Artikel Angga Prastiawan PDF
Artikel Angga Prastiawan PDF
Mahasiswa Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang
Dosen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang
3
Dosen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang
Email: anggamanchunian10@gmail.com
2
Abstrak
Kebutuhan aspal terus meningkat dari tahun ke tahun. Banyak ruas jalan di negeri ini yang tidak
menggunakan aspal, melainkan beton. Dusun Lagunturu, Desa Suandala, Kecamatan Lasalimu, Kabupaten
Buton merupakan tempat yang diduga terdapat lapisan batuan yang mengandung aspal. Seiring dengan
keadaan tersebut, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana sebaran aspal dan seberapa
besar kandungan aspal yang terdapat di tempat tersebut. Data yang diperoleh pada penelitian ini
merupakan data resistivitas semu dengan menggunakan metode Geolistrik Resistivitas dengan konfigurasi
dipole-dipole. Data tersebut kemudian diolah dengan menggunakan program res2dinv dan surfer untuk
menampilkan sebaran nilai resistivitas yang tampak vertikal pada setiap lintasan dan tampak horizontal
pada tiap kedalaman. Selain itu juga dilakukan perhitungan volume aspal yang terdapat di tempat tersebut.
Hasil dari pengolahan data tersebut kemudian diinterpretasikan sehingga dapat diketahui pola sebaran
aspal tampak vertikal dan horizontal, serta besarnya kandungan aspal di daerah tersebut. Hasil perhitungan
menunjukkan bahwa pada daerah tersebut mempunyai volume aspal pendekatan sebesar 9.810.450 m3 atau
sebesar 51,28% dari keseluruhan daerah penelitian.
II. Teori
II.1. Prospek Aspal
Pulau Buton di Sulawesi dikenal banyak
mengandung Aspal Alam (Asbuton) sejak zaman
Belanda, yang dikenal dengan Butas (Buton
Asphalt). Cadangan Asbuton yang sekitar 600 juta
ton, merupakan cadangan aspal terbesar di dunia,
bila dibandingkan dengan negara-negara lain
Gb 2. Konfigurasi Dipole-dipole
II.2. Geolistrik
Prinsip dasar metoda geolistrik tahanan
jenis adalah menginjeksikan arus listrik searah DC
ke dalam bumi melalui elektroda arus dan
mengukur respon potensial yang dihasilkan melalui
elektroda potensial. Suatu besaran yang berfungsi
sebagai faktor untuk mengoreksi berbagai
konfigurasi elektroda disebut sebagai faktor
geometri [5].
III. Metode
III.1. Sumber Data
Data geolistrik yang dipergunakan
merupakan data yang diperoleh dari Laboratorium
Eksplorasi Pusdiklat Migas Cepu, Kabupaten Blora
Jawa Tengah. Data tersebut diambil pada tanggal
24 Agustus 8 September 2007 di Dusun
Lagunturu, Desa Suandala, Kecamatan Lasalimu,
Buton, Sulawesi Tenggara. Penelitian lapangan
yang dilakukan menggunakan metode geolistrik
konfigurasi dipole-dipole di lokasi seluas 50 Ha dan
dikelompokkan ke dalam 12 lintasan, dengan
panjang setiap lintasan 200 meter dan spasi
elektroda 20 meter.
Data bor yang diperoleh dari Laboratorium
Eksplorasi dan Eksploitasi Pusdiklat Migas Cepu
Blora Jawa Tengah adalah sebagai berikut:
Data Bor :
- Batuan diperkirakan mgdng aspal : Rho > 100
Ohm m
- Masih ragu-ragu (aspal ?)
: Rho 50 100
Ohm m
- Diperkirakan batuan tanpa aspal : Rho < 50
Ohm m
III.2. Perhitungan Datum Point
Datum point atau titik pengukuran di bawah
permukaan lintasan pengukuran merupakan titik
tengah dari total spasi elektroda arus dan tegangan.
Besarnya nilai datum point dapat diperoleh dengan
cara sebagai berikut:
P C1
D = C1 + 1
2
(3)
dimana, D = Datum point
C1 = Jarak titik 0 dengan elektroda C1
P1 = Jarak titik 0 dengan elektroda P1
4.
r
r
r
2 3
4
1
(4)
2. Menentukan besarnya reistivitas semu
(a):
V
=K
I
(5)
3. Mengulangi langkah 1 dan 2 diatas untuk
semua titik dari setiap lintasan pada daerah
penelitian.
