Pengertian nyeri
IASP 1979 (International Association for the Study of Pain) nyeri adalah
suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan, yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan yang nyata atau yang berpotensi untuk
menimbulkan kerusakan jaringan , dari definisi tersebut diatas dapat
disimpulkan bahwa nyeri bersifat subyektif dimana individu mempelajari apa
itu nyeri, melalui pengalaman yang langsung berhubungan dengan luka
(injuri), yang dimulai dari awal masa kehidupannya.
Tamsuri
(2007)
Nyeri
didefinisikan
sebagai
suatu
keadaan
yang
didalam masa berwarna abu abu di medulla spinalis . Terdapat pesan nyeri dapat
berinterasi dengan sel sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyerisehingga tidak
mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke kortksserebra.Sekali stimulus
nyeri mencapai korteks serebral , maka otak
Tipe nyeri
Pada tahun 1986, the National Institutes of Health Consensus Conference on Pain
mengkategorisasikan nyeri menjadi tiga tipe yaitu Nyeri akut merupakan hasil dari
injuri akut, penyakit atau pembedahan, Nyeri kronik non keganasan dihubungkan
dengan kerusakan jaringan yang dalam masa penyembuhan atau tidak progresif dan
Nyeri kronik keganasan adalah nyeri yang dihubungkan dengan kanker atau proses
penyakit lain yang progresif
Respon Terhadap Nyeri
Respon terhadap nyeri meliputi respon fisiologis dan respon perilaku. Untuk nyeri
akut repon fisiologisnya adalah adanya peningkatan tekanan darah (awal),
peningkatan denyut nadi, peningkatan pernapasan, dilatasi pupil, dan keringat dingin,
respon perilakunya adalah gelisah, ketidakmampuan berkonsentrasi, ketakutan dan
disstress. Sedangkan pada nyeri kronis respon fisiologisnya adalah tekanan darah
normal, denyut nadi normal, respirasi normal, pupil normal, kulit kering, dan respon
perilakunya berupa imobilisasi atau ketidak aktifan fisik, menarik diri, dan putus asa,
karena tidak ditemukan gejala dan tanda yang mencolok dari nyeri kronis ini maka
tugas tim kesehatan, perawat khususnya menjadi tidak mudah untuk dapat
mengidentifikasinya.
Respon fisiologi
Respon nyeri tertentu akan mengalurkan
impuls keseluruh jaras nyeri menuju
otak .proses ini tidak memperhitungkan
aspek fisiologi persepsi dan respon nyeri .
Pola
Stimulus
yang
mengenai
nosiseptor
nyeri
menjadai
efektif
oleh
oleh adanya
: ( 1 ) impuls menuju
Karakteristik Nyeri
Karakteristik paling subyektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau intensitas
nyeri tersebut. Klien sering kali diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai yang
ringan, sedang atau parah. Namun, makna istilah-istilah ini berbeda bagi perawat dan
klien. Dari waktu ke waktu informasi jenis ini juga sulit untuk dipastikan.
a.
Lokasi
Pengkajian lokasi nyeri mencakup 2 dimensi :
Nyeri superfisial biasanya dapat secara akurat ditunjukkan oleh klien; sedangkan
nyeriyang timbul dari bagian dalam (viscera) lebih dirasakan secara umum.
Nyeri dapat pula dijelaskan menjadi empat kategori, yang berhubungan
dengan lokasi :
Nyeri Radiasi :
dilokalisir
Reffered Pain (Nyeri alih) : nyeri dipersepsikan pada area yang jauh dari area
rangsang nyeri
b.
Intensitas
Beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri : Distraksi atau konsentrasi dari klien
pada suat kejadian Status kesadaran klien Nyeri dapat berupa : ringan, sedang, berat
atau tak tertahankan. Perubahan dari intensitas nyeri dapat menandakan adanya
perubahan kondisi patologis dari klien.
c. Waktu dan Lama (Time & Duration)
Perawat perlu mengetahui/mencatat kapan nyeri mulai timbul; berapa lama;
bagaimana timbulnya dan juga interval tanpa nyeri dan kapan nyeri terakhir
timbul.
d.
Kualitas
Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas dari nyeri. Anjurkan
pasien menggunakan bahasa yang dia ketahui: nyeri kepala mungkin dikatakan
ada yang membentur kepalanya, nyeri abdominal dikatakan seperti teriris
pisau.
e.
f.
Faktor Presipitasi
Beberapa faktor presipitasi yang akan meningkatkan nyeri : lingkungan, suhu
ekstrim, kegiatan yang tiba-tiba, stressor fisik dan emosi.
Penyebab Nyeri
1. Trauma
a.
Mekanik
Rasa nyeri timbul akibat ujung-ujung saraf bebas mengalami
kerusakan,
misalnya akibat benturan, gesekan, luka dan lain-lain.
b.
Thermis
Nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan
akibat panas,
dingin, misal karena api dan air.
c.
Khemis
Timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam atau
basa kuat
d.
Elektrik
Timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor
rasa nyeri
yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar.
2.
Neoplasma
a.
Jinak
b.
Ganas
3. Peradangan
Nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya
peradangan atau terjepit oleh pembengkakan. Misalnya : abses
4.
Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh
individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan
kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua
orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan
pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik
tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga tidak
dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).
Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut
Keterangan :
0:
Tidak nyeri
1-3 :
4-6:
7-9 :
Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah
tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak
dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang
dan distraksi
10 :
Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul
1. Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji
respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah
patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam
nyeri yang dialami, karena mereka mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang
harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal
jika nyeri diperiksakan.
2. Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda secara signifikan
dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas
kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri).
3. Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap
nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat
yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak
mengeluh jika ada nyeri.
4. Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan
bagaimana mengatasinya.
5. Perhatian
Tingkat
seorang
klien
memfokuskan
perhatiannya
pada
nyeri
dapat
6. Ansietas
Menurut Tempat
a. Periferal Pain
1.
2.
3.
nyeri yang dirasakan pada area yang bukan merupakan sumber nyerinya.
b.
Central Pain
Terjadi karena perangsangan pada susunan saraf pusat, spinal cord, batang
otak dll
c.
Psychogenic Pain
Nyeri dirasakan tanpa penyebab organik, tetapi akibat dari trauma
psikologis.
d.
Phantom Pain
Phantom Pain merupakan perasaan pada bagian tubuh yang sudah tak ada
lagi, contohnya pada amputasi. Phantom pain timbul akibat dari stimulasi
dendrit yang berat dibandingkan dengan stimulasi reseptor biasanya. Oleh
karena itu, orang tersebut akan merasa nyeri pada area yang telah diangkat.
e.
Radiating Pain
Nyeri yang dirasakan pada sumbernya yang meluas ke jaringan sekitar.
2.
Menurut Sifat
a.
b.
Steady :
c.
Contoh
pada
arthritis,
pemberian
analgetik
narkotik
merupakan
4.
a.
b.
c.
National
Institutes
of
Health
Concencus
Conference
of
Pain
Analgesik Narkotik
Opiat merupakan obat yang paling umum digunakan untuk mengatasi nyeri pada
klien, untuk nyeri sedang hingga nyeri yang sangat berat. Pengaruhnya sangat
bervariasi tergantung fisiologi klien itu sendiri. Klien yang sangat muda dan
sangat tua adalah yang sensitive terhadap pemberian analgesic ini dan hanya
memerlukan dosisi yang sangat rendah untuk meringankan nyeri (Long,1996).
Narkotik dapat menurunkan tekanan darah dan menimbilkan depresi pada fungsi
fungsi vital lainya, termasuk depresi respiratori, bradikardi dan mengantuk.
Sebagian dari reaksi ini menguntungkan contoh : hemoragi, sedikit penurunan
tekanan darah sangan dibutuhkan. Namun pada pasien hipotensi akan
menimbulkan syok akibat dosis yang berlebihan.
2.
Analgesik Lokal
Sistem analgesik yang dikontrol klien terdiri dari Infus yang diisi narkotik
menurut resep, dipasang dengan pengatur pada lubang injeksi intravena.
Pengandalian analgesik oleh klien adalah menekan sejumlah tombol agar masuk
sejumlah narkotik. Cara ini memerlukan alat khusus untuk mencegah masuknya
obat pada waktu yang belum ditentukan. Analgesik yang dikontrol klien ini
penggunaanya lebih sedikit dibandingkan dengan cara yang standar, yaitu secara
intramuscular. Penggunaan narkotik yang dikendalikan klien dipakai pada klien
dengan nyeri pasca bedah, nyeri kanker, krisis sel.
4.
arthritis
dan
gangguan
musculoskeletal
yang
lain,
nyeri
5 .Analgetik epidural.
Analgetik epidural merupakn suatu anastesi local dan terapi yang efektif untik
menangani nyeri pasca operasi akut. Nyeri persalinan dan nyeri melahirkan,dan
nyeri kronik,khususnya yang berhubungan dengan yang berhubungan dengan
kanker. Analgesia ini memungkinkan pengontrolan atau pengurangan nyeri yang
hebat dan efek sedatif dari narkotikparenteral atau oralyang lebih serius.
Kompres hangat
Dapat dilakukan dengan menempelkan kantong karet yang diisi air hangat atau
handuk yang telah direndam di dalam air hangat, ke bagian tubuh yang nyeri.
Kompres dingin
Yang digunakan adalah kantong berisi es batu (cold pack), bisa juga berupa
handuk yang dicelupkan ke dalam air dingin.
penurunan
metabolik,
membantu
mengontrol
perdarahan
dan
Intervensi
Secara umum intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri dibagi
menjadi 2 bagian
besar, yaitu :
1.
2.
Farmakologi Intervention
Relaksasi
otot rangka dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merelaksasikan
keteganggan otot
diajarkan bebrapa kali agar mencapai hasil optimal. Dengan relaksasi pasien dapat
mengubah persepsi terhadap nyeri.
Teknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan memberikan beberapa
keuntungan, antara lain :
1. Relaksasi akan menurunkan ansietas yang berhubungan dengan nyeri atau
stress
2. Menurunkan nyeri otot
3. Menolong individu untuk melupakan nyeri
4. Meningkatkan periode istirahat dan tidur
5. Meningkatkan keefektifan terapi nyeri lain
6. Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul akibat nyerI