BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Otonomi Daerah
Pengertian atau Definisi Otonomi Daerah Otonomi Daerah adalah kewenangan
Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan (pasal 1 huruf (h) UU NOMOR 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah).
Daerah Otonom, selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (pasal 1 huruf (i) UU
NOMOR 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah).
Secara bahasa, otonom adalah berdiri sendiri atau dengan pemerintahan sendiri.
Sedangkan daerah adalah suatu wilayah atau lingkungan pemerintah. Dengan
demikian pengertian secara istilah otonomi daerah adalah wewenang/kekuasaan pada
suatu
wilayah/daerah
yang
mengatur
dan
mengelola
untuk
kepentingan
wilayah/daerah masyarakat itu sendiri. Pengertian yang lebih luas lagi adalah
wewenang/kekuasaan pada suatu wilayah/daerah yang mengatur dan mengelola untuk
kepentingan wilayah/daerah masyarakat itu sendiri mulai dari ekonomi, politik, dan
pengaturan perimbangan keuangan termasuk pengaturan sosial, budaya, dan ideologi
yang sesuai dengan tradisi adat istiadat daerah lingkungannya.
Pelaksanaan otonomi daerah dipengaruhi oleh faktor-faktor yang meliputi
kemampuan si pelaksana, kemampuan dalam keuangan, ketersediaan alat dan bahan,
dan kemampuan dalam berorganisasi. selain berlandaskan pada acuan hukum,
pelaksanaan otonomi daerah juga sebagai implementasi tuntutan globalisasi yang
harus diberdayakan dengan cara memberikan daerah kewenangan yang lebih luas,
lebih nyata dan bertanggung jawab, terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan
menggali sumber-sumber potensi yang ada di daerah masing-masing.
Otonomi daerah tidak mencakup bidang-bidang tertentu, seperti politik luar
negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter, fiskal, dan agama. Bidang-bidang
tersebut tetap menjadi urusan pemerintah pusat. Pelaksanaan otonomi daerah berdasar
pada prinsip demokrasi, keadilan, pemerataan, dan keanekaragaman.
2.1.1
sebagai berikut :
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi
Daerah, Pengaturan, pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yg
Berkeadilan, serta perimbangan keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka
NKRI.
3. Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan
dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah.
4. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
5. UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah
2.1.2
1.
2.
3.
4.
5.
masyarakat Indonesia.
2.1.3
Otonomi khusus
Otonomi Khusus adalah kewenangan khusus yang diakui dan diberikan kepada
otonom tingkat provinsi dan lain sebagainya tetap terikat pada peraturan perundangundangan tentang pemerintahan daerah.
Beberapa hal yang menjadi pengkhususan bagi Provinsi DKI Jakarta antara
lain:
1. Provinsi DKI Jakarta berkedudukan sebagai Ibu kota Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
2. Provinsi DKI Jakarta adalah daerah khusus yang berfungsi sebagai Ibu kota
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan sekaligus sebagai daerah otonom
pada tingkat provinsi.
3. Provinsi DKI Jakarta berperan sebagai Ibu kota Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang memiliki kekhususan tugas, hak, kewajiban, dan tanggung
jawab tertentu dalam penyelenggaraan pemerintahan dan sebagai tempat
kedudukan perwakilan negara asing, serta pusat/perwakilan lembaga
internasional.
4. Wilayah Provinsi DKI Jakarta dibagi dalam kota administrasi dan
kabupaten administrasi.
5. Anggota DPRD Provinsi DKI Jakarta berjumlah paling banyak 125%
(seratus dua puluh lima persen) dari jumlah maksimal untuk kategori
jumlah penduduk DKI Jakarta sebagaimana ditentukan dalam undangundang.
6. Gubernur dapat menghadiri sidang kabinet yang menyangkut kepentingan
Ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia. Gubernur mempunyai hak
protokoler, termasuk mendampingi Presiden dalam acara kenegaraan.
7. Dana dalam rangka pelaksanaan kekhususan Provinsi DKI Jakarta sebagai
Ibu kota Negara ditetapkan bersama antara Pemerintah dan DPR
dalam APBN berdasarkan usulan Pemprov DKI Jakarta.
2. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Pemberian otonomi khusus kepada Daerah Yogyakarta sebagai Daerah
Istimewa Yogyakarta di karenakan dedikasi masyrakat dan raja yogyakarta yang turut
memperjuangkan kemerdekaan negara indonesia dari penjajah pada masa klonial
belanda dan sebagainya. Pemberian gelar istimewa kepada daerah Yogjakarta di
berikan oleh presiden pertama indonesia yaitu Ir. Suekarno kepada raja yogyakarta
karena telah membantu kemerdekaan indonesia dan karena yogyakarta masuk dalam
negara kesatuan republik indonesia. Jadi alasan inilah Yogyakarta di berikan otonomi
Khusus
3. Provinsi Aceh
Aceh adalah daerah provinsi yang merupakan kesatuan masyarakat hukum yang
bersifat istimewa dan diberi kewenangan khusus untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, yang dipimpin oleh seorang Gubernur.
Pengakuan Negara atas keistimewaan dan kekhususan daerah Aceh terakhir diberikan
melalui Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (LN 2006
No 62, TLN 4633). Undang-Undang Pemerintahan Aceh ini tidak terlepas dari Nota
Kesepahaman (Memorandum of Understanding) antara Pemerintah dan Gerakan
Aceh Merdeka yang ditandatangani pada tanggal 15 Agustus 2005 dan merupakan
suatu bentuk rekonsiliasi secara bermartabat menuju pembangunan sosial, ekonomi,
serta politik di Aceh secara berkelanjutan.
