Pengungkapan Dan Sarana Interpretif
Pengungkapan Dan Sarana Interpretif
A. Pengungkapan
Secara konseptual, pengungkapan merupakan bagian integral dari pelaporan
keuangan. Secara teknis, pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses
akuntansi yaitu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh statemen
keuangan. Evans (2003) mengartikan pengungkapan sebagai berikut:
Diclosure means supplying information in the financial statements, including the
statements themselves, the notes to the statements, and the supplementary
disclosures associated with the statements. It does not extend to public or private
statements
by
management
on
information
provided
outside the
financial
statements.
Secara
lebih
spesifik,
wolk,
tearney,
menginterpretasi
pengertian pengungkapan
hanya
1.
Siapa Dituju
Rerangka konseptual telah menetapkan bahwa investor dan merupakan pihak
yang dituju oleh pelaporan keuangan sehingga pengungkapan ditujukan terutama
untuk mereka. FASB misalnya menetapkan tingkat kecanggihan para investor dan
kreditor cukup tinggi sehingga pengungkapan yang diwajibkan dapat dikatakan lebih
sedikit dibanding yang dituntut oleh SEC karena SEC mempertimbangkan pula
kepentinganinvestor yang naf. SEC menuntut lebih banyak pengungkapan karena
pelaporan keuangan mempunyai aspek sosial dan public (public interest). Oleh
karena itu, pengungkapan menuntut lebih dari sekadar pelaporan keuangan tetapi
meliputi pula penyampaian informasi kualitatif atau non kuantitatif. Karena pihak
yang dituju lebih luas dan model pengambilan keputusannya kurang dapat
didentifikasi, pengungkapan cenderung untuk meluas dan jarang menjadi sempit
(spesifik).
2.
melindungi perlakuan manajemen yang kurang adil dan terbuka. Dengan tujuan ini,
tingkat atau volume pengungkapan akan menjadi tinggi.
Tujuan melindungi biasanya menjadi pertimbangan badan pengawas yang
mendapat autoritas untuk melakukan pengawasan terhadap pasar modal seperti
SEC atau Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Hal ini dapat dipahami
karena mereka bertindak demi kepentingan publik.
2). Tujuan Informatif
Tujuan informatif dilandasi oleh gagasan bahwa pemakai yang dituju sudah jelas
dengan tingkat kecanggihan tertentu. Dengan demikian, pengungkapan diarahkan
untuk menyediakan informasi yang dapat membantu keefektifan pengambilan
keputusan pemakai tersebut. Tujuan ini biasanya melandasi penyusunan standar
akuntansi untuk menentukan tingkat pengungkapan. Dalam kenyataannya, badan
pengawas seperti BAPEPAM bekerjasama dengan penyusun standar (profesi) untuk
menentuka
keluasan
pengungkapan.
Untuk
tujuan
pengawasan
3.
pihak mendapat perlakuan atau pelayanan informasional yang sama. Artinya, tidak
ada satu pihak pun yang kurang mendapat informasi sehingga mereka menjadi
pihak yang kurang diuntungkan posisinya. Dengan kata lain, tidak ada preferensi
dalam pengungkapan informasi. Tingkat penuh menuntut penyajian secara penuh
semua informasi yang berpaut dengan pengambilan keputusan yang diarah.
Tingkat pengungkapan yang tepat memang harus ditentukan karena terlalu
banyak informasi sama tidak menguntungkannya dengan terlalu sedikit informasi.
Oleh karena itu, diperlukan criteria atau pertimbangan untuk menentukan dan batas
atas dan batas bawah. Batas atas (kos>benefit) dan batas bawah (materialitas)
dalam karakteristik kualitatif informasi untuk pengakuan suatu pos dapat dijadikan
pertimbangan untuk menentukan banyaknya informasi. Dalam hal pengungkapan ,
batas atas (tingkat penuh) lebih banyak menimbulkan kontroversi dibandingkan
dengan batas bawah. Artinya bagi penentu kebijakan, menentukan seberapa luas
pengungkapan harus dilakukan lebihproblematik disbanding menentukan informasi
mana yang tiak perlu diungkapkan.
