Anda di halaman 1dari 28

EVALUASI

PROGRAM
SANGGAR
BELAJAR DAN
BEASISWA BAGI
MURID TIDAK
MAMPU

ABSTRAK
Dalam Rangka Evaluasi Program
Sanggar Belajar Dan Beasiswa Bagi
Murid tidak Mampu September 2014Juni 2016.

PENYUSUN :
Perkumpulan Untuk Peningkatan
Usaha Kecil (P.U.P.U.K)

Ringkasan
Program

Sanggar

Belajar

dan

Beasiswa

Bagi

Murid

tidak

Mampu

diimplementasikan pada bulan September 2014 hingga Juni 2016. Program Sanggar
Belajar di laksanakan oleh para pemuda daerah semtempat dan diketahui oleh karang
taruna di desa masingymasing. Anak didik dari program sanggar belajar adalah para
siswa penerima beasiswa ang diberikan oleh PGN SAKA di seitiap tahunya.
Sedangkan untuk beasiswa yangdiberikan kepada murid tidak mampu, diseleksi
berdasarkan

kondisi

kesejaheraan

dan

perekonomian

dari

siswa

ang

bersangkutan.Program yang dilaksanakan sebagai berikut:

Pemberian beasiswa kepada 64 orang yang berasal dari 4 desa.

Sosialisasi program Sanggar di 4 desa.

Pengadaan peralatan peraga belajar mengajar dan renovasi ruang belajar.

Pengadaan operasional belajar mengajar.

Pengadaan transportasi kakak asuh.

Pelatihan Manajemen Sanggar.

Pemberian beasiswa TK.

Selama masa pengimplementasian program, maka perlu dianalisis dari aspek


Sosiodemografi, efetivitas, Validitas dan Reliabilitas, Dampak, Keberlanjutan/
Sustainability, Relevansi Input dan Outcome, Analisis SWOT. Hasil penelitian
menunjukan bahwa keberadaan Program Sanggar Belajar dan Pemberian Beasiswa
untuk Murid Tidak Mampu memberikan kebermanfaatan bagi masyarakat dan
keberlanjutan program untukkedepannya. Program ini memiliki relevansi antara input
dan outcome, efektifitas dalam pengimplementasian dan menjawab kebutuhan
masyarakat. Strategi dari Sanggar Belajar menujukan posisi di Kuadran 1, yaitu
memiliki strategi dengan mengoptimalkan Kelebihan dan Peluang yang ada. Jumla
bimbingan belajar yang terbatas, kesibukan orang tua maupun kondisi orang tua /wali
murid menyebabkan Sanggar Belajar menjadi program yang membantu masyarakat.
Evaluasi Sanggar Belajar dan Beasiswa Tidak Mampu

Disisi lain masih diperlukan beberapa pembenahan untuk keberlangsungan program


sanggar belajar, seperti halnya peningkatan kapasitas belajar dan pembelajaran bagi
kakak sanggar dan pemberian modul bagi pelaksanaan Sanggar Belajar.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Desa Pangkahwetan, Desa Pangkahkulon, Desa Ngemboh dan Desa banyuurip
merupakan 4 desa yang ada di Kecamatan Ujungpangkah, Kabupaten Gresik dan
menjadi sasaran program Sanggar Belajar dan Beasiswa Tidak Mampu. Masyarakat
yang t6inggal dikeempat desa ini memiliki kondisi sosiodemografi yang beragam.
Salah satunya adalah jenis pekerjaan yang dipilih oleh mayoritas penduduk di empat
desa tersebut adalah pertanian, perdagangan dan industri. Adapun datanya sebagai
berikut: 1) Desa Pangkahwetan: 2.440 orang di bidang pertanian, 834 orang di bidang
perdagangan, 366orang di bidang industri. 2) Desa Pangkahkulon: 2.161 orang di
bidang pertanian, 484 orang di bidang perdagangan, 226 orang di bidang industri. 3)
Desa Banyuurip, 1.653 orang di bidang pertanian, 394 orang di bidang perdagangan,
127 orang di bidang industri. 4) Desa Ngemboh: 911 orang di bidang pertanian, 204
orang di bidang perdagangan, 75 orang di bidang industri.
Dari hubungan beberapa aspek ketersediaan SDM dan SDA tersebut, berdasarkan
data BPS 2015 dapat diketahui jumlah keluarga tahapan sejahtera, sebagai berikut:
Nama Desa

