Anda di halaman 1dari 17

Kajian Teori

Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin adalah
analgesik antipiretik dan anti-inflamasi yang sangat luas digunakan dan
digolongkan untuk obat bebas. Selain sebagai prototip, obat ini merupakan
standar dalam menilai efek obat sejenis. Asam salisilat sangat iritatif, sehingga
hanya digunakan sebagai obat luar. Derivatnya yang dapat dipakai secara
sistemik, adalah ester salisilat dari asam organik dengan substitusi pada gugus
hidroksil, misalnya asetosal. Salisilat merupakan obat yang paling banyak
digunakan sebagai analgesik, antipiretik dan anti-inflamasi. Aspirin dosis terapi
bekerja cepat dan efektif sebagai antipiretik. (Ganiswara, 1995).
Aspirin dosis terapi bekerja cepat dan efektif sebagai antipiretik Asam asetil
salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin adalah analgesik
antipiretik dan anti-inflamasi yang sangat luas digunakan dan digolongkan untuk
obat bebas. Selain sebagai prototip, obat ini merupakan standar dalam menilai
efek obat sejenis. Asam salisilat sangat iritatif, sehingga hanya digunakan
sebagai obat luar. Derivatnya yang dapat dipakai secara sistemik, adalah ester
salisilat dari asam organik dengan substitusi pada gugus hidroksil, misalnya
asetosal. Salisilat merupakan obat yang paling banyak digunakan sebagai
analgesik, antipiretik dan anti-inflamasi. (Ganiswara, 1995)
Aspirin (asam asetil salisilat) dan natrum salisilat merupakan sediaan yang paling
banyak digunakan. Aspirin tersedia dalam bentuk tablet 100 mg untuk anak dan
tablet 500 mg untuk dewasa. Metil salisilat (minyak wintergreen) hanya
digunakan sebagai obat luar dalam bentuk salep atau linimen dan dimaksudkan
sebagai counter iritant bagi kulit. Asam salisilat berbentuk bubuk, dibgunakan
sebagai keratolitik dengan dosis tergantung dari penyakit yang akan diobati.
(Ganiswara, 1995).
Sejak zaman dahulu, efek dari kortex salicis telah dikenal penggunaannya
sebagai obat sudah cukup luas. Zat berkhasiat disini adalah asam salisilat, yang
terjadi dengan ohidroksibenzilalkohol, setelah reaksi metabolisme oksidasi.
Asam salisilat bebas hanya mempunyai efek antipiretik yang kecil. Karena
timbulnya rangsangan pada glukosa lambung akibat diperlakukannya dosis yang
ringan. (Ebel, S., 1992).
Sampai saat ini penelitian yang sistemis masih terus dilakukan, untuk
mendapatkan senyawa yang bekerja cepat dan dapat diterima dengan baik oleh
tubuh. Penggunaan asam asetilsalisilat tiap tahun, hanya di Amerika Serikat saja
sudah sekitar 8000 10.000 ton. Salah satu senyawa baru disini adalah
flufenisal, yang sekitar 5 x lebih kuat dari pada asam asetilsalisilat, dan meskipun
demikian dapat diterima dengan baik oleh tubuh. (Ebel, S., 1992).

Penggunaan asam asetilsalisilat tiap tahun, hanya di Amerika Serikat saja sudah
sekitar 8000 10.000 ton. Sampai saat ini penelitian yang sistemis masih terus
dilakukan, untuk mendapatkan senyawa yang bekerja cepat dan dapat diterima
dengan baik oleh tubuh. Salah satu senyawa baru disini adalah flufenisal, yang
sekitar 5 x lebih kuat dari pada asam asetilsalisilat, dan meskipun demikian
dapat diterima dengan baik oleh tubuh. (Ebel, S., 1992)
Hanya satu anhidrida asam yang terkenal adalah anhida asetat, yang dibuat
melalui reaksi asam asetat dengan ketena. CH 2=C=O pada suhu tinggi (700o).
Ketena sangat reaktif dan penting, dan dibuat di laboratorium melalui pirolisa
aseton. Berbeda dengan asam monokarboksilat, asam dikarboksilat mudah
sekali diubah menjadi anhidrida cukup dengan pemanasan sederhana, misalnya
pembuatan anhidrida suksinat dan anhidrida phthalat. Reaksinya sedikit lebih
pelan dibandingkan khlorida asam menghasilkan asam karboksilat. Senyawa
yang mengandung gugus asetil sering dibuat dari anhidrida asetat, karena
murah, mudah pengendaliannya dan mudah menguap (Harun, 1990)

o Kajian Sampel
1. Acidum Sulfuricum (Dirjen POM, 1995, hal : 58)
% unsur penyusun

