Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin adalah
analgesik antipiretik dan anti-inflamasi yang sangat luas digunakan dan
digolongkan untuk obat bebas. Selain sebagai prototip, obat ini merupakan
standar dalam menilai efek obat sejenis. Asam salisilat sangat iritatif, sehingga
hanya digunakan sebagai obat luar. Derivatnya yang dapat dipakai secara
sistemik, adalah ester salisilat dari asam organik dengan substitusi pada gugus
hidroksil, misalnya asetosal. Salisilat merupakan obat yang paling banyak
digunakan sebagai analgesik, antipiretik dan anti-inflamasi. Aspirin dosis terapi
bekerja cepat dan efektif sebagai antipiretik. (Ganiswara, 1995).
Aspirin dosis terapi bekerja cepat dan efektif sebagai antipiretik Asam asetil
salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin adalah analgesik
antipiretik dan anti-inflamasi yang sangat luas digunakan dan digolongkan untuk
obat bebas. Selain sebagai prototip, obat ini merupakan standar dalam menilai
efek obat sejenis. Asam salisilat sangat iritatif, sehingga hanya digunakan
sebagai obat luar. Derivatnya yang dapat dipakai secara sistemik, adalah ester
salisilat dari asam organik dengan substitusi pada gugus hidroksil, misalnya
asetosal. Salisilat merupakan obat yang paling banyak digunakan sebagai
analgesik, antipiretik dan anti-inflamasi. (Ganiswara, 1995)
Aspirin (asam asetil salisilat) dan natrum salisilat merupakan sediaan yang paling
banyak digunakan. Aspirin tersedia dalam bentuk tablet 100 mg untuk anak dan
tablet 500 mg untuk dewasa. Metil salisilat (minyak wintergreen) hanya
digunakan sebagai obat luar dalam bentuk salep atau linimen dan dimaksudkan
sebagai counter iritant bagi kulit. Asam salisilat berbentuk bubuk, dibgunakan
sebagai keratolitik dengan dosis tergantung dari penyakit yang akan diobati.
(Ganiswara, 1995).
Sejak zaman dahulu, efek dari kortex salicis telah dikenal penggunaannya
sebagai obat sudah cukup luas. Zat berkhasiat disini adalah asam salisilat, yang
terjadi dengan ohidroksibenzilalkohol, setelah reaksi metabolisme oksidasi.
Asam salisilat bebas hanya mempunyai efek antipiretik yang kecil. Karena
timbulnya rangsangan pada glukosa lambung akibat diperlakukannya dosis yang
ringan. (Ebel, S., 1992).
Sampai saat ini penelitian yang sistemis masih terus dilakukan, untuk
mendapatkan senyawa yang bekerja cepat dan dapat diterima dengan baik oleh
tubuh. Penggunaan asam asetilsalisilat tiap tahun, hanya di Amerika Serikat saja
sudah sekitar 8000 10.000 ton. Salah satu senyawa baru disini adalah
flufenisal, yang sekitar 5 x lebih kuat dari pada asam asetilsalisilat, dan meskipun
demikian dapat diterima dengan baik oleh tubuh. (Ebel, S., 1992).
Penggunaan asam asetilsalisilat tiap tahun, hanya di Amerika Serikat saja sudah
sekitar 8000 10.000 ton. Sampai saat ini penelitian yang sistemis masih terus
dilakukan, untuk mendapatkan senyawa yang bekerja cepat dan dapat diterima
dengan baik oleh tubuh. Salah satu senyawa baru disini adalah flufenisal, yang
sekitar 5 x lebih kuat dari pada asam asetilsalisilat, dan meskipun demikian
dapat diterima dengan baik oleh tubuh. (Ebel, S., 1992)
Hanya satu anhidrida asam yang terkenal adalah anhida asetat, yang dibuat
melalui reaksi asam asetat dengan ketena. CH 2=C=O pada suhu tinggi (700o).