Jumlah

Prasejahtera S I

Pangkahweta

KK
2.479

133

909

n
Pangkahkulon
Banyuurip
Ngemboh

2.117
1.708
786

143
250
170

764
253
133

S II

S III

1161

269

Plus
7

811
183
159

389
845
249

10
177
75

III

Evaluasi Sanggar Belajar dan Beasiswa Tidak Mampu

Berdasarkan kondisi dari Desa Pangkahwetan, Desa Pangkahkulon, Desa Banyuurip


dan Desa Ngemboh menggambarkan bahwa mayoritas pendudk di keempat desa
berada pada kondisi Pra Sejahtera dan Sejahtera I. Program sanggar belajar dan
pemberian beasiwa untuk anak tidak mampu merupakan strategi untuk meningkatkan
pendidikan bagi warga desa tersebut dalm kondisi pra sejahtera maupunsejahtera
1.Pelaksanaan program tersebut sudah berjalan sejak September 2014 hingga Juni
2016. Selama masa pengimplementasian program, maka perlu dianalisis dari aspek
Sosiodemografi, efetivitas, Validitas dan Reliabilitas, Dampak, Keberlanjutan/
Sustainability, Relevansi Input dan Outcome, Analisis SWOT

Sasaran Kelompok
Sasaran kelompok dari Program Sanggar Belajar adalah pemudaypemudi di Desa
Pangkahwetan, Desa Pangkahkulon, Desa Banyuurip dan Desa Ngemboh.Sedangkan
Program Beasiswa Bagi Murid idak Mampu menyasar siswa/I ang berasal dari keluarga pra
sejahera di Desa Pangkahwetan, Desa Pangkahkulon, Desa Banyuurip dan Desa Ngemboh.

METODE
Lokasi Penelitian
Lokasi Peneliian dari Evaluasi Sanggar Belajar dan Beasiswa Bagi Murid tidak Mampu
adalah di Desa Pangkahwetan, Desa Pangkahkulon, Desa Banyuurip dan Desa Ngemboh
yang terletak di Kecamatan Ujung Pangkah, Kabupaen Gresik.

Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data


Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data yang digunakan dalam evaluasi program ini adalahdengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2014) metode peneltian
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata
tertulis atau lisan dari orangyorang dan prilaku yang dapat diamati. Dalam penelitian
Evaluasi Sanggar Belajar dan Beasiswa Tidak Mampu

ini, digambarkan perilaku pencarian informasi berikut sumber dan saranaysarananya.


Pembahasan penelitian ini disajikan dalam bentuk uraian kataykata (deskripsi).
(2000), penelitian kualitatif dianggap tepat untuk mengkaji perilaku pencarian
informasi, karena:
1. Tujuan penelitiannya adalah mengungkapkan fakta kehidupan sehariyhari
informan,
2. Dengan mengungkapkan fakta yang ada, penulis dapat memahami kebutuhan
yang mendorong informan melakukan pencarian informasi,
3. Dengan menganali kebutuhan informasi informan, penulis dapat memahami
makna informasi untuk kehidupan informan,
4. Dengan pengetahuanypengetahuan diatas, penulis mampu memahami informan
sebaga pemakai informasi dengan lebih baik.
Analisa Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan
data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada
saat wawancara penulis sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang
diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum
memuaskan, maka penulis melanjutkan pertanyaannya lagi sampai tahap tertentu,
diperoleh data yang dianggap kredibel. Miles and Huberman (1992) mengemukakan
bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai jenuh. Analisis model ini terdiri atas tiga
komponen kegiatan sebagai berikut,
1. Reduksi data yaitu proses pemilihan / pengurangan, penyederhanaan,
merangkum, memilahymilah data, dan mentransformasikan data kasar yang
muncul dari catatan tertulis di lapangan.
2. Data display (penyajian data)
Display data yaitu langkah lanjut dari reduksi dengan menyusunnya secara rapi
dan sistematis atau disajikan dengan uraian narasi.
3. Verifikasi data yaitu penarikan kesimpulan secara sementara, kemudian
dilengkapi dengan data-data pendukung lainnya sehingga sempurnalah hasil
dari penelitian.
Evaluasi Sanggar Belajar dan Beasiswa Tidak Mampu

Teknik Pengambilan Sampel


Sampel diambil dengan menggunakan Purposive Sampling. Koresponden merupakan
orang tua/ wali murid dari anak didik yang mendapatkan beasiswa tidak mampu.

