Anda di halaman 1dari 15

HUBUNGAN PROSES BELAJAR DAN HASIL

BELAJAR
A. Pengertian Proses Belajar
Proses belajar adalah tahapan perubahan
perilaku kognitif afektif dan psikomotorik yang
terjadi dalam diri seseorang. Perubahan tersebut
bersifat positif dalam berorientasi kearah yang
maju dari pada keadaan sebelumnya.
B. Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang
dicapai oleh belajar dalam mengikuti program
belajar
mengajar
sesuai
dengan
tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan. Senada
dengan definisi tersebut, Munadir medefinisikan :
Belajar sebagai perubahan dalam disposisi atau
kapabilitas manusia selama periode waktu
tertentu yang disebabkan oleh proses perubahan,
dan perubahan itu dapat diamati dalam bentuk
perubahan tingkah laku yang dapat bertahan
selama beberapa periode waktu.
C. Hakikat Belajar secara psikologis adalah
Suatu proses perubahan yaitu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya atau belajar ialah suatu proses usaha
yang dilakukan sesorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru Dari
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah perubahan tingkah laku yang
dialami oleh individu yang diperoleh melalui
latihan dan pengalaman. Jadi belajar itu
ditunjukan oleh adanya perubahan tingkah laku

atau
penampilan,
setelah
melaui
proses
membaca, mengamati, mendengarkan, meniru
dan mengalami langsung.
D. Hakikat Prestasi Belajar Pengertian belajar dari
Cronbach mengemukakan bahwa learning is
shown by change in behaviour as a result of
experience (belajar sebagai suatu aktivitas yang
ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman). Sementara menurut
Wittig (dalam Syah, 2003 : 65-66), belajar
sebagai any relatively permanen change in an
organism behavioral repertoire that accurs as a
result of experience (belajar adalah perubahan
yang relatif menetap yang terjadi dalam segala
macam/
keseluruhan
tingkah
laku
suatu
organisme sebagai hasil pengalaman). Belajar
lebih ditekankan pada proses kegiatannya dan
proses belajar lebih ditekankan pada hasil belajar
yang dicapai oleh subjek belajar atau siswa. Hasil
belajar dari kegiatan belajar disebut juga dengan
prestasi belajar. Hasil atau prestasi belajar subjek
belajar atau peserta didik dipakai sebagai ukuran
untuk mengetahui sejauh mana peserta didik
dapat menguasai bahan pelajaran yang sudah
dipelajari. Menurut Woodworth dan Marquis
(dalam Sri, 2004 : 43) prestasi belajar adalah
suatu kemampuan aktual yang dapat diukur
secara langsung dengan tes. Dapat disimpulkan
bahwa prestasi belajar merupakan kemampuan
aktual yang dapat diukur dan berwujud
penguasaan
ilmu
pengetahuan,
sikap,
keterampilan, dan nilai-nilai yang dicapai oleh
siswa sebagai hasil dari proses belajar mengajar

di sekolah. Dengan kata lain, prestasi belajar


merupakan hasil yang dicapai siswa dari
perbuatan dan usaha belajar dan merupakan
ukuran sejauh mana siswa telah menguasai
bahan yang dipelajari atau diajarkan.
E. Mengukur Hasil Belajar Tes hasil belajar adalah
salah satuan alat ukur yang paling banyak
digunakan untuk mengetahui hasil belajar
seseorang dalam proses belajar-mengajar atau
suatu program pendidikan.
CIRI CIRI HASIL BELAJAR
Ciri-ciri hasil belajar adalah adanya perubahan
tingkah laku dalam diri individu.
Artinya seseorang yang telah mengalami proses
belajar itu akan berubah tingkah laku nya. Tetapi
tidak semua perubahan tingkah laku adalah hasil
belajar. Perubahan tingkah laku sebagai hasil
belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.
Perubahan yang disadari, artinya individu
yang melakukan proses pembelajaran menyadari
bahwa pengetahuan, keterampilannya telah
bertambah, ia lebih percaya terhadap dirinya,
dsb. Jadi orang yang berubah tingkah lakunya
karena mabuk tidak termasuk dalam pengertian
perubahan
karena
pembelajaran
yang
bersangkutan tidak menyadari apa yang terjadi
dalam dirinya.
2.
Perubahan
yang
bersifat
kontinue
(berkesinambungan), perubahan tingkah laku
sebagai
hasil
pembelajaran
akan
berkesinambungan, artinya suatu perubahan
yang telah terjadi menyebabkan terjadinya
perubahan tingkah laku yang lain, misalnya