Kendala Pengungkapan
Berbagi hal menjadi pertimbangan penyusun standar atau badan pengawas
untuk menentukan seberapa banyak informasi harus diungkapkan. Salah satu hal
yang menentuka keluasan dan kerincan pengungkapan adalah tujuan pegungkapan.
Tujuan perlindungan atau protektif biasanya menuntut pengungkapan yang lebih
luas dan lebih rinci. Pengungkapan yang lebih luas biasanya terkendala oleh
keengganan perusahaan untuk menyediakan informasi.
Kos penyediaan informasi harus lebih rinci dari benefit informasi yang
disediakan. Kendala kriteria ini adalah kesulitan menentukan manfaat informasi
meskipun sampai tingkat tertentu kos dapat diukur dengan cukup teliti bahkan dalam
hal tertentu kos tersebut sangat tidak berarti (mendekati nol). Oleh karena itu, kriteria
ini akhirnya tidak pernah menjadi pertimbangan.
Bila kos penyediaan suatu informasi dapat diabaikan, persoalannya adalah
perlukah informasi tersebut diungkapkan. Dalam hal seperti ini, keberlebihan
informasi harus menjadi pertimbangan. Betapapun kos penyediaan informasi dapat
diabaikan dari segi administratif, infirmasi tertentu sangat berharga bagi perusahaan
dalam
kondisi
persaingan.
Pengungkapan
informasi
dapat
menempatkan
perusahaan pada posisi yang kurang menguntungkan disbanding pesaing dan hal
inilah yang menjadi kos pengungkapan bagi perusahaan sehingga perusahaan
4.
Regulasi Pengungkapan
Mempercayakan pengungkapan sepenuhnya kepada manajemen sama saja
dengan menyerahkan penyediaan informasi kepada pasar. Beberapa argumen
mendukung perlunya regulasi dalam penyediaan informasi. Alasan tersebut adalah:
1. Penyalahgunaan (abuse);
2. Eksternalitas (externalities)
3. Asimetri informasi (information asymmetry)
4. Keengganan Manajemen (management reluctance)
Semua regulasi diarahkan untuk mencegah adanya penyalahgunaan dan
kecurangan oleh para pelaku pasar modal terutama dalam masalah pengungkapan.
5.
1. Securities Exchange Act 1934 yang harus dipenuhi dengan mengisi Form 10K.Formulir ini berisi jenis-jenis informasi apa yang harus diungkapkan dalam laporan
tahunan dalam rangka pelaporan ke SEC. Untuk laporan kuartalan, perusahaan
harus menggunakan Form 10-Q.
2. Regulation S-X yang berisi ketentuan tentang format, isi, dan persyaratan statemen
keuangan. Peraturan ini juga merupakan aturan pelaksanaan Securities Act 1933
dalam rangka registrasi. Denga peraturan ini, perusahaan harus mengisi Form S-1.
3. Regulation
S-K yang
memuat
ketentuan
tentang
pengungkapan
statemen
nonfinansial. Ketentuan ini sifatnya sama seperti Regulation S-X yaitu aturan
pelaksanaan Securities Act 1933.
Berbagai Proposal
William mengusulkan suatu model pegungkapan yang disebut model pelaporan
alternatif lima lapis (a-five layers alternative repoting models) yaitu:
Lapis pertama: pos-pos yang memenuhi kriteria pengakuan yang sama dengan
model yang sekarang berlaku (models statement keuangan sebagai ciri sentral)
Lapis kedua: pos-pos yang memenuhi kriteria pengakuan tetapi bermasalah dalam
hal reliabilitas pengukuran seperti nilai merek dagang.
