Anda di halaman 1dari 6

TUGAS EKOLOGI PERAIRAN

Pemanfaatan Dan Dampak Aktivitas Terhadap Mangrove

Nama

: Fitriani Rumata

Nim

: 2014-67-009

Prodi

: Teknologi Hasil Perikanan

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON
2016-2017

PEMANFAATAN DAN DAMPAK AKTIVITAS


TERHADAP MANGRIVE

Ekosistem mangrove adalah tipe ekosistem yang terdapat di daerah pantai yang selalu atau
secara teratur digenangi air laut atau dipengaruhi pasang surut air laut, daerah pantai dengan
kondisi tanah berlumpur, berpasir atau lumpur berpasir (Indriyanto, 2006). Sebagai salah satu
komponen ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik dan rawan.
Ekosistem ini mempunyai fungsi ekologis dan ekonomis. Fungsi ekologis hutan mangrove antara
lain: pelindung garis pantai, pencegah intrusi air laut, tempat tinggal (habitat), tempat mencari
makan (feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan
(spawning ground) bagi aneka biota perairan, serta sebagai pengatur iklim mikro sedangkan
fungsi ekonominya antara lain: penghasil keperluan rumah tangga, penghasil keperluan industri,
dan penghasil bibit (Rochana, 2006).
1. PEMANFAATANA MANGROVE
Masyarakat daerah pantai umumnya mengetahui bahwa hutan mangrove sangat berguna dan
dapat dimanfaatkan dalam berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pohon
mangrove adalah pohon berkayu yang kuat dan berdaun lebat. Mulai dari bagian akar, kulit
kayu, batang pohon, daun dan bunganya semua dapat dimanfaatkan manusia. Beberapa
kegunaan pohon mangrove yang langsung dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari
antara lain adalah:
Tempat tambat kapal.
Daerah teluk yang terlidung seringkali dijadikan tempat berlabuh dan bertambatnya
perahu. Dalam keadaan cuaca buruk pohon mangrove dapat dijadikan perlindungan
dengan bagi perahu dan kapal dengan mengikatkannya pada batang pohon mangrove.
Perlu diperhatikan agar cara tambat semacam ini tidak dijadikan kebiasaan karena dapat
merusak batang pohon mangrove yang bersangkutan.
Obat-obatan.
Kulit batang pohonnya dapat dipakai untuk bahan pengawet dan obat-obatan. Macammacam obat dapat dihasilkan dari tanaman mangrove. Campuran kulit batang beberapa
species mangrove tertentu dapat dijadikan obat penyakit gatal atau peradangan pada kulit.
Secara tradisional tanaman mangrove dipakai sebagai obat penawar gigitan ular, rematik,
gangguan alat pencernaan dan lain-lain. Getah sejenis pohon yang berasosiasi dengan
mangrove (blind-your-eye mangrove) atau Excoecaria agallocha dapat menyebabkan
kebutaan sementara bila kena mata, akan tetapi cairan getah ini mengandung cairan kimia
yang dapat berguna untuk mengobati sakit akibat sengatan hewan laut. Air buah dan kulit
akar mangrove muda dapat dipakai mengusir nyamuk. Air buah tancang dapat dipakai

sebagai pembersih mata. Kulit pohon tancang digunakan secara tradisional sebagai obat
sakit perut dan menurunkan panas. Di Kambodia bahan ini dipakai sebagai penawar
racun ikan, buah tancang dapat membersihkan mata, obat sakit kulit dan di India dipakai
menghentikan pendarahan. Daun mangrove bila di masukkan dalam air bisa dipakai
dalam penangkapan ikan sebagai bahan pembius yang memabukkan ikan (stupefied).
Pengawet.
Buah pohon tancang dapat dijadikan bahan pewarna dan pengawet kain dan jaring
dengan merendam dalam air rebusan buah tancang tersebut. Selain mengawetkan
hasilnya juga pewarnaan menjadi coklat-merah sampai coklat tua, tergantung pekat dan
lamanya merendam bahan. Pewarnaan ini banyak dipakai untuk produksi batik, untuk
memperoleh pewarnaan jingga-coklat. Air rebusan kulit pohon tingi dipakai untuk
mengawetkan bahan jaring payang oleh nelayan di daerah Labuhan, Banten.
Pakan dan makanan.
Daunnya banyak mengandung protein. Daun muda pohon api-api dapat dimakan sebagai
sayur atau lalapan. Daun-daun ini dapat dijadikan tambahan untuk pakan ternak. Bunga
mangrove jenis api-api mengandung banyak nectar atau cairan yang oleh tawon dapat
dikonversi menjadi madu yang berkualitas tinggi. Buahnya pahit tetapi bila memasaknya
hatihati dapat pula dimakan. .
Bahan mangrove dan bangunan
Batang pohon mangrove banyak dijadikan bahan bakar baik sebagai kayu bakar atau
dibuat dalam bentuk arang untuk kebutuhan rumah tangga dan industri kecil. Batang
pohonnya berguna sebagai bahan bangunan. Bila pohon mangrove mencapai umur dan
ukuran batang yang cukup tinggi, dapat dijadikan tiang utama atau lunas kapal layar dan
dapat digunakan untuk balok konstruksi rumah tinggal. Batang kayunya yang kuat dan
tahan air dipakai untuk bahan bangunan dan cerocok penguat tanah. Batang jenis tancang
yang besar dan keras dapat dijadikan pilar, pile, tiang telepon atau bantalan jalan kereta
api. Bagi nelayan kayu mangrove bisa juga untuk joran pancing. Kulit pohonnya dapat
dibuat tali atau bahan jaring.