Ketena sangat reaktif dan penting, dan dibuat di laboratorium melalui pirolisa
aseton. Berbeda dengan asam monokarboksilat, asam dikarboksilat mudah
sekali diubah menjadi anhidrida cukup dengan pemanasan sederhana, misalnya
pembuatan anhidrida suksinat dan anhidrida phthalat. Reaksinya sedikit lebih
pelan dibandingkan khlorida asam menghasilkan asam karboksilat. Senyawa
yang mengandung gugus asetil sering dibuat dari anhidrida asetat, karena
murah, mudah pengendaliannya dan mudah menguap (Harun, 1990)
o Kajian Sampel
1. Acidum Sulfuricum (Dirjen POM, 1995, hal : 58)
% unsur penyusun
Rumus kimia
H2SO4
Sinonim
:
:
Asam sulfat
Berat molekul
98,07
Pemerian
: Cairan kental seperti minyak,
korosif, tidak berwarna, jika ditambahkan ke dalam
air akan menimbulkan panas.
Bobot jenis
1,84 gram
Kegunaan umum
Kegunaan Praktikum
zat tambahan
:
Sebagai katalisator
Rumus kimia
C7H6O3
Rumus bangun
COOH
OH
Sinonim
Asam salisilat
Berat molekul
Pemerian
:
:
98,07
Titik
C dan 161O C
leleh
Kegunaan umum
Kegunaan Praktikum
158,5O
Keratolitikum, antifungi
1. Aqua destillata
% unsur penyusun
Rumus kimia
H2O
Rumus bangun
Sinonim
HOH
Berat molekul
18,02
Pemerian
: Cairan jerni, tidak berwarna,
tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
Bonot jenis
Kegunaan umum
1
:
Sebagai pelarut
Kegunaan Praktikum
Sebagi pembilas
Rumus kimia
H4C6O3
Sinonim
:
:
Berat molekul
102,09
Pemerian
: Cairan tidak berwarna, berbau
tajam, mengandung tidak kurang dari 95% H 4C6O3
Kelarutan
: tidak mudah larut dalam air, larut
dalam kloroform P, dan dalam eter P.
Bobot jenis
Titik didih
340O
Kegunaan umum
Kegunaan Praktikum
98,07
penyedotan (Sction) hingga kristal eas dari pelarut. Timbang dan hitung hasil
kasarnya
Pembahasan
Pada percobaan kali ini, yang digunakan sebagai bahan baku adalah asam salisilat
dengan anhidat asetat. Asam salisilat dengan anhidrat asetat direaksikan dalam
suasana asam (H2SO4 P) yang dibantu dengan pemanasan dan pendinginan agar
pembentukan aspirin berlangsung baik.
Digunakan anhidrat asetat karena untuk mencegah adanya air, sebab bila terdapat air
maka kristal aspirin akan terurai kembali menjadi asam salisilat. Adapun fungsi dari
penggunaan asam sulfat pekat yaitu sebagai katalisator yang mempercepat terjadinya
reaksi namun tidak ikut bereaksi.
Dilakukan pemanasan untuk menaikkan kelarutan asam salisilat yang terbentuk
sehingga dapat berekasi sempurna. Setelah itu, lautan didiamkan pada suhu kamar
selama beberapa menit sebelum dimasukkan ke dalam tangas es. Hal ini bertujuan
agar erlemeyer tidak retak dan pecah.
Setelah didiamkan dalam suhu kamar, larutan dimasukkan ke dalam tangas es dan
dinding erlemeyer digores dengan batang pengaduk. Semua ini bertujuan untuk
mempercepat proses kristalisasi dari pada aspirin. Setelah kristal aspirin terbentuk
dilakukan penyaringan dengan maksud untuk memisahkan benda-benda padat dari
larutan dan untuk mengumpulkan zat padat dari larutannya dimana zat itu mengendap
atau mengkristal. %rendamen aspirin yang diperoleh adalah 47,49%.
Kesalahan pada hasil yang diperoleh dipegaruhi oleh beberapa faktor :
1. Kemurnian zat.
2. Penimbangan zat
3. Kebersihan alat yang digunakan
4. Pemanasan yang melebihi dari ketentuan
5. Penyaringan zat, maksudnya bila dilakukan penyaringan masih ada zat yang
teritnggal sehingga mempengaruhi hasil akhirnya.