Rumus kimia

H2SO4

Sinonim

:
:

H=2, 0%. S=32, 7%. O=65, 3%.

Asam sulfat

Berat molekul

98,07
Pemerian
: Cairan kental seperti minyak,
korosif, tidak berwarna, jika ditambahkan ke dalam
air akan menimbulkan panas.

Bobot jenis

1,84 gram

Kegunaan umum

Kegunaan Praktikum

zat tambahan
:

Sebagai katalisator

2. Acidum Salicylicum (Dirjen POM, 1995, hal : 56)


% unsur penyusun

Rumus kimia

C7H6O3

C=49, 4%. H=3, 5%. O=47, 1%

Rumus bangun

COOH

OH

Sinonim

Asam salisilat

Berat molekul
Pemerian

:
:

98,07

Cairan kental seperti minyak


Kelarutan
: Larut dalam 500 bagian air dan
dalam 4 bagian eatnol (95%) P, mudah larut dalam
kloroform P dan dalam eter P, larut dalam larutan
amonium asetat P, dinatrium hidrogenfosfat P,
kalium sitrat P dan natrium sitrat P.

Titik
C dan 161O C

leleh

Kegunaan umum
Kegunaan Praktikum

158,5O

Keratolitikum, antifungi

Bahan utama pembentuk aspirin

1. Aqua destillata
% unsur penyusun

Rumus kimia

H2O

Rumus bangun
Sinonim

H=2, 0%. O=65, 3%.

HOH

Aquadest, air suling

Berat molekul

18,02
Pemerian
: Cairan jerni, tidak berwarna,
tidak berbau, tidak mempunyai rasa.

Bonot jenis

Kegunaan umum

1
:

Sebagai pelarut

Kegunaan Praktikum

Sebagi pembilas

1. Acidum ecetic anhydrate (Dirjen POM, 1995, hal :647)


% unsur penyusun

Rumus kimia

H4C6O3

Sinonim

:
:

C=47, 6%. H=5, 92%. O=47, 2%

Asam asetat anhidrat

Berat molekul

102,09
Pemerian
: Cairan tidak berwarna, berbau
tajam, mengandung tidak kurang dari 95% H 4C6O3
Kelarutan
: tidak mudah larut dalam air, larut
dalam kloroform P, dan dalam eter P.

Bobot jenis
Titik didih

340O

Kegunaan umum
Kegunaan Praktikum

98,07

Sebagai larutan pendeteksi adanya resin

Bahan utama pembentuk aspirin

Kajian Prosedur Kerja

Prosedur (Anonim, 2012)


Timbang 2,0 g kristal asam salisilat dan tempatkan dalam erlemeyer 250 ml.
Tambahkan 5 ml anhidrat asetat, diikuti dengan 5 tetes asam sulfat pekat dari
pipet tetes, dan kocok hingga asam salisilat larut. Panaskan di penangas air
selama 5 10 menit. Lalu Erlenmeyer didinginkan pada temperatur kamar
hingga dimana asam asetil salisilat akan menjadi kristal dari campuran reaksi.
Jika tidak, gores dinding erlemeyer dengan batang pengaduk dan campuran
sedikit dingin dalam tangas es (wadah es) hingga kristal terbentuk. Tambahkan
50 ml air dan dinginkan campuran dalam tangas es hingga proses kristalisasi
berlangsung sempurna.
Kumpul hasil (kristal) secara penyarian vakum meggunakan penyaring buchner.
Filtart dapat digunakan untuk membersihkan erlemeyer hingga semua kristal
telah dikumpulkan. Cuci kristal beberapa kali dengan sedikit bagian air dingin.
Lanjutkan penarikan udara melalui kristal pada penyaring buchner secara

penyedotan (Sction) hingga kristal eas dari pelarut. Timbang dan hitung hasil
kasarnya

