PROGRAM
SANGGAR
BELAJAR DAN
BEASISWA BAGI
MURID TIDAK
MAMPU
ABSTRAK
Dalam Rangka Evaluasi Program
Sanggar Belajar Dan Beasiswa Bagi
Murid tidak Mampu September 2014Juni 2016.
PENYUSUN :
Perkumpulan Untuk Peningkatan
Usaha Kecil (P.U.P.U.K)
Ringkasan
Program
Sanggar
Belajar
dan
Beasiswa
Bagi
Murid
tidak
Mampu
diimplementasikan pada bulan September 2014 hingga Juni 2016. Program Sanggar
Belajar di laksanakan oleh para pemuda daerah semtempat dan diketahui oleh karang
taruna di desa masingymasing. Anak didik dari program sanggar belajar adalah para
siswa penerima beasiswa ang diberikan oleh PGN SAKA di seitiap tahunya.
Sedangkan untuk beasiswa yangdiberikan kepada murid tidak mampu, diseleksi
berdasarkan
kondisi
kesejaheraan
dan
perekonomian
dari
siswa
ang
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Desa Pangkahwetan, Desa Pangkahkulon, Desa Ngemboh dan Desa banyuurip
merupakan 4 desa yang ada di Kecamatan Ujungpangkah, Kabupaten Gresik dan
menjadi sasaran program Sanggar Belajar dan Beasiswa Tidak Mampu. Masyarakat
yang t6inggal dikeempat desa ini memiliki kondisi sosiodemografi yang beragam.
Salah satunya adalah jenis pekerjaan yang dipilih oleh mayoritas penduduk di empat
desa tersebut adalah pertanian, perdagangan dan industri. Adapun datanya sebagai
berikut: 1) Desa Pangkahwetan: 2.440 orang di bidang pertanian, 834 orang di bidang
perdagangan, 366orang di bidang industri. 2) Desa Pangkahkulon: 2.161 orang di
bidang pertanian, 484 orang di bidang perdagangan, 226 orang di bidang industri. 3)
Desa Banyuurip, 1.653 orang di bidang pertanian, 394 orang di bidang perdagangan,
127 orang di bidang industri. 4) Desa Ngemboh: 911 orang di bidang pertanian, 204
orang di bidang perdagangan, 75 orang di bidang industri.
Dari hubungan beberapa aspek ketersediaan SDM dan SDA tersebut, berdasarkan
data BPS 2015 dapat diketahui jumlah keluarga tahapan sejahtera, sebagai berikut:
Nama Desa
Jumlah
Prasejahtera S I
Pangkahweta
KK
2.479
133
909
n
Pangkahkulon
Banyuurip
Ngemboh
2.117
1.708
786
143
250
170
764
253
133
S II
S III
1161
269
Plus
7
811
183
159
389
845
249
10
177
75
III
Sasaran Kelompok
Sasaran kelompok dari Program Sanggar Belajar adalah pemudaypemudi di Desa
Pangkahwetan, Desa Pangkahkulon, Desa Banyuurip dan Desa Ngemboh.Sedangkan
Program Beasiswa Bagi Murid idak Mampu menyasar siswa/I ang berasal dari keluarga pra
sejahera di Desa Pangkahwetan, Desa Pangkahkulon, Desa Banyuurip dan Desa Ngemboh.
METODE
Lokasi Penelitian
Lokasi Peneliian dari Evaluasi Sanggar Belajar dan Beasiswa Bagi Murid tidak Mampu
adalah di Desa Pangkahwetan, Desa Pangkahkulon, Desa Banyuurip dan Desa Ngemboh
yang terletak di Kecamatan Ujung Pangkah, Kabupaen Gresik.
HASIL
Sosiodemograf
Um ur
20-30
21%
30-40
>40
13%
67%
P
rogram Sanggar belajar dan Beasiswa untuk murid tidak mampu di laksanakan di 4
desa yang terdapat di kecamatan Ujung Pangkah, meliputi Desa Pangkahkulon, Desa
Pangkahwetan, Desa Banyuurip dan Desa Ngemboh.
Berdasarkan diagram diatas, dari populasi wali murid penerima beasiswa
belajar SAKA yang berjumlah 63 responden, mayoritas responden berumur 30 40
tahun (67%) sedangkan sisanya adalah responden dengan rentang umur lebih dari 40
tahun (20%) dan antara 20 30 tahun sebesar13%.
Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Perempuan
Laki - Laki
0
10
20
30
40
50
60
Status Perkawinan
14%
2%
6%
78%
Kawin
Cerai Hidup
Cerai Mati
Belum Kawin
Dilihat dari status perkawinan, mayoritas orang tua siswa berstatus kawin
dengan prosentase sebesar 78%, selanjutnya disusul dengan cerai mati sebesar 14%
kemudian cerai hidup sebesar 6% dan sisanya sebesar 2% wali murid berstatus belum
kawin.
Pendidikan Suami
Pendidikan Istri
Pendidikan Istri
Pendidikan Suami
Dalam diagram pendidikan wali murid, baik tingkat pendidikan istri maupun
suami mayoritas merupakan lulusan sekolah dasar dengan prosentase 38,1% untuk
pendidikan istri dan 39,7% untuk pendidikan suami. Untuk prosentase terbesar
tingkat pendidikan istri selanjutnya adalah tingkat SMA sebesar 28,6%, lalu disusul
lulusan SMP dengan prosentase 23,8%, Sarjana sebesar 4,8% dan tidak sekolah
sebesar 1,6%. Untuk tingkat pendidikan suami, prosentase terbesar kedua adalah
lulusan SMP dengan prosentase 23,8%, selanjutnya lulusan SMA sebesar 19%,
lulusan Sarjana sebesar 3,2% kemudian Pascasarjana sebesar 1,6% dan sisanya tidak
tahu sebesar 12,7%.
Pekerjaan Istri
Pekerjaan Suami
Tanggungan
6 < Orang; 3%
5 Orang; 2% 6 Orang; 3%
4 Orang; 17%
1 - 2 Orang; 44%
3 Orang; 30%
Penghasilan Suami
Penghasilan Istri
Penghasilan Istri
Penghasilan Suami
Dari diagram diatas, status tempat tinggal mayoritas keluarga penerima beasiswa
belajar adalah tinggal di rumah milik sendiri dengan prosentase 56%, selanjutnya
sebesar 41% tinggal dirumah milik orang tua dan sisanya sebesar 3% tinggal di kos
atau mengontrak.
0%
10%
20%
30%
40%
Punya
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Tidak Punya
Diagram diatas merupakan gambaran aset atau harta benda yang dimiliki oleh
63 responden yang merupakan populasi penerima beasiswa belajar. Dari diagram
kepemilikan aset diatas dapat digambarkan bahwa penerima beasiswa didominasi
oleh rumah tangga menengah kebawah.
Bantuan Kartu Indonesia Pintar/Program Keluarga Harapan (KIP/PKH) dan Program Beras Miskin (Raskin)
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
KIP/PKH
Raskin
Ya Tidak
Jarang
Selalu
Kadang-kadang
Sering
11%
10%
16%
63%
Diagram diatas menunjukkan bahwa dalam dua tahun terakhir mayoritas wali murid
penerima beasiswa belajar tidak pernah berhutang untuk keperluan biaya sekolah
anaknya (63%), selanjutnya sebanyak 16% wali murid pernah namun dengan
frekuensi yang jarang, 11% kadang-kadang dan 10% wali murid sering berhutang
untuk keperluan biaya sekola anaknya.
Kegiatan Sosial; 1%
Hutang; 6%
Lain-lain; 4%
Pulsa Hp; 4%
2%
Kesehatan;
Transportasi;
Air; 0%6%
Listrik; 3%
Biaya Pendidikan; 16%
Pulsa Handphone
Kegiatan Sosial
Hutang
Hiburan dan
Lainnya
Pengeluaran untuk pembelian pulsa handphone, mayoritas koresponden
mengeluarkan pengeluaran sebesar Rp. 23.000-Rp. 50.000. Sedangkan untuk
alokasi pengeluaran kegiatan sosial, sebagian besar masyarakat tidak
menyisihkan alokasi dana khusus dalam aspek ini. Hiburan tidak menjadi
kebutuhan bagi para koresponden. Sedangkan alokasi pengeluaran untuk
kebutuhan insidentil lainnya, mayoritas koresponden mngalokasikan Rp.
