Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DARI EKSTRAK

METANOL DAUN SURIAN YANG BERPOTENSI SEBAGAI


ANTIOKSIDAN

TUGAS
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fitokimia I
Dosen Pengampu:
Yessi Febriani,M.Si.,Apt.
Oleh :
Rajokki Bramlikus Marbun
A141051

PROGRAM STUDI FARMASI


SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN HAZANAH
BANDUNG
2016

I.

VOLUME
Vol. 15, NO. 1, APRIL 2011: 48-52

II.

PENERBIT
Departemen Biokimia, Fakultas Kedokteran, Universitas YARSI,
Jakarta 10510, Indonesia

III.

RESUME
III.1

Metode penelitian yang digunakan :

Pada penelitian sebelumnya dilakukan penapisan pada berbagai


ekstraksi dengan menggunakan metode brine shrimp lethality test (BSLT)
dan dengan peredaman radikal 2,2- diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH).
Pada uji awal reaksi peredaman DPPH, diketahui bahwa ekstrak nheksan,
etil asetat dan metanol dari daun surian punya aktivitas antioksidatif yang
cukup baik dibandingkan asam askorbat (vitamin C). Metabolit sekunder
yang bersifat antioksidatif diantaranya adalah alkaloid, flavonoid, senyawa
fenol, steroid dan terpenoid. Berdasarkan hal tersebut penelitian
dilanjutkan dengan :
3.1.1 Pengambilan dan Persiapan Sampel
Sampel diambil dari Kecamatan Wanaraja Kabupaten Garut Jawa
Barat. Pada penelitian ini, 718,9 gram daun surian yang sudah
dikeringanginkan dimaserasi dengan pelarut metanolkemudian serbuk
tersebut digunakan untuk proses ekstraksi.
3.1.2

Metode Ekstraksi
Daun surian
(T. sureni (Bl.) Merr.) diekstraksi dengan

menggunakan tiga pelarut organik dengan kepolaran yang berbeda, yaitu


n-heksan (non-polar), etil asetat (semi polar) dan metanol (polar). Ekstrak
methanol yang diperoleh dari 3 kali maserasi adalah 186,5 gram dengan
rendemen 25,96%. Ekstrak berbentuk cairan kental dan berwarna coklat
tua kehijauan.
3.1.3 Metode Fraksinasi dengan Pemantaun Kromatografi

Dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT) untuk


mengetahui kandungan metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak
metanol. Fase gerak yang digunakan untuk mengelusi sampel divariasikan
berdasarkan gradien kepolaran. Pereaksi penampak noda disesuaikan
dengan metabolit sekunder yang akan diamati. Dengan metode KLT ini
juga dilakukan penapisan aktivitas antioksidan dari masing- masing
metabolite sekunder dengan menggunakan perekasi 2,2-diphenyl-1picrylhydrazyl (DPPH).
3.1.4 Identifikasi dan karakterisasi :
Uji aktivitas antioksidan ini dengan menggunakan asam askorbat
sebagai larutan standar. Uji antioksidan dengan metode peredaman DPPH
dilakukan lebih lanjut dengan mengukur sejauh mana reaksi peredaman
terhadap radikal bebas DPPH dapat berlangsung. Pengukuran dilakukan
secara spektrofotometri dengan mengukur serapan dari masing-masing
sampel yang sudah direaksikan dengan larutan standar DPPH 1 mm pada
515. Sebagai standar digunakan larutan asam askorbat. Parameter yang
biasa digunakan untuk menginterpretasikan hasil dari uji aktivitas
antioksidan dengan peredaman radikal DPPH adalah nilai efficient
concentration (EC50) atau disebut nilai IC50, yakni konsentrasi yang
menyebabkan hilangnya 50% aktivitas DPPH. Peredaman radikal DPPH
adalah peredaman radikal yang mudah dan akurat dengan kehandalan
untuk mengukur kapasitas antioksidan suatu sampel. Sebagai kontrol
positif diuji pula asam askorbat antioksidan memberikan nilai IC50 = 4,80
ppm yang relatif lebih kecil dari standar asam askorbat (IC50 = 9,23 ppm).

Anda mungkin juga menyukai