Pembahasan

Pada percobaan kali ini, yang digunakan sebagai bahan baku adalah asam salisilat
dengan anhidat asetat. Asam salisilat dengan anhidrat asetat direaksikan dalam
suasana asam (H2SO4 P) yang dibantu dengan pemanasan dan pendinginan agar
pembentukan aspirin berlangsung baik.
Digunakan anhidrat asetat karena untuk mencegah adanya air, sebab bila terdapat air
maka kristal aspirin akan terurai kembali menjadi asam salisilat. Adapun fungsi dari
penggunaan asam sulfat pekat yaitu sebagai katalisator yang mempercepat terjadinya
reaksi namun tidak ikut bereaksi.
Dilakukan pemanasan untuk menaikkan kelarutan asam salisilat yang terbentuk
sehingga dapat berekasi sempurna. Setelah itu, lautan didiamkan pada suhu kamar
selama beberapa menit sebelum dimasukkan ke dalam tangas es. Hal ini bertujuan
agar erlemeyer tidak retak dan pecah.
Setelah didiamkan dalam suhu kamar, larutan dimasukkan ke dalam tangas es dan
dinding erlemeyer digores dengan batang pengaduk. Semua ini bertujuan untuk
mempercepat proses kristalisasi dari pada aspirin. Setelah kristal aspirin terbentuk
dilakukan penyaringan dengan maksud untuk memisahkan benda-benda padat dari
larutan dan untuk mengumpulkan zat padat dari larutannya dimana zat itu mengendap
atau mengkristal. %rendamen aspirin yang diperoleh adalah 47,49%.
Kesalahan pada hasil yang diperoleh dipegaruhi oleh beberapa faktor :
1. Kemurnian zat.
2. Penimbangan zat
3. Kebersihan alat yang digunakan
4. Pemanasan yang melebihi dari ketentuan
5. Penyaringan zat, maksudnya bila dilakukan penyaringan masih ada zat yang
teritnggal sehingga mempengaruhi hasil akhirnya.
Aplikasi aspirin dalam bidang farmasi adalah sebagai analgetik dan antipiretik.
Perbedaan antara asam asetil salisilat dan asam salisilat adalah asam asetil salisilat
merupakan bentuk dari asam salisilat sedangkan asam salisilat merupakan bentuk dari
asam karboksilat.

BAB V
PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan Sintesis Aspirin, diperoleh :

Berat Aspirin = 1,2404 gram

% rendamen = 32,13 %

Saran

DAFTAR PUSTAKA
Ganiswara, S., 1995. Farmakologi dan Terapi. Gaya baru. Jakarta.

Ebel, S., 1992. Obat Sintetik. Edisi V. Institut tehknologi Bandung Press.
Bandung.

Anonim., 2012. Penuntun Praktikum Kimia Organik Sintetik. Universitas


Msulim Indonesia. Makassar.

Reksohadiprodjo, S., 1979. Kuliah dan Praktika Kimis Farmasi Preparatif.


Gunung Agung. Yogyakarta.

Tjay, T., 2002, Obat Obat Penting. PT. Gramedia. Jakarata.

LANDASAN TEORI
Pengertian Aspirin
Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan
dari salisilat. Aspirin dibuat dengan reaksi asetylasi. Reaksi asetylasi
merupakan suatu reaksi memasukkan gugus acetyl kedalm suatu substrat
yang sesuai. Gugus acetyl adalah R-COO- (dimana R merupakan alkil atau