seorang anak yang telah belajar membaca, ia


akan beruabah tingkah lakunya dari tidak dapat
membaca
menjadi
dapat
membaca.
Kecakapannya dalam membaca menyebabkan ia
dapat membaca lebih baik lagi dan dapat belajar
yang lain, sehingga ia dapat memperoleh
perubahan tingkah laku hasil pembelajaran yang
lebih banyak dan luas.
3.
Perubahan yang bersifat fungsional, artinya
perubahan yang telah diperoleh sebagai hasil
pembelajaran memberikan manfaat bagi individu
yang bersangkutan, misalnya kecakapan dalam
berbicara bahasa Inggris memberikan manfaat
untuk belajar hal-hal yang lebih luas.
4.
Perubahan yang bersifat positif, artinya
terjadi adanya pertambahan perubahan dalam
individu.
Perubahan
yang
diperoleh
itu
senantiasa bertambah sehingga berbeda dengan
keadaan sebelumnya. Orang yang telah belajar
akan merasakan ada sesuatu yang lebih banyak,
sesuatu yang lebih baik, sesuatu yang lebih luas
dalam dirinya. Misalnya ilmunya menjadi lebih
banyak, prestasinya meningkat, kecakapannya
menjadi lebih baik,dsb.
5.
Perubahan yang bersifat aktif, artinya
perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya
akan tetapi melalui aktivitas individu. Perubahan
yang terjadi karena kematangan, bukan hasil
pembelajaran karena terjadi dengan sendirinya
sesuai
dengan
tahapan-tahapan
perkembangannya.
Dalam
kematangan,
perubahan itu akan terjadi dengan sendirinya

meskipun tidak ada usaha pembelajaran.


Misalnya kalau seorang anak sudah sampai pada
usia tertentu akan dengan sendirinya dapat
berjalan meskipun belum belajar.
6.
Perubahan
yang
bersifat
permanen
(menetap), artinya perubahan yang terjadi
sebagai hasil pembelajaran akan berada secara
kekal dalam diri individu, setidak-tidaknya untuk
masa tertentu. Ini berarti bahwa perubahan yang
bersifat sementara seperti sakit, keluar air mata
karena menangis, berkeringat, mabuk, bersin
adalah bukan perubahan sebagai hasil belajar
karena bersifat sementara saja. Sedangkan
kecakapan kemahiran menulis misalnya adalah
perubahan hasil pembelajaran karena bersifat
menetap dan berkembang terus.
7.
Perubahan yang bertujuan dan terarah,
artinya perubahan itu terjadi karena ada sesuatu
yang akan dicapai. Dalam proses pembelajaran,
semua aktivitas terarah kepada pencapaian
suatu tujuan tertentu. Misalnya seorang individu
belajar bahasa Inggris dengan tujuan agar ia
dapat berbicara dalam bahasa Inggris dan dapat
mengkaji bacaan-bacaan yang ditulis dalam
bahas Inggris. Semua aktivitas pembelajarannya
terarah kepada tujuan itu. Sehingga perubahanperubahan yang terjadi akan sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES
BELAJAR
Ada
beberapa
faktor
yang
dapat
mempengaruhi
proses
kegiatan