HASIL
Sosiodemograf
Um ur
20-30

21%

30-40

>40

13%

67%

P
rogram Sanggar belajar dan Beasiswa untuk murid tidak mampu di laksanakan di 4
desa yang terdapat di kecamatan Ujung Pangkah, meliputi Desa Pangkahkulon, Desa
Pangkahwetan, Desa Banyuurip dan Desa Ngemboh.
Berdasarkan diagram diatas, dari populasi wali murid penerima beasiswa
belajar SAKA yang berjumlah 63 responden, mayoritas responden berumur 30 40
tahun (67%) sedangkan sisanya adalah responden dengan rentang umur lebih dari 40
tahun (20%) dan antara 20 30 tahun sebesar13%.

Evaluasi Sanggar Belajar dan Beasiswa Tidak Mampu

Jenis Kelamin
Jenis Kelamin

Perempuan

Laki - Laki
0

10

20

30

40

50

60

Status Perkawinan

14%

2%

6%

78%

Kawin

Cerai Hidup

Cerai Mati

Belum Kawin

Distribusi responden berdasarkan karakteristik jenis kelamin yang paling


banyak adala kelompok perempuan yaitu sebanyak 54 orang (86,7%) dan sisanya
adalah responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 9 orang (13,3%)

Dilihat dari status perkawinan, mayoritas orang tua siswa berstatus kawin
dengan prosentase sebesar 78%, selanjutnya disusul dengan cerai mati sebesar 14%

Evaluasi Sanggar Belajar dan Beasiswa Tidak Mampu

kemudian cerai hidup sebesar 6% dan sisanya sebesar 2% wali murid berstatus belum
kawin.

Pendidikan Wali Murid


25
20
15
10
5

Pendidikan Suami
Pendidikan Istri

Pendidikan Istri

Pendidikan Suami

Dalam diagram pendidikan wali murid, baik tingkat pendidikan istri maupun
suami mayoritas merupakan lulusan sekolah dasar dengan prosentase 38,1% untuk
pendidikan istri dan 39,7% untuk pendidikan suami. Untuk prosentase terbesar
tingkat pendidikan istri selanjutnya adalah tingkat SMA sebesar 28,6%, lalu disusul
lulusan SMP dengan prosentase 23,8%, Sarjana sebesar 4,8% dan tidak sekolah
sebesar 1,6%. Untuk tingkat pendidikan suami, prosentase terbesar kedua adalah
lulusan SMP dengan prosentase 23,8%, selanjutnya lulusan SMA sebesar 19%,
lulusan Sarjana sebesar 3,2% kemudian Pascasarjana sebesar 1,6% dan sisanya tidak
tahu sebesar 12,7%.

Evaluasi Sanggar Belajar dan Beasiswa Tidak Mampu

Pekerjaan Orang Tua Wali Murid


45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

Pekerjaan Istri

Pekerjaan Suami

Berdasarkan diagram diatas, dari 63 populasi wali murid penerima beasiswa


belajar, jenis pekerjaan wali murid dibedakan menjadi pekerjaan istri dan pekerjaaan
suami. Untuk jenis pekerjaan istri mayoritas adalah sebagai Ibu Rumah Tangga (71,4
%), selanjutnya sebesar 12,6 % berprofesi sebagai wiraswasta, 7,9 % berprofesi
sebagai buruh tani maupun buruh tambak, sedangkan untuk profesi karyawan swasta,
petani / petambak dan yang belum bekerja masing -masing memiliki prosentase
sebesar 1,5 % dan sisanya 3,1 % tidak tahu. Untuk jenis pekerjaan suami mayoritas
adalah sebagai nelayan (28,6 %) dan buruh tani/tambak (25,6 %), selanjutnya di
urutan ketiga adalah profesi wiraswasta (11,1 %), karyawan swasta (9,5 %),
petani/petambak (6,3 %), PNS (1,6 %) dan sisanya sebesar 17,5 % tidak tahu.

