Tugas Patokom
Tugas Patokom
Oleh
Khofifu Rizki
1302101010059
Mayanda Khoirini 1302101010075
Astri Wulandari
1302101010133
Mahfur Zurrahman 1302101010148
Nurul Asila
1302101010214
endotermis.
Contoh
anabolisme
adalah
fotosintesis.
Sedangkan
Jika ini berlangsung lama, hewan akan menjadi lemah dan menimbulkan kematian
karena kekurangan zat-zat makanan.
Di Indonesia kejadian penyakit DM pada hewan belum mendapat banyak
perhatian. Hal ini didukung dengan minimnya sumber data mengenai kejadian
penyakit ini dan kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan
hewan (Wardhana, 2010).
PENYEBAB
Penyebab diabetes yang utama adalah kurangnya produksi insulin (pada
tipe I DM) atau kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin (tipe II DM).
Salah satu penyebab DM pada manusia dan hewan adalah sebagai akibat
gangguan dari metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
Metabolisme karbohidrat dan DM adalah dua mata rantai yang tidak
dapat dipisahkan. Keterkaitan antara metabolisme karbohidrat dan DM dijelaskan
oleh keberadaan hormon insulin. Penderita DM mengalami kerusakan dalam
produksi maupun sistem kerja insulin, sedangkan insulin sangat dibutuhkan dalam
melakukan regulasi metabolisme karbohidrat. Akibatnya, penderita DM akan
mengalami gangguan pada metabolisme karbohidrat.
Fungsi utama dari metabolisme karbohidrat adalah untuk menghasilkan
energi dalam bentuk senyawa yang mengandung ikatan fosfat yang tinggi.
Kelainan
metabolisme
seringkali
disebabkan
oleh
kelainan
gen
yang
tubuh sedikit memproduksi atau sama sekali tidak menghasilkan insulin, sehingga
penderita tipe I ini bergantung pada insulin dari luar, yaitu melalui
suntikan/injeksi insulin secara teratur agar pasien tetap sehat.
Tipe II DM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus) atau DM yang
tidak tergantung pada insulin adalah DM yang paling sering dijumpai. Tipe II DM
terjadi karena kombinasi dari kecacatan dalam produksi insulin dan resistensi
terhadap insulin. Pankreas masih bisa menghasilkan insulin, tetapi kualitasnya
buruk, tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk memasukkan
glukosa ke dalam darah. Akibatnya, glukosa dalam darah meningkat. Pasien
biasanya tidak memerlukan tambahan suntikan insulin dalam pengobatannya,
tetapi memerlukan obat yang bekerja memperbaiki fungsi insulin dan menurunkan
kadar gula dalam darah.
Penyebab lain dari DM adalah usia (manusia atau hewan yang sudah tua
biasanya rentan terhadap DM), pola pakan dan kegemukan (obesitas), kurangnya
exercise (latihan), infeksi, dan lain-lain.
GEJALA
Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah
yang tinggi. Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa
akan dikeluarkan melalui air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan
membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang
hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan,
maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuria). Akibatnya,
maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak minum
(polidipsia). Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, sehingga penderita
mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini penderita
seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polfagia).
a. Poliuria (Sering Urinasi)
Poliuria pada DM menunjukkan bahwa tubuh tidak mampu untuk
memetabolisme karbohidrat dengan benar. Karbohidrat diubah menjadi
glukosa yang dikirim ke dalam darah untuk memberi makan sel-sel. Karena
kekurangan insulin, sel tubuh tidak dapat menerima glukosa, sehingga tetap
dalam darah yang menyebabkan hiperglikemia. Glukosa yang berlebihan
sel, zat makanan terutama glukosa dibakar melalui proses metabolisme, yang hasil
akhirnya adalah timbulnya energi. Dalam proses metabolisme ini insulin
memegang peran yang sangat penting yaitu memasukkan glukosa ke dalam sel,
untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Hidrat arang dalam
makanan diserap oleh usus halus dalam bentuk glukosa. Glukosa darah dalam
tubuh diubah menjadi glikogen hati dan otot oleh insulin. Sebaliknya, jika
glikogen hati maupun otot akan digunakan, dipecah lagi menjadi glukosa oleh
adrenalin. Jika kadar insulin darah berkurang, kadar glukosa darah akan melebihi
normal, menyebabkan terjadinya hiperglikemia.
Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta pankreas dapat diibaratkan sebagai
anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk
kemudian di dalam sel glukosa itu dimetabolismekan menjadi tenaga. Bila insulin
tidak ada, maka glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel, akibatnya glukosa akan
tetap berada di dalam pembuluh darah yang artinya kadarnya di dalam darah
meningkat. Dalam keadaan ini tubuh akan menjadi lemah karena tidak ada sumber
energi di dalam sel.
dan rendah) terhadap kejadian penyakit yang tidak konsisten dengan penggunaan
pakan ternak tersebut. Kemudian berkembang pendapat bahwa prion (PrP)
merupakan indikator utama dalam mendeteksi kejadian BSE. Prion (PrPc) adalah
prion protein isoform normal yang terdapat di dalam sel tubuh. PrP c yang dapat
berubah menjadi infeksius bila mengalami mutasi menjadi PrPsc maupun PrPres
pada hewan penderita spongioform encephalopathy. (Sani dan Indraningsih.2006)
Diagnosis
Encephalopathy adalah kelainan patologis pada jaringan otak yang
digambarkan berupa degenerasi dan nekrosis sistem syaraf pusat. Kelainan
encephalopathy merupakan salah satu kelainan patologis yang karakteristik pada
kasus penyakit BSE. Berbagai penyebab dapat menimbulkan kelainan
encephalopathy, antara lain keracunan organofosfat, milk fever, tanaman
beracun,chronic wasting disease, Kuru dan agen mikroorganisme seperti virus,
bakteri dan parasit. Sedangkan prion (PrPsc maupun PrPres) merupakan indikator
utama
untuk
menetapkan
diagnpsa
penyakit.Dari
beberapa
kelainan
Gejala klinis
Gejala klinis umumnya berupa perubahan tingkah laku dan temperamen
berupa mudah terkejut, gugup dan ketakutan. Kemudian terjadi perubahan postur
tubuh dan gerakan, seperti ataksia kaki depan, tremor, mudah terjatuh, keluar air
liur yang terus menerus dan bentuk kepala yang abnormal. Hewan masih dapat
makan tetapi sangat cepat kehilangan berat badan dan menunjukan gejala kyposis.
Hewan yang terinfeksi akan terlihat sangat peka terhadap suara dan sentuhan,
menendang, gerakan berlebihan pada telinga dan menjilat hidung. Gejala ini akan
berakhir dengan inkoordinasi, paresis dan paralysis. (Sani dan Indraningsih.2006)
Patogenesa
Agen BSE ayang menyerang pusat syaraf menyebabkan degenerasi sel
syaraf, dan terbetuk vakuola-vakuola hingga terkesan seperti spons, selain
jaringan otak jaringan lain yang dicurigai yang terserang meliputi sum-sum tulang
belakang, tonsil, tymus, limpa dan usus, hingga jaringan tersebut dilarang untuk
tidak dikonsumsi terutama pada waktu kejadian BSE di Inggris. Dari pemeriksaan
pasca mati sakit yang dialami, yang sebelumnya memperlihatkan gejala klinis dan
pembuktian secara bioassay pada mencit. Terbukti bahwa agen infeksi hanya
ditemukan pada jaringan otak, sum-sum tulang belakang, belakang leher, ujung
sum-sum tulang belakang (cauda equine) dan retina (Subroto, 1991).
Patologi anatomi
Terjadi perubahan postur tubuh, keluar air liur berlebihan
Histopatologis
Tidak terdapat lesio yang spesifik untuk penyakit BSE. Kelainan
makroskopis seperti abrasi, laserasi dan kontusio pada otak merupakan perubahan
patologis sekunder akibat hewan terinfeksi mengalami inkoordinasi dan gangguan
syaraf lokomotor lainnya. Sebaliknya, lesio mikroskopis pada jaringan sistem
syaraf pusat merupakan kelainan yang sangat spesifik dan dianggap patognomonis
kelainan histopatologis ditandai dengan degenerasi pada grey matter batang otak
baik secara bilateral maupun simetris yang terdiri dari vakuolisasi dan
mikrokavitasi neuropil. Vakuolisasi neuronal perikarya dapat dijumpai pada
beberapa inti sel batang otak, khususnya pada bagian dorsal nucleus dari nervus
pengamatan
Indraningsih.2006)
histologis
terhadap
infeksi
BSE.
(Sani
dan
ditemukan di berbagai negara. Angka berat badan lebih dan kegemukan anjing di
Amerika Serikat berkisar antara 23% dan 41% dengan sekitar 5,1% anjing
mengalami kegemukan. Angka kegemukan pada kucing sedikit lebih tinggi, yaitu
6,4%. Di Australia, angka kegemukan anjing pada data dokter hewan adalah 7,6%.
Risiko kegemukan pada anjing dikaitkan dengan apakah pemiliknya mengalami
kegemukan atau tidak; namun, tidak ada korelasi yang serupa antara kucing dan
pemiliknya (Lund, ed all. 2006).