Aplikasi aspirin dalam bidang farmasi adalah sebagai analgetik dan antipiretik.
Perbedaan antara asam asetil salisilat dan asam salisilat adalah asam asetil salisilat
merupakan bentuk dari asam salisilat sedangkan asam salisilat merupakan bentuk dari
asam karboksilat.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
% rendamen = 32,13 %
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ganiswara, S., 1995. Farmakologi dan Terapi. Gaya baru. Jakarta.
Ebel, S., 1992. Obat Sintetik. Edisi V. Institut tehknologi Bandung Press.
Bandung.
LANDASAN TEORI
Pengertian Aspirin
Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan
dari salisilat. Aspirin dibuat dengan reaksi asetylasi. Reaksi asetylasi
merupakan suatu reaksi memasukkan gugus acetyl kedalm suatu substrat
yang sesuai. Gugus acetyl adalah R-COO- (dimana R merupakan alkil atau
aril). Aspirin disebut juga asam asetil salisilat atau acetylsalicylic acid, dapat
dibuat dengan cara asetilasi senyawa phenol (dalam bentuk asam salisilat)
menggunakan anhidrida asetat dengan bantuan sedikit katalis yaitu Asam
Sulfat pekat. Pada pembuatan Aspirin, asam salisilat (o-hydroxiy benzoic
acid) berfungsi sebagai alkohol dan reaksinya berlangsung pada gugus
hidroksi.
Pembuatan Aspirin
Aspirin dibuat dengan cara mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida
asam asetat dengan menggunakan katalis H2SO4 pekat sebagai zat
penghidrasi. Asam salisilat adalah asam bifungsional yang mengandung dua
gugus OH dan COOH. Karenanya asam salisilat ini dapat mengalami dua
jenis reaksi yang berbeda. Anhidrida asam karboksilat dibentuk lewat
kondensasi dua molekul asam karboksilat. Berikut ini beberapa cara atau
metode yang ditemukan oleh beberapa tokoh :
a)
b)
Untuk membentuk Aspirin, asam salisilat di reflux bersama Asetat Anhidrat di dalam pelarut
toluen selama 20 jam. Campuran reaksi kemudian di dinginkan dalam tangki pendingin
aluminium, asam asetil salisilat mengendap sebagai kristal besar. Kristal dipisahkan dengan cara
filtrasi atau sentrifugasi, dibilas, dan kemudian dikeringkan. Berdasarkan proses ini, untuk
menghasilkan 1 ton asam salisilat, dibutuhkan phenol 800 kg, NaOH 350 kg, CO 2 500 kg, Seng
10 kg, Seng Sulfat 20 kg, dan karbon aktif 20 kg. (George Austin, 1984 )
Rekristalisasi
Rekristalisasi merupakan cara yang paling efektif untuk memurnikan zat
zat organik dalam bentuk padat. Oleh karena itu teknik ini secara rutin
digunakan untuk pemurnian senyawa hasil sintesis atau hasil isolasi dari
bahan alami, sebelum dianalisis lebih lanjut, misalnya dengan instrumebn
spektoskopi seperti UV, IR, NMR, dan MS.
Sebagai metoda pemurnian padatan, rekristalisasi memiliki sejarah yang
panjang seperti distilasi. Walaupun beberapa metoda yang lebih rumit telah
dikenalkan,
rekristalisasi
adalah
metoda
yang
paling
penting
untuk
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012, Asam Asetat, http://www.wikipedia.com/asam_asetat.html, 11
Maret 2013
Anonim, 2012, Asam Salisilat, http://www.wikipedia.com/asam_salisilat.html, 11
Maret 2013
Anonim, 2012, Aspirin, http://www.wikipedia.com/aspirin.html, 11 Maret 2013
Anonim, 2012, Besi(III)Klorida, http://www.wikipedia.com/besi(III)klorida.html, 11
Maret 2013
Clark, Jim. 2007. Reaksi Anhirida Asam dengan Air, Alkohol dan Fenol.
