Menurut
Peraturan
Menteri
Tenaga
Kerja
dan
Transmigrasi
No.Per.13/Men/X/2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di
Tempat Kerja, menyebutkan bahwa NAB kebisingan adalah sebesar 85 dB dengan waktu
pemajanan selama 8 jam/hari. Sasaran dari peraturan ini adalah para pekerja yang pada
umumnya bekerja selama 8 jam/hari dan berlaku di tempat kerja. Apabila intensitas
kebisingannya melebihi NAB maka waktu pemajanannya diatur seperti pada tabel berikut
ini :
Tabel 1. NAB Kebisingan (Lampiran I.2. Permenakertrans ini)
Waktu pemajanan per hari
8
Jam
4
Jam
2
Jam
1
Jam
30
15
7,5
3,75
1,88
0,94
Menit
Menit
Menit
Menit
Menit
Menit
28,12
detik
115
14,06
Detik
118
7,03
Detik
121
3,52
Detik
124
1,76
Detik
127
0,88
Detik
130
0,44
Detik
133
0,22
Detik
136
0,11
Detik
139
Catatan : Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA, walaupun sesaat.
Sedangkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.48 Tahun 1996
tentang Baku Tingkat Kebisingan, menyebutkan adanya baku tingkat kebisingan yang
berbeda di setiap jenis tempat berdasarkan peruntukannya, antara lain dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 2. Baku Tingkat Kebisingan (Lampiran I Kepmenneg LH ini)
Peruntukan Kawasan/Lingkungan Kesehatan
Tingkat kebisingan dB (A)
a. Peruntukan Kawasan,
55
Perumahan dan Pemukiman
70
Perdagangan dan Jasa
65
Perkantoran dan Perdagangan
50
Ruang Terbuka Hijau
70
Industri
60
Hal serupa pun dilakukan oleh Menteri Kesehatan yang mengeluarkan Peraturan
Menteri Kesehatan No.718 tahun 1987 tentang kebisingan yang berhubungan dengan
kesehatan menyatakan pembagian wilayah dalam empat zona, sebagai berikut :
Zona A adalah zona untuk tempat penelitian, rumah sakit, tempat perawatan kesehatan
atau sosial. Tingkat kebisingannya berkisar 35 45 dB.
Zona B untuk perumahan, tempat pendidikan, dan rekreasi. Angka kebisingan 45 55 dB.
Zona C, antara lain perkantoran, pertokoan, perdagangan, pasar, dengan kebisingan sekitar
50 60 dB.
Zona D bagi lingkungan industri, pabrik, stasiun kereta api, dan terminal bus. Tingkat
kebisingan 60 70 dB.
Bisa juga menggunakan alat yang canggih dan mampu menyimpan data,
yaitu noise logging dosimeter. Namun alat ini menuntut keahlian khusus untuk
menggunakannya, termasuk untuk menentukan titik pengukurannya.
Dampak kebisingan
Kebisingan yang identik dengan bunyi yang mengganggu tersebut dapat
menimbulkan dampak yang negatif. Dampak kebisingan secara umum dapat dikategorikan
menjadi dua berdasarkan tinggi rendahnya intensitas kebisingan dan lamanya waktu
pemaparan, antara lain sebagai berikut :
a. Dampak kebisingan intensitas tinggi,
Umumnya menyebabkan terjadinya kerusakan pada indera pendengaran yang dapat
menyebabkan penurunan daya dengar baik yang bersifat sementara maupun bersifat
permanen atau ketulian.
Secara fisiologi, kebisingan dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan
kesehatan seperti : meningkatnya tekanan darah dan tekanan jantung, resiko serangan
jantung meningkat, dan gangguan pencernaan.
Reaksi emosional masyarakat, apabila kebisingan dari suatu proses produksi demikian
hebatnya sehingga masyarakat sekitarnya menuntut agar kegiatan tersebut dihentikan.
b. Dampak kebisingan intensitas rendah
Tingkat intensitas kebisingan rendah banyak ditemukan di lingkungan kerja seperti
perkantoran, ruang administrasi perusahaan, dan lain-lain. Kebisingan intensitas rendah
secara fisiologi tidak menyebabkan kerusakan pendengaran. Namun kehadirannya sering
dapat menyebabkan :
Penurunan performansi kerja, yang dapat menimbulkan kehilangan efisiensi dan
produktivitas kerja.
Sebagai salah satu penyebab stres dan gangguan kesehatan lainnya. Stres yang
disebabkan karena kebisingan dapat menyebabkan kelelahan dini, kegelisahan dan
depresi. Dapat pula menimbulkan keadaan cepat marah, sakit kepala, dan gangguan tidur.
Gangguan reaksi psikomotorik dan kehilangan konsentrasi.
Tinnitus yaitu bunyi denging di telinga yang sering muncul tiba-tiba. Meskipun denging
itu akan hilang dalam beberapa jam, namun bisa dijadikan sebagai indikator rusaknya
pendengaran.
Pengendalian kebisingan
Kebisingan terjadi karena ada sumber bising, media pengantar (berbentuk materi atau
udara), dan manusia yang terkena dampak. Pengendalian kebisingan dapat dilakukan
terhadap salah satu bagian di atas atau ketiga-tiganya. Tapi sebelum melakukan pengendalian
sebaiknya dilakukan dulu pengukuran.
Pengurangan kebisingan pada sumbernya dapat dilakukan dengan memodifikasi
mesin atau mereparasinya, dapat pula dengan menempatkan peredam pada sumber getaran.
Tetapi alternatif ini memerlukan penelitian intensif dan umumnya membutuhkan biaya yang
tinggi.
Ear Muff
Ear Plug
Kebisingan kelihatannya wajar bagi sebagian orang, namun dampaknya bisa luar
biasa jika dibiarkan. Dampak yang paling terlihat adalah terganggunya indera pendengaran
baik yang sementara maupun permanen/ketulian. Dampak yang lainnya yaitu adanya
gangguan kesehatan seperti meningkatnya tekanan darah, penyebab penyakit jantung,
gangguan pencernaan, stres, depresi, dll. Masalah sosial juga dapat terjadi, sebagai akibat
meningkatnya emosi masyarakat karena merasa terganggu kenyamanannya. Selain itu,
kebisingan juga dapat menurunkan kinerja pekerja akibat timbulnya kelelahan dini, hilangnya
konsentrasi dan gangguan komunikasi. Menurunnya kinerja pekerja berdampak pada
terganggunya perekonomian negara. Untuk menghindari permasalahan di atas perlu
dilakukan upaya pengendalian terhadap kebisingan yang terjadi disertai dengan komitmen
kuat dari semua pihak yang terkait untuk melaksanakannya. Semoga bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.13/Men/X/2011 tentang
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.48 Tahun 1996 tentang Baku
Tingkat Kebisingan.
Peraturan Menteri Kesehatan No.718 tahun 1987 tentang Kebisingan Yang
Berhubungan Dengan Kesehatan.
http://members.fortunecity.com/akuhajiry2k/bisingbisatimbulkantuli.htm
http://industri15hadi.blog.mercubuana.ac.id/2011/02/15/pengaruh-kebisingantemperatur-dan-pencahayaan-terhadap-performa-karyawan/
http://artikel-k3.blogspot.co.id/2015/11/occupational-noise-dampakkebisingan-terhadap-kesehatan-di-lingkungan-kerja.html