Piska Filsafat
Piska Filsafat
KAIDAH KEEMPAT
Disusun Oleh:
Nama
NIM
Dosen Pembimbing
PROGRAM STUDI
PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2015/2016
KAIDAH KEEMPAT
1 Prof. Dr. Zakiyah Darajat, Ilmu Fiqih (Jakarta: dana bakti wakaf, 1995),
hlm. 10.
2 Drs. H. Amir Abyan, MA dkk, Fiqih (Semarang: PT Karya Toha Putra, 1997),
hlm. 15.
4. Apa yang diizinkan karena udzur, hilang keizinan itu sebab hilangnya
udzur.
Contohnya : Tayamum tidak lagi diizinkan karena adanya air sebelum masuk
waktu shalat. Izin tidak hadirnya petugas karena sakit, akan batal karena
sembuhnya.
5. Kemadlorotan itu tidak boleh dihilangkan dengan kemadlorotan.
Sebab kalau boleh akan bertentangan dengan kaidah :
Kemadlorotan itu harus dihilangkan.
Contoh : Tidak boleh bagi seseorangan yang sedang kelaparan mengambil
makanan orang lain yang juga akan mati kelaparan apabila makanannya hilang.
Demikian juga tidak boleh dokter mengobati pasien yang memerlukan tambahan
darah dengan mengambil darah pasien lain, yang apabila diambil darahnya, akan
lebih parah.
6. Menolak kerusakan lebih diutamakan daripada menarik kemaslahatan, dan
apabila berlawanan antara mafsadah dan maslahah, didahulukan menolak
yang mafsadah.
hal ini sesuai dengan prinsip bahwa perhatian syara terhadap larangan lebih
besar daripada perhatian terhadap apa-apa yang diperintah.
Sabda Nabi SAW :
Apabila saya memerintah kapadamu sesuatu perintah, maka hendaklah kamu
laksanakan perintah itu sekuatmu, dan apabila saya melarang kepadamu dari
mengerjakan sesuatu, maka tinggalkanlah perbuatan itu.
Dan sesuai hadist ini, kemudian diizinkan meninggalkan sebagian kewajiban
karena kesulitan yang kecil, seperti diizinkannya shalat dengan duduk atau
berbuka tapi terhadap larangan, khususnya dosa besar tidak ada jalan untuk
mengizinkanya.
Apabila dalam suatu perkara terlihat adanya manfaat, namun disitu juga ada
kerusakan, maka haruslah didahulukan menghilangkan kerusakan karena
kerusakan
dapat
meluas
dan
menjalar
kemana-mana,
sehingga
akan
resiko
akibat
pembedahan
dipandang
lebih
ringan
daripada
keringanan
dalam
aqad
jual
beli,
yakni
dengan