4.000 Rp. 10.000.
Corrected
Item
Correlation
0,633
0,138
0,388
0,076
0,505
0,083
0,339
0,623
0,632
0,674
Q1
Q2
Q4
Q9
Q10
Q27
Q28
Q31
Q32
Q61
0,64
Dari tabel diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bawa sebagian besar nilai r
hitung lebi besar daripada r tabel dan bernilai positif, sehingga butir pertanyaan
tersebut dinyatakan valid. Selanjutnya untuk uji reliabilitas dapat dikatakan reliabel
apabila memiliki nilai Croanbac Alpha > 0,60. Sehingga dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa instrumen yang digunakan telah reliabel.
Tabel Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen (Skala Guttman)
Validitas
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Koefisien
Koefisien
Realibilitas
KuderyRichardson
Butir
Potensi
Eror
Reprodusibiltas
Skalabilitas
21
41
Eror
2583
388
0,85
0,70
0,95
Banyak
Jarang
Tidak Ada
Efektifitas
Efektifitas sanggar belajar sangat erat kaitannya dengan keberhasilan sanggar
belajar dan program beasiswa dalam mencapai tujuannya. Maka dari itu perlu adanya
evaluasi mengenai seberapa efektif dan sejauh manakah program-program yang telah
dijalankan mampu teraplikasikan secara baik.
Saudara
Guru Les
Belajar kelompok
Belajar Sendiri
Lainnya
8%
2%5%
3%
19%
63%
Kesadaran mengenai pendidkan untuk warga yang ada di 4 desa cukuplah tinggi.
Berdasarkan
paparan
data
diatas
menunjukkan
bahwa
keluarga
yang
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
0
10
20
30
40
50
60
70
Sedangkan untuk anak yang putus sekolah <10%. Faktor-faktor penyebabnya natara
lain: Biaya sekolah yang tidak terjangkau, anak tidak mau sekolah maupun tidak ada
yang mengantar,
Sehingga berdasarkan kedua papatan data diatas, keberadaan sanggar belajar dan
pemberian bantuan untuk siswa kurang mampu sangatlah membantu masyarakat,
terutama kelompok masyarakat menengah kebawah.
Sustainability
Kepuasan Pelayanan Sanggar Belajar
Puas
idak Puas
Sudah mampu
Tidak mampu
Analisis SWOT
Kelebihan Sanggar Belajar
No
1.
Aspek
Kapabilitas Kakak Sanggar
dalam
Kelebihan
Mengembangkan
Sanggar Belajar.
Kakak
sanggar
sudah
berpengalaman
dalam
berorganisasi kemasyarakatan
2.
3.
Kemampuan
Memecahkan
Masalah
memecahkan
Kerjasasama
Sanggar Belajar.
Kerjasama dengan Instansi dan dinas
dengan
dalam
Internal
masalah
Belajar.
Koordinasi dengan musyawarah dalam
pengambilan kebijakan sanggar belajar
5.
Metode Pembelajaran
inovatif,
menyenangkan
dan
Aspek
Modul
Kekurangan
Tidak ada modul yang terintegrasi dan indikator
pembelajaran yang sama untuk keyempat sanggar
2.
Jarak
3.
Ketrampilan Mengajar
sanggar.
Kurangnya kerampilan mengajar unuk
kakak sanggar yang tidak memiliki laar
belakang pendidikan keguruan.
Aspek
Kesadaran Pendidikan
2.
Jumlah
Peluang
Meningkatna
kesadaran
mengenai
pentingnya
pendidikan.
bimbingan
belajar
milik masyarakat
Minimnya
jumlah
bimbingan
belajar
yang ada.
Aspek
Konsistensi
kehadiran
Peluang
Tingkat kehadiran pesera didik kurang konsisten
peserta didik
SWOT Analysis
6.0
4.0
2.0
Probability/Relevance
-6.0
-4.0
-2.0
0.0
0.0
2.0
4.0
6.0
-2.0
-4.0
-6.0
Scale
Dampak
Dampak kepada anak didik
Peningkatan dalam Attitude / perilaku terjadi secara signifikan untuk anak didik di
Sanggar Belajar. Indikator sebagai berikut:
DAFTAR ISI
Moleong, Lexy. J, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. RemajaRosdakarya, 2014,
Bandung
Miles, Matthew B. &Huberman, A.M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan
oleh Tjetjep Roehendiohidi. 1992. Jakarta: Universitas Indonesia Press.