http://www.chem-is-try.org. 11 Maret 2013
Fessenden, J Ralp, Joan S Fessenden, 1999, Kimia Organik Edisi 2, Jakarta,
Erlangga
Habib,
2012,
Reaksi
Sintesis
Aspirin,
http://habib.blog.ugm.ac.id/kuliah/esterifikasi-fenol-sintesis-aspirin/,
11
Maret 2013
Ilham,
2011,
Sintesis
Aspirin,
http://emozzh.blogspot.com/2011/04/sintesis-
farmakologi
Reaksi oksidasi
endoplasma
yang
halus,
yang
pada
waktu
penyeragaman
menghasilkan serpihan mikrosoma yang terdiri dari butiran sangat kecil yang
mengendap hanya pada kecepatan 100.000 x g.
Membran mikrosom hati mempunyai sistem oksidase fungsi-campuran yang
mengkatalisis reaksi :
R-H + NADPH + H+ R-OH + NADP+ +H2O
NADPH diperlukan untuk mereduksi setengah molekul oksigen untuk
membentuk air. Pengangkut hydrogen adalah sitokrom P-450. Sitrokom ini
memerlukan suatu flavoprotein, yaitu sitokrom retuktase yang menggunakan
NADP sebagai koenzim.
Sitokrom P-450 dalam keadaan istirahat, seperti terlihat pada bagian atas
diagram, adalah sistem besi enam-koordinat. Atom Fe berikatan dengan
suatu histidin dan suatu sisteina pada protein tersebut. Molekul substrat (RH) terikat secara terpulihkan pada sitokrom dan kompleks ini mengalami
reduksi menjadi bentuk fero. Enzim kedua, flavoprotein sitokrom P-450
reduktase, diperlukan untuk reaksi ini, yang pada akhirnya memberikan
elekron
yang
diperlukan
untuk
reduksi
dari
NADPH
melalui
suatu
turunan oksigen
ini
menyempurnakan
penguraian
obat
yang
mengalami
Faktor Genetik
Perbedaan individu pada proses metabolisme sejumlah obat kadangkadang terjadi dalam sistem kehidupan. Hal ini menunjukkan bahwa faktor
genetik atau keturunan berperan terhadap kecepatan metabolisme obat
(Siswandono dan Soekardjo,2000).
Perbedaan umur
Pada usia tua, metabolisme obat oleh hati mungkin menurun, tapi
biasanya yang lebih penting adalah menurunnya fungsi ginjal. Pada usia 65
tahun, laju filtrasi Glomerulus (LFG) menurun sampai 30% dan tiap 1 tahun
berikutnya menurun lagi 1-2% (sebagai akibat hilangnya sel dan penurunan
aliran darah ginjal). Oleh karena itu ,orang lanjut usia membutuhkan
beberapa obat dengan dosis lebih kecil daripada orang muda (Neal,2005).
aktivitas
obat).
memperpendek
enzim
menyebabkan
Akibatnya,
waktu
paro
kadar
obat.
lebih
dalam
Karena
cepatnya
plasma
itu
metabolisme
berkurang
intensitas
dan
dan
efek
insektisida
dan
logam-logam
berat.
Perokok
sigaret
dengan
mutagenesis,
biomolekul
teratogenik.
dapat
Semua
ini
menjurus
harus
ke
bila
karsinogenesis,
mungkin
dengan
pengubahan struktur obat yang sesuai. Aries (1984) serta Mitchell dan
Horning (1984) membicarakan hal ini.
Ada dua jalur utama yang berbahaya karena menghasilkan zat yang
dapat menyebabkan kerusakan sel yang abadi. Yang pertama adalah
pembentukan senyawa oksida
enzim
pelindung.
Senyawa
diol
yang
terbentuk
kemudian
pembentukan
metabolit,
atau
meningkatkan
aktivitas
obat
melalui
obat
paru-paru,
obat
kolesterol.
Tetapi
ini
tidak
hanya
5
6