsium
Total
Pengaruh
Kurang
Cukup
P-value
Teman
N
%
N
%
N %
Ada
63 82,9 13 17,1 76 100
pengaruh
0,080
Tidak ada
31 67,4 15 32,6 46 100
Pengaruh
94 77,0 28 23,0 122 100
Total
Sumber: Data Primer
Hasil analisis antara pengaruh teman dengan konsumsi kalsium
siswi diperoleh bahwa diantara 76 responden yang ada pengaruh teman,
terdapat 63 responden (82,9%) yang konsumsi kalsiumnya kurang.
Sedangkan diantara 46 responden yang tidak ada pengaruh dari teman,
terdapat 31 responden (67,4%) yang konsumsi kalsiumnya kurang.
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,080. Hal ini
menunjukkan nilai Pvalue > dari 0,05, artinya tidak ada hubungan yang
bermakna antara pengaruh teman dengan konsumsi kalsium siswi.

77

5.3.5 Gambaran antara Kesukaan terhadap Makanan Sumber Kalsium


dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun
2010
Gambaran antara kesukaan terhadap makanan sumber kalsium
dengan konsumsi kalsium siswi disajikan pada tabel 5.14 di bawah ini:
Tabel 5.14
Gambaran Kesukaan terhadap Makanan Sumber Kalsium dengan
Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010
Konsumsi Kalsium
Total
Kesukaan
Kurang
Cukup
P-value
N
%
N
%
N
%
47 79,7 12 20,3
59
100
Tidak Suka
47 74,6 16 25,4
63
100
0,654
Suka
94 77,0 28 23,0 122 100
Total
Sumber: Data Primer
Hasil analisis antara kesukaan terhadap makanan sumber kalsium
dengan konsumsi kalsium siswi diperoleh bahwa diantara 59 responden
yang tidak suka terhadap makanan sumber kalsium, terdapat 47 responden
(79,7%) yang konsumsi kalsiumnya kurang. Sedangkan diantara 63
responden yang suka terhadap makanan sumber kalsium, terdapat 47
responden (54,5%) yang konsumsi kalsiumnya kurang. Berdasarkan hasil
uji statistik diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,654. Hal ini menunjukkan nilai
Pvalue > dari 0,05, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara
kesukaan terhadap makanan sumber kalsium dengan konsumsi kalsium
siswi.

78

5.3.6 Gambaran antara Ketersediaan Pangan Sumber Kalsium dengan


Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010
Gambaran antara kesukaan terhadap makanan sumber kalsium
dengan konsumsi kalsium siswi disajikan pada tabel 5.15 di bawah ini:
Tabel 5.15
Gambaran Ketersediaan Pangan Sumber Kalsium dengan
Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010
Konsumsi Kalsium
Total
Ketersediaan
Kurang
Cukup
P-value
Pangan
N
%
N
%
N
%
57 90,5
6
9,5
63
100
Jarang
37 62,7 22 37,3
59
100
0,001
Sering
94 77,0 28 23,0 122 100
Total
Sumber: Data Primer
Hasil analisis antara ketersediaan pangan sumber kalsium dengan
konsumsi kalsium siswi diperoleh bahwa diantara 63 responden yang
ketersediaan pangan sumber kalsiumnya jarang, terdapat 57 responden
(90,5%) yang konsumsi kalsiumnya kurang. Sedangkan diantara 59
responden yang ketersediaan pangan sumber kalsiumnya sering, terdapat
37 responden (62,7%) yang konsumsi kalsiumnya kurang. Berdasarkan
hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,001. Hal ini menunjukkan
nilai Pvalue < dari 0,05, artinya ada hubungan yang bermakna antara
ketersediaan pangan sumber kalsium dengan konsumsi kalsium siswi.

BAB VI
PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian


Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat mempengaruhi
hasil penelitian, diantaranya adalah:
1. Penelitian ini hanya sebatas mengetahui ada atau tidak adanya hubungan,
sehingga tidak dapat menjelaskan kekuatan hubungan.
2. Penggunaan Food Frequency Questionare Semi Quantitative dalam
pengumpulan data untuk konsumsi kalsium yang memerlukan daya ingat
siswi dalam mengkonsumsi sumber makanan berkalsium dalam sebulan yang
lalu, sehingga siswi bisa saja lupa dengan makanan yang dikonsumsinya dan
mengira-ngira dalam menjawab kuesioner tersebut.
3. Adanya kemungkinan flat syndrome yaitu siswi yang sebetulnya kurang
dalam mengkonsumsi kalsium cenderung untuk melaporkan berlebih,
sebaliknya siswi yang sebetulnya lebih dalam mengkonsumsi kalsium
cenderung utuk melaporkan konsumsi kalsium yang kurang.
Untuk mengatasi kelemahan pada nomor 2 (dua) di atas dilakukanlah
langkah-langkah sebagai berukut:
1. Wawancara langsung kepada siswi mengenai konsumsi kalsium.
2. Probbing, untuk membantu siswi mengingat apa saja makanan yang dimakan.

79

80

3. Menggunakan Food Model sebagai alat bantu untuk mengingat seberapa


banyak makanan yang siswi konsumsi.

6.2 Gambaran Konsumsi Kalsium Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010
Remaja berada pada tahap pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,
pada masa itu terjadi puncak pertumbuhan massa tulang yang menyebabkan
kebutuhan gizi lebih tinggi daripada fase kehidupan lainnya (Almatsier, 2004).
Sementara pertumbuhan anak perempuan di usia 10 sampai 12 tahun mengalami
percepatan pertumbuhan lebih dahulu daripada anak laki-laki, karena tubuh anak
perempuan memerlukan persiapan menjelang usia reproduksi (Arisman, 2002).
Begitu pula dalam penyimpanan kalsium, Whiting et al dalam Departemen
Gizi dan Kesehatan Masyarakat (2010) menyebutkan anak laki-laki dan
perempuan berbeda dalam penyimpanan kalsium dalam tubuh. Perbedaan ini
terletak dalam hal keefektifan penyerapan kalsium dan kehilangan kalsium dalam
tubuh. Oleh karena itu konsumsi pangan menjadi faktor yang sangat penting
dalam menentukan status kepadatan tulang. Worthington et.,al (2000) juga
menyatakan bahwa remaja perempuan memiliki resiko terbesar terhadap
ketidakcukupan intake kalsium.
Penelitian Mulyani (2009) menyebutkan bahwa remaja laki-laki lebih besar
asupan kalsiumnya dibandingkan dengan perempuan. Padahal perempuan lebih
beresiko mengalami osteoporosis karena perempuan memiliki puncak massa

81

tulang yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki (Smolin et al, 2000
dalam Mulyani, 2009).
Standar yang direkomendasikan oleh Widyakarya Nasional Pangan dan
Gizi VIII (WKNPG) tahun 2004, bahwa Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk
kebutuhan kalsium bagi remaja usia 13 sampai 19 tahun adalah sebesar 1.000
mg/hari. Tingkat kebutuhan kalsium yang lebih tinggi dari fase lainnya ini
dibutuhkan untuk mencapai massa tulang yang optimal (optimal peak bone
mass). Septrisya (2006) menyatakan bahwa puncak massa tulang dapat
diibaratkan

sebagai

tabungan

tulang

yang

mempunyai

batas

dalam

pencapaiannya, yaitu sekitar dekade ketiga, karenanya orang berusia dibawah 30


tahun harus memperhatikan asupan kalsiumnya. Setelah dekade ketiga, densitas
atau massa tulang akan semakin berkurang.
Pada penelitian ini, konsumsi kalsium dikelompokkan ke dalam dua
kategori yaitu cukup, apabila konsumsi kalsium siswi 100% AKG dan kurang,
apabila <100% AKG.
Hasil penelitian di SMPN 1 Mande didapatkan nilai rata-rata siswi dalam
mengkonsumsi kalsium sebesar 769,61 mg/hari (76,9% AKG). Kemudian
berdasar penelitian tersebut diketahui bahwa proporsi siswi yang kurang dalam
mengkonsumsi kalsium, jumlahnya lebih banyak daripada siswi yang cukup
dalam mengkonsumsi kalsium. Padahal jika pada masa pertumbuhan terjadi
kekurangan kalsium akan berakibat pada gangguan pertumbuhan, tulang kurang
kuat, dan mudah rapuh (Almatsier, 2004). Selain itu kurangnya konsumsi

82

kalsium pada saat remaja dapat meningkatkan resiko osteoporosis, terutama pada
perempuan karena perempuan memiliki puncak massa tulang yang lebih rendah
daripada laki-laki.
Hasil penelitian ini asupan kalsium pada siswi SMPN 1 Mande Cianjur
lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian Syafiq dan Fikawati (2004)
pada remaja di Kota Bogor, yang rata-rata asupan kalsium pada perempuan
hanya sebesar 501,7 mg/ hari. Pun demikian dibandingkan dengan Mulyani
(2009), di SMPN 201 Jakarta Barat rata-rata asupan kalsium pada remaja hanya
75,9% AKG. Survei Departemen Pertanian Amerika Serikat (1995) juga
menyebutkan bahwa remaja putri yang berusia 12-19 tahun hanya mengkonsumsi
777 mg kalsium sehari atau 77,7% AKG (Arisman, 2007).
Pada kondisi tersebut di atas, jika kekurangan kalsium terjadi dalam waktu
yang cukup lama dan terjadi pada seseorang yang sedang dalam masa
pertumbuhan maka akan menimbulkan beberapa resiko. Almatsier (2004),
Witjaksono (2003) dan Hardinsyah (2004) memaparkan resiko yang akan terjadi
jika seseorang kekurangan kalsium. Resiko tersebut diantaranya adalah :
a. Gangguan pertumbuhan yang menyebabkan tulang kurang kuat, mudah
bengkok dan rapuh.
b. Tetani atau kejang, karena kepekaan serabut saraf dan pusat saraf terhadap
rangsangan meningkat.
c. Sistem imunitas menurun, akibatnya muncul penyakit lupus, jerawat dan
penyakit kulit lainnya, karena dalam hal ini kalsium berperan sebagai sirene

83

atau tanda bahaya dalam sistem imunitas ketika tubuh diserang oleh virus,
bakteri dan racun.
d. Dengdosignal saraf mengalami hambatan, akibatnya mekanisme rangsangan
saraf akan terganggu.
e. Daya kontraksi otot jantung akan berkurang, yang akan menimbulkan
berbagai macam penyakit jantung.
f. Osteoporosis atau keropos tulang. Resiko osteoporosis pada wanita lebih
tinggi daripada pada laki-laki, karena perempuan memiliki puncak massa
tulang yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki.
g. Keluhan-keluhan yang terjadi pada saat sebelum maupun saat terjadinya
menstruasi, seperti keram di bawah perut, sakit pinggang, sakit pada
payudara, lemah, lesu, lebih emosional, jerawat, pusing, mual, sulit tidur dan
stress.
Pada umumnya siswi di SMPN 1 Mande Cianjur mengkonsumsi sumber
makanan yang berkalsium, mulai dari kandungan kalsiumnya paling tinggi
sampai dengan kandungan kalsiumnya paling rendah. Sumber kalsium yang
paling banyak dikonsumsi oleh 32% siswi setiap harinya dengan frekuensi lebih
dari satu kali adalah susu kental manis (32% siswi). Pada faktanya susu kental
manis lebih mudah didapat dan harganya terjangkau, sehingga lebih disukai oleh
siswi. Selain itu dapat diasumsikan bahwa rasa susu kental manis lebih enak dan
lebih manis dari pada susu lainnya. Sehingga susu kental manis lebih banyak
disukai oleh siswi.