aril). Aspirin disebut juga asam asetil salisilat atau acetylsalicylic acid, dapat
dibuat dengan cara asetilasi senyawa phenol (dalam bentuk asam salisilat)
menggunakan anhidrida asetat dengan bantuan sedikit katalis yaitu Asam
Sulfat pekat. Pada pembuatan Aspirin, asam salisilat (o-hydroxiy benzoic
acid) berfungsi sebagai alkohol dan reaksinya berlangsung pada gugus
hidroksi.
Pembuatan Aspirin
Aspirin dibuat dengan cara mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida
asam asetat dengan menggunakan katalis H2SO4 pekat sebagai zat
penghidrasi. Asam salisilat adalah asam bifungsional yang mengandung dua
gugus OH dan COOH. Karenanya asam salisilat ini dapat mengalami dua
jenis reaksi yang berbeda. Anhidrida asam karboksilat dibentuk lewat
kondensasi dua molekul asam karboksilat. Berikut ini beberapa cara atau
metode yang ditemukan oleh beberapa tokoh :
a)

Sintesa Aspirin menurut Kolbe


Pembuatan asam salisilat dilakukan dengan Sintesis Kolbe, metode ini
ditemukan oleh ahli kimia Jerman yang bernama Hermann Kolbe. Pada
sintesis ini, sodium phenoxide dipanaskan bersama CO2 pada tekanan tinggi,
lalu ditambahkan asam untuk menghasilkan asam salisilat. Asam salisilat
yang dihasilkan kemudian di reaksikan dengan Asetat Anhidrat dengan
bantuan Asam Sulfat sehingga dihasilkan asam asetilsalisilat dan asam
asetat.

b)

Sintesa Aspirin Setelah Modifikasi Sintesa Kolbe oleh Schmitt


Larutan sodium phenoxide masuk ke dalam revolving heated ball mill yang memiliki
tekanan vakum dan panas (130oC). Sodium phenoxide berubah menjadi serbuk halus yang
kering, kemudian dikontakkan dengan CO2 pada tekanan 700 kPa dan temperatur 100oC
sehingga membentuk sodium salisilat. Sodium salisilat dilarutkan keluar dari mill lalu
dihilangkan warnanya dengan menggunakan karbon aktif. Kemudian ditambahkan Asam Sulfat
untuk mengendapkan asam salisilat, asam salisilat dimurnikan dengan sublimasi.

Untuk membentuk Aspirin, asam salisilat di reflux bersama Asetat Anhidrat di dalam pelarut
toluen selama 20 jam. Campuran reaksi kemudian di dinginkan dalam tangki pendingin
aluminium, asam asetil salisilat mengendap sebagai kristal besar. Kristal dipisahkan dengan cara
filtrasi atau sentrifugasi, dibilas, dan kemudian dikeringkan. Berdasarkan proses ini, untuk
menghasilkan 1 ton asam salisilat, dibutuhkan phenol 800 kg, NaOH 350 kg, CO 2 500 kg, Seng
10 kg, Seng Sulfat 20 kg, dan karbon aktif 20 kg. (George Austin, 1984 )
Rekristalisasi
Rekristalisasi merupakan cara yang paling efektif untuk memurnikan zat
zat organik dalam bentuk padat. Oleh karena itu teknik ini secara rutin
digunakan untuk pemurnian senyawa hasil sintesis atau hasil isolasi dari
bahan alami, sebelum dianalisis lebih lanjut, misalnya dengan instrumebn
spektoskopi seperti UV, IR, NMR, dan MS.
Sebagai metoda pemurnian padatan, rekristalisasi memiliki sejarah yang
panjang seperti distilasi. Walaupun beberapa metoda yang lebih rumit telah
dikenalkan,

rekristalisasi

adalah

metoda

yang

paling

penting

untuk

pemurnian sebab kemudahannya ( tidak perlu alat khusus ) dan karena


keefektifannya. Kedepannya rekristalisasi akan tetap metoda standar untuk
memurnikan padatan.
Metoda ini sederhana, material padatan ini terlarut dalam pelarut yang
cocok pada suhu tinggi ( pada atau dekat titik didih pelarutnya ) untuk
mendapatkan jumlah larutan jenuh atau dekat jenuh. Ketika larutan panas
perlahan didinginkan, Kristal akan mengendap karena kelarutan padatan
biasanya menurun bila suhu diturunkan. Diharapkan bahwa pengotor tidak
akan mengkristal karena konsentrasinya dalam larutan tidak terlalu tinggi
untuk mencapai jenuh.(Ilham,2011)
Manfaat Aspirin
Aspirin digunakan sebagai analgesik untuk nyeri dari berbagai
penyebab (sakit kepala, nyeri tubuh, arthritis, dismenore, neuralgia, gout,
dan sebagainya), dan untuk kondisi demam, Aspirin juga berguna dalam