belajar. Faktor-faktor itu ada yang terdapat pada


diri kita sendiri, tetapi ada pula yang di luar kita.
Dalam hal ini faktor yang mempengaruhi proses
belajar ada tujuh faktor yaitu:
1. Faktor Kecerdasan
Yang dimaksud dengan kecerdasan ialah
kemampuan
seseorang
untuk
melakukan
kegiatan berfikir yang bersifatnya rumit dan
abstrak. Tingkat kecerdasan dari masing-masing
tidak sama. Ada yang tinggi, ada yang sedang
dan ada pula yang rendah. Orang yang tingkat
kecerdasannya tinggi dapat mengolah gagasan
yang abstrak, rumit dan sulit dilakukan dengan
cepat
tanpa
banyak
kesulitan-kesulitan
dibandingkan dengan orang yang kurang cerdas.
Orang yang cerdas itu dapat memikirkan dan
mengerjakan lebih banyak, lebih cepat dengan
tenaga yang relatif sedikit. Kecerdasan adalah
suatu kemapuan yang dibawa dari lahir
sedangkan
pendidikan
tidak
dapat
meningkatkannya,
tetapi
hanya
dapat
mengembangkannya. Namun hal ini tingginya
kecerdasan seseorang bukanlah suatu jaminan
bahwa
ia
akan
berhasil
menyelesaikan
pendidikan dengan baik, karena keberhasilan
dalam belajar bukan hanya ditentukan oleh
kecerdasan saja tetapi juga oleh faktor-faktor
lainnya.
2. Faktor Belajar
Yang dimaksud dengan faktor belajar adalah
semua segi kegiatan belajar, misalnya kurang
dapat memusatkan perhatian kepada pelajaran
yang sedang dihadapi, tidak dapat menguasai

kaidah yang berkaitan sehingga tidak dapat


membaca seluruh bahan yang seharusnya
dibaca. Termasuk di sini kurang menguasai caracara belajar efektif dan efisien.
3. Faktor Sikap
Banyak pengaruh faktor sikap terhadap kegiatan
dan keberhasilan siswa dalam belajar. Sikap
dapat menentukan apakah seseorang akan dapat
belajar dengan lancar atau tidak, tahan lama
belajar atau tidak, senang pelajaran yang di
hadapinya atau tidak dan banyak lagi yang lain.
Diantara sikap yang dimaksud di sini adalah
minat, keterbukaan pikiran, prasangka atau
kesetiaan. Sikap yang positif terhadap pelajaran
merangsang cepatnya kegiatan belajar.
4. Faktor Kegiatan
Faktor kegiatan ialah faktor yang ada kaitannya
dengan kesehatan, kesegaran jasmani dan
keadaan fisik seseorang. Sebagaimana telah
diketahui, badan yang tidak sehat membuat
konsentrasi
pikiran
terganggu
sehingga
menganggu kegiatan belajar.
5. Faktor Emosi dan Sosial
Faktor emosi seperti tidak senang dan rasa suka
dan faktor sosial seperti persaingan dan kerja
sama sangat besar pengaruhnya dalam proses
belajar. Ada diantara faktor ini yang sifatnya
mendorong terjadinya belajar tetapi ada juga
yang menjadi hambatan terhadap belajar efektif.
6. Faktor Lingkungan
Yang dimaksud faktor lingkungan ialah keadaan
dan suasana tempat seseorang belajar. Suasana
dan keadaan tempat belajar itu turut juga

menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan


belajar. Kebisingan, bau busuk dan nyamuk yang
menganggu pada waktu belajar dan keadaan
yang serba kacau di tempat belajar sangat besar
pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar.
Hubungan yang kurang serasi dengan teman
dapat menganggu kosentrasi dalam belajar.
7. Faktor Guru
Kepribadian guru, hubungan guru dengan siswa,
kemampuan guru mengajar dan perhatian guru
terhadap
kemampuan
siswanya
turut
mempengaruhi keberhasilan belajar. Guru yang
kurang mampu dengan baik dalam mengajar dan
yang kurang menguasai bahan yang diajarkan
dapat menimbulkan rasa tidak suka kepada yang
diajarkan dan kurangnya dorongan untuk
menguasainya dipihak siswa. Sebaliknya guru
yang pandai mengajar yang dapat menimbulkan
pada diri siswa rasa menggemari bahan yang
diajarkannya sehingga tanpa disuruh pun siswa
banyak menambah pengetahuannya dibidang itu
dengan membaca buku-buku, majalah dan bahan
cetak lainnya. Guru dapat juga menimbulkan
semangat belajar yang tinggi dan dapat juga
mengendorkan keinginan belajar yang sungguhsungguh. Siswa yang baik berusaha mengatasi
kesulitan ini dengan memusatkan perhatian
kepada
bahan
pelajaran,
bukan
kepada
kepribadian gurunya

% HuBUngan Proses BELajar Dan Hasil BeLajar %


Tes Uraian/esai Pengertian tes uraian adalah butiran soal yang
mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal
tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta
tes secara naratif. Cirri khas tes uraian ialah jawaban terhadap soal
tersebut tidak disediakan oleh orang yang mengkontruksi butir soal,
tetapi dipasok oleh peserta tes. Peserta tes bebas untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan. Setiap peserta tes dapat memilih,
menghubungkan, dan atau menyampaikan gagasan dengan
menggunakan kata-katanya sA. Pengertian Proses Belajar Proses
belajar adalah tahapan perubahan perilaku kognitif afektif dan
psikomotorik yang terjadi dalam diri seseorang. Perubahan tersebut
bersifat positif dalam berorientasi kearah yang maju dari pada keadaan
sebelumnya. B. Hakikat Hasil Belajar Soedijanto mendefinisikan,
tentang hasil belajar adalah sebagai berikut : Hasil belajar adalah tingkat
penguasaan yang dicapai oleh belajar dalam mengikuti program belajar
mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Senada dengan definisi tersebut, Munadir medefinisikan : Belajar
sebagai perubahan dalam disposisi atau kapabilitas manusia selama
periode waktu tertentu yang disebabkan oleh proses perubahan, dan

perubahan itu dapat diamati dalam bentuk perubahan tingkah laku yang
dapat bertahan selama beberapa periode waktu. C. Hakikat Belajar
Belajar menurut Slameto dalam (http://www.infoskripsi.com) secara
psikologis adalah Suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya atau belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang dialami
oleh individu yang diperoleh melalui latihan dan pengalaman. Jadi
belajar itu ditunjukan oleh adanya perubahan tingkah laku atau
penampilan, setelah melaui proses membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru dan mengalami langsung. D. Hakikat Prestasi
Belajar Pengertian belajar dari Cronbach (dalam Djamarah, 2000:12)
mengemukakan bahwa learning is shown by change in behaviour as a
result of experience (belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan
oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman). Sementara
menurut Wittig (dalam Syah, 2003 : 65-66), belajar sebagai any
relatively permanen change in an organism behavioral repertoire that
accurs as a result of experience (belajar adalah perubahan yang relatif
menetap yang terjadi dalam segala macam/ keseluruhan tingkah laku
suatu organisme sebagai hasil pengalaman). Belajar lebih ditekankan
pada proses kegiatannya dan proses belajar lebih ditekankan pada hasil
belajar yang dicapai oleh subjek belajar atau siswa. Hasil belajar dari
kegiatan belajar disebut juga dengan prestasi belajar. Hasil atau prestasi
belajar subjek belajar atau peserta didik dipakai sebagai ukuran untuk
mengetahui sejauh mana peserta didik dapat menguasai bahan pelajaran
yang sudah dipelajari. Menurut Woodworth dan Marquis (dalam Sri,
2004 : 43) prestasi belajar adalah suatu kemampuan aktual yang dapat
diukur secara langsung dengan tes. Dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar merupakan kemampuan aktual yang dapat diukur dan berwujud
penguasaan ilmu pengetahuan, sikap, keterampilan, dan nilai-nilai yang
dicapai oleh siswa sebagai hasil dari proses belajar mengajar di sekolah.
Dengan kata lain, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai siswa
dari perbuatan dan usaha belajar dan merupakan ukuran sejauh mana
siswa telah menguasai bahan yang dipelajari atau diajarkan. E.
Mengukur Hasil Belajar Tes hasil belajar adalah salah satuan alat ukur
yang paling banyak digunakan untuk mengetahui hasil belajar seseorang