Evaluasi Sanggar Belajar dan Beasiswa Tidak Mampu

Tanggungan

6 < Orang; 3%
5 Orang; 2% 6 Orang; 3%
4 Orang; 17%
1 - 2 Orang; 44%

3 Orang; 30%

Berdasarkan jumlah tanggungan mayoritas wali murid penerima beasiswa


belajar memiliki jumlah tanggungan 1 2 orang sebesar 44,4 %, jumlah tanggungan
3 orang sebesar 30,2 %, jumlah tanggungan 4 orang sebesar 17,5 %, jumlah
tanggungan 5 orang sebesar 1,6 %, 6 orang ssebesar 3,2 % dan lebih dari 6 orang
sebesar 3,2 %..

Evaluasi Sanggar Belajar dan Beasiswa Tidak Mampu

Tingkat Penghasilan Suami dan Istri


50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

Penghasilan Suami
Penghasilan Istri

Penghasilan Istri

Penghasilan Suami

Berdasarkan diagram di atas, distribusi tingkat penghasilan wali murid


penerima beasiswa belajar dibagi menjadi dua kelompok. Yang pertama adalah
penghasilan istri yang didominasi oleh tingkat penghasilan berkisar antara Rp 0
500.000 perbulan (74,6 %), antara Rp 500.000 - 1.500.000 sebesar 15,9%, sedangkan
untuk rentang pengasilan Rp 1.500.000 3.000.000 dan Rp 3.000.000 5.000.000
perbulan masing-masing sebesar 1,6 %. Sedangkan tingkat pengasilan suami
didominasi oleh tingkat penghasilan yang berkisar antara Rp 500.000 1.000.000
perbulan (41,3%) selanjutnya penghasilan Rp 0 500.000 diposisi kedua dengan
prosentase 12,7%, diposisi ketiga adalah tingkat penghasilan antara Rp 1.500.000
3.000.000 (7,9%) dan rentang penghasilan Rp 3.000.000 5.000.000 sebesar 1,6%.

Evaluasi Sanggar Belajar dan Beasiswa Tidak Mampu

Status Tempat Tinggal Responden


Kos/Kontrak; 3%

Miliki Orang Tua; 41%


Milik Sendiri; 56%

Dari diagram diatas, status tempat tinggal mayoritas keluarga penerima beasiswa
belajar adalah tinggal di rumah milik sendiri dengan prosentase 56%, selanjutnya
sebesar 41% tinggal dirumah milik orang tua dan sisanya sebesar 3% tinggal di kos
atau mengontrak.

Evaluasi Sanggar Belajar dan Beasiswa Tidak Mampu

Harta Benda yang Dimiliki

0%

10%

20%

30%

40%

Punya

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Tidak Punya

Diagram diatas merupakan gambaran aset atau harta benda yang dimiliki oleh
63 responden yang merupakan populasi penerima beasiswa belajar. Dari diagram
kepemilikan aset diatas dapat digambarkan bahwa penerima beasiswa didominasi
oleh rumah tangga menengah kebawah.

Evaluasi Sanggar Belajar dan Beasiswa Tidak Mampu

Bantuan Kartu Indonesia Pintar/Program Keluarga Harapan (KIP/PKH) dan Program Beras Miskin (Raskin)
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

KIP/PKH

Raskin
Ya Tidak

Berdasarkan diagram diatas, terdapat 38,1 % penerima beasiswa belajar yang


juga terkover oleh program Kartu Indonesia Pintar maupun Program Keluarga
Harapan yang diselenggarakan oleh pemerintah, sedangkan mayoritas sisanya sebesar
62,9 % persen belum terkover oleh program Kartu Indonesia Pintar maupun Program
Keluarga Harapan dari pemerintah. Sedangkan untuk program Raskin, mayoritas
penerima beasiswa belajar (79,4%) juga mendapatkan bantuan program bantuan
Beras Miskin dari pemerintah, sedangkan sisanya 20,6 % tidak mendapatkan.