2. DAMPAK PEMANFAATAN MANGRIVE


Dampak dari aktivitas manusia terhadap ekosistem mangrove, menyebabkan luasan hutan
mangrove turun cukup menghawatirkan. Luas hutan mangrove diIndonesia turun dari 5,21
juta hektar antara tahun 1982 1987, menjadi 3,24 hektar, dan makin menyusut menjadi 2,5
juta hektar pada tahun 1993 (Widigdo, 2000). Bergantung cara pengukurannya, memang
angka-angka di atas tidak sama antar peneliti. Khazali(1999), menyebut angka 3,5 juta
hektar, sedangkan Lawrence (1998), menyebut kisaranantara 3,24 3,73 juta hektar.

Kegiatan manusia baik sengaja maupun tidak sengaja telah menimbulkan dampak terhadap
ekosistem mangrove. Beberapa aktivitas manusia terhadap ekosistem mangrove beserta
dampaknya dapat dilihat sebagai berikut :
A. Tebang habis
Berubahnya komposisi tumbuhan, pohon-pohon mangrove akan digantikan oleh
spesies-spesies yang nilai ekonominya rendah dan hutan mangrove yang ditebang ini
tidak lagi berfungsi sebagai daerah mencari makan (feeding ground) dan daerah
pengasuhan (nursery ground) yang optimal bagi bermacam-macam ikan dan udang
stadium muda yang penting secara ekonomi.
Menurunnya tingkat kesuburan hutan mangrove karena pasokan zat-zat hara melalui
aliran air tawar berkurang.
B. Pengalihan aliran air tawar, misalnya pada pembangunan irigasi.
Peningkatan salinitas hutan (rawa) mangrove menyebabkan dominasi dari spesiesspesies yang lebih toleran terhadap air yang menjadi lebih asin; ikan dan udang dalam
stadium larva dan juvenil mungkin tidak dapat mentoleransi peningkatan salinitas,
karena mereka lebih sensitif terhadap perubahan lingkungan.
Menurunnya tingkat kesuburan hutan mangrove karena pasokan zat-zat hara melalui
aliran air tawar berkurang.
C. Konversi menjadi lahan pertanian, perikanan.
Mengancam regenerasi stok-stok ikan dan udang di perairan lepas pantai yang
memerlukan hutan (rawa) mangrove sebagai nursery ground larva atau stadium muda
ikan dan udang.
Pencemaran laut oleh bahan-bahan pencemar yang sebelum hutan mangrove
dikonversi dapat diikat oleh substrat mangrove.
Pendangkalan perairan pantai karena pengendapan sedimen yang sebelum hutan
mangrove dikonversi mengendap di hutan mangrove.
Intrusi garam melalui saluran-saluran alam yang bertahankan keberadaannya atau
melalui saluran-saluran buatan manusia yang bermuara di laut.
Erosi garis pantai yang sebelumnya ada mangrove.
D. Pembuangan sampah cair (Sewage).
Penurunan kandungan oksigen terlarut dalam air, bahkan dapat terjadi keadaan anoksik
dalam air sehingga bahan organik yang terdapat dalam sampah cair mengalami
dekomposisi anaerobik yang antara lain menghasilkan hidrogen sulfida (H2S) dan
aminia (NH3) yang keduanya merupakan racun bagi organisme hewani dalam air. Bau
H2S seperti telur busuk yang dapat dijadikan indikasi berlangsungnya dekomposisi
anaerobik.
E. Pembuangan sampah padat
Kemungkinan terlapisnya pneumatofora dengan sampah padat yang mengakibatkan
kematian pohon-pohon mangrove. Perembesan bahan-bahan pencemar dalam sampah
padat yang kemudian larut ke perairan di sekitar pembuangan sampah.
F. Pencemaran minyak dalam jumlah besar.

Kematian pohon-pohon mangrove akibat terlapisnya pneumatofora oleh lapisan


minyak.
Penambangan dan ekstraksi mineral. a. Kerusakan total di lokasi penambangan dan
ekstraksi mineral yang dapat mengakibatkan :
1. Musnahnya daerah asuhan (nursery ground) bagi larva dan bentuk-bentuk juvenil
ikan dan udang yang bernilai ekonomi penting dilepas pantai, dan dengan demikian
mengancam regenerasi ikan dan udang tersebut.
2. Pengendapan sedimen yang berlebihan mengakibatkan: terlapisnya pnematofora
oleh sedimen yang pada akhirnya dapat mematikan pohon mangrove.

DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/30201/Chapter%20I.pdf?
sequence=5
file:///C:/Users/Fitry/Downloads/EKOPER/EKOSISTEM%20MANGROVE%20DAN
%20PENGELOLAANNYA%20DI%20INDONESIA%20_%20hariyano%20hasantua%20%20Academia.edu.html
file:///C:/Users/Fitry/Downloads/EKOPER/Fidyatullah%20Pradana%20Kusuma_%20Dampak
%20Kegiatan%20Manusia%20Terhadap%20Mangrove.html

file:///C:/Users/Fitry/Downloads/EKOPER/EKOLOGI%20HUTAN_%20PERANAN,
%20MANFAAT%20DAN%20FUNGSI%20HUTAN%20MANGROVE.html

Anda mungkin juga menyukai