dalam proses belajar-mengajar atau suatu program pendidikan. Karena


sedemikian banyak tes itu digunakan dalam dunia pendidikan, maka ada
baiknya bila kita mengetahui kelemahan dan kekurangan tes sebagai alat
ukur hasil belajar. Kelemahan tersebut antara lain : 1. Hampir semua tes
hanya dapat mengukur hasil belajar yang bersifat kognitif dan
keterampilan sederhana.Kalaupun ia dapat mengukur hasil belajar yang
esensial, maka kontruksi tesnya membutuhkan waktu dan keterampilan
yang tinggi. Misal, dalam pelajaran agama. Tes hasil belajar sangat
sukar untuk dapat mengukur tingkat keimanan dan ketakwaan
seseorang. 2. Hasil tes acapkali disalahgunakan. Hasil tes kerap
dianggap sebagai gambaran yang sahih dari kemampuan dan pengetuan
seseorang. Sedangkan butir soal tes hanya mengukur suatu serpihan
pengetahuan atau keterampilan yang sangat kecil dari suatu keutuhan
pengetahuan dan keterampilan seseorang. Disamping itu hasil tes
acapkali dianggap sebagai suatu yang permanen. Sedagkan
sesungguhnya hasil tes selalu berubah, dapat berkembang atau
berkurang. Karena memang pada hakikatnya hasil tes itu selalu berubah.
3. Dalam proses pelaksanaannya, tes selalu menimbulkan kecemasan.
Sungguhpun kadar kecemasan yang timbul pada setiap orang tidak
sama., namun tetap saja kecemasan tersebut dapat mengakibatkan hasil
tes yang diperoleh dalam tes menyimpang dari kenyataan yang ada
dalam diri peserta tes. Adapun dasar-dasar penyusunan tes hasil belajar
adalah sebagai berikut : 1. Tes hasil belajar harus dapat mengukur hasil
belajar yang diperoleh setelah proses balajar-mengajar sesuai dengan
tujuan instruksional yang tercantum dalam kurikulum. 2. Butir tes hasil
belajar harus disusun sedemikian rupa sehingga perangkat tes yang
terbentuk benar-benar mewakili keseluruhan bahan yang tekah
dipelajari. 3. Perangkat tes hasil belajar hendaknya mengukur
keseluruhan aspek kompetensi yang diharapkan dan keseluruhan tingkat
kemampuan hasil belajar yang diharapkan. 4. Perangkat tes hasil belajar
hendaknya disusun dari berbagai bentuk dan tipe butir soal sesuai
dengan hakikat hasil belajar yang diharapkan. 5. Interpretasi hasil
belajar disesuaikan degan pendekatan pengukuran yang dianut apakah
mengacu pada norma kelompok (norm reference) ataukah mengacu
pada patokan criteria tertentu (criterion reference) 6. Hasil tes hasil
belajar hendaknya dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajarmengajar. Setelah anda memahami dasar-dasar penyusunan tes,
selanjutbya Anda harus memahami bentuk dan bagaimana penulisan
butir soal. Secara garis besar bentuk tes dibagi dalam dua kelompok