84

Akan tetapi pada penelitian ini masih banyak ditemukan siswi yang
konsumsi kalsiumnya kurang dari AKG. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
kandungan kalsium yang terdapat dalam susu kental manis lebih rendah daripada
kandungan kalsium yang terdapat dalam susu bubuk atau susu lainnya.
Sebagaimana diketahui bahwa kandungan kalsium susu kental manis sebesar 275
mg/ 100 g, sedangkan kandungan kalsium yang terdapat dalam susu bubuk
sebesar 1300 mg/100 g (Hardinsyah, 2004). Sehingga untuk memenuhi
kebutuhan kalsium harian, sebaiknya siswi menambah jumlah susu kental manis
yang dikonsumsi atau bisa juga ditambahkan dengan makanan sumber kalsium
tinggi lainnya.
Selanjutnya diketahui pula makanan yang dikonsumsi oleh sebagian besar
siswi setiap hari adalah tahu (59,8% siswi) dan tempe (54,9% siswi). Dan
makanan tinggi kalsium yang jarang dikonsumsi oleh siswi adalah rebon segar
(86,7% siswi).
Tahu dan tempe merupakan pangan sumber tinggi kalsium yang murah dan
mudah dijangkau. Selain itu jika dilihat dari ketersediaannya di rumah, tempe
dan tahu hampir setiap hari tersedia di rumah siswi. Kandungan kalsium dari tahu
dan tempe adalah 124 mg/100 g dan 129 mg/100 g (Hardinsyah dan Briawan,
1994).
Dalam penelitian ini diketahui bahwa frekuensi siswi mengkonsumsi tempe
dan tahu adalah setiap hari, akan tetapi sebagian besar siswi masih kurang asupan
kalsiumnya. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya jumlah yang

85

dikonsumsi. Diketahui bahwa berat dari satu potong tahu dan tempe ukuran
sedang yang banyak dijual di pasar adalah kurang lebih 25 g. Sehingga untuk
memenuhi kebutuhan kalsium siswi dalam sehari, mengkonsumsi tempe dan tahu
harus ditambah serta dikombinasikan dengan makanan sumber kalsium yang
lainnya.
Sementara rebon segar yang memiliki kandungan kalsium yang sangat
tinggi malah tidak dikonsumsi oleh 86 % siswi. Padahal dalam Hardinsyah dan
Briawan (1994) diketahui kandungan kalsium dalam 100 g rebon segar adalah
757 mg. Rendahnya konsumsi rebon segar pada siswi dapat disebabkan oleh
ketersediaan rebon segar di wilayah penelitian yang masih sangat jarang dan
harganya pun masih sangat mahal. Sehingga makanan tersebut tidak menjadi
makanan yang biasa disajikan di rumah-rumah siswi.
Beberapa teori dan hasil penelitian telah mengemukakan beberapa faktor
yang mempengaruhi konsumsi kalsium pada remaja, khususnya remaja putri.
Diantaranya yaitu kebiasaan jajan, pengetahuan gizi remaja, keterpaparan
informasi gizi, pengaruh teman sebaya, kesukaan terhadap makanan (preference),
dan ketersediaan makanan di rumah tangga. Hasil analisis data pada penelitian
ini menunjukkan terdapat faktor yang disebutkan di atas yang berhubungan
dengan konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Kabupaten Cianjur Tahun 2010.
Hubungan antara faktor dependen dan faktor independen tersebut akan dijelaskan
pada sub bab berikutnya.

86

6.3 Kebiasaan Jajan Siswi dengan Konsumsi Kalsium pada Siswi SMPN 1
Mande Cianjur tahun 2010
Berikut ini teori yang berkaitan dengan kebiasaan jajan remaja:
1. Guthrie, dkk (1995) menyebutkan bahwa kebiasaan jajan pada remaja
merupakan salah satu masalah kebiasaan makan terkait dengan kesehatan.
2. Mc Williams (1993) berpendapat, remaja ketika bersama teman-teman,
biasanya makan makanan jajanan dan mengurangi asupan makanan utama
mereka. Akibatnya mungkin mereka memenuhi kalori setiap harinya, akan
tetapi kurang dalam asupan vitamin dan mineral. Remaja yang kurang
kalsium banyak ditemukan pada remaja yang sering jajan.
3. Brown dalam Anastasya (2008) menyebutkan bahwa jajanan remaja dapat
memenuhi 25-33% energi per hari. Tapi sayang remaja umumnya memilih
makanan yang tinggi gula, sodium, lemak serta rendah vitamin dan mineral.
Dari hasil penelitian yang dilakukan di SMPN 1 Mande Cianjur ini,
menunjukkan bahwa sebagain besar siswi memiliki kebiasaan sering jajan, dan
jenis jajanan yang sering dikonsumsi oleh siswi adalah cilok, cireng, gorengan
tempe, gorengan tahu dan yogurt. Diketahui, cilok dan cireng terbuat dari tepung
kanji yang mengandung tinggi karbohidrat akan tetapi rendah kandungan
kalsiumnya. Sedangkan tahu dan tempe sebagaimana yang telah dijelaskan di
atas merupakan makanan sumber kalsium yang memiliki kandungan kalsium 124
mg dan 129 mg per 100 g.

87

Selain cilok dan gorengan, siswi juga sering membeli es teh. Diketahui
bahwa teh mengandung kafein yang dapat melemahkan ketersediaan kalsium
tubuh (Khomsan, 1998). Konsumsi teh akan menyebabkan tubuh mengeluarkan
kalsium dengan terpaksa (Khomsan, 2010). Selain itu dalam es teh juga
mengandung gula. Teori gizi menyebutkan, gula akan menyebabkan penurunan
kadar fospor (P) dalam darah sehingga rasionya tidak sebanding dengan kalsium
(Ca). Rasio Ca:P sebesar 2:1 dapat dimanfaatkan secara optimal di dalam tubuh
(Khomsan, 2010).
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara kebiasaan jajan dengan konsumsi kalsium pada siswi SMPN 1
Mande Cianjur. Pada penelitian ini juga terlihat bahwa siswi yang sering jajan
cenderung mengkonsumsi kalsium yang cukup.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Anastasya (2008) bahwa remaja
yang sering jajan cenderung memiliki frekuensi sering mengkonsumsi bahan
makanan sumber kalsium. Dengan kata lain, hasil penelitian ini menunjukkan
hubungan yang berlawanan dengan teori-teori yang dikemukakan di atas. Hal
tersebut disebabkan oleh jajanan yang dikonsumsi siswi merupakan jajanan
sumber kalsium. Seperti diketahui dari hasil penelitian ini, jenis jajanan yang
hampir setiap hari dibeli siswi adalah yogurt, gorengan tempe dan gorengan tahu.
Casman (2009) menyebutkan bahwa yogurt mengandung kalsium yang
jumlahnya setara dengan kalsium dalam produk-produk olahan susu sapi.
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1996) bahwa dalam 100 gram yogurt

88

mengandung 120 mg kalsium. Dengan demikian remaja yang mengkonsumsi


tujuh gelas yogurt dalam sehari dapat memenuhi kebutuhan kalsium dalam
sehari. Hardinsyah dan Briawan (1994) menyebutkan bahwa tahu dan tempe
merupakan makanan sumber tinggi kalsium yang masing-masing memiliki
kandungan kalsium 124 mg dan 129 mg per 100 g.

6.4 Pengetahuan Gizi Siswi dengan Konsumsi Kalsium di SMPN 1 Mande


Cianjur Tahun 2010
Pengetahuan gizi merupakan prasyarat penting untuk terjadinya
perubahan sikap dan perilaku gizi (Khomsan et al, 2007). Dengan dibekali
pengetahuan gizi yang cukup diharapkan seseorang mampu menerapkan
informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Suhardjo, 1986). Pengetahuan
tentang kalsium merupakan langkah awal untuk meningkatkan konsumsi
kalsium. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Miller et al. (2001) bahwa remaja
yang mengetahui bahwa kalsium penting bagi kesehatan tulang akan
mengkonsumsi

kalsium

lebih

banyak

daripada

mereka

yang

tidak

mengetahuinya.
Hasil beberapa studi menyatakan bahwa ternyata perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Tingkat pengetahuan akan berpengaruh
terhadap sikap dan perilaku seseorang karena berhubungan dengan daya nalar,
pengalaman dan kejelasan konsep mengenai objek tertentu (Winkel, 1984 dalam

89

Khomsan, et al, 2007). Sebagaimana penelitian yang dilakukan pada remaja di


Rhode Island bahwa remaja yang mengetahui tentang kecukupan kalsium,
manfaat kalsium bagi tulang dan masa remaja merupakan masa yang penting
untuk meningkatkan massa tulang, mengkonsumsi kalsium lebih banyak daripada
mereka yang tidak mengetahui informasi ini (Harel et al., 1998).
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa sebagian besar siswi
memiliki pengetahuan gizi yang baik yaitu sebesar 60,7%. Akan tetapi banyak
siswi yang asupan kalsiumnya masih kurang dari Angka Kecukupan Gizi. Hal
tersebut dimungkinkan karena pengetahuan yang siswi miliki belum dipahami
secara menyeluruh dan belum diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Selain
itu dari beberapa pertanyaan mengenai pengatahuan gizi dan kalsium yang
diajukan kepada siswi, terdapat beberapa pertanyaan penting yang dijawab salah
oleh siswi. Diantaranya adalah mengenai kalsium termasuk ke dalam golongan
mineral, bahan makanan yang paling banyak mengandung kaslium, zat yang
membantu penyerapan kalsium, sumber vitamin D yang dapat ditemui dalam
kehidupan sehari-hari, periode yang paling banyak membutuhkan kalsium,
makanan dan minuman penghambat kalsium, dan akibat dari kelebihan kalsium.
Berdasarkan hasil analisis bivariat diketahui bahwa tidak ada hubungan
yang bermakna antara pengetahuan dengan konsumsi kalsium. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian Puspasari (2004), Sulistyorini (2004) dan Anastasia
(2008) yang memperlihatkan bahwa tidak ada perbedaan asupan kalsium yang
bermakna berdasarkan tingkat pengetahuan kalsium remaja.

90

Hal tersebut dapat diasumsikan bahwa pengetahuan yang dimiliki siswi


hanya pada tingkatan pengetahuan yang paling rendah yaitu siswi hanya tahu saja
tetapi belum dipahami secara mendalam dan belum diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Sebagaimana menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan
seseorang memiliki lima tingkatan dan tingkatan terendah adalah tahu (know)
yang diartikan sekedar dapat menyebutkan, tetapi belum sampai pada tingkatan
yang lebih tinggi yaitu memahami dan mengaplikasikan prinsip yang diketahui
tersebut. Miller (2001) juga mengatakan bahwa pengetahuan tentang kalsium
memang

dapat

memberikan

informasi

kepada

remaja

untuk

mengimplementasikan perubahan perilaku, sehingga status kalsium akan


meningkat. Akan tetapi perilaku dan kepercayaan remajalah yang menentukan
remaja tersebut melakukan perubahan perilaku.
Selanjutnya dari hasil penelitian diketahui bahwa siswi yang
pengetahuan gizinya baik mempunyai kecenderungan kurang dalam konsumsi
kalsium. Hal tersebut dapat disebabkan oleh faktor kebiasaan makan di rumah
yang terkait dengan kebiasaan ibu dalam menyediakan makanan sumber kalsium
di rumah. Sebagaimana hasil tabulasi silang diketahui bahwa dari 39 siswi yang
pengetahuannya cukup dan ketersediaan makanan sumber kalsiumnya jarang,
terdapat 37 siswi yang konsumsi kalsiumnya kurang.
Berdasarkan hasil tersebut diatas, meskipun siswi memiliki pengetahuan
gizi baik akan tetapi jika kebiasaan makan dan ketersediaan pangan sumber
kalsium di rumahnya jarang, maka akan ada kemungkinan konsumsi kalsium

91

siswi tidak mencukupi atau kurang. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Sanjur
(1982) bahwa kebiasaan makan seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh
pendidikan dan pengetahuan, akan tetapi dapat disebabkan pula oleh kebiasaan
yang diturunkan oleh orang tua dan nenek moyang.

6.5 Hubungan antara Keterpaparan Informasi dengan Konsumsi Kalsium Siswi


SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010
Menurut Notoatmodjo (2005), paparan informasi dapat menimbulkan
kesadaran seseorang untuk berperilaku sehat. Kesadaran tersebut akan muncul
dalam waktu yang lama. Namun setelah kesadaran itu muncul dalam diri
seseorang maka akan menimbulkan perilaku yang berlangsung lama (long
lasting) dan menetap (langgeng).
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa siswi yang sering terpapar
informasi mengenai kalsium lebih banyak daripada siswi yang jarang terpapar
informasi mengenai kalsium. Selanjutnya, berdasarkan hasil analsis bivariat
diketahui bahwa 73,5% siswi yang sering terpapar informasi kalsium mempunyai
kecenderungan untuk kurang dalam mengkonsumsi kalsium. Hasil tabulasi silang
antara keterpaparan informasi mengenai kalsium dengan ketersediaan makanan
sumber kalsium diperoleh bahwa dari 56 siswi yang sering terpapar informasi
mengenai kalsium dan jarang tersedia makanan sumber kalsium di rumahnya,
terdapat 50 siswi yang konsumsi kalsiumnya kurang.