Evaluasi Sanggar Belajar dan Beasiswa Tidak Mampu

Hutang Untuk Biaya Sekolah


Tidak Pernah

Jarang

Selalu

Kadang-kadang

Sering

11%
10%

16%

63%

Diagram diatas menunjukkan bahwa dalam dua tahun terakhir mayoritas wali murid
penerima beasiswa belajar tidak pernah berhutang untuk keperluan biaya sekolah
anaknya (63%), selanjutnya sebanyak 16% wali murid pernah namun dengan
frekuensi yang jarang, 11% kadang-kadang dan 10% wali murid sering berhutang
untuk keperluan biaya sekola anaknya.

Evaluasi Sanggar Belajar dan Beasiswa Tidak Mampu

Alokasi Pengeluaran Bulanan

Kegiatan Sosial; 1%

Hutang; 6%

Lain-lain; 4%

Pulsa Hp; 4%
2%
Kesehatan;
Transportasi;
Air; 0%6%
Listrik; 3%
Biaya Pendidikan; 16%

Keperluan makan; 60%

Diagram diatas merupakan distribusi alokasi pengeluaran wali murid


penerima beasiswa belajar. Pengeluaran terbesar masih didominasi oleh pengeluaran
untuk konsumsi makanan yang mencapai 59%, pengeluaran terbesar kedua adalah
untuk keperluan biaya pendidikan yang mencapai prosentase 16%, biaya transportasi
dan juga untuk membayar hutang memiliki besaran prosentase yang sama 6%,
selanjutnya untuk keperluan membayar listrik dan biaya kesehatan sebesar 3%, pulsa
HP sebesar 2%, kegiatan sosial 1%, biaya air dibawa satu persen dikarenakan
mayoritas responden mengambill langsung air tanah (sumur).

Diagram diatas menggambarkan distribusi besaran alokasi pengeluaran


responden untuk keperluan makan, biaya pendidikan, air, kesehatanm transportasi dan
listrik. Pada item keperluan makan, mayoritas pengeluaran responden berada pada
kisaran Rp 1.000.000 1.500.000, selanjutnya diurutan kedua berada di kisaran Rp
Evaluasi Sanggar Belajar dan Beasiswa Tidak Mampu

500.000 1.000.000. Keperluan makan merupakan komponen utama pengeluaran


mayoritas responden dengan prosentase sebesar 59%. Selanjutnya adalam item
pengeluaran untuk transportasi, item ini menyumbang 6% dari rata-rata pengeluaran
bulanan responden. Selanjutnya dari diagram diatas dapat terlihat bahwa pengeluaran
transportasi mayoritas responden setiap bulan ada pada kisaran Rp 50.000 100.000,
selanjutnya diurutan kedua berada pada kisaran antara Rp 100.000 200.000
perbulan. Untuk alokasi pengeluaran pada item kesehatan mayoritas responden hanya
mengeluarkan Rp 20.000 50.000 perbulan, bahkan responden yang sama sekali
tidak memiliki pengeluaran untuk kesehatan memiliki prosentase terbesar kedua.
Selanjutnya adalah pengeluaran untuk air, mayoritas responden sama sekali tidak
mengeluarkan biaya, hal ini karena mayoritas responden menggunakan sumur
pribadi. Selanjutnya adalah item pengeluaran untuk biaya pendidikan. Jika dirata-rata
pengeluaran untuk pendidikan merupakan pengeluaran terbesar kedua setelah
pengeluaran untuk keperluan makan, yakni mencapai 16% dari total pengeluaran
responden. Sedangkan untuk distribusinya, pengeluaran mayoritas responden adalah
dibawah Rp 50.000 dan pada rentang Rp 100.000 - 200.000 perbulan dan kemudian
terbanyak selanjutnya pada rentang Rp 50.000 100.000 perbulan. Kemudian
pengeluaran responden untuk item listrik mayoritas berada pada kisaran Rp 50.000
100.000 perbulan.

Evaluasi Sanggar Belajar dan Beasiswa Tidak Mampu

Menurut temuan data diatas dipaparkan bahwa komponen penegluaran


rumah tangga tambahan untuk masyarakat yang ada di keempat desa, yaitu: Desa
Pangkahkulon, Desa Pangkahwetan, Desa Ngemboh dan Desa Banyuurip meliputi
beberapa pengeluaran. Pengeluaran tersebuta adalah:
1.
2.
3.
4.
5.