besar yaitu tes uraian dan tes objektif. Lebih jauh tentang keduan tes
tersebut akan dijelaskan dibawah ini. Tes Objektif Pengertian tes
objektif adalah tes atau butir soal yang telah mengandung kemungkinan
jawaban yang harus dipilih atau dikerjakan oleh peserta tes. Peserta tes
hanya harus memilih jawaban dari alternatif jawaban yang disediakan.
Bentuk tes objektif secara umum memiliki 3 tipe yaitu a. Benar-salah
(true false) b. Mejodohkan (matching) c. Pilihan ganda (multiple choice)
Tipe butir soal benar-salah adalah butir soal yang terdiri dari pernyataan
yang disertai dengan alternative menyatakan pernyataan tersebut salah
atau benar, atau keharusan memilih satu dari dua alternatif jawaban
lainnya. Butir soal benar-salah memiliki kekuatan antara lain : 1. Mudah
dikontruksi. 2. Perangkat soal dapat mewakili seluruh pokok bahasan. 3.
Mudah diskor. 4. Alat yang baik untuk mengukur fakta dan hasil belajar
langsung terutama berkenaan dengan ingatan. Adapun kelemahan butir
soal tipe benar-salah adalah : 1. Mendorong peserta tes untuk menebak
jawaban. 2. Terlalu menekankan kepada ingatan. 3. Peserta tes harus
selalu memberikan penilaian absolute. Beberapaendiri. Jadi perbedaan
utama tes objektif dan uraian dalah siapa yang menyediakan jawaban
atau alternative jawaban sudah disediakan oleh pembuat soal. Dengan
pengertian diatas maka pemberian skor terhadap soal uraian tidak
mungkin dilakukan secara objektif. Setiap bentuk butir soal memiliki
kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan soal uraian adalah : 1. Tes
uraian dapat dengan baik mengukur hasil belajar yang kompleks. Hasil
belajar yang kompleks artinya hasil belajar yang tidak sederhana. Hasil
belajar yang kompleks tidak hanya membedakan yang benar dari yang
salah, tetapi juga dapat mengekspresikan pemikiran peserta tes serta
pemilihan kata yang dapat memberi arti yang spesifik pada suatu
pemahaman tertentu. Apabila yang diukur adalah kemampuan hasil
bekajar yang sederhana, yaitu memilih suatu yang lebih benar atau yang
lebih tepat, maka sebaiknya menggunakan tes objektif. 2. Tes bentuk
uraian terutama menekankan kepada pengukuran kemampuan dan
kemampuan mengintegrasikan berbagi buah pikiran dan sumber
informasi kedalam suatu pola berpikir tertentu, yang disertai dengan
keterampilan pemecahan masalah. Integrasi buah pikiran itu
membutuhkan dukungan kemampuan untuk mengekspresikannya.
Tanpa dukungan kemampuan mengekspresikan buah pikiran secara
teratur dan taat asas, maka kemampuan tidak terlihat secara utuh.
Bahkan kemampuan itu secara sederhana sudah akan dapat kelihatan

