Anda di halaman 1dari 2

Drama HUT LKSA Bethesda

Syukur Itu Memberi


Babak I
Kelompok Mios sedang Selfie
Akis

: Iki lagi ngopo?

Tidak dihiraukan
Akis

: Iki lagi ngopo lho?

Jarwo : Selfie lah


Akis

: Selfie kui opo?

Wulan : Selfie gak ngerti? Kampungan


Niki

: Eh teman teman, ada yang kenal? Siapa dia ini?

Tidak ada yang mengenal


David : Hmm Ambune badeg, ora nate adus yeee
Gi+Tyo

: Klambi opo iki? Halah, murahan Elek

Jarwo : Wes ora ngerti selfie, kampungan, mambu, klambine elek,


duwemu opo? Opo kowe yo duwe HP?
Akis

: HP aku yowe.

Jarwo : Opo iso dienggo Foto?


Akis

: Gak iso.

Wulan : Gimana boss, anak kayak gini mau ikutan kita-kita


Mios : Ahh, Gak level Ngalih kono
Bell berbunyi tanda sekolah usai
Mios : Stooop Ayo numpak mobilku kabeh. Eh, kowe numpak opo?
Jarwo : Sepeda
Mios : Ahh, dasar miskin.
Narator
: Lalu pulanglah mereka dari sekolah, Mios dan temantemannya naik mobil sementara Akis pulang dengan sepedanya.
Dalam perjalanan pulang, rombongan Mios melaju dengan ugalugalan, dan membahayakan orang lain di sekitar mereka.
Babak II

Dina : Jamu Jamu . Jamune pak, jamune bu. Jamu pegel linu, jamu tolak
angin, semuanya ada. Dijamin sehat kuat.
Dan rombongan Mios menyerempet Penjual jamu.
Dina : Aduhhh Piye dagangankuuu
Jarwo : Piye to bu, ora duwe mripat ye. Ora minggir. Lecet to mobilku.
Mios : Mobilkuuuuuu . Piye to bu. Sopo sing ndandakne ngene iki?
Duwe duit tah?
Dina : Sampeyan iku lho nak, nyetir kok ugal-ugalan. Ibuk wes mlaku
minggir yoan. Piye to. Dagangan ibuk yo morat marit ngene.
Mios : Halah, salahmu dewe Ayo ditinggal wae.
Lalu Akis yang lewat menolong penjual jamu dan terjadi percakapan
Narator
: Setelah menolong ibu penjual jamu, Akis kembali bergegas
pulang ke LKSA Bethesda dengan sepedanya. Kemudian pada
sore hari, sambil mengisi waktu, anak-anak bermain bersama
teman-teman. Mereka bercanda gurau dengan teman yang juga
telah menjadi saudara.

Akis
Awalnya aku berpikir, kalau aku ini anak yang biasa saja.
Tidak punya barang yang berharga, tidak berasal dari keluarga kaya.
Tetapi teman-temanku mengingatkan
bahwa ternyata yang paling penting justru bukan kekayaan itu.
Melainkan kaya akan hati.
Yaitu memiliki hati yang penuh kasih.
Yang senantiasa mengucap syukur dan memberi dalam keterbatasan.
Bagiku menolong bukan untuk balas jasa,
tetapi menolong adalah sebuah panggilan hidup sebagai pengikut Kristus,
yang mewartakan kasih di tengah-tengah dunia.

Anda mungkin juga menyukai