Hal-hal mendasar yang menjadi isi Undang-Undang Pemerintahan Aceh ini
antara lain:
1. Pemerintahan Aceh adalah pemerintahan daerah provinsi dalam sistem
NKRI berdasarkan UUD Tahun 1945 yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Aceh dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Aceh sesuai dengan fungsi dan kewenangan
masing-masing.
2. Tatanan otonomi seluas-luasnya yang diterapkan di Aceh berdasarkan
Undang-Undang Pemerintahan Aceh ini merupakan subsistem dalam
sistem pemerintahan secara nasional.
3. Pengaturan dalam Qanun Aceh maupun Kabupaten/Kota yang banyak
diamanatkan dalam Undang-undang Pemerintahan Aceh merupakan wujud
konkret bagi terselenggaranya kewajiban konstitusional dalam pelaksanaan
pemerintahan tersebut.
4. Pengaturan perimbangan keuangan pusat dan daerah tercermin melalui
pemberian kewenangan untuk pemanfaatan sumber pendanaan yang ada.
5. Implementasi formal penegakan syariat Islam dengan asas personalitas keIslaman terhadap setiap orang yang berada di Aceh tanpa membedakan
kewarganegaraan, kedudukan, dan status dalam wilayah sesuai dengan
batas-batas daerah Provinsi Aceh.
4. Provinsi Papua dan Papua Barat
Provinsi Papua adalah Provinsi Irian Jaya yang diberi Otonomi Khusus dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Otonomi Khusus sendiri adalah
kewenangan khusus yang diakui dan diberikan kepada Provinsi Papua, termasuk
provinsi-provinsi hasil pemekaran dari Provinsi Papua, untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi dan
hak-hak dasar masyarakat Papua. Otonomi ini diberikan oleh Negara Republik
Indonesia melalui Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 (LN 2001 No. 135 TLN No
4151).
Hal-hal mendasar yang menjadi isi Undang-undang ini adalah:
1. Pengaturan kewenangan antara Pemerintah dengan Pemerintah Provinsi Papua
serta penerapan kewenangan tersebut di Provinsi Papua yang dilakukan
dengan kekhususan.
2. Pengakuan dan penghormatan hak-hak dasar orang asli Papua serta
pemberdayaannya secara strategis dan mendasar.
3. Mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik yang berciri:
Partisipasi rakyat sebesar-besarnya dalam perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pelaksanaan
pembangunan melalui keikutsertaan para wakil adat, agama, dan kaum
perempuan.
Pelaksanaan pembangunan yang diarahkan sebesar-besarnya untuk
memenuhi kebutuhan dasar penduduk asli Papua pada khususnya dan
penduduk Provinsi Papua pada umumnya dengan berpegang teguh pada
prinsip-prinsip
pelestarian
lingkungan,
pembangunan
berkelanjutan,
4. Pembagian wewenang, tugas, dan tanggung jawab yang tegas dan jelas antara
badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif, serta Majelis Rakyat Papua sebagai
representasi kultural penduduk asli Papua yang diberikan kewenangan
tertentu.
Pemberian
Otonomi Khusus
bagi
Provinsi
Papua
dimaksudkan
untuk
dengan
pembagian/pertimbangan
keuangan
pusat/daerah,
diselenggarakan juga dengan prinsip otonomi daerah yang dianut dalam Undangundang Nomor 35 Tahun 2004, yaitu penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan
dan memperhatikan aspek demokrasi, keadilan, pemerataan, serta potensi
keanekaragaman daerah.
1. Aspek Demokrasi
Sebagaimana dijelaskan pada Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah yang menegaskan kembali pelaksanaan Otonomi Daerah.
Otonomi Daerah menurut UU ini diartikan sebagai kewenangan daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Menurut Syamsuddin (2007:97) dalam Desentralisasi & Otonomi Daerah,
otonomi daerah memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya bagi upaya
pemberdayaan masyarakat di daerah. Berbagai program dan proyek pembangunan
akan disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Oleh sebab itu
daerah diberi kebebasan dan peluang untuk mengatur dan menetapkan sendiri
program pembangunan yang akan dilaksanakannya sesuai dengan kondisi, kebutuhan,
dan
aspirasi
masyarakat
setempat.Rakyat
akan
membentuk
organisasi
10
11
peningkatan
Indeks
pembangunan
manusia
sebagai
indikator
12
keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya
lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan
secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang [pasal 18 A ayat (2)].
Berdasarkan kedua ayat tersebut dapat dijelaskan lebih spesifik , bahwa:
1
2
keragaman daerah
Pengaturan hubungan sebagaimana disebutkan pasal 18A ayat (1) diatur lebih
lanjut dalam UU Republik Indonesia No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah memiliki hubungan keuangan,
13
2.3.2
suatu tujuan yang sangat baik bagi kemajuan bangsa ini, justru banyak sekali terjadi
penyalahgunaan dalam pelaksanaannya, tidak hanya di tingkat pemerintah pusat
melainkan di tingkat pemerintah daerah hingga unsur pelaksana lainnya dalam
pelaksanaan otonomi daerah ini. Walaupun pemerintah sering menyuarakan program
otonomi daerah ini di setiap sudut wilayah negara, namun pada kenyataannya
pembangunan masih belum merata di setiap daerah di Indonesia. Berbagai cara
14
dilakukan demi meratanya pembangunan dan kesejahteraan bangsa ini yang pada
kenyataannya mendapatkan hasil yang kurang memuaskan bahkan nihil. Lalu, apakah
ada yang salah dalam konteks otonomi daerah ini.
Pelaksanaan
otonomi
daerah
yang
disalahgunakan
mengakibatkan
15