mengobati penyakit rematik, dan sebagai anti-platelet (untuk mengencerkan


darah dan mencegah pembekuan darah) dalam arteri koroner (jantung) dan
di dalam vena pada kaki dan panggul. Ada juga artikel yang ditulis dalam
literatur medis mendalilkan penurunan kejadian kanker usus besar di antara
mereka yang secara teratur mengonsumsi Aspirin pada dosis tertentu. Saat
ini banyak dokter dan pasien yang menggunakan Aspirin dosis rendah (baby
Aspirin atau Aspirin berdosis 81 mg) setiap hari untuk mengurangi
kemungkinan mendapatkan serangan jantung dan stroke melalui aksi antiplateletnya (pengencer darah dan mencegah pembekuan darah).
Aspirin juga telah digunakan untuk mengatasi anak-anak yang
mengalami Sindrom Bartter, dan juga dalam meningkatkan penutupan
Patent Ductus Arteriosus (PDA), hubungan abnormal antara aorta (arteri
utama terhubung ke jantung) dan arteri pulmonalis (untuk paru-paru) pada
bayi baru lahir. Jika PDA tidak menutup secara normal, operasi mungkin
diperlukan untuk menutupnya (menutup dengan cara menjahit) sebelum
anak memasuki usia sekolah.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012, Asam Asetat, http://www.wikipedia.com/asam_asetat.html, 11
Maret 2013
Anonim, 2012, Asam Salisilat, http://www.wikipedia.com/asam_salisilat.html, 11
Maret 2013
Anonim, 2012, Aspirin, http://www.wikipedia.com/aspirin.html, 11 Maret 2013
Anonim, 2012, Besi(III)Klorida, http://www.wikipedia.com/besi(III)klorida.html, 11
Maret 2013
Clark, Jim. 2007. Reaksi Anhirida Asam dengan Air, Alkohol dan Fenol.
http://www.chem-is-try.org. 11 Maret 2013
Fessenden, J Ralp, Joan S Fessenden, 1999, Kimia Organik Edisi 2, Jakarta,
Erlangga
Habib,
2012,
Reaksi
Sintesis
Aspirin,
http://habib.blog.ugm.ac.id/kuliah/esterifikasi-fenol-sintesis-aspirin/,
11
Maret 2013

Ilham,

2011,

Sintesis

Aspirin,

http://emozzh.blogspot.com/2011/04/sintesis-

aspirin.html, 11 Maret 2013


Irdoni, Hs, Nirwana, Hz, 2013, Modul Kimia Organik (Praktikum), Pekanbaru,
Universitas Riau
Pinna, dr, 2012, Rumus
Aspirin, http://drpinna.com/is-aspirin-good-for-you59809, 11 Maret 2013

farmakologi

Pengertian Obat dan Penyebaranya


Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan
untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit. 1[1]
Obat diberikan secara oral (obat dalam) atau melalui runte bukan oral
(parental). Penyebaran obat adalah peristiwa pertama yang mempengaruhi
aktivitas obat. Obat parental biasanya berupa larutan dan dapat diserap
dengan cepat ketimbang obat oral.2[2]
1
2

B. Reaksi apa yang terjadi dalam tubuh


a)