III.4. Pembuatan Peta Topografi (Res2dinv)
Pengolahan data yang dilakukan meliputi
keseluruhan bagian daerah penelitian dari Line C15, Line C-17, Line E-13, Line E-15, Line E-17,
Line E-19, Line G-15, Line G-17, Line G-19, Line
I-15, Line I-17 dan Line I-19. Hal ini dimaksudkan
untuk memperoleh data nilai resistivitas dari
seluruh
daerah
tersebut
dan
kemudian
membandingkan dengan data bor yang didapat dari
penelitian sebelumnya.
III.5. Pembuatan Peta Sebaran Resistivitas Per
Kedalaman (Surfer)
Peta sebaran resistivitas per kedalaman
dibuat menggunakan fasilitas Save data in XYZ
format pada program res2dinv. Langkah ini hampir
sama dengan langkah diatas, yang berbeda disini
adalah dari data-data yang didapat kemudian dipilih
data dengan ketinggian yang sama dan
dikelompokkan menjadi satu.
III.6. Perhitungan Volume Aspal
Pada proses perhitungan volume aspal,
terlebih dahulu diawali dengan pembuatan Grid
Node Editor pada program Surfer 10. Pembuatan
Grid Node Editor dilakukan dengan langkah
sebagai berikut:
1. Membuka program Surfer 10.
2. Memilih menu Grid Grid Node Editor.
3. Memilih file yang akan ditampilkan
(Format *.Grd), kemudian klik Open.
Line C-15
Pada line C-15 kedalaman yang diperoleh
dalam pengukuran yaitu pada rentang 10 - 50 meter
diatas permukaan laut atau 40 meter dari
permukaan. Berdasarkan pada kedua gambar di
bawah, lapisan batuan yang mengandung aspal
paling banyak tampak pada jarak 80 sampai kurang
dari 120 meter dengan kedalaman 10 - 35 meter
dari permukaan. Selain itu lapisan aspal juga
tampak pada jarak 130 - 150 meter dengan
kedalaman 5 - 15 meter dari permukaan dan pada
jarak 40 50 meter dengan kedalaman 5 15 meter
dari permukaan namun lapisan aspal yang tampak
lebih sedikit dibandingkan dengan
yang
sebelumnya.
(a)
(a)
(b)
Gb 4 (a). Pola Sebaran Aspal LINE C-15 pada Program
Res2dinv, (b). Pola Sebaran Aspal LINE C-15 pada Program
Surfer
LINE C-17
Pada line C-17 kedalaman yang diperoleh
dalam pengukuran yaitu pada rentang 20 - 60
meter diatas permukaan laut atau 40 meter dari
permukaan. Berdasarkan pada kedua gambar di
bawah, lapisan aspal tampak hadir pada jarak 120
160 meter dengan kedalaman 5 40 meter dari
permukaan. Selain itu lapisan aspal tampak pada
jarak 80 120 meter dengan kedalaman 30 40
meter dari permukaan. Lapisan aspal juga tampak
hadir pada jarak 40 80 meter dengan kedalaman
15 40 meter dari permukaan, tetapi lapisan aspal
yang tampak kali ini letaknya miring, seperti yang
tampak pada gambar di bawah.
(b)
Gb 6 (a). Pola Sebaran Aspal LINE E-13 pada Program
Res2dinv, (b). Pola Sebaran Aspal LINE E-13 pada Program
Surfer
LINE E-15
Pada line E-15 kedalaman yang diperoleh
dalam pengukuran yaitu pada rentang 30 - 70 meter
diatas permukaan laut atau 40 meter dari
permukaan. Berdasarkan dari kedua gambar di
bawah, lapisan aspal tampak pada jarak 110 140
meter dengan kedalaman 5 20 meter dari
permukaan. Lapisan aspal juga tampak pada jarak
kurang dari 40 meter dengan kedalaman sampai 15
meter dari permukaan dan pada jarak lebih dari 160
meter dengan kedalaman 35 50 meter di atas
permukaan laut.
(a)
(a)
(b)
Gb 5. (a). Pola Sebaran Aspal LINE C-17 pada Program
Res2dinv, (b). Pola Sebaran Aspal LINE C-17 pada Program
Surfer
LINE E-13
Pada line E-13 kedalaman yang diperoleh
dalam pengukuran yaitu pada rentang 30 meter
dibawah permukaan laut sampai 10 meter diatas
permukaan laut atau 40 meter dari permukaan.