dengan jelas dalam pemilihan kata, penyusunan kalimat, penggunaan


tanda baca, penyusunan paragraf dan susunan rangkain paragraf dalam
suatu keutuhan pikiran. 3. Bentuk tes uraian lebih meningkatkan
motivasi peserta didik untuk melahirkan kepribadiannya dan watak
sendiri, sesuai dengan sifat tes uraian yang menuntut kemampuan siswa
untuk mengekspresikan jawaban dalam kata-kata sendiri. Untuk dapat
mengekspresikan pemahaman dan penguasaan bahan dalam jawaban
tes, maka bentuk tes uraian menuntut penguasaan bahan secara utuh.
Penguasaan bahan yang tanggung atau parsial dapat dideteksi dengan
mudah. Karena itu untuk menjawab tes uraian dengan baik peserta tes
akan berusaha menguasai bahan yang diperkirakannya akan diujikan
dalam tes secara tuntas. Seorang peserta tes yang mengerjakan tes
uraian dengan penguasaan bahan parsial akan tidak mampu menjawab
soal dengan benar atau akan berusaha dengan cara membuat. 4.
Kelebihan lain tes uraian ialah memudahkan guru untuk menusun butir
soal. Kemudahan ini terutama disebabkan oleh dua hal, yaitu pertama,
jumlah butir soal tidak perlu banyak dan kedua, guru tidak selalu harus
memasok jawaban atau kemungkinan jawaban yang benar sehingga
akan sangat menghemat waktu konstruksi soal. Tetapi hal ini tidak
berarti butir soal uraian dapat dikontruksikan secara asal-asalan. Kaidah
penyusunan tes uraian tidaklah lebih sederhana dari kaidah penyusunan
tes objektif. 5. Tes uraian sangat menekankan kemampuan menulis. Hal
ini merupakn kebaikan sekaligus kelemahannya. Dalam arti yang positif
tes uraian akan sangat mendorong siswa dan guru untuk belajar dan
mengajar, serta menyatakan pikiran secara tertulis. Dengan demikian
diharapkan kemampuan para peserta didik dalam menyatakan pikiran
secara tertulis akan meningkat. Tetapi dilihat dari segi lain, penekanan
yang berlebihan terhadap penggunaan tes uraian yang sangat
menekankan kepada kemampuan menyatakan pikiran dalam bentuk
tulisan yang dapat menjadikan tes sebagai alat ukur yang tidak adil dan
tidak reliable. Bagi siswa yang tidak mempunyai kemampuan menulis,
akan menjadi beban. Tes uraian di samping memiliki kelebihan terdapat
pula kelemahan-kelemahannya, yaitu 1. Reliabilitasnya rendah artinya
skor yang dicapai oleh peserta tes tidak konsisten bila tes yang sama
atau tes yang parallel yang diuji ulang beberapa kali. Menurut Robert L.
Ebel A. Frisbie (1986 : 129) terdapat tiga hal yang menyebabkan tes
uraian realibilitasnya rendah yaitu pertama keterbatasan sampel bahan
yang tercakup dalam soal tes. Kedua, batas-bayastugas yang harus
dikerjakan oleh peserta tes sangat longgar, walaupun telah diusahakan

untuk menentukan batasan-batasan yang cukup ketat. Ketiga,


subjektifitas penskoran yang dilakukan oleh pemeriksa tes. 2. Untuk
menyelesaikan tes uraian guru dan siswa membutuhkan waktu yang
banyak. 3. Jawaban peserta tes kadang-kadang disertai bualan-bualan. 4.
Kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal yang paling
membedakan prestasi belajar siswa. Setelah Anda memahami
kelemahan dan kelebihan bentuk tes uraian. Anda harus
mempertimbangkan bagaimana tes uraian digunakan. Sebaiknya tes
uraian digunakan apabila 1. Jumlah siswa atau peserta tes terbatas. 2.
Waktu yang dipunyai guru untuk mempersiapkan soal sangat terbatas. 3.
Tujuan instruksional yang ingin dicapai adalah kemampuan
mengekspresikan pikiran dalam bentuk tertulis, menguji kemampuan
dengan baik, atau penggunaan kemampuan penggunaan bahasa secara
tertib. 4. Guru ingin memperoleh informasi yang tidak tertulis secara
langsung di dalam soal ujian tetapi dapat disimpulkan sari tulisan
peserta tes, seperti : sikap, nilai, atau pendapat. Soal uraian dapat
digunakan untuk memperoleh informasi langsung tersebut, tetapi harus
digunakan dengan sangat hati-hati oleh guru. 5. Guru ingin memperoleh
hasil pengalaman belajar siswanya. Bentuk tes uraian dapat diklasifikasi
ke dalam dua tipe yaitu tes uraian bebas (extendedresponse) dan tes
uraian terbatas (restricted response). Pembedaan kedua tipe tes uraian
ini adalah atas dasar besarnya kebebasan yang yang diberikan kepada
peserta tes untuk mengorganisasikan, menulis dan menyatakan pikiran
dan gagasannya. Selanjutnya akan dijelaskan kedua tipe tes uraian
tersebut. Sebagaimana telah dikemukakan, perbedaan utama antara tes
uraian bebas dan uraian terbatas tergantung kepada kebebasan
memberikan jawaban. Jawaban yang diberikan oleh peserta tes dalam
tes uraian bebas hampir-hampir tidak ada pembatasan. Peserta tes
memiliki kebebasan yang luas sekali untuk mengorganisasikan dan
mengekspresikan pikiran dan gagasannya dalam menjawab soal
tersebut. Jadi jawaban siswa bersifat terbuka, fleksibel, dan tidak
tersrtuktur. Contoh uraian bebas. Uraikanlah perlawanan-perlawanan
yang dilakukan oleh bangsa Indonesia terhadap penjajah Belanda pada
masa sebelum abad ke-20. Dalam uraian ini Anda hendaknya disertai
dengan latar belakang dan contoh para pemimpinnya. Uraian anda
hendaknya tidak melebihi 2 halaman folio. Untuk menjawab contoh soal
tersebut dibutuhkan kemampuan belajar siswa yang kompleks. Dalam
menjawab soal tersebut siswa diberikan kebebasan untuk menjawab.
Jawaban yang diberikan oleh siswa mulai pengetahuan fakta sampai