Reaksi oksidasi

Berbagai reaksi oksidasi berlangsung pada organ metabolisme utama,


yaitu hati, dan dikatalisis oleh enzim tidak khas. Enzim ini terikat pada
retikulum

endoplasma

yang

halus,

yang

pada

waktu

penyeragaman

menghasilkan serpihan mikrosoma yang terdiri dari butiran sangat kecil yang
mengendap hanya pada kecepatan 100.000 x g.
Membran mikrosom hati mempunyai sistem oksidase fungsi-campuran yang
mengkatalisis reaksi :
R-H + NADPH + H+ R-OH + NADP+ +H2O
NADPH diperlukan untuk mereduksi setengah molekul oksigen untuk
membentuk air. Pengangkut hydrogen adalah sitokrom P-450. Sitrokom ini
memerlukan suatu flavoprotein, yaitu sitokrom retuktase yang menggunakan
NADP sebagai koenzim.
Sitokrom P-450 dalam keadaan istirahat, seperti terlihat pada bagian atas
diagram, adalah sistem besi enam-koordinat. Atom Fe berikatan dengan
suatu histidin dan suatu sisteina pada protein tersebut. Molekul substrat (RH) terikat secara terpulihkan pada sitokrom dan kompleks ini mengalami
reduksi menjadi bentuk fero. Enzim kedua, flavoprotein sitokrom P-450
reduktase, diperlukan untuk reaksi ini, yang pada akhirnya memberikan
elekron

yang

diperlukan

untuk

reduksi

dari

NADPH

melalui

suatu

flavoprotein, yaitu FADH2. Setelah itu, barulah senyawa kompleks tereduksi


ini mampu bereaksi dengan molekul oksigen. Peroksida yang dihasilkan
mungkin mengalami reduksi lagi membentuk anion peroksida. Sitokrom b5
diduga terlibat pada proses terakhir ini, tetapi mekanisme lain juga mungkin.
Anion peroksdida dapat mengurai membentuk H2O2, ataudapat mengalami
penyusunan ulang membentuk suatu oksena, yaitu

turunan oksigen

heksavalen. Zat antara ini, yang keberadaannya diperklirakan berdasarkan


bukti spektroskopi, mengarah ke zat hasil akhir R-OH teroksidasi dengan
pembentukan kembali sitrokom P-450 (Ortiz de Montellano, 1986).

Jenis struktur substat yang dioksodasi sangat beragam; oksidasi dapat


terjadi pada atom karbon, nitrogen atau belerang.
Hidroksilasi alifatik biasanya terjadi pada atom karbon yang di ujung atau
yang dekat ujung molekul, sedangkan cincin alisiklik dioksidasi pada posisi
yang paling tidak terhalang atau posisi yang paling teraktifkan.3
b) Reaksi Reduksi ( reduksi aldehid, azo dan nitro )
Proses lain yang menghasilkan senyawa yang lebih polar adalah hidrolisis
dari ester dan amida oleh enzim. Esterase yang terletak baik mikrosomal dan
nonmikrosomal akan menghidrolisis obat yang mengandung gugus ester. Di
hepar,lebih banyak terjadi reaksi hidrolisis dan terkonsentrasi, seperti
hidrolisis peptidin oleh suatu enzim. Esterase non mikrosomal terdapat
dalam darah dan beberapa jaringan
c) Reaksi koyugasi
Reaksi

ini

menyempurnakan

penguraian

obat

yang

mengalami

metabolisme oksidatif atau reduktif. Reaksi ini tidak selalu menghasilkan


senyawa yang cukup hidrofil atau tidak aktif untuk diekskresikan dengan
segera. 3[3]
C. Efek metabolisme obat
Metabolisme obat mempunyai dua efek penting yaitu:
1. Obat menjadi lebih hidrofilik-hal ini mempercepat ekskresinya melalui
ginjal karena metabolit

yang kurang larut lemak tidak mudah

direabsorpsi dalam tubulus ginjal.


2. Metabolit umumnya kurang aktif daripada obat asalnya. Akan tetapi, tidak
selalu seperti itu, kadang-kadang metabolit sama aktifnya ( atau lebih aktif )
daripada obat asli. Sebagai contoh, diazepam (obat yang digunakan untuk
mngobati ansietas ) dimetbolisme menjadi nordiazepam dan oxazepam,
keduanya aktif. Prodrug bersifat inaktif sampai dimetabolisme dalam tubuh
dopamin, sementara obat menjadi obat aktif. Sebagai contoh, levodopa,
suatu obat antiparkinson, dimetabolisme menjadi hipotensif metildopa
dimetabolisme menjadi metil norepinefrin-
3