Obesitas atau over weight merupakan salah satu indikasi
ketidakseimbangan antara nutrisi yang diberikan dengan kebutuhan energi. Tidak
hanya pada manusia, obesitas pun dapat menjangkiti anjing dan kucing anda.
Anda mungkin akan senang ketika melihat anjing atau kucing anda berbadan
gemuk menggemaskan serta bermalasan dalam bergerak seperti garfield Anda
pun mungkin secara tidak sengaja memberikan makanan kesukaan anda kepada
kesayangan anda karena anda tidak tega melihat mereka begging. Namun tahukah
anda bahwa hal yang mungkin terlihat baik untuk kita akan membahayakan untuk
anjing dan kucing kita. Hewan dengan obesitas akan cenderung memiliki masa
hidup yang lebih pendek dibandingkan dengan hewan yang tidak obesitas (Nijland
ed all. 2009)
Etiologi
Kegemukan sangat sering disebabkan oleh kombinasi antara asupan energi
makanan yang berlebihan, kurangnya aktivitas fisik, dan kerentanan genetik,
meskipun sebagian kecil kasus terutama disebabkan oleh gen, gangguan endokrin,
obat-obatan atau penyakit psikiatri ( Baskoro, 2016).
Penyebab Obesitas pada anjing, antara lain :
Anjing yang baru pulih dari sakit atau cedera biasanya diperlukan untuk
tetap menetap / tidak bergerak dan hal ini juga beresiko untuk penambahan
berat badan
Penyakit Jantung
Diabetes Mellitus
Osteoartritis
Pernapasan gangguan
Anjing Beagle
Anjing Pug
Anjing Dalmatian
Patogenesa
protein dan lipid yang terlibat. mekanisme patofisiologi yang diusulkan mungkin
termasuk perubahan metabolik yang berhubungan dengan kondisi lapar, resistensi
insulin, obesitas, defisiensi protein dan asam amino kekurangan, L-carnitine,
pengurangan ketersediaan antioksidan, defisiensi vitamin B dan asam lemak
esensial.
Gejala klinis
Memiliki lesi hati, gejala patologi klinis didominasi kolestasis oleh
hepatocellular akumulasi TG, cairan elektrolit menipis, dan menyebabkan
anorexia. hematologi menunjukkan cytosispoikiloterm sel darah lengkap awal
hitung di 63% dari felidae tapi berkembang selama pengobatan Feline Lipidosis
Hati dan kecenderungan untuk pembentukan heinz body.
Vitamin D (Kalsiferol)
Vitamin D adalah grup vitamin yang larut dalam lemak prohormon, 2
bentuk utamanya adalah vitamin D2 atau ergokalsiferol dan vitamin D3 atau
kolekalsiferol. Vitamin D juga merujuk pada metabolit dan analogi lain dari
substansi ini. Vitamin D3 diproduksi di dalam kulit yang terpapar sinar matahari,
terutama radiasi ultraviolet B. Molekul aktif dari vitamin D, 1,25(OH)2D3
merupakan pemeran utama dalam metabolisme absorpsi kalsium ke dalam tulang,
fungsi otot, sekaligus sebagai immunomodulator yang berpengaruh terhadap
sistem kekebalan untuk melawan beberapa penyakit, termasuk diabetes dan
kanker. Sumber utama vitamin D adalah klit yang terpapar radiasi ultraviolet.
Vitamin D mencegah dan menyembuhkan rickets, yaitu penyakit dimana
tulang tidak mampu melakukan kalsifikasi. Vitamain D dapat dibentuk tubuh
dengan bantuan sinar matahari. Bila tubuh mendapat cukup sinar matahari
konsumsi vitamin D melalui makanan tidak dibutuhkan.karena dapat sintesis
ditubuh, vitamin D dapat dikatakan bukan vitamin, tapisuatu prohormon. Bila
tbuh tidak mendapat cukup sinar matahari, vitamin D perlu dipenuhi
melaluimakanan.
Mula-mula disangka hanya terdapat satu ikatan kimia dengan kegiatan
vitamin D, tetapi ternyata kemudian terdapat beberapa ikatan organik yang
mempunyai kegiatan vitamin D ini. Berbagai jenis vitamin D ini terdapat dari
hasil penyinaran beberapa jenis kolesterol dengan sinar ultraviolet antara lain:
1. Vitamin D1 terdapat pada penyinaran ergosterol dari bahan tumbuhan.
Kemudian ditemukan bahwa vitamin D1 adalah campuran dari dua jenis
vitamin, yang diberi nama Vitamin D2 dan vitamin D3, sedangkan struktur
molekuler vitamin D1 sendiri sebenarnya tidak ada.