Lapis ketiga: pos-pos yang tidak begitu memenuhi kriteria reliabilitas dan definisi
seperti misalnya kepuan kesan konsumen.
Lapis keempat: pos-pos yang memenuhi kriteria pengukuran, keterandalan, dan
keberpautan tetapi tidak memenuhi definisi elemen seperti angka sensitifitas-risiko.
Lapis kelima: pos-pos yang tidak memenuhi definsi elemen dan juga tidak dapat
diukur secara terandalkan seperti kapital intelektual karyawan.
6.
Metode Pengungkapan
Metode pengungkapan berkaitan dengan masalah bagaimana secar teknis
informasi disajikan kepada pamakai dalam satu perangkat statemen keuangan
beserta informasi lain yang berpaut. Metode ini biasanya ditentukan secar spesifik
dalam standard akuntansi atau peraturan lain. Informasi dapat disajikan dalam
pelaporan keuangan sebagai antara lain pos statemen keuangan, catatan kaki
(catatan atas laporan keuangan), pengggunaan istilah teknis (terminologi),
penjelasan dalam kurung, lampiran, penjelasan auditor dalam laporan auditor, dan
komunikasi manajemen dalam bentuk surat atau pernyataan resmi.
B. SARANA INTERPRETIF
Pengungkapan dapat dikatakan sebagai saran interpretif untuk menambah
kebermanfaatan dan keterpautan informasi akuntansi yang disajikan melalui media
statemen keuangan. Dalam tataran praktis, tentu saja harus terdapat rerangka atau
struktur akuntansi pokok (basic accounting structure) atau pelaporan keuangan
pokok (financial reporting proper) yang membatasi pengungkapan sesuai denga
tujuan pelaporan keuangan. Tanpa rerangka pokok tersebut akan banyak hal yang
akan dituntu untuk diungkapkan, dilampirkan, atau dimasukkan dalam pelaporan
keuangan karena pada tataran teoritis banyak sarana interpretif yang mempunyai
potensi untuk bermanfaat atau berpaut dengan keputusan investor dan kreditor.
Pelaporan keuangan pokok adalah pelaporan yang langsung ditentukan oleh
standar
akuntansi
atas
dasar
pertimbangan
keterandalan
(realibility)
dan
costing),
departementalisasi
pendapatan
(revenue
imputation), dan
dengan
jelas
perubahan
ekonomik
penting
termasuk
rugi
(losses) dan untung (gains) yang belum terealisasi yang terjai akibat penurunan dan
kenaikan nilai faktor-faktor yang maish belum digunakan.
Argumen Penyanggah
Paton dan Littleton (1970) berpendapat bahwa adanya perubahan nilai tidak
berarti bahwa rerangkan akuntansi pokok berbasis kos tidak lagi bermanfaat
sehingga harus diganti. Tujuan utama akuntansi adalah pengukuran laba periodic
dengan menggunakan proses menandingkan kos dan pendapatan secara
sistematik. Penggantian jumlah rupiah tercatat (kos) faktor-faktor jasa dengan
taksiran nilai pasar yang berlaku sekarang tidak dapat didukung atas dasar
argumen-argumen berikut ini:
1. Keterandalan data;
2. Saling kompensasi antarperiode;
3. Fluktuasi nilai merupakan gejala umum;
4. Nilai pasar dan posisi keuangan.
Simpulan
Penekanan pada kos historis atau aktual sebagai dasar pencatatan tidak berarti
menolak sama sekali adanay kelayakan dan manfaat untuk mengadakan
reorganisasi modal (financial reorganization) dan untuk menyesuaikan kembali
asset, kewajiban, dan ekuitas bilamana hal ini memang jelas-jelas diperlukan
khususnya dalam kejadian yang bersifat istimewa. Revisi ini hendaknya dilakukan
dengan cara yang cukup bijaksana sehingga tidak berakibat merugikan pihak-pihak
yang berkepentingan.
2.