92

Dalam

penelitian ini juga diketahui bahwa sebanyak 92,6% siswi

memperoleh informasi mengenai kalsium dari televisi. Pada faktanya informasi


mengenai kalsium yang sering ditayangkan di televisi adalah melalui iklan susu
atau suplemen kalsium. Informasi mengenai kalsium yang ditayangkan melalui
iklan di televisi kurang lengkap, bahkan yang menjadi model dalam iklan
tersebut adalah manula. Sehingga masyarakat menilai bahwa usia lanjutlah yang
paling banyak membutuhkan kalsium. Dalam penelitian ini, hal tersebut
diperkuat dengan hasil

jawaban dari pertanyaan pengetahuan gizi siswi

mengenai masa atau periode yang paling banyak membutuhkan kalsium.


Sebanyak 61,5% siswi menjawab bahwa usia lanjutlah yang paling banyak
membutuhkan kalsium. Padahal menurut Almatsier (2004) kebutuhan kalsium
pada periode remaja lebih tinggi daripada kebutuhan kalsium periode lain.
Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa ada hubungan yang
bermakna antara keterpaparan informasi dengan konsumsi kalsium siswi.
Penelitian ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2005) bahwa
paparan informasi dapat menimbulkan kesadaran seseorang untuk berperilaku
sehat. Pusat Teknologi dan Komunikasi Universitas Indonesia (Pustekkom UI,
2002) dalam Nurhayati (2002) menyebutkan bahwa dari beberapa penelitian,
perubahan perilaku seseorang cenderung terjadi setelah seseorang memperoleh
informasi sebanyak tiga kali, karena suatu informasi yang sama, senada dan
berulang di dalam diri seseorang akan memberikan pengaruh kuat terhadap
perubahan perilaku dibandingkan apabila informasi tersebut hanya sekali

93

diterima. Miller et al (2001) juga berpendapat bahwa paparan informasi dapat


menambah pengetahuan seseorang. Sehingga, dengan dibekali pengetahuan dapat
menjadi langkah awal untuk mengkonsumsi kalsium yang cukup.
Oleh sebab itu untuk menambah informasi dan pengetahuan siswi
mengenai kalsium penulis menyarankan agar para pengajar menambahkan materi
tentang gizi yang lebih detail khususnya mengenai kalsium ke dalam mata
pelajaran biologi dan pendidikan jasmani dan kesehatan (penjaskes) dengan
frekuensi yang sering. Hal tersebut bermanfaat untuk menambah informasi dan
pengetahuan siswa mengenai gizi. Perlu juga dilakukan penyampaian informasi
melalui majalah dan poster dalam rangka peningkatan informasi dan pengetahuan
remaja mengenai gizi khususnya kalsium.

6.6 Pengaruh Teman dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande
Cianjur Tahun 2010
Pengaruh teman sebaya didefinisikan sebagai penerimaan secara sosial
dan membentuk patokan dan harapan perilaku. Seiring dengan bertambahnya
umur, teman akan memberikan pengaruh lebih besar terhadap pilihan makan
remaja dibandingkan dengan pengaruh orang tua (Miller et al, 2001). Remaja
akan sering menghabiskan waktu bersama teman-teman dan makan akan menjadi
suatu bentuk sosialisasi dan rekreasi. Remaja juga sangat ingin diterima oleh
teman-temannya, sehingga pengaruh teman dan keseragaman kelompok
cenderung dapat merubah pemilihan makanan remaja (Krummel et.al, 1996).

94

Pada penelitian ini diketahui bahwa siswi yang mendapatkan pengaruh


dari teman jumlahnya lebih banyak daripada siswi yang tidak mendapatkan
pengaruh teman. Pada penelitian ini juga diperoleh hasil bahwa siswi yang
mendapatkan pengaruh dari temannya memiliki kecenderungan untuk kurang
dalam mengkonsumsi kalsium dibandingkan dengan siswi yang tidak
mendapatkan pengaruh dari teman. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Miller
et al (2001) bahwa perilaku makan pada remaja masih sangat labil, sehingga
teman akan mempengaruhi terhadap pemilihan makanan yang hendak dimakan.
Selain itu, Miller juga berpendapat bahwa remaja lebih memilih makanan
populer yang rendah kalsium daripada makanan yang kaya akan kalsium.
Selanjutnya hasil uji statistik diperoleh hubungan yang tidak bermakna
antara pengaruh teman dengan konsumsi kalsium siswi. Dalam hal ini teman
tidak mempengaruhi dalam pemilihan makanan sumber kaslium. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa meskipun siswi mempunyai teman dekat
akan tetapi teman tidak berpengaruh terhadap pemilihan makanan atau minuman
yang siswi konsumsi. Hal tersebut mungkin dapat disebabkan karena siswi
memiliki pengetahuan gizi yang baik, sehingga pengetahuan yang dimilikinya
berpengaruh terhadap pemilihan makanan sumber kalsium. Sebagaimana
pendapat Miller et al. (2001) bahwa remaja yang mengetahui bahwa kalsium
penting bagi kesehatan tulang akan mengkonsumsi kalsium lebih banyak
daripada mereka yang tidak mengetahuinya.

95

6.7 Preferensi/ Kesukaan Siswi terhadap Makanan Sumber Kalsium dengan


Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010
Preferensi pangan diasumsikan sebagai sikap seseorang terhadap
makanan, suka atau tidak suka akan berpengaruh terhadap konsumsi pangan.
Pangan yang dikenal dan dipelajari untuk disenangi pada massa kanak-kanak
pada umumnya dilanjutkan menjadi preferensinya sampai tumbuh dewasa
(Suhardjo 1989). Fisiologi, perasaan, dan sikap terintegrasi membentuk
preferensi terhadap pangan dan akhirnya membentuk perilaku konsumsi pangan
(Sanjur, 1982).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswi yang suka terhadap makanan
sumber kalsium lebih banyak dibandingkan dengan siswi yang tidak suka
terhadap makanan sumber kalsium. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
99,2% siswi menyukai sarden sebagai makanan sumber tinggi kalsium, 93,4%
siswi menyukai susu kental manis, 91% siswi menyukai kacang merah, 89,3%
siswi menyukai tempe dan 84,4% siswi menyukai es krim. Sedangkan makanan
tinggi kalsium yang disukai siswi dan proporsinya paling kecil adalah keju. Keju
hanya disukai oleh oleh 3,3% siswi saja.
Dari hasil tersebut terlihat bahwa proporsi paling besar dari makanan
sumber kalsium yang disukai siswi adalah sarden. Akan tetapi jika dilihat dari
ketersediaan makanan di rumah sarden merupakan makanan sumber kalsium
yang jarang tersedia di rumah siswi. Sehingga dapat disimpulkan meskipun
siswi suka terhadap makanan sumber kalsium tetapi jika makanan tersebut jarang

96

tersedia di rumah maka akan mempengaruhi kurangnya konsumsi kalsium pada


siswi.
Hal lain yang menyebabkan jarang tersedianya sarden di rumah adalah
karena orang tua siswi dalam hal ini ibu sebagai penyedia makanan tidak terbiasa
menyediakan makanan olahan. Pada faktanya sebagian besar ibu siswi adalah ibu
rumah tangga, sehingga ibu memiliki waktu yang lebih untuk menyiapkan
makanan dan lebih memilih menyiapkan makanan segar dibandingkan dengan
makanan olahan.
Jika dilihat dari jenis makanan yang tidak disukai oleh siswi, sebesar
93% siswi tidak suka keju. Padahal keju merupakan salah satu sumber tinggi
kalsium dari olahan susu yang memiliki kandungan kalsium sebesar 777 mg/ 100
g. Akibatnya banyak siswi yang masih tergolong kurang dalam mengkonsumsi
kalsium. Kurangnya konsumsi keju dimungkinkan karena faktor kebiasaan, rasa,
serta harga yang mahal.
Berdasarkan penelitian ini juga diperoleh hasil bahwa siswi yang tidak
suka terhadap makanan sumber kalsium memiliki kecenderungan untuk kurang
dalam mengkonsumsi kalsium. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada
hubungan antara preferensi/ kesukaan dengan konsumsi kalsium siswi. Hal
tersebut dapat disebabkan oleh kebiasaan dan ketersediaan makanan sumber
kalsium di rumah. Meskipun banyak siswi yang suka terhadap makanan sumber
kalsium akan tetapi jika dirumahnya tidak tersedia makanan sumber kalsium,
maka akan berpengaruh terhadap kurangnya konsumsi kalsium siswi.

97

Sebagaimana hasil studi pada remaja di Hawaii bahwa tersedianya makanan kaya
kalsium di rumah dapat membantu meningkatkan asupan kalsium remaja (Miller
et al, 2001).

6.8 Ketersediaan Makanan Sumber Kalsium dengan Konsumsi Kalsium Pada


Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010
Pondang (2010) menyatakan bahwa ketersediaan pangan di rumah
dipengaruhi oleh faktor pengetahuan orang tua dan pendapatan orang tua
sehingga mempengaruhi peranan ibu dalam mengolah pangan dan mengasuh
anak-anaknya. Khomsan (2009) dan Hardinsyah (2007) menyatakan bahwa
orang tua memiliki pengaruh yang sangat besar dalam sikap tentang makanan,
pemilihan makanan dan pola makan. Orang tua dalam hal ini ibu sangat berperan
dalam memilih dan mempersiapkan pangan untuk konsumsi keluarganya.
Sejalan dengan pendapat Sztainer et.al (1999) dalam penelitiannya
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan makanan pada remaja
mengemukakan bahwa orang tua mempengaruhi pilihan makan mereka dari
makanan yang mereka makan, masak, dan beli, peraturan terkait makanan,
hubungan orang tua dengan anak, budaya dalam keluarga dan nilai keagamaan
(Miller et al, 2001).
Penelitian

MacFarlane dalam Bahria (2009) menyebutkan bahwa

ketersediaan makanan dapat dipengaruhi oleh level status ekonomi keluarga dan
pendidikan ibu. Bagi keluarga yang tidak bekerja atau berpenghasilan rendah,

98

kenaikan harga pangan dapat mengancam ketahanan dan ketersediaan pangan


rumah tangganya. Pada penelitian lain disebutkan bahwa rendahnya ketersediaan
makanan di rumah bisa berpengaruh terhadap buruknya diet remaja yang berasal
dari keluarga dengan status ekonomi rendah.
Hasil penelitian didapatkan bahwa ketersediaan pangan yang jarang
menunjukkan proporsi lebih besar dari pada siswi yang ketersediaan pangannya
sering. Artinya di sebagian besar rumah siswi jarang tersedia makanan sumber
kalsium. Dalam penelitian ini juga didapatkan hasil bahwa semakin jarang
tersedia bahan makanan sumber kalsium di rumah, maka siswi cenderung untuk
kurang mengkonsumsi kalsium. Sebaliknya semakin sering tersedia bahan
makanan sumber kalsium di rumah, maka siswi cenderung cukup dalam
mengkonsumsi sumber kalsium.
Selanjutnya, berdasarkan hasil uji statistik diperoleh hasil bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara ketersediaan pangan sumber kalsium
dengan konsumsi kalsium siswi. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
Anastasia (2008) yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara ketersediaan bahan makanan sumber kalsium di rumah dengan frekuensi
konsumsi bahan makanan sumber kalsium.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan pendapat Ulrich dalam
Anastasia (2008), menyebutkan bahwa ketersediaan bahan makanan sumber
kalsium di rumah dapat meningkatkan asupan kalsium remaja. Dalam sebuah
studi ditemukan bahwa ibu yang menyediakan susu dan biasa minum susu,