Pulsa Handphone
Kegiatan Sosial
Hutang
Hiburan dan
Lainnya
Pengeluaran untuk pembelian pulsa handphone, mayoritas koresponden
mengeluarkan pengeluaran sebesar Rp. 23.000-Rp. 50.000. Sedangkan untuk
alokasi pengeluaran kegiatan sosial, sebagian besar masyarakat tidak
menyisihkan alokasi dana khusus dalam aspek ini. Hiburan tidak menjadi
kebutuhan bagi para koresponden. Sedangkan alokasi pengeluaran untuk
kebutuhan insidentil lainnya, mayoritas koresponden mngalokasikan Rp.
4.000 Rp. 10.000.

Evaluasi Sanggar Belajar dan Beasiswa Tidak Mampu

Tabel diatas menggambarkan menegnai komponen biaya pendidikan untuk 1 anaka


didalam keluarga. Biaya Pendaftaran yang dialokasikan oleh mayoritas koresponden
0-Rp. 25.000. SPP yang harus dibayarkan perbulannya mencapai 0-Rp. 25.000.
Sedangkan untuk biaya ujian, alokasi pendapatan dari setiap keluarga untuk satu anak
berkisar 0-Rp. 50.000 sedangkan untuk biaya buku berkisar Rp. 0-Rp.200.000. Uang
gedung yang harus dibayarkan oleh mayoritas koresponden adalah 0-Rp. 500.000,
dilain sisi biaya seragam mencapai Rp. 251.000-Rp. 350.000. Demikianlah paparan
data mengenai komponen pembiayaan pendidikan per anak dalam satu kelaurga.

Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen


Uji validitas dan reabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan bantuan
perangkat lunak SPSS dan Excel. Untuk istrumen dengan skala Linked dilakukan Uji
Validitas Product Momen dan Uji realibilitas Alpha Cronbachs, sedangkan untuk
istrumen data berskala Guttman dilakuakn uji validitas Skala Guttman dan Uji
Realibilitas KuderyRicardson 21.
Tabel Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen (Skala Linked)
Item

Corrected

Item

Total Croanbachs Alpha

Evaluasi Sanggar Belajar dan Beasiswa Tidak Mampu

Correlation
0,633
0,138
0,388
0,076
0,505
0,083
0,339
0,623
0,632
0,674

Q1
Q2
Q4
Q9
Q10
Q27
Q28
Q31
Q32
Q61

0,64

Dari tabel diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bawa sebagian besar nilai r
hitung lebi besar daripada r tabel dan bernilai positif, sehingga butir pertanyaan
tersebut dinyatakan valid. Selanjutnya untuk uji reliabilitas dapat dikatakan reliabel
apabila memiliki nilai Croanbac Alpha > 0,60. Sehingga dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa instrumen yang digunakan telah reliabel.
Tabel Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen (Skala Guttman)
Validitas
Jumlah

Jumlah

Jumlah

Koefisien

Koefisien

Realibilitas
KuderyRichardson

Butir

Potensi

Eror

Reprodusibiltas

Skalabilitas

21

41

Eror
2583

388

0,85

0,70

0,95

Dari tabel diatas, instrumen dengan menggunakan Skala Guttman dinyatakan


valid apabila nilai koefisien reprodusibilitas >0,80 dan koefisien skalabilitas memiliki
nilai >0,60. Output hasil uji validittas menunjukkan koefisien reprodusilbitas bernilai
0,85 dan koefisien skalabilitas bernilai 0,7 sehingga dapat dikatakan vslid.
Selanjutnya Uji Realibilitas instrumen dengan skala Guttman menggunakan Uji
Kuder Ricardson 21 menghasilkan nilai koefien realibilitas sebesar 0,73. Instrumen
dikatakan realible apabila hasil uji Kuder Ricardson memiliki nillai koefisien >0,7,
sehingga instrumen dengan Skala Guttman yang digunakan telah reliabel.

Evaluasi Sanggar Belajar dan Beasiswa Tidak Mampu

Relevansi Input dan Outcome


100 % dari koresponden mengatakan bahwa program sanggar belajar, seperti:
beasiswa, makan sehat dan pembelajaran sudah tepat sasaran.