mengevaluasi terhadap fakta-fakta yang diketahuinya, kemudian


mengorganisasikan dalam pikiran dan bahasanya sendiri kedalam
bentuk yang logis dan argumentative dalam bentuk narasi. Kemampuan
membuat narasi dengan kata-katanya sendiri merupakan kemampuan
dalam kategori jenjang yang tinggi. Dengan demikian kompleksitas
jawaban pada soal uraian bebas terletak pada tercakupnya berbagai
jenjang kemampuan. Pembatasan jawaban hanya terletak pada
banyaknya uraian yang harus dibuat untuk mempertimbangkan waktu
yang digunakan dalam tes. petunjuk yang merupakan persyaratan dalam
penulisan butir soal benar-salah yaitu : 1. Setiap butir soal harus
menguji atau mengukur hasil belajar peserta tes yang penting dan
bermakna, tidak menanyakan hal yang remeh (trivial). Misalnya: Lemah
: Haji Samanhudi seorang pedagang batik dari solo Lebih baik : Haji
Samanhudi adalah pendiri Syarekat Dagang Islam. 2. Setiap soal
haruslah menguji pemahaman, tidak hanya pengukuran terhadap daya
ingat. Butir soal tidaklah dianjurkan untuk menguji kemampuan
mengingat kata atau frase yang terdapat dalam buku ajar atau bacaan
lainya. Misalnya: Lemah : B-S : Bila penawaran banyak sedangkan
permintaan sedikit maka harga akan turun. Lebih baik : B-S : Pak udi
membeli pakaian sangat murah karena di pasar barang itu tersedia
banyak sedangkan yang membeli sangat jarang. 3. Contoh, soal pertama
hanya menguji ingatan tentang hokum penawaran dan permintaan dalam
ekonomi. Sedangkan dalam soal berikutnya peserta tes diuji dengan
penerapan dari hokum permintaan dan penawaran. 4. Kunci jawaban
yang ditentukan haruslah benar. 5. Butir soal yang baik haruslah jelas
bagi seseorang peserta tes yang belajar dan jawaban yang salah
kelihatan seakan-akan benar bagi peserta tes yang tidak belajar dengan
baik. 6. Pernyataan dalam butir soal harus dinyatakan secara jelas dan
menggunakan bahasa yang baik dan benar. 7. Butir soal benar-salah
dapat dimodifikasi sehingga dapat meningkatkan daya bedanya dan
mengurangi kelemahan utamanya yaitu mendorong penerkaan.

Anda mungkin juga menyukai