99

memiliki anak yang juga cenderung gemar mengkonsumsi susu. Hasil penelitian
ini juga sejalan dengan studi pada remaja di Hawaii yang menemukan bahwa
dengan meningkatkan konsumsi susu dan menyiapkan makanan kaya kalsium,
dapat membantu meningkatkan asupan kalsium remaja (Miller, 2001).
Hasil tabulasi silang antara variabel pengetahuan dengan ketersediaan
makanan sumber kalsium diperoleh bahwa dari 39 orang yang pengetahuannya
cukup dan dirumahnya jarang tersedia makanan sumber kalsium, terdapat 37
orang yang kurang dalam mengkonsumsi kalsium. Selanjutnya hasil tabulasi
silang antara variabel kesukaan dengan ketersediaan makanan sumber kalsium
diperoleh bahwa dari 23 siswi yang suka terhadap makanan sumber kalsium dan
jarang tersedia makanan sumber kalsium di rumahnya, maka semua siswi kurang
dalam mengkonsumsi kalsium. Dari hasil tersebut terlihat bahwa meskipun
sebagian besar siswi pengetahuannya cukup dan sebagian besar menyukai
makanan sumber kalsium namun di rumahnya jarang tersedia makanan sumber
kalsium, maka akan berpengaruh terhadap kecukupan konsumsi kalsium. Dengan
demikian jelas bahwa peran orang tua dalam menyediakan makanan sumber
kalsium sangatlah penting bagi kecukupan konsumsi kalsium anggota
keluarganya.
Sebaliknya dari 24 orang yang pengetahuannya kurang dan dirumahnya
sering tersedia makanan sumber kalsium, terdapat 14 orang yang kurang dalam
mengkonsumsi kaslium. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Khomsan (2007)
yang menyebutkan bahwa pengetahuan gizi dapat menjadi landasan dalam

100

menentukan konsumsi pangan individu. Jika seseorang memiliki pengetahuan


gizi yang baik maka cenderung untuk memilih makanan yang bernilai gizi tinggi.
Dengan demikian jika seseorang memiliki pengetahuan kurang, maka akan
cenderung untuk memilih makanan yang nilai gizinya lebih rendah.
Selanjutnya dari 19 siswi yang tidak suka terhadap makanan sumber
kalsium dan di rumahnya sering tersedia makanan sumber kaslium, terdapat 13
orang yang kurang dalam mengkonsumsi sumber kalsium. Dalam hal ini jelas
terlihat bahwa kesukaan seseorang terhadap makanan sumber kalsium akan
mempengaruhi terhadap kecukupan konsumsinya. Sebagaimana yang dikatakan
Suhardjo (2006) bahwa kesukaan terhadap makanan mempunyai pengaruh
terhadap pemilihan makanan. Sehingga jika seseorang tidak suka terhadap
makanan sumber kalsium, maka akan cenderung tidak memilih makanan tersebut
untuk dikonsumsi oleh dirinya.

BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB sebelumnya dapat
ditarik beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Siswi SMPN 1 Mande Cianjur yang konsumsi kalsiumnya kurang lebih
banyak dibandingkan dengan siswi yang konsumsi kalsiumnya cukup. Ratarata asupan konsumsi kalsium siswi masih kurang dari Angka Kecukupan
Gizi (AKG) yang dianjurkan yaitu sebesar 76,96% AKG. Makanan sumber
kalsium yang setiap hari dikonsumsi adalah susu kental manis, tahu, dan
tempe dengan proporsi yang cukup besar. Makanan lain yang setiap hari
dikonsumsi siswi akan tetapi dengan proporsi yang tidak terlalu banyak
adalah susu bubuk, yogurt dan telur ayam. Sedangkan makanan sumber
kalsium yang tidak pernah dikonsumsi oleh sebagian besar siswi adalah
rebon segar.
2. Siswi SMPN 1 Mande Cianjur yang memiliki kebiasaan jajan dengan
frekuensi sering jumlahnya lebih banyak daripada siswi yang kebiasaan
jajannya jarang.
3. Proporsi siswi SMPN 1 Mande Cianjur yang memiliki pengetahuan gizi baik
jumlahnya lebih banyak daripada siswi yang memiliki pengetahuan gizi
kurang.
101

102

4. Siswi SMPN 1 Mande Cianjur yang jarang terpapar informasi kalsium


jumlahnya lebih banyak daripada siswi yang sering terpapar informasi
kaslium, dan sumber informasi yang banyak digunakan untuk mengetahui
informasi kalsium adalah televisi.
5. Siswi SMPN 1 Mande Cianjur yang tidak mendapatkan pengaruh dari teman
dalam pemilihan makanan jajanan sumber kaslium jumlahnya lebih sedikit
dibandingkan dengan siswi yang mendapatkan pengaruh dari temannya.
6. Siswi SMPN 1 Mande Cianjur yang suka terhadap makanan sumber kalsium
jumlahnya lebih banyak daripada siswi yang tidak suka terhadap makanan
sumber kalsium. Dalam hal ini makanan yang paling banyak disukai oleh
siswi adalah sarden, susu kental manis, kacang merah, tempe dan es krim.
Sedangkan yang tidak disukai oleh sebagian besar siswi adalah keju.
7. Siswi SMPN 1 Mande Cianjur yang dirumahnya sering tersedia makanan
sumber kalsium jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan siswi yang
dirumahnya jarang tersedia makanan sumber kalsium. Makanan yang setiap
hari tersedia adalah tahu dan yang paling banyak tidak tersedia adalah rebon
segar.
8. Tidak ada hubungan antara kebiasaan jajan dengan konsumsi kalsium siswi
SMPN 1 Mande Cianjur tahun 2010.
9. Tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi siswi dengan konsumsi kalsium
siswi SMPN 1 Mande Cianjur tahun 2010. Siswi yang konsumsi kalsiumnya
kurang jumlahnya lebih banyak pada siswi yang pengetahuan gizinya baik.

103

10. Terdapat hubungan yang bermakna antara keterpaparan informasi kaslium


dengan konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur tahun 2010. Siswi
yang konsumsi kalsiumnya kurang jumlahnya lebih banyak pada siswi yang
sering terpapar informasi kalsium.
11. Tidak ada hubungan yang bermakna antara pengaruh teman dengan
konsumsi kalsium siswi. Siswi yang kurang dalam mengkonsumsi kalsium
jumlahnya lebih banyak pada siswi yang mendapatkan pengaruh dari
temannya.
12. Tidak ada hubungan yang bermakna antara preferensi/kesukaan dengan
konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur tahun 2010. Siswi yang
konsumsi kalsiumnya kurang jumlahnya lebih banyak pada siswi yang tidak
suka terhadap makanan sumber kalsium.
13. Terdapat hubungan yang bermakna antara ketersediaan bahan makanan
sumber kalsium di rumah dengan konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande
Cianjur tahun 2010.

7.2 Saran
1.Bagi Puskesmas Mande
Petugas

kesehatan

khusunya

petugas

gizi

hendaknya

aktif

menyelenggarakan penyuluhan kepada siswi dengan melibatkan atau


memberdayakan anggota osis, anggota pramuka atau anggota PMR. Sehingga
dalam penyampaiannya dapat dibantu oleh teman sebaya siswi. Akan tetapi

104

penyuluhan yang diselenggarakan harus rutin dan berkesinambungan,


sehingga frekuensi siswi untuk terpapar informasi gizi semakin sering.
Selanjutnya penyampaian informasi juga dapat dilakukan melalui poster
yang berisi materi tentang gizi, khususnya tentang kalsium, manfaat kalsium
bagi remaja, akibat-akibat yang dapat timbul jika kekurangan atau kelebihan
kalsium, makanan dan minuman yang tinggi kalsium, dan jajanan sehat yang
mengandung kalsium.
2. Bagi SMPN 1 Mande Cianjur
Para guru hendaknya menambahkan materi mengenai gizi khususnya
kalsium dengan lebih rinci ke dalam pembelajaran, khususnya mata pelajaran
biologi dan penjaskes dengan frekuensi yang sering. Materi yang disampaikan
berupa materi tentang gizi secara umum dan khususnya tentang kalsium
seperti manfaat kalsium bagi masa pertumbuhan atau masa remaja, kebutuhan
kalsium untuk remaja, akibat yang dapat terjadi jika kekurangan atau
kelebihan kalsium, makanan dan minuman tinggi kalsium serta hal lain yang
mengenai kalsium. Sehingga diharapkan dengan disampaikannya materi
tentang gizi khususnya kalsium pada saat pelajaran biologi atau penjaskes,
dapat menambah informasi dan pengetahuan siswi mengenai gizi, dan siswi
dapat mengaplikasikan informasi dan pengetahuannya tersebut kedalam
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian konsumsi kalsium pada siswi dapat
meningkat.

105

Selain materi mengenai kalsium yang disampaikan dalam pelajaran


biologi dan penjaskes, pesan-pesan mengenai pentingnya mengkonsumsi
makanan sumber kalsium dapat disampaikan pula dalam upacara bendera,
peringatan hari-hari besar agama, ataupun pada acara kenaikan kelas.
Penyampaian informasi dapat dilakukan pula terhadap orang tua siswi
khususnya ibu sebagai penyelenggara makanan di rumah. Informasi tersebut
dapat disampaikan dalam bentuk penyuluhan atau dalam bentuk leaflet atau
famplet yang dibagikan ketika pembagian raport, yang berisi kampanye
gerakan makan makanan

murah, mudah dijangkau, bergizi serta tinggi

kandungan kalsiumnya seperti ikan teri, rebon kering, tahu, tempe, wortel
serta sayuran hijau.
Pihak sekolah juga hendaknya dapat mengadakan kantin sehat, dengan
menyediakan makanan dan minuman yang sehat dan bergizi atau kantin
menjual makanan yang biasa dikonsumsi oleh siswi tetapi dimodifikasi
dengan bahan yang kaya akan nutrisi.
Selain itu pihak sekolah hendaknya menerapkan kebijakan untuk
menutup gerbang sekolah selama jam istirahat sehingga akses siswa ke
pedagang kaki lima terbatas dan diharapkan siswa tidak jajan di luar sekolah.
3. Bagi Peneliti Lain
a. Peneliti selanjutnya diharapkan mengikutsertakan variabel-variabel lain
yang diduga berhubungan dengan konsumsi kalsium siswi, yang tidak
dapat diteliti pada penelitian ini.

106

b. Peneliti selanjutnya diharapkan melaksanakan penelitian dengan populasi


dan wilayah yang lebih besar misalnya satu kecamatan atau kabupaten
sehingga dapat memberikan gambaran konsumsi kalsium remaja pada
wilayah yang lebih luas dengan sampel yang lebih besar.
c. Peneliti selanjutnya diharapkan meneliti konsumsi kalsium anak-anak usia
Sekolah Dasar sebagai bentuk pencegahan lebih dini terhadap osteoporosis
dan persiapan menjelang usia reproduksi/ remaja, karena periode remaja
merupakan periode yang banyak membutuhkan kalsium.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Anastasia, Devi Lusiana. 2008. Frekuensi Konsumsi Bahan Makanan Sumber Kalsium
pada Remaja di Tiga Sekolah Menengah Pertama di Depok Tahun 2008. Skripsi.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat universitas Indonesia.
Apriadji, WH. 1986. Gizi Keluarga. Seri Kesejahteraan Keluarga-xiii/93/86. Penerbit :
PT Penebar Swadaya. Jakarta.
Aprianda, Ratri. 2007. Faktor-faktor yang berhubungan dengan asupan kalsium harian
siswi kelas IV dan V SDN Grogol Selatan 05 dan 07 Pagi Kebayoran Lama
Jakarta tahun 2007. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.
Ariawan, Iwan. 1998. Besar Dan Metode Sampel Pada Penelitian Kesehatan. Depok:
Jurusan Biostatistik dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.
Bahria. 2009. Hubungan Pengetahuan Gizi, Kesukaan dan Faktor Lain dengan
Konsumsi Buah dan Sayur pada Remaja di 4 SMA di Jakarta Barat Tahun 2009.
Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Berg, Alan. 1986. Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional. Jakarta: CV Rajawali.
Brown, Judith E. 2005. Nutrition Through the Life Cycle. California: Thomson
Wadsworth.
Chaplin, JP. 2004. Kamus lengkap Psikologi cetakan ke-9. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI. 2010. Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Rajawali Press.
Departemen Gizi Masyarakat. 2009. Ilmu Gizi Dasar. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor.
Gabriel, Angelica. 2008. Perilaku Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Serta Hidup Bersih
dan Sehat Ibu Kaitannya dengan Status Gizi dan Kesehatan Balita di Desa
Cikarawang Bogor. Skripsi. Bogor: Program Studi Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB.