Penerimaan Bantuan yang Tidak Tepat Sasaran

Banyak

Jarang

Tidak Ada

Distribusi banuanpun sesuai dengan kelompok sasaran dari program.

Efektifitas
Efektifitas sanggar belajar sangat erat kaitannya dengan keberhasilan sanggar
belajar dan program beasiswa dalam mencapai tujuannya. Maka dari itu perlu adanya
evaluasi mengenai seberapa efektif dan sejauh manakah program-program yang telah
dijalankan mampu teraplikasikan secara baik.

Evaluasi Sanggar Belajar dan Beasiswa Tidak Mampu

Partner Siswa Belajar di Rumah


Orang Tua

Saudara

Guru Les

Belajar kelompok

Belajar Sendiri

Lainnya

8%

2%5%

3%

19%
63%

Diagram diatas menunjukkan bahwa mayoritas orang tua mampu menjadi


partner belajar anaknya saat dirumah dengan prosentase sebesar 63%, selanjutnya
diposisi kedua dengan prosentase 19% partner belajar siswa dirumah adalah saudara
dan urutan selanjutnya grub belajar kelompok dengan prosentase 8%.

Kesadaran mengenai pendidkan untuk warga yang ada di 4 desa cukuplah tinggi.
Berdasarkan

paparan

data

diatas

menunjukkan

bahwa

keluarga

yang

Evaluasi Sanggar Belajar dan Beasiswa Tidak Mampu

Keluarga yang Tidak Sekolah


70
60
50
40
30
20
10
0

Ada

Tidak Ada

Biaya sekolah tidak terjangkau

Anak tidak memiliki kemauan sekolah

Tidak ada transportasi

Sekolah langsung jenjang SD/MI

Tidak Ada

idak menyekolahkan anaknya adalah <10%. Alasan untuktidak memberikan


pendidikan sekolah terhadap anaknya adalah kurang keamauan sang anak untuk
sekolah, tidak ada transportasi maupun tidak ada transportasi.

Keluarga yang Putus Sekolah Dasar


Tidak Ada

Ada
0

10

20

30

40

50

60

70

Biaya sekolah tidak terjangkau


Anaknya tidak mau sekolah
Tidak ada yang mengantar
Tidak Ada

Sedangkan untuk anak yang putus sekolah <10%. Faktor-faktor penyebabnya natara
lain: Biaya sekolah yang tidak terjangkau, anak tidak mau sekolah maupun tidak ada
yang mengantar,

Evaluasi Sanggar Belajar dan Beasiswa Tidak Mampu

Sehingga berdasarkan kedua papatan data diatas, keberadaan sanggar belajar dan
pemberian bantuan untuk siswa kurang mampu sangatlah membantu masyarakat,
terutama kelompok masyarakat menengah kebawah.

Sustainability
Kepuasan Pelayanan Sanggar Belajar

Kepuasan Pembelajaran dan Pelayanan Sanggar Belajar

Puas

idak Puas

Kepuasan pelayanan karena pembelajarannya berkualias dan kakak sanggarnayabaik


dan ramah.
Prospek Sanggar Belajar Di Ujungpangkah
Sanggar Belajar merupakan program yang dibutuhkan oleh masyarakat. Alasannya
adalah membantu anak didik dalam memahami mata pelajaran, meningkatkan minat
dan bakat anak didik dan agar anakyanak tidak bermain diluar saat jam luar sekolah.

Mampu Menarik Peserta Didik Di Luar Penerima Beasiswa

Sudah mampu

Tidak mampu

Pihak orang tua/wali murid memberikan rekomendasi pengembangan kurikulum dari


sanggar belajar sebagai berikut: Membantu mendukung kegiatan belajar disekolah,

Evaluasi Sanggar Belajar dan Beasiswa Tidak Mampu

Peningkatan perilaku, karakter, tanggung jawab dan kemandirian anak didik,


Peningkatan minat dan bakat anak didik, Pendidikan keagamaan atau ngaji.

Analisis SWOT
Kelebihan Sanggar Belajar
No
1.

Aspek
Kapabilitas Kakak Sanggar
dalam

Kelebihan

pendidikan sarjana atau sedang kuliah

Mengembangkan

Sanggar Belajar.