2. Vitamin D3 didapat dari bahan hewani, 7-dehidrokolesterol, suatu minyak
yang terdapat dibawah kulit. Pada manusia pun vitamin D3 terbentuk di
bawah kulit dari 7-dehidrokolesterol tersebut dengan penyinaran ultraviolet
yang berasal dari sinar matahari vitamin D3 disebut juga kolekalsiferol.
3. Vitamin D yang dihasilkan dari penyinaran ergosterol kemudian diberi nama
vitamin D2 atau ergokalsiferol. Ergokalsiferol yang dilarutkan di dalam
minyak terdapat di pasaran dengan nama viosterol.
4. Ada lagi vitamin D4 yang berasal dari minyak nabati yang mengandung
22dehidrokolesterol, setelah disinari ultraviolet
Vitamin D berbentuk kristal putih yang tidak larut di dalam air, tetapi larut di
dalam minyak dan zat-zat pelarut lemak. Vitamin ini tahan terhadap panas dan
oksidasi. Penyinaran ultraviolet mula-mula menimbulkan aktivitas vitamin D,
tetapi bila terlalu kuat dan terlalu lama maka akan terjadi perusakan dari zat-zat
yang aktif tersebut.
Mrtabolisme Vitamin D
kalsidiol
mengalami
1-hidroksilasi
untuk
menghasilkan
metabolit
aktif
merangsang
Defisiensi Vitamin D
Faktor predisposisi:
1. Ukuran tubuh yang besar
Penyakit skeletas banyak terjadi pada anjing dengan ukuran tubuh yang
besar terkait dengan kurangnya asupan pakan yang mengandung vitamin D,
Ca dan P untuk skeletal pada masa pertumbuhan. Anjing dengan ukuran tubuh
besar membutuhan asupan ketiganya dalam jumlah yang lebih besar, namun
banyak pada kasus di lapangan mereka hanya mengonsumsinya sedikit.
2. Umur
Perkembangan penyakit skeletal rakhitis biasanya terjadi pada hewan yang
sedang mengalami pertumbuhan.
3. Breed
Biasanya yang menderita rakhitis adalah hewan dengan ukuruan tubuh
besar dari breed tertentu
4. Sex
Biasanya yang sering terkena skeletal disease adalah hewan jantan, namun
pada beberapa hewan lain lebih tinggi kejadiannya pada yang betina.
5. Pertumbuhan yang cepat
Untuk bertumbuh dengn cepat, maka membutuhkan nutrisis yang lebih
banyak, factor pentingnya adalah jumlah energy yang cukup.
6. Nutrisi
kondrosit
berproliferasi
namun
tidak
mengalami
a) Pertumbuhan terhambat
b) Pembengkakan/ pembesaran endi terutama bagian radius ulna bagian distal
c) Pembengkokan tulang (pada tulang panjang)
d) Nodule pada costochondral
e) Kekakuan sendi, hewan lemas, sering berbaring
f) Kelemahan otot
g) Kelainan pelvis yang dapt menyebabkan distokia
h) Gigi tidak tumbuh secara sempurna
i) Kondisi umum buruk
DAFTAR PUSTAKA
Carlton, W.W and M.Donald. 1995. Thomsons Special Veterinary Pathology. 2nd
edition. Mosby. USA.
Girindra, A. 1988. Biokimia Patologi Hewan. Bogor : PAU-IPB.
Granner, D.K. 2003. Hormon Pankreas dan Traktus Gastrointestinal. Dalam:
Murray, R.L., Granner, D.K., Mayes, P.A., dan Rodwell, V.W. Biokimia
Harper. Edisi 25. Jakarta: EGC, 582 593.
Harjopranjoto, S. 1995. Ilmu Kemajiran Pada Ternak.Surabaya : Airlangga
University Press.
Subronto. 2001. Ilmu Penyakit Ternak II. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
Suriani, N. 2012. Gangguan Metabolisme Karbohidrat pada Diabetes Mellitus.
Malang : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
Subroto, 1991. Ilmu penykit ternak. Gandjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sani,Yulvian dan Indraningsih. 2006. Kajian Encephalopathy Pada Ruminansia
Untuk Mengantisipasi Penyakit Bovine Spongioform Encephalopathy.
jurnal Balai Penelitian Veteriner Jl. R.E. Martadinata 30 Bogor 16114
Sani,Yulvian dan Indraningsih. 2006. Neuropatologi Keracunan Organofosfat
pada Sapi. jurnal Balai Penelitian Veteriner Jl. R.E. Martadinata 30
Bogor 16114
Wardhana, A. 2010. Pemberian Jintan Hitam (Nigella sativa) Sebagai Tindakan
Preventif Meningkatnya Kadar Glukosa Darah Tikus Putih (Rattus
Norvegicus)
yang
Diinjeksikan Aloksan.Artikel
Ilmiah.
Fakultas