Berdasarkan dari kedua gambar di bawah dapat
dikatakan bahwa lapisan aspal yang terdapat pada
lintasan ini hanya sedikit, yaitu hanya tampak pada
jarak 100 110 meter dengan kedalaman 10 20
meter dari permukaan.
(b)
Gb 7 (a). Pola Sebaran Aspal LINE E-15 pada Program
Res2dinv, (b). Pola Sebaran Aspal LINE E-15 pada Program
Surfer
LINE E-17
Pada line E-17 kedalaman yang diperoleh
dalam pengukuran yaitu pada rentang 25 - 65 meter
diatas permukaan laut atau 40 meter dari
permukaan. Berdasarkan dari kedua gambar di
bawah, lapisan aspal tampak pada jarak 100 160
LINE G-15
Pada line G-15 kedalaman yang diperoleh
dalam pengukuran yaitu pada rentang 10 meter di
bawah permukaan laut sampai 35 meter di atas
permukaan laut atau 45 meter dari permukaan.
Berdasarkan kedua gambar di bawah, lapisan aspal
tampak pada jarak 90 sampai kurang dari 150 meter
dengan kedalaman 10 45 meter dari permukaan.
(a)
(a)
(b)
Gb 8 (a). Pola Sebaran Aspal LINE E-17 pada Program
Res2dinv, (b). Pola Sebaran Aspal LINE E-17 pada Program
Surfer
LINE E-19
Pada line E-19 kedalaman yang diperoleh
dalam pengukuran yaitu pada rentang 20 sampai 60
meter diatas permukaan laut atau 40 dari
permukaan. Berdasarkan dari kedua gambar di
bawah, lapisan aspal tampak pada jarak 80 150
meter dengan kedalaman mencapai 25 meter dari
permukaan. Selain itu terdapat lapisan aspal tampak
miring pada jarak 50 90 meter dengan kedalaman
25 40 meter dari permukaan. Lapisan aspal juga
tampak pada jarak 80 120 meter dengan
kedalaman 35 40 meter dari permukaan.
(b)
Gb 10 (a). Pola Sebaran Aspal LINE G-15 pada Program
Res2dinv, (b). Pola Sebaran Aspal LINE G-15 pada Program
Surfer
LINE G-17
Pada line G-17 kedalaman yang diperoleh
dalam pengukuran yaitu pada rentang 0 sampai 45
meter diatas permukaan laut. Berdasarkan dari
kedua gambar di bawah, lapisan aspal tampak pada
jarak kurang dari 80 sampai lebih dari 120 meter
dengan kedalaman 20 45 meter dari permukaan.
Selain itu lapisan aspal juga tampak pada jarak 130
150 meter dengan kedalaman 20 30 meter dari
permukaan.
(a)
(a)
(b)
Gb 9 (a). Pola Sebaran Aspal LINE E-19 pada Program
Res2dinv, (b). Pola Sebaran Aspal LINE E-19 pada Program
Surfer
LINE G-19
Pada line G-19 kedalaman yang diperoleh
dalam pengukuran yaitu pada rentang 0 sampai 45
meter diatas permukaan laut. Berdasarkan dari
kedua gambar di bawah, lapisan aspal tampak pada
jarak 50 110 meter dengan kedalaman 10 45
meter dari permukaan. Selain itu lapisan aspal juga
tampak pada jarak 30 50 meter dengan kedalaman
mencapai 20 meter dari permukaan.
LINE I-17
Pada line I-17 kedalaman yang diperoleh
dalam pengukuran yaitu pada rentang 30 meter
dibawah permukaan laut sampai 15 meter diatas
permukaan laut atau 45 meter dari permukaan.
Berdasarkan dari kedua gambar di bawah, lapisan
aspal tampak pada jarak 80 120 meter dengan
kedalaman 35 45 meter dari permukaan.
(a)
(a)
(b)
Gb 12 (a). Pola Sebaran Aspal LINE G-19 pada Program
Res2dinv, (b). Pola Sebaran Aspal LINE G-19 pada Program
Surfer
LINE I-15
Pada line I-15 kedalaman yang diperoleh
dalam pengukuran yaitu pada rentang 30 meter
dibawah permukaan laut sampai 15 meter diatas
permukaan laut atau 45 meter dari permukaan.
Berdasarkan kedua gambar di bawah, lapisan aspal
tampak pada jarak 60 90 meter dengan kedalaman
20 45 meter dari permukaan. Selain itu lapisan
aspal juga tampak pada jarak 100 130 meter
dengan kedalaman 35 45 meter dari permukaan.