107

108

Gibney, Michael J et.al, alih bahasa dr.Andry Hartono. 2009. Gizi Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Guthrie, Helen Andrews and Picciano. 1995. Human Nutrition. St. Louis, Missouri:
Mosby-Year Book. Inc.
Handayani, Miratna. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Distorsi Citra Tubuh
Siswa SMAN 1 Pamulang Tahun 2009. Skripsi: Jakarta: Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Ikhsan, Muhammad. 2004. Faktor-faktor yang berhubungan dengan asupan kalsium
pada remaja di SMUN 28 Jakarta Tahun 2004. Skripsi. Depok: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Kalkwarf HJ, Khoury JC, Lanphear BP. 2003. Milk Intake During Childhood and
Adolescence, Adult Bone Density and Osteoporotic Fractures in US Women.
American Journal of Clinical Nutrition, http://www.ajcn.org/cgi/reprint/77/1/257,
diakses tanggal 14 Mei 2010, pkl 15.29 WIB.
Kartono D, dan Soekatri M. 2004. AKG Mineral Makro dan Mikro. Widya Karya
Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakarta : LIPI.
Khomsan,
Ali.
1998.
Vitamin
Mineral
Pelindung
di
Saat
http://www.indomedia.com/intisari/1998/april/obat. [05 Juli 2010].

Stress.

________________. 2010. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: Rajawali sport.
________________. 2007. Studi Peningkatan Pengetahuan Gizi Ibu dan Kader
Posyandu serta Perbaikan Gizi Keluarga. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat
IPB.
Lutfiah, Vivi. 2007. Hubungan Konsumsi Pangan Sumber Kalsium Dengan Keluhan
Menstruasi Pada Remaja. Skripsi. Bogor: Program Studi Gizi Masyarakat dan
Sumber Daya Keluarga Fakultas Pertanian IPB.
Mc Williams, Margaret. 1993. Nutrition For The Growing Years. Edisi ke 5. California:
Pylon Press.
Melliana, Anastasia. 2006. Menjelajah Tubuh Perempuan dan Mitos Kecantikan.
Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara.
Miller, et al. 2001. The Importance of Meeting Calcium Needs With Foods. Journal of
the American College of Nutritions, vol 20, pp. 168S-185S. www.jacn.org.
Mulyani, Endang. 2009. Konsumsi Kalsium pada Remaja di SMPN 201 Jakarta Barat
Tahun 2009. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.

109

National Institute of Health. 1994. Hubungan Kalsium dan Kepadatan Tulang.


www.smallcrab.com. Diakses tanggal 13 mei 2010, pukul 15.04 WIB.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT Rineka Cipta.
__________________. 2005. Metode Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
__________________. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Novianty, Ella Nurmila. 2007. Konsumsi Susu Dan Faktor-faktor Lainnya yang
Berhubungan Dengan Kecukupan Asupan Kalsium Pada Anak Sekolah Di SD
Islam Terpadu Nurul Fikri Kota Depok Tahun 2007. Skripsi. Depok: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Nurhayati. 2002. Hubungan Keterpaparan Media Massa, Orang Tua, dan Teman
Sebaya dengan Perilaku Seksual Remaja Siswa Kelas 3 di SLTP X Depok Tahun
2002. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat UI.
Pratiwi, Wulan. 2006. Analisis Hubungan Pengetahuan Gizi, Sikap, dan Preferensi
dengan Kebiasaan Makan Sayuran Ibu Rumah Tangga di Perkotaan dan
Pedesaan Bogor. Skripsi. Bogor: IPB.
Purwaningrum, Nur Fadjria. 2008. Hubungan Antara Cita Raga dengan Perilaku Makan
Pada Remaja Putri. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Puspasari, Puri. 2004. Gambaran Asupan Kalsium dan Beberapa faktor yang
Berhubungan Pada Remaja SMAN Kota Bandung Tahun 2004.Skripsi. Depok:
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Puspitarani, Dinar. 2006. Gambaran Perilaku Konsumsi Serat dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pada Remaja di SLTP Labschool Rawamangun Jakarta Timur
Tahun 2006.Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.
Rahmawati. 2000. Perilaku Makan Sayur Berdasarkan Faktor Sosio Demografi, Self
Effifacy, Sikap, Nilai, Preferensi, dan Ketersediaan Sayur Pada Murid Kelas VI
SD Muhammadiyah Pamulang Barat, Pamulang, Tangerang Tahun 2000. Skripsi.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Rita, E. 2002. Preferensi Konsumen terhadap Pangan Sumber Karbohidrat Non-Beras.
Skripsi: Institut Pertanian Bogor Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi
Manusia.
Sabri, Luknis, dkk. 2008. Statistik Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

110

Savitri, Rahma. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi


Makanan Jajanan yang Mengandung Pewarna Sintetik pada Siswi Kelas VIII dan
IX SMP PGRI 1 dan SMP YMJ Ciputat Tahun 2009. Skripsi. Jakarta: Program
Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah.
Sediaoetama, Achmad Jaeni. 2006. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Jilid 1.
Jakarta: Dian Rakyat.
Septrisya, Shiera. 2006. Remodelling Tulang dan Osteoporosis. www.elitha-eri.net.
diakses tanggal 27 Juni 2010, pukul 15.48 WIB.
Siswono, 2005. Susu Perbaiki Perkembangan Fisik Bangsa. http://www.gizi.net/cgibin/berita/fullnews.cgi?newsid1115009292,63471. Diakses tanggal 28 Oktober
2010, pukul 03.18 WIB.
Soehardjo. 1996. Sosio Budaya Gizi. Bogor: Institut Pertanian Bogor PAU Pangan dan
Gizi.
________. 2006. Pangan Gizi dan Pertanian. Jakarta: UI Press.
Srimaryani, Diah Imas. 2010. Pola Konsumsi Pangan dan Status Gizi pada Rumah
Tangga Peserta Program Pemberdayaan Masyarakat di Kota dan Kabupaten
Bogor.Skripsi. Bogor: IPB.
Supariasa, I Dewa Nyoman. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Surono, A. 1999. Penuhi Kalsium dari Berbagai Sumber. www.indomedia.com/intisari.
Whiting, S J, Hassanali et al. 2004. Factors That Affect Bone Mineral Accrual in The
Adolescent Growth Spurt. Journal Nutrition. 134: 696 S-700 S. Maret 2004. The
American Society for Nutritional Sciences.
Winarno, FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Witjaksono, Fiastuti. 2003. Akibat Kekurangan Kalsium. http://cyberwoman.cbn.net.id.
Diakses tanggal 27 Juni 2010 pukul 15.43 WIB.
Worthington, Bonnie S et.al. 2000. Nutrition Througthout The Life Cycle. Edisi ke-4.
United States: McGraw-Hill Book Companies, Inc.
Yunaeni. 2009. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Konsumsi Suplemen Vitamin
dan Mineral Pada Siswa-siswi SMA Negeri Ragunan Jakarta Selatan Tahun 2009.
Skripsi. Jakarta: Program Studi Kesehatan Masyarakat. FKIK UIN Syarif
Hidayatullah.

Kelas
[ ]

No. Resp
[ ]

Program Studi Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ASUPAN KALSIUM


SISWI KELAS VII DAN VIII SMPN 1 MANDE
KABUPATEN CIANJUR TAHUN 2010
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Saya Reni Agustiani, mahasiswi Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Saya bermaksud untuk mengadakan penelitian mengenai faktor-faktor yang
berhubungan dengan asupan kalsium siswi SMPN 1 Mande Kabupaten Cianjur
Tahun 2010. Oleh karena itu saya memohon kesediaan adik untuk mengisi kuesioner
ini. Kejujuran adik dalam menjawab pertanyaan sangat saya harapkan. Identitas dan
jawaban adik akan saya rahasiakan.
Apakah adik bersedia?
a. Ya
b. Tidak
Jika adik bersedia mohon adik menandatangani pernyataan di bawah ini:
Dengan ini saya bersedia mengikuti penelitian ini dan bersedia mengisi lembar kuesioner
yang telah disediakan dibawah ini.
Tertanda,
(.....................................)

Setelah menandatangani pernyataan tersebut, saya mohon kesediaan adik untuk


menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jujur, tanpa bantuan orang lain
dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Terimakasih atas perhatian dan kerjasamanya.
Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Kelas
[ ]

No. Resp
[ ]

A. Identitas Responden
A1 Nama

: .........................................................................

A2 Kelas

: ......................................................................... [

A3 TTL

: .........................................................................

A4 Umur

: ......................................................................... [

A5 No Telp/HP

][ ]

B. Pengetahuan Gizi Siswi


B1

Zat gizi adalah ....

a. Makanan yang mahal harganya


b. Zat yang terdapat dalam makanan yang diperlukan oleh tubuh
untuk melakukan fungsinya.
c. Zat yang terdapat dalam makanan dapat mengenyangkan perut.
d. Zat yang terdapat dalam makanan dan diperlukan oleh orang sakit
saja.
B2

Zat gizi diperlukan oleh ....


a. Semua orang
b. Orang tua saja
c. Anak kecil saja
d. Orang sakit saja

B3

Zat gizi diperoleh dari ....


a. Dalam tubuh manusia
b. Makanan sehari-hari
c. Tumbuhan saja
d. Hewani saja

B4

Kalsium merupakan zat gizi yang termasuk dalam golongan ....


a. Vitamin
b. Mineral
c. Zat tenaga
d. Semuanya benar

Kelas
[ ]

B5

Kalsium dalam tubuh manusia banyak tersimpan di ....

No. Resp
[ ]

a. Saraf
b. Kulit
c. Tulang dan gigi
d. Rambut
B6

Bahan makanan yang paling banyak mengandung kalsium adalah ....


a. Telur
b. Daging Sapi
c. Susu
d. Ikan Teri

B7

Bahan makanan yang bukan sumber kalsium adalah ....


a. Susu
b. Ayam
c. Soft drink
d. Sarden

B8

Fungsi utama kalsium adalah ....


a. Untuk pembentukan tulang dan gigi
b. Untuk pembentukan tulang saja
c. Untuk mencegah anemia/kurang darah
d. Untuk mencegah dehidrasi/ kekurangan cairan

B9

Kekurangan kalsium dalam waktu yang lama akan menyebabkan .....


a. Anemia
b. Penyakit jantung
c. Osteoporosis/pengeroposan tulang
d. Dehidrasi/ kurang cairan

B10 Pembantu penyerapan kalsium adalah ....


a. Iodium
b. Vitamin A
c. Teh
d. Vitamin D
B11 Dalam kehidupan sehari-hari vitamin D diperoleh dari ....
a. Mentega
b. Susu

Kelas
[ ]

No. Resp
[ ]

c. Sinar matahari
d. Semua jawaban benar
B12 Kalsium lebih banyak dibutuhkan pada masa apa?

a. Lanjut Usia
b. Remaja
c. Bayi
d. Semua benar
B13 Dibawah ini merupakan makanan/ minuman penghambat penyerapan
kalsium yang paling benar adalah....
a. Susu, teh, minuman bersoda/soft drink
b. Kopi, teh, minuman bersoda
c. Kopi, yogurt, teh, susu
d. Ice Creame, kopi, yogurt, susu
B14 Vitamin yang berfungsi untuk kesehatan tulang dan gigi yaitu....
a. Lemak
b. Vitamin D
c. Vitamin A
d. Protein
B15 Akibat kelebihan kalsium adalah....
a. Menyebabkan osteoporosis/keropos tulang
b. Menyebabkan kegemukan/obesitas
c. Menyebabkan susah buang air besar
d. Semuanya salah

Kelas
[ ]

No. Resp
[ ]

C. Keterpaparan media/Informasi Kalsium


C1

Apakah adik pernah mendengar informasi mengenai kalsium?

a. Ya pernah (lanjutkan ke pertanyaan D2)


b. Tidak pernah (lanjutkan ke pertanyaan bagian E)
C2

Berapa kali adik mendengar informasi tersebut dalam satu minggu


terakhir?
a. Tidak pernah
b. 1-2x
c. Lebih dari 3x

C3

Dari mana adik mendapatkan informasi mengenai kalsium?


a. Televisi
b. Radio
c. Koran
d. Majalah
e. Internet
f. Orang tua
g. Guru
h. Teman
i. Lainnya, sebutkan.............................................................................