D. Faktor yang mempengaruhi metabolisme obat


1. Faktor intrinsik
Meliputi sifat yang dimiliki obat seperti sifat fisika-kimia obat, lipofilitas,
dosis, dan cara pemberian. Banyak obat, terutama yang lipofil dapat
menstimulir pembentukan dan aktivitas enzim-enzim hati. Sebaliknya
dikenal pula obat yang menghambat atau menginaktifkan enzim tersebut,
misalnya anti koagulansia, antidiabetika oral, sulfonamide, antidepresiva
trisiklis, metronidazol, allopurinol dan disulfiram
2. faktor fisiologi
Meliputi sifat-sifat yang dimiliki makhluk hidup seperti:

Perbedaan spesies dan galur


Dalam proses metabolisme obat, perubahan kimia yang terjadi pada
spesies dan galur kemungkinan sama atau sedikit berbeda, tetapi kadangkadang ada perbedaan yang cukup besar pada reaksi metabolismenya.
Pengamatan pengaruh perbedaan spesies dan galur terhadap metabolisme
obat sudah banyak dilakukan yaitu pada tipe reaksi metabolik atau
perbedaan kualitatif dan pada kecepatan metabolismenya atau perbedaan
kuantitatif (Siswandono dan Soekardjo,2000).

Faktor Genetik
Perbedaan individu pada proses metabolisme sejumlah obat kadangkadang terjadi dalam sistem kehidupan. Hal ini menunjukkan bahwa faktor
genetik atau keturunan berperan terhadap kecepatan metabolisme obat
(Siswandono dan Soekardjo,2000).

Perbedaan umur
Pada usia tua, metabolisme obat oleh hati mungkin menurun, tapi
biasanya yang lebih penting adalah menurunnya fungsi ginjal. Pada usia 65
tahun, laju filtrasi Glomerulus (LFG) menurun sampai 30% dan tiap 1 tahun
berikutnya menurun lagi 1-2% (sebagai akibat hilangnya sel dan penurunan
aliran darah ginjal). Oleh karena itu ,orang lanjut usia membutuhkan
beberapa obat dengan dosis lebih kecil daripada orang muda (Neal,2005).

Perbedaan Jenis Kelamin


Pada beberapa spesies binatang menunjukkan ada pengaruh jenis
kelamin terhadap kecepatan metabolisme obat. Pada manusia baru sedikit
yang diketahui tentang adanya pengaruh perbedaan jenis kelamin terhadap
metabolisme obat. Contoh: nikotin dan asetosal dimetabolisme secara
berbeda pada pria dan wanita.
3. Faktor Farmakologi.
Meliputi inhibisi enzim oleh inhibitor dan induksi enzim oleh induktor.
Kenaikan
(deaktivasi

aktivitas
obat).

memperpendek

enzim

menyebabkan

Akibatnya,

waktu

paro

kadar
obat.

lebih

dalam
Karena

cepatnya
plasma

itu

metabolisme

berkurang

intensitas

dan

dan
efek

farmakologinya berkurang dan sebaliknya.


4. faktor Patologi
Menyangkut jenis dan kondisi penyakit. Contohnya pada penderita
stroke, pemberian fenobarbital bersama dengan warfarin secara agonis akan
mengurangi efek anti koagulasinya (sehingga sumbatan pembuluh darah
dapat dibuka). Demikian pula simetidin (antagonis reseptor H 2) akan
menghambat aktivitas sitokrom P-450 dalam memetabolisme obat-obat lain.
5. Faktor makanan
Adanya konsumsi alkohol, rokok, dan protein. Makanan panggang
arang dan sayur mayur cruciferous diketahui menginduksi enzim CYP1A,
sedang jus buah anggur diketahui menghambat metabolisme oleh CYP3A
terhadap substrat obat yang diberikan secara bersamaan.
6. Faktor lingkungan
Adanya

insektisida

dan

logam-logam

berat.