(a)
(b)
Gb 12 (a). Pola Sebaran Aspal LINE I-15 pada Program
Res2dinv, (b). Pola Sebaran Aspal LINE I-15 pada Program
Surfer
(b)
Gb 13 (a). Pola Sebaran Aspal LINE I-17 pada Program
Res2dinv, (b). Pola Sebaran Aspal LINE I-17 pada Program
Surfer
LINE I-19
Pada line I-19 kedalaman yang diperoleh
dalam pengukuran yaitu pada rentang 10 meter
dibawah permukaan laut sampai 35 meter diatas
permukaan laut atau 45 meter dari permukaan.
Berdasarkan kedua gambar di bawah, lapisan aspal
tampak pada jarak kurang dari 40 sampai 110 meter
dengan kedalaman 10 45 meter dari permukaan.
Lapisan aspal juga tampak pada jarak lebih dari 120
sampai 160 meter dengan kedalaman 25 45 meter
dari permukaan.
(a)
(b)
Gb 13 (a). Pola Sebaran Aspal LINE I-19 pada Program
Res2dinv, (b). Pola Sebaran Aspal LINE I-19 pada Program
Surfer
Elevasi 20 Meter
Kedalaman yang terdapat pada elevasi 20
meter ini merupakan kedalaman rata-rata, yaitu
kedalaman yang berkisar lebih dari 15 meter
sampai kurang dari 25 meter di atas permukaan
laut. Pada kedalaman ini terlihat banyak sekali
warna coklat pada line I-19, G-19, E-19, E-17, E15, C-17 dan C15. Ini berarti pada line-line tersebut
terdapat banyak lapisan batuan yang mengandung
aspal. Pada line I-17, I-15, dan E-13 tidak terdapat
lapisan aspal. Ini ditunjukkan dengan banyaknya
warna kuning. Pada line G-15 dan G-17 terdapat
sedikit lapisan batuan yang mengandung aspal.
Elevasi 40 Meter
Kedalaman yang terdapat pada elevasi 40
meter ini merupakan kedalaman rata-rata, yaitu
kedalaman yang berkisar lebih dari 35 meter
sampai kurang dari 45 meter di atas permukaan
laut. Pada keseluruhan daerah penelitian,
kandungan aspal yang terdapat pada kedalaman ini
sudah
berkurang jika dibandingkan dengan
kedalaman 10, 20 dan 30 meter diatas permukaan
laut. Kandungan aspal paling banyak pada
kedalaman ini terdapat pada line G-19, I-19, E-15
dan C-17. Ini terlihat dari warna coklat pada lineline tersebut. Pada line G-17, E-19, E-17 dan C-15
sedikit mengandung aspal dan sebagian masih
diragukan kandungan aspalnya yang ditunjukkan
dengan sedikit warna coklat dan warna jingga yang
mendominasi line-line tersebut. Pada line I-17, I15, G-15 dan E-13 tidak terdapat kandungan aspal,
yang ditunjukkan oleh warna kuning.
Elevasi 50 Meter
Kedalaman yang terdapat pada elevasi 50
meter ini merupakan kedalaman rata-rata, yaitu
kedalaman yang berkisar lebih dari 45 meter
sampai kurang dari 55 meter di atas permukaan
laut. Pada keseluruhan daerah penelitian,
kandungan aspal yang terdapat pada kedalaman ini
relatif sedikit. Kandungan aspal paling banyak pada
kedalaman ini terdapat pada line G-19, G-17 dan C17. Ini terlihat dari warna coklat pada line-line
tersebut. Pada line E-19 dan C-15 terdapat sedikit
lapisan yang mengandung aspal, yang ditunjukkan
dengan warna coklat dan masih diragukan
kandungan aspalnya yang ditunjukkan dengan
warna jingga. Pada line I-19, I-17, I-15, G-15, E-17,
E-15 dan E-13 tidak terdapat kandungan aspal,
yang ditunjukkan oleh warna kuning.
Elevasi 60 Meter
Kedalaman yang terdapat pada elevasi 60
meter ini merupakan kedalaman rata-rata, yaitu
kedalaman yang berkisar lebih dari 55 meter
sampai kurang dari 65 meter di atas permukaan
laut. Pada keseluruhan daerah penelitian,
kandungan aspal yang terdapat pada kedalaman ini
sangat sedikit. Kandungan aspal paling banyak
pada kedalaman ini hanya terdapat pada line E-17.
2.
3.