Kakak sanggar sudah banyak yang menempuh

Kakak

sanggar

sudah

berpengalaman

dalam

berorganisasi kemasyarakatan

2.

3.

Kemampuan

Memecahkan

Masalah

memecahkan

Kerjasasama

Sanggar Belajar.
Kerjasama dengan Instansi dan dinas

dengan

Instansi dan dinas lain.


4

Kakak Sanggar memiliki kemampuan


di

dalam

lain dalam mengembangkan Sanggar

Internal

masalah

Belajar.
Koordinasi dengan musyawarah dalam
pengambilan kebijakan sanggar belajar

5.

Metode Pembelajaran

unuk mencapai mufakat


Mampu
menerapkan
pembelajaran
yang

inovatif,

menyenangkan

dan

sesuai kebutuhan anak didik.

Kekurangan Sanggar Belajar


No
1.

Aspek
Modul

Kekurangan
Tidak ada modul yang terintegrasi dan indikator
pembelajaran yang sama untuk keyempat sanggar

2.

Jarak

Jarak antara rumah siswa dengan lokasi

3.

Ketrampilan Mengajar

sanggar.
Kurangnya kerampilan mengajar unuk
kakak sanggar yang tidak memiliki laar
belakang pendidikan keguruan.

Evaluasi Sanggar Belajar dan Beasiswa Tidak Mampu

Peluang Sanggar Belajar


No
1.

Aspek
Kesadaran Pendidikan

2.

Jumlah

Peluang
Meningkatna

kesadaran

mengenai

pentingnya

pendidikan.

bimbingan

belajar

milik masyarakat

Minimnya

jumlah

bimbingan

belajar

yang ada.

Ancaman Sanggar Belajar


No
1.

Aspek
Konsistensi

kehadiran

Peluang
Tingkat kehadiran pesera didik kurang konsisten

peserta didik

Evaluasi Sanggar Belajar dan Beasiswa Tidak Mampu

SWOT Analysis
6.0

4.0

2.0

Probability/Relevance
-6.0

-4.0

-2.0

0.0
0.0

2.0

4.0

6.0

-2.0

-4.0

-6.0
Scale

Berdasarkan analisis diatas menunjukkan bahwa implementasi dari program


sanggar belajar sudah tepat sasaran dan mengambil peran dalam meningkatkan mutu
pendidikan dan kualitas dari anak didik. Strategi yang digunakan adalah
mengkolaborasikan antara kelebihan dan peluang yang dimiliki oleh sanggar belajar.
Pengolahan data diatas menunjukkan bahwa posisi sanggar belajar bearada di
Kuadran 1, sehinggga menggunakan strategi SO (Strength-Opportunity), yang disebut
Comparative Advantage.

Dampak
Dampak kepada anak didik
Peningkatan dalam Attitude / perilaku terjadi secara signifikan untuk anak didik di
Sanggar Belajar. Indikator sebagai berikut:

Lebih giat belajar dan sekolah,


Suka berbagi dengan teman dan suka bergaul,
Evaluasi Sanggar Belajar dan Beasiswa Tidak Mampu

Anak lebih mandiri

Dampak Program kepada masyarakat


PGN SAKA merupakan sebuah perusahaan gas negara yang keberadaannya familiar
bagi sebagian besar masyarakat di Desa Pangkahkulon, Desa Pangkahwetan, Desa
Ngemboh dan Desa Banyuurip yang berlokasi di Kecamatan Ujungpangkah. Program
sanggar belajar menjadi program yang telah di disribusikan informasinya melalui:
Pertemuan PKK atau kegiatan formal di desa, Saat Arisan, jamah tahlil / istighosah,
pertemuan Fatayat dan Muslimat, Saat kumpul sesama wali murid di sekolah, Pada
saat ada pertemuan keluarga atau dengan tetangga disekitar rumah. 90.5% dari respon
masyarakat memberikan dukungan untuk program sanggar belajar.

DAFTAR ISI
Moleong, Lexy. J, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. RemajaRosdakarya, 2014,
Bandung
Miles, Matthew B. &Huberman, A.M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan
oleh Tjetjep Roehendiohidi. 1992. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Evaluasi Sanggar Belajar dan Beasiswa Tidak Mampu

Anda mungkin juga menyukai