D. Pengaruh Teman
D1. Apakah setiap kali jajan adik selalu bersama teman?
a. Ya
b. Tidak
D2. Apakah makanan yang adik beli sama seperti yang dibeli oleh teman adik?
a. Ya selalu sama
b. Kadang-kadang
c. Tidak sama
D3. Siapakah yang mengusulkan jenis jajanan ketika adik dan teman adik jajan?
a. Saya
b. Teman

Kelas
[ ]

No. Resp
[ ]

D4. Apakah teman adik pernah mengusulkan untuk membeli makanan sumber
kalsium seperti susu, es krim, yogurt, biskuit?
a. Ya pernah
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
D5. Apakah teman adik pernah mengusulkan untuk membeli minuman bersoda (soft
drink), teh atau kopi?
a. Ya pernah
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah

E. KESUKAAN TERHADAP MAKANAN


**Isi pilihan makanan dibawah ini menurut tingkat kesukaan adik
Keterangan : STS = Sangat Tidak Suka

No

TS

= Tidak Suka

= Netral

= Suka

SS

= Sangat Suka

JENIS MAKANAN

STS

TS

SS

Kode (diisi
oleh peneliti)

1.

Susu Bubuk

2.

Susu Sapi (murni)

3.

Keju

4.

Yogurt

5.

Susu Kental Manis

6.

Es Krim

7.

Sarden

8.

Tahu

9.

Tempe

10. Oncom
11. Udang Segar

Kelas
[ ]

No

JENIS MAKANAN

STS

TS

AS

SS

No. Resp
[ ]

Kode (diisi
oleh peneliti)

12. Teri
13. Ikan Mujair
14. Telur Ayam
15. Telur Asin
16. Bayam
17. Sawi/Cesin
18. Daun Singkong
19. Daun Katuk
20. Kangkung
21. Kacang Merah
22. Kacang Tanah

F. KEBIASAAN JAJANAN
No

Makanan Jajanan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Batagor
Gorengan
Mie Bakso
Mie Ayam
Empek-empek
Bakso Tusuk
Es Cendol
Yogurt
Petis/Asinan
Soft Drink
(Coca cola,fanta, sprite)
Biskuit,
merk....................
Ice Cream
Susu
Teh
Pop Ice
Lainnya,.........................

11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

....... kali
per
minggu

*keterangan: isi kolom dengan frekuensi jajan perminggu

Tidak
pernah

Skor

Kelas
[ ]

No. Resp
[ ]

Kelas
[ ]

FORMULIR FOOD FREKUENSI MAKANAN

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.

Jenis Makanan
Susu Bubuk,
Susu Cair,
Susu Kental Manis,
Susu Sapi Segar
Keju,
Susu Kedelai
Ikan Teri Kering
Ikan Teri Segar
Sarden
Rebon segar
Rebon Kering
Udang Segar
Udang Kering
Ikan Mujair goreng
Telur Ayam
Telur Asin
Tahu
Tempe
Oncom
Bayam
Sawi/Cesin
Katuk
Selada Air
Daun singkong
Kangkung
Kacang Merah
Kacang Tanah

....... per
Hari

....... per
minggu

........ per
bulan

Tidak
Pernah

Jumlah yang dikonsumsi


Ukuran Rumah
Berat (gram)
Tangga (URT)

No. Resp
[ ]

Kelas
[ ]

KETERSEDIAAN MAKANAN SUMBER KALSIUM

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.

Jenis Makanan
Susu Bubuk, merk ...............................
Susu Cair, merk ...................................
Susu Kental Manis, merk ...................
Susu Sapi Segar
Keju, merk ...........................................
Yogurt
Es Krim
Susu Kedelai
Ikan Teri Kering
Ikan Teri Segar
Sarden
Rebon segar
Rebon Kering
Udang Segar
Udang Kering
Ikan Mujair goreng
Telur Ayam
Telur Asin
Tahu
Tempe
Oncom
Bayam
Sawi/Cesin
Katuk
Selada Air
Daun singkong
Kangkung
Kacang Merah
Kacang Tanah

>2x/
Hari

1x/ hari

4-6x/
minggu

1-3x/
minggu

1-3x/
bulan

Tidak
Pernah

No. Resp
[ ]

LAMPIRAN

Selanjutnya, pada tabel 5.4 dapat dilihat distribusi responden menurut


frekuensi konsumsi pangan sumber kalsium.
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Konsumsi Pangan Sumber Kalsium
pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010

Jenis Makanan

>1x per
hari

N
%
Teri Kering
Rebon Kering
Susu Bubuk
5
3,9
Udang Kering
Keju
Rebon Segar
Mujair Goreng
Sarden
Susu Kental
19 14,7
Manis
Bayam
Susu UHT
Sawi
Daun Katuk
Daun Singkong
Susu Sapi
Udang Segar
Tempe
Tahu
Es krim
Telur Asin
Yogurt
4
3,1
Oncom
Kacang Merah
Kangkung
Kacang Tanah
Telur Ayam
1
0,8
Susu Kedele
Sumber: Data Primer

1x per
hari

3-6 x per
minggu

1-2 x per
minggu

1-3 x per
bulan

Tidak
Pernah

n
1
4
2
21

%
0,8
3,1
1,6
16,3

n
38
9
6
1
16
14

%
29,5
7,0
4,7
0,8
12,4
10,9

n
65
19
41
9
42
11
39
57
46

%
50,4
14,7
31,8
7,0
32,6
8,5
30,2
44,2
35,7

n
13
17
32
22
47
6
39
36
21

%
n
%
10,1 13 10,1
3,2 83 64,3
24,8 47 36,4
17,1 98 76,0
36,4 32 24,8
4,7 111 86,0
30,2 35 27,1
27,9 36 27,9
16,3 8
6,2

3
12
1
63
77
16
7
43
-

2,3
9,3
0,8
48,8
59,7
12,4
5,4
33,3
-

9
3
10
7
10
28
16
29
8
2
13
9
31
-

7,0
2,3
7,8
5,4
7,8
21,7
12,4
22,5
6,2
1,6
10,1
7
24
-

75
57
59
41
57
7
11
28
27
71
51
50
62
62
98
68
41
11

58,1
44,2
45,7
31,8
44,2
5,4
18,5
21,7
20,9
55
39,5
38,8
48,1
48,1
76
52,7
31,8
8,5

16
35
9
5
17
44
18
1
1
52
45
10
18
37
7
36
2
16

12,4 26 20,2
27,1 22 17,1
7,0 50 38,8
3,9 76 58,9
13,2 45 34,9
34,1 78 60,5
14 100 77,5
0,8
8
6,2
0,8
8
6,2
40,3 6
4,7
34,9 33 25,6
7,8 20 15,5
14
34 26,4
28,7 28 21,7
5,4 11 8,5
27,9 16 12,4
1,6 11 8,5
12,4 102 79,1

Adapun distribusi kebiasaan jajan menurut jenis makanan jajanan dapat


dilihat pada tabel 5.6.
Tabel 5.6
Distribusi Kebiasaan Jajan Menurut Jenis Makanan Jajanan
Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010
Setiap
3-5x per- 1-2x perTidak
Hari
minggu
minggu
Pernah
Jenis Jajanan
N
%
n
%
n
%
n
%
Batagor
29 22,5 100 77,6
Gorengan
99 76,8 20 15,5
Bakso
29 22,5 100 77,6
Mie Ayam
50 38,8 79 61,2
Empek-empek
31 24,8 91 70,6
6
4,7
Cilok
23 17,8 78 60,6 21 16,3
7
5,4
Asinan
7
5,4
93 72,1 29 22,5
Pop Ice
1
0,8
27 20,9 80 62,0 21 16,3
Es Cendol
87 67,4 42 32,6
Jenis Jajanan Sumber Kalsium
Biskuit
5
3,9
78 60,4 46 35,7
Ice Cream
71 55,1 58 45,0
Susu
85 65,9 44 34,1
Yogurt
23 17,8 78 60,6 21 16,3
7
5,4
Jenis Jajanan Penghambat Penyerapan Kalsium
Es Teh
13 10,1 75 58,1 35 27,2
6
4,7
Soft Drink
1
0,8
27 20,9 80 62,0 21 16,3
Sumber : Data Primer
Tingkat pengetahuan gizi ini dinilai dari hasil pertanyaan yang diajukan
kepada responden. Responden yang tidak mengetahui bahwa kalsium termasuk ke
dalam zat gizi golongan mineral adalah sebanyak 104 orang (80,6%). Sebanyak
125 responden (96,9%) tidak mengetahui bahwa ikan teri merupakan pangan yang
banyak mengandung kalsium. Selanjutnya, responden yang tidak mengetahui
bahwa vitamin D membantu penyerapan kalsium adalah sebanyak 72 orang
(55,8%). Responden yang tidak mengetahui bahwa sinar matahari merupakan
sumber vitamin D dalam kehidupan sehari-hari adalah sebanyak 98 orang (76,0%)
dan sebanyak 68 responden (52,7%) tidak mengetahui bahwa vitamin D
merupakan vitamin untuk kesehatan tulang dan gigi. Responden yang tidak

mengetahui bahwa masa remaja merupakan masa yang membutuhkan kalsium


lebih banyak adalah sebanyak 122 orang (94,6%).
Selanjutnya, sebanyak 80 responden (62%) tidak mengetahui makanan/
minuman penghambat penyerapan kalsium (kopi, teh, soft drink). Sedangkan
responden yang tidak mengetahui akibat dari kelebihan kalsium sebanyak 116
orang (89,9%). Adapun jenis pertanyaan yang jawabannya paling banyak salah
dapat dilihat pada tabel 5.8.
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Gizi Siswi Berdasarkan
Jawaban Salah di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010
Jenis Pertanyaan
Kalsium termasuk ke dalam golongan mineral
Ikan teri merupakan pangan yang banyak mengandung
kalsium
Vitamin D membantu penyerapan kalsium
Sinar matahari adalah sumber vitamin D dalam
kehidupan sehari-hari
Vitamin D adalah vitain untuk kesehatan tulang dan
gigi
Masa remaja merupakan masa yang membutuhkan
kalsium lebih banyak
Kopi, teh, soft drink merupakan penghambat
penyerapan kalsium
Akibat kelebihan kalsium
Sumber: Data Primer

Frekuensi
104
125

Persentase
80,6
96,9

72
98

55,8
76,0

68

52,7

122

94,6

80

62,0

116

89,9

Selanjutnya di bawah ini terdapat pula tabel mengenai distribusi jenis


makanan sumber kalsium yang disukai oleh responden yang dikelompokkan
berdasarkan makanan dengan kandungan kalsium tinggi (500 mg), makanan
dengan kandungan kalsium antara 100-499 mg dan makanan dengan kandungan
kalsium rendah (< 99 mg).
Tabel 5.13
Distribusi Responden Menurut Kesukaan Terhadap Makanan Sumber
Kalsium pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur tahun 2010

Jenis Makanan
Jumlah (n)
Persentase
Makanan dengan Kandungan Kalsium Tinggi (500 mg)
Teri Kering
85
65,9
Rebon Kering
114
88,4
Susu Bubuk
96
74,4
Keju
9
7,0
Makanan dengan kandungan kalsium 100-499 mg
Mujair Goreng
95
73,7
Sarden
128
99,2
Susu Kental Manis
117
90,7
Bayam
85
65,9
Sawi
110
85,3
Daun Katuk
74
57,4
Daun Singkong
70
54,3
Susu Sapi Murni
88
68,2
Udang Segar
57
44,2
Tempe
119
92,2
Jenis Makanan
Jumlah (n)
Persentase
Tahu
94
72,9
Es Krim
119
92,2
Telur Asin
124
96,1
Yogurt
102
79,1
Makanan dengan kandungan kalsium < 99 mg
Oncom
115
89,1
Kacang Merah
116
89,9
Kangkung
52
40,3
Kacang Tanah
84
65,1
Telur Ayam
78
60,5
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa makanan dengan kandungan
kalsium tinggi (500 mg) yang banyak disukai responden adalah rebon kering
sebanyak 114 orang (88,4%). Makanan dengan kandungan kalsium 100-499 mg
yang paling banyak disukai responden adalah sarden sebanyak 128 orang (99,2%),
sedangkan makanan dengan kandungan kalsium < 99 mg yang paling banyak
disukai oleh responden adalah kacang merah sebanyak 116 (89,9%).