Perokok

sigaret

memetabolisme beberapa obat lebih cepat daripada yang tidak merokok,


karena terjadi induksi enzim. Perbedaan yang demikian mempersulit
penentuan dosis yang efektif dan aman dari obat-obat yang mempunyai
indeks terapi sempit.4[4]
E. Efek toksit metabolime obat
4

Biotoksifikasi dapat terpulihkan, tetapi dapat juga tidak. Fotosentisisasi


dan reaksi alergi biasanya terpulihkan, tetapi reaksi kovalen antara suatu
metabolit

dengan

mutagenesis,

biomolekul

teratogenik.

dapat

Semua

ini

menjurus
harus

ke

bila

karsinogenesis,

mungkin

dengan

pengubahan struktur obat yang sesuai. Aries (1984) serta Mitchell dan
Horning (1984) membicarakan hal ini.
Ada dua jalur utama yang berbahaya karena menghasilkan zat yang
dapat menyebabkan kerusakan sel yang abadi. Yang pertama adalah
pembentukan senyawa oksida

anera dari hidrokarbon polisiklik, yang

merupakan penyebab dekarsinogen senyawa tersebut dan sangat dikenal


sebagai pencemar lingkungan yang berbahaya.
Reaksi benzo[a] pirena yang diperantai oleh sitokrom P-450. Senyawa
oksida arena yang terbentuk dapat terbuka bukan oleh enzim, melainkan
melalui hidrolisis atau oleh enzim penyapu epoksida hidrase, yang dianggap
sebagai

enzim

pelindung.

Senyawa

diol

yang

terbentuk

kemudian

mengalami epoksidasi setereospesifik yang kedua kalinya, menghasilkan


9,10-epoksida yang tras terhadap gugus 7-OH dan isomernya, keduanya
lebih mutagenik daripada hidro karbon asalnya.

Kedua epokdida tersebut

cukup mantap: epoksida yang trans mempunyai waktu paro 8 menit


kemudian segera berinteraksi dengan gugus 2-NH 2 pada guanina di ADH,
menyebabkan pecahnya untaian-tunggal.
Karsinogen generasi ketiga dapat juga dibrntuk dari senyawa aromatic
lain. Salah satu cara

untuk menghabat pembentukanya adalah dengan

memasukan substituent p-fluoro kedalam cincin senyawa obat.


Suatu kejadian yang sangat berbahaya baru-baru ini terungkap ketika
bitemukan bahwa para wanita muda, yang suaktu masih berupa janin dalam
rahim ibunya terkena dietilstilbestrol, yang mengalami itu ibunya dan
anaknya mengalami adenokarsinoma pada vaginanya.
Kerumitan lain pada metabolisme adalah beberapa obat yang mengimbas
enzim yang yang meningkatkan sintesis enzim mikrosoma hati, termasuk
oksigenase. Hal ini dapat meningkatkan toksisitas obat akibat peningkatan

pembentukan

metabolit,

atau

meningkatkan

aktivitas

obat

melalui

pembentukan zat urai yang aktif secara farmakologi.5[5]


F. Adanya hepatitis toksit akibat alergi obat
Hepatitis toksit adalah peradangan yang terjadi pada organ hati. Penyakit
ini terjadi karena organ hati terlalu banyak menerima paparan zat kimia
beracun yang ada pada obat-obatan atau jamur-jamur yang beracun.
Dalam beberapa kasus, hepatitis toksit biasa terjadi dalam hitungan jam
atau bahkan berbulan-bulan akibat penggunaan toksit tersebut yang terus
menerus. Gejala yang ditunjuknan adalah seperti mual-mual, warna kuning
pada kulit dan jika dilakukan tes laboratorium maka akan memperoleh hasil
SGOT dan SGPT yang tinggi.
Hepatitis yang terjadi karena mengkonsumsi obat yang mengandung zat
yang bias meracunu liver. Obat tersebut adalah obat kangker seperti
kemoterapi,

obat

paru-paru,

obat

kolesterol.

Tetapi

ini

tidak

hanya

bergantung pada metabolisme akan tetapi juga bergantung pada sesitifitas


tubuh setiap orang.
Namun bukan berati kita harus takut dengan obat kita hanya perlu
mengkonsumsinya sesuai aturan dan dimonitor dengan baik. Slain itu kita
perlu mengetahui sentifitas diri sendiri.6[6]

5
6

Anda mungkin juga menyukai