1. Perusahaan akn dibeli sehingga terjadi penggantian hak milik atau perubahan
entitas yang menghendaki pencatatan asset pada pada nilai perusahaan baru
berdiri (fresh start).
2. Kuarsi reorganisasi untuk penyerahan defisit.
3. Penggadaian asset yang menghendaki penialian untuk menentukan nilai gadai.
4. Peraturan pemerintah yang mengharuskan revaluasi.
5. Terjadinya musibah yang menghendaki penilaian untuk keperluan ganti rugi
asuransi.
6. Penilaian asset untuk keperluan penentuan nilai asuransi asset (insurance
coverage).
7. Penentuan nilai asset untuk keperluan penetapan pajak.
Alasan Pendukung Revisi
Alasan yang mendukung revisi kos asset tetap secara umum bersandarkan pada
alasan yang dikemukakan dalam akuntansi berbasis nilai. Berikut adalah beberapa
alasan yang sering digunakan untuk mendukung revisi yaitu:
1. Distorsi informasi ekonomik
2. Distorsi akumulasi dana penggantian
Argumen Penyanggah
Argumen memang dapat dimaklumi, akan tetapi tidak berarti bahwa revisi kos
menjadi akternatif pemecahan yang paling tepat. Dari segi akuntansi sendiri, kos
sekarang atau pengganti sebagai bagian rerangka akuntansi pokok mempunyai
beberapa kelemahan dan keterbatasan. Seperti argumen penyanggah revisi kos
secara umum, Paton dan Littleton member argumen untuk menolak revisi kos
historis fasilitas fisis.
1. Revisi terus menerus tidak praktis
Penilaian yang dilakukan terus menerus adalah pekerjaan yang mahal dan hanya
dapat diterima kalau manfaat yang diperoleh jelas-jelas menjustifikasi kos
pencatatan revisi.
2. Hasil penilaian tidak meyakinkan
Nilai pengganti fasilitas fisis yang kompleks akhirnya tidak lebih daripada
taksiran, dan taksiran tersebut dalam banyak hal tidak dapat diandalkan.
Pendekatan umum yang digunakan untuk menentukan nilai pengganti adalah
menghitung jumlah rupiah pembelian atau kos sekarang seandainya perusahaan
membeli fasilitas fisis yang sama. Hal ini dapat dilakukan kalau tedapat barang yang
sama dipasar umum. Pendekatan lain adalah menghitung jumlah rupiah proses
konstruksi hipotesis untuk jenis fasilitas yang sama fungsinya.
3. Depresiasi bukan akumulasi dana
Depresiasi harus didasarkan atas nilai pengganti untuk menjamin pengumpulan
dana yang cukup untuk mengganti fasilitas fisis pada saat umurnya habis juga
menimbulkan pertanyaan yang serius. Tujuan utama akuntansi depresiasi adalah
membebankan kos ke produksi dan ke pendapatan secara layak.
Simpulan
Akuntansi fasilitas fisis atau asset tetap berwujud atas dasar kos mempunyai
keunggulan dibandingkan dengan alternatif yang lain (misalnya akuntansi nilai
pengganti) bilaman ditinjau dari kebutuhan dan kondisi-kondisi perusahaan pada
umumnya. Bersamaan dengan itu, kalau keadaan tertentu memang mengharuskan
adanya revisi kos fasilitas fisis maka kos revision atau pengganti dapat diakui alam
buku besar secara terpisah dengan buku besar kos aktual sehingga data kos historis
tidak menjadi hilang atau tersembunyi. Statemen keuangan atas dasar kos
pengganti harus diperlakukan sebagai pelengkap terhadap statemen keuangan
berbasis kos aktual. Jadi kos historis harus tetap merupakan bagian dari rerangka
akuntansi pokok.
3.
4.
DAFTAR PUSTAKA
Suwardjono. 2005. TEORI AKUNTANSI Perekayasaan Pelaporan Keuangan Edisi Ketiga.