Distribusi ketersediaan pangan sumber kalsium yang dikelompokkan


menjadi golongan susu dan hasil olahannya, golongan ikan dan telur, golongan
kacang-kacangan dan golongan sayur mayur dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.16
Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Ketersediaan Pangan Sumber
Kalsium Golongan Susu dan Hasil Olahannya pada Siswi SMPN 1 Mande
Cianjur Tahun 2010
Setiap
1x per1-3x perTidak
Hari
minggu
bulan
tersedia
Jenis Pangan
N
%
n
%
n
%
n
%
Susu Bubuk
8
6,2
24 18,6 30 23,3 45 34,9
Susu UHT
3
2,3
57 44,2 38 29,5 24 18,6
Susu Kental Manis
41 31,8 27 20,9 18 13,9 10 7,8
Susu sapi segar
5
3,9
38 29,5 83 64,3
Keju
20 15,5 59 45,8 41 31,8
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 5.16 diketahui bahwa pangan golongan susu dan hasil
olahannya yang paling banyak tersedia setiap harinya di rumah adalah susu kental
manis (41 orang atau 31,8%), dan yang paling banyak tidak tersedia di rumah
adalah susu sapi segar (83 orang atau 64,3%).
Tabel 5.17
Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Ketersediaan Pangan Sumber
Kalsium Golongan Ikan dan Telur pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur
Tahun 2010
Setiap
1x per1-3x perTidak
Hari
minggu
bulan
tersedia
Jenis Pangan
N
%
n
%
n
%
n
%
Teri Kering
23 17,8 30 23,3 15 11,6 13 10,1
Teri Segar
17 13,2 23 17,9 80 62,0
Sarden
37 28,7 38 29,5 36 27,9
Rebon Segar
8
6,2
5
3,9 109 84,5
Rebon Kering
2
1,6
16 12,4 33 25,6 82 63,6
Udang Segar
8
6,2
16 12,4 101 78,3
Udang Kering
9
7,0
19 14,7 99 76,7
Mujair
32 24,8 42 32,6 38 29,5
Telur Ayam
55 42,6 18 14,0
4
3,2
9 7,0
Telur Asin
2
1,6
41 31,8 38 29,5 33 25,6
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 5.17 pangan golongan ikan dan telur yang paling
banyak tersedia setiap harinya di rumah adalah telur ayam (55 orang atau 42,6%),

sedangkan ikan teri yang kandungan kalsiumnya paling tinggi tersedia setiap hari
hanya pada 23 responden (17,8%). Selanjutnya pangan golongan ikan dan telur
yang paling banyak tidak tersedia adalah rebon segar (109 orang atau 84,5%).
Tabel 5.18
Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Jenis Pangan Sumber Kalsium
Golongan Kacang-kacangan pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010
Setiap
1x per1-3x perTidak
Hari
minggu
bulan
tersedia
Jenis Pangan
N
%
n
%
n
%
n
%
Susu Kacang Kedelai
8
6,2
14 10,9 102 79,1
Tahu
78 60,5 20 15,5
2
1,6
7
5,4
Tempe
72 55,8 18 14,0
3
2,4
5
3,9
Oncom
4
3,1
51 39,5 28 14,0 36 27,9
Kacang Merah
35 27,1 37 28,7 28 21,7
Kacang Tanah
35 27,1 34 26,4 15 11,6
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 5.18 pangan sumber kalsium jenis kacang-kacangan
yang paling banyak tersedia setiap harinya di rumah adalah tahu (78 orang atau
60,5%). Sedangkan yang paling banyak tidak tersedia di rumah adalah susu kacang
kedelai (102 orang atau 79,1%).
Tabel 5.19
Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Ketersediaan Pangan Sumber
Kalsium Golongan Sayur-sayuran pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur
Tahun 2010
Setiap
1x per1-3x perTidak
Hari
minggu
bulan
tersedia
Jenis Pangan
N
%
n
%
n
%
n
%
Bayam
55 42,6 18 13,9 25 19,4
Sawi
41 31,8
6
4,7
51 39,5
Katuk
32 24,8
6
4,6
76 58,9
Selada Air
8
6,2
6
4,6 104 80,6
Daun Singkong
34 26,4 19 14,8 46 35,7
Kangkung
62 48,1
7
5,4
13 10,1
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 5.19 pangan sumber kalsium golongan sayur-sayuran
yang paling banyak tersedia setiap minggu di rumah adalah kangkung (66 orang

atau 48,1%). Sedangkan yang paling banyak tidak tersedia adalah selada air (104
orang atau 80,6%).

LAMPIRAN HASIL ANALISIS SPSS

1. KONSUMSI KALSIUM
Descriptive Statistics
N

Minimum

asupan_ca

122

Valid N (listwise)

122

226.06

Maximum

Mean

1450.22

Std. Deviation

769.6054

297.31086

kons_Ca
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

kurang

94

77.0

77.0

77.0

cukup

28

23.0

23.0

100.0

Total

122

100.0

100.0

2. KEBIASAAN JAJAN
Descriptives
Statistic
Skor_jjn

Mean

25.11

95% Confidence Interval for Lower Bound

24.37

Mean

Upper Bound

25.86

5% Trimmed Mean

25.13

Median

25.00

Variance
Std. Deviation

17.127
4.139

Minimum

16

Maximum

34

Std. Error
.375

Range

18

Interquartile Range

Skewness
Kurtosis

.038

.219

-.680

.435

Tests of Normality
a

Kolmogorov-Smirnov
Statistic
Skor_jjn

df

.071

Shapiro-Wilk

Sig.
122

Statistic

.200

df

.982

Sig.
122

.104

a. Lilliefors Significance Correction


*. This is a lower bound of the true significance.

kat_biasaJJN
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

jarang

53

43.4

43.4

43.4

sering

69

56.6

56.6

100.0

Total

122

100.0

100.0

kat_biasaJJN * kons_Ca Crosstabulation


kons_Ca
kurang
kat_biasaJJN

Jarang

Count
% within kat_biasaJJN

Sering

Count
% within kat_biasaJJN

Total

Count
% within kat_biasaJJN

cukup

Total

42

11

53

79.2%

20.8%

100.0%

52

17

69

75.4%

24.6%

100.0%

94

28

122

77.0%

23.0%

100.0%

Chi-Square Tests

Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

df
a

.613

.083

.773

.257

.612

.256
b

Asymp. Sig. (2-

Fisher's Exact Test

.669

Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases

.253

.615

122

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,16.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for kat_biasaJJN

Lower

Upper

1.248

.528

2.951

For cohort kons_Ca = kurang

1.052

.867

1.275

For cohort kons_Ca = cukup

.842

.432

1.644

N of Valid Cases

122

(jarang / sering)

.389

3. PENGETAHUAN GIZI
Descriptives
Statistic
skor_tahu

Mean

Std. Error

7.89

95% Confidence Interval for


Mean

Lower Bound

7.52

Upper Bound

8.27

5% Trimmed Mean

7.89

Median

8.00

Variance

4.394

Std. Deviation

2.096

Minimum

Maximum

12

Range

Interquartile Range

.190

Skewness

-.065

.219

Kurtosis

-.728

.435

Tests of Normality
a

Kolmogorov-Smirnov
Statistic
skor_tahu

df

.127

Shapiro-Wilk

Sig.
122

Statistic

.000

.964

df

Sig.
122

.002

a. Lilliefors Significance Correction

Kat_tahu
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

kurang

48

39.3

39.3

39.3

cukup

74

60.7

60.7

100.0

Total

122

100.0

100.0

kat_tahu * kons_Ca Crosstabulation


kons_Ca
kurang
kat_tahu

kurang

Count
% within kat_tahu

cukup

Count
% within kat_tahu

Total

Count
% within kat_tahu

cukup

Total

34

14

48

70.8%

29.2%

100.0%

60

14

74

81.1%

18.9%

100.0%

94

28

122

77.0%

23.0%

100.0%

Chi-Square Tests

Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

.189

1.198

.274

1.702

.192

1.729
b

df

Asymp. Sig. (2-

Fisher's Exact Test


Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases

.196
1.715

.190

122

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,02.
b. Computed only for a 2x2 table

.137

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for kat_tahu

Lower

Upper

.567

.242

1.328

For cohort kons_Ca = kurang

.874

.707

1.080

For cohort kons_Ca = cukup

1.542

.808

2.940

(kurang / cukup)

N of Valid Cases

122

zat gizi
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

salah

3.3

3.3

3.3

benar

118

96.7

96.7

100.0

Total

122

100.0

100.0

zat gizi diperlukan oleh


Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

salah

.8

.8

.8

benar

121

99.2

99.2

100.0

Total

122

100.0

100.0

zat gizi diperoleh dari


Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

salah

6.6

6.6

6.6

benar

114

93.4

93.4

100.0

Total

122

100.0

100.0

Ca termasuk golongan apa


Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

salah

98

80.3

80.3

80.3

benar

24

19.7

19.7

100.0

Total

122

100.0

100.0

dalam tubuh manusia Ca banyak tersimpan di


Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

salah

20

15.6

15.6

15.6

benar

102

83.6

83.6

99.2
100.0

Total

122

100.0

100.0

bahan makanan paling banyak mengandung Ca


Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

salah

118

96.7

96.7

96.7

benar

3.3

3.3

100.0

122

100.0

100.0

Total

bahan makanan bukan sumber Ca


Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

salah

25

20.5

20.5

20.5

benar

97

79.5

79.5

100.0

Total

122

100.0

100.0

fungsi Ca
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

salah

38

31.1

31.1

31.1

benar

84

68.9

68.9

100.0

Total

122

100.0

100.0

Akibat kekurangan Ca dlm wktu lama


Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

salah

39

32.0

32.0

32.0

benar

83

68.0

68.0

100.0

Total

122

100.0

100.0

Pembantu penyerapan Ca
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

salah

67

54.9

54.9

54.9

benar

55

45.1

45.1

100.0

Total

122

100.0

100.0

Sumber vit D dlm khdupan sehari-hari


Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

salah

91

74.6

74.6

74.6

benar

31

25.4

25.4

100.0

Total

122

100.0

100.0

Pd masa apa Ca lbh bnyk dibutuhkan


Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

salah

116

95.1

95.1

95.1

benar

4.9

4.9

100.0

122

100.0

100.0

Total

makanan/minuman penghambat penyerapan Ca


Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

salah

74

60.7

60.7

60.7

benar

48

39.3

39.3

100.0

Total

122

100.0

100.0

vit utk kesehatan tulang dan gigi


Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

salah

61

50.0

50.0

50.0

benar

61

50.0

50.0

100.0

Total

122

100.0

100.0

akibat kelebihan ca
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

salah

109

89.3

89.3

89.3

benar

13

10.7

10.7

100.0

Total

122

100.0

100.0

4. KETERPAPARAN INFORMASI
Kat_terpaparInfo
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

jarang

19

15.6

15.6

15.6

sering

103

84.4

84.4

100.0

Total

122

100.0

100.0

Sumber media
Cumulative
Frequency
Valid

televisi

Percent

Valid Percent

Percent

113

92.6

92.6

92.6

radio

7.4

7.4

100.0

Total

122

100.0

100.0

terpaparInfo * kons_Ca Crosstabulation


kons_Ca
kurang
trpprinfo jarang

Count
% within c2

sering

Count
% within c2

Total

Count
% within c2

cukup

Total

19

20

95.0%

5.0%

100.0%

75

27

102

73.5%

26.5%

100.0%

94

28

122

77.0%

23.0%

100.0%

Chi-Square Tests

Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

df
a

.037

3.229

.072

5.602

.018

4.359
b

Asymp. Sig. (2-

Fisher's Exact Test

.042

Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases

4.323

.027

.038

122

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,59.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for c2 (jarang /

Lower

Upper

6.840

.873

53.582

For cohort kons_Ca = kurang

1.292

1.108

1.507

For cohort kons_Ca = cukup

.189

.027

1.311

N of Valid Cases

122

sering)

5. PENGARUH TEMAN
Descriptives
Statistic
skor_pngruhTMN

Mean

9.2213

95% Confidence Interval for Lower Bound

8.9312

Mean

Upper Bound

9.5114

5% Trimmed Mean

9.2368

Median

9.0000

Variance

2.620

Std. Error
.14655

Std. Deviation

1.61865

Minimum

6.00

Maximum

13.00

Range

7.00

Interquartile Range

2.25

Skewness

.002

.219

-.616

.435

Kurtosis

kat_pngruhTMN
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

ada pengaruh

76

62.3

62.3

62.3

tidak ada pengaruh

46

37.7

37.7

100.0

122

100.0

100.0

Total

kat_pngruhTMN * kons_Ca Crosstabulation


kons_Ca
kurang
kat_pngruhTMN

ada pengaruh

Count
% within kat_pngruhTMN

tidak ada pengaruh

Count
% within kat_pngruhTMN

Total

Count
% within kat_pngruhTMN

cukup

Total

63

13

76

82.9%

17.1%

100.0%

31

15

46

67.4%

32.6%

100.0%

94

28

122

77.0%

23.0%

100.0%

Chi-Square Tests

Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

df
a

.048

3.068

.080

3.804

.051

3.895
b

Asymp. Sig. (2-

Fisher's Exact Test

.074

Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases

3.863

.049

122

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,56.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value

Lower

Upper

Odds Ratio for


kat_pngruhTMN (ada

2.345

.994

5.531

For cohort kons_Ca = kurang

1.230

.982

1.541

For cohort kons_Ca = cukup

.525

.275

1.001

N of Valid Cases

122

pengaruh / tidak ada


pengaruh)

.041

6. KESUKAAN/ PREFERENSI
Descriptives
Statistic
skor_suka

Mean

Std. Error

69.5574

95% Confidence Interval for


Mean

Lower Bound

68.4119

Upper Bound

70.7029

5% Trimmed Mean

69.7195

Median

70.0000

Variance

.57861

40.844

Std. Deviation

6.39091

Minimum

51.00

Maximum

84.00

Range

33.00

Interquartile Range

9.00

Skewness
Kurtosis

-.350

.219

.465

.435

Tests of Normality
a

Kolmogorov-Smirnov
Statistic
skor_suka

df

.066

Shapiro-Wilk

Sig.
122

.200

Statistic
*

.985

df

Sig.
122

a. Lilliefors Significance Correction


*. This is a lower bound of the true significance.

kat_suka
Cumulative
Frequency

Percent

Valid Percent

Percent

.178

Valid

tidak suka

59

48.4

48.4

48.4

suka

63

51.6

51.6

100.0

Total

122

100.0

100.0

kat_suka * kons_Ca Crosstabulation


kons_Ca
kurang
kat_suka

tidak suka

Count
% within kat_suka

Suka

Count
% within kat_suka

Total

Count
% within kat_suka

cukup

Total

47

12

59

79.7%

20.3%

100.0%

47

16

63

74.6%

25.4%

100.0%

94

28

122

77.0%

23.0%

100.0%

Chi-Square Tests

Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

.507

.201

.654

.442

.506

.441
b

df

Asymp. Sig. (2-

Fisher's Exact Test

.527

Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases

.437

.509

122

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,54.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

.328

95% Confidence Interval


Value
Odds Ratio for kat_suka

Lower

Upper

1.333

.569

3.122

For cohort kons_Ca = kurang

1.068

.880

1.296

For cohort kons_Ca = cukup

.801

.414

1.548

N of Valid Cases

122

(tidak suka / suka)

Susu_bubuk
Cumulative
Frequency
Valid

STS

Percent

Valid Percent

Percent

3.3

3.3

3.3

TS

25

20.5

20.5

23.8

AS

37

30.3

30.3

54.1

56

45.9

45.9

100.0

122

100.0

100.0

Total

Sususapi_murni
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

TS

38

31.1

31.1

31.1

AS

64

52.5

52.5

83.6

20

16.4

16.4

100.0

122

100.0

100.0

Total

keju
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

TS

114

93.4

93.4

93.4

AS

3.3

3.3

96.7

3.3

3.3

100.0

122

100.0

100.0

Total

yogurt
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

TS

27

22.1

22.1

22.1

95

77.9

77.9

100.0

122

100.0

100.0

Total

SKM
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

TS

5.7

5.7

5.7

AS

.8

.8

6.6

114

93.4

93.4

100.0

Total

122

100.0

100.0

Es_krim
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

TS

7.4

7.4

7.4

AS

10

8.2

8.2

15.6

103

84.4

84.4

100.0

Total

122

100.0

100.0

sarden
Cumulative
Frequency
Valid

TS

Percent

Valid Percent

Percent

.8

.8

.8

121

99.2

99.2

100.0

Total

122

100.0

100.0

tahu
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

20

16.4

16.4

16.4

STS

65

53.3

53.3

69.7

TS

13

10.7

10.7

80.3

AS

3.3

3.3

83.6

20

16.4

16.4

100.0

122

100.0

100.0

S
Total

tempe
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

2.5

2.5

2.5

83

68.0

68.0

70.5

TS

4.9

4.9

75.4

AS

3.3

3.3

78.7

26

21.3

21.3

100.0

122

100.0

100.0

STS

S
Total

oncom
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

TS

16

13.1

13.1

13.1

AS

31

25.4

25.4

38.5

75

61.5

61.5

100.0

122

100.0

100.0

Total

Udang_segar
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

TS

65

53.3

53.3

53.3

AS

7.4

7.4

60.7

48

39.3

39.3

100.0

122

100.0

100.0

S
Total

teri
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

TS

40

32.8

32.8

32.8

82

67.2

67.2

100.0

122

100.0

100.0

Total

mujair
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

TS

30

24.6

24.6

24.6

92

75.4

75.4

100.0

122

100.0

100.0

Total

Telur_ayam
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

TS

45

36.9

36.9

36.9

77

63.1

63.1

100.0

122

100.0

100.0

Total

Telur_asin
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

TS

4.9

4.9

4.9

AS

32

26.2

26.2

31.1

84

68.9

68.9

100.0

122

100.0

100.0

Total

bayam
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

TS

41

33.6

33.6

33.6

AS

5.7

5.7

39.3

74

60.7

60.7

100.0

122

100.0

100.0

S
Total

Sawi
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

TS

18

14.8

14.8

14.8

AS

11

9.0

9.0

23.8

93

76.2

76.2

100.0

122

100.0

100.0

Total

Daun_singkong
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

TS

56

45.9

45.9

45.9

AS

1.6

1.6

47.5

64

52.5

52.5

100.0

122

100.0

100.0

S
Total

Daun_katuk
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

TS

51

41.8

41.8

41.8

AS

16

13.1

13.1

54.9

55

45.1

45.1

100.0

122

100.0

100.0

Total

katuk
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

TS

72

59.0

59.0

59.0

AS

1.6

1.6

60.7

48

39.3

39.3

100.0

122

100.0

100.0

S
Total

kangkung
Cumulative
Frequency
Valid

TS

Percent

Valid Percent

Percent

11

9.0

9.0

9.0

111

91.0

91.0

100.0

Total

122

100.0

100.0

Kacang merah
Cumulative
Frequency

Percent

Valid Percent

Percent

Valid
TS

4421

34.4

33.6

34.4

80

65.6

65.6

100.0

122

100.0

100.0

S
Total

7. KETERSEDIAAN MAKANAN SUMBER KALSIUM


Descriptives
Statistic
skor_ktrsediaan

Mean

41.13

95% Confidence Interval for Lower Bound

39.45

Mean

Upper Bound

40.93

Median

40.00

Std. Deviation

87.900
9.376

Minimum

17

Maximum

64

Range

47

Interquartile Range

11

Skewness
Kurtosis

.849

42.81

5% Trimmed Mean

Variance

Std. Error

.308

.219

-.046

.435

Tests of Normality
a

Kolmogorov-Smirnov
Statistic
skor_ktrsediaan

df

.069

Shapiro-Wilk

Sig.
122

Statistic

.200

df

.984

Sig.
122

.168

a. Lilliefors Significance Correction


*. This is a lower bound of the true significance.

ktrsediaan
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

jarang

63

51.6

51.6

51.6

sering

59

48.4

48.4

100.0

Total

122

100.0

100.0

ktrsediaan * kons_Ca Crosstabulation


kons_Ca
kurang
ktrsediaan

jarang

Count
% within ktrsediaan

sering

Count
% within ktrsediaan

Total

Count
% within ktrsediaan

cukup

Total

57

63

90.5%

9.5%

100.0%

37

22

59

62.7%

37.3%

100.0%

94

28

122

77.0%

23.0%

100.0%

Chi-Square Tests

Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

df
a

.000

11.758

.001

13.877

.000

13.281
b

Asymp. Sig. (2-

Fisher's Exact Test

.000

Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases

13.172

.000

122

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,54.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for ktrsediaan

Lower

Upper

5.649

2.093

15.248

For cohort kons_Ca = kurang

1.443

1.167

1.784

For cohort kons_Ca = cukup

.255

.111

.586

N of Valid Cases

122

(jarang / sering)

.000

Distribusi jawaban variabel pengetahuan mengenai periode yang paling banyak


membutuhkan kalsium.
Pd masa apa Ca lbh bnyk dibutuhkan
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

semua benar

18

14.8

14.8

14.8

bayi

22

18.0

18.0

32.8

lansia

75

61.5

61.5

94.3

remaja

5.7

5.7

100.0

122

100.0

100.0

Total

Hasil tabulasi silang antara variabel pengetahuan dengan ketersediaan


makanan sumber kalsium di rumah
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
kat_tahu = 2 & ktrsediaan =

Percent
39

1 (FILTER) * kons_Ca

Missing
N

100.0%

Total

Percent
0

.0%

kat_tahu = 2 & ktrsediaan = 1 (FILTER) * kons_Ca Crosstabulation


Count
kons_Ca
kurang
kat_tahu = 2 & ktrsediaan =
1 (FILTER)
Total

Selected

cukup

Total

37

39

37

39

Percent
39

100.0%

Case Processing Summary


Cases
Valid
N

Missing

Percent

kat_tahu = 2 & ktrsediaan =

39

1 (FILTER) * kons_Ca

Total

Percent

100.0%

.0%

Percent
39

100.0%

kat_tahu = 2 & ktrsediaan = 1 (FILTER) * kons_Ca Crosstabulation


Count
kons_Ca
kurang
kat_tahu = 2 & ktrsediaan =

Selected

1 (FILTER)
Total

cukup

Total

37

39

37

39

Hasil tabulasi silang antara variabel pengetahuan dengan ketersediaan


makanan sumber kalsium di rumah
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
kat_suka = 2 & ktrsediaan =
1 (FILTER) * kons_Ca

Missing

Percent
23

100.0%

Total

Percent
0

.0%

Percent
23

100.0%

kat_suka = 2 & ktrsediaan = 1 (FILTER) * kons_Ca


Crosstabulation
Count
kons_Ca
kurang
kat_suka = 2 & ktrsediaan = Selected
1 (FILTER)
Total

Total
23

23

23

23

Case Processing Summary


Cases
Valid
N
kat_suka = 1 & ktrsediaan =
2 (FILTER) * kons_Ca

Missing

Percent
19

100.0%

Total

Percent
0

.0%

kat_suka = 1 & ktrsediaan = 2 (FILTER) * kons_Ca Crosstabulation


Count
kons_Ca
kurang
kat_suka = 1 & ktrsediaan = Selected
2 (FILTER)
Total

cukup

Total

13

19

13

19

Percent
19

100.0%

Anda mungkin juga menyukai