Contoh Proposal
Contoh Proposal
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rakhmt dan hidayah-Nya
sehingga proposal penelitian yng berjudul Penerapan Teori Brunner Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa SMP/MTs terhadap Konsep Keliling dan Luas Daerah Bangun Datar ini
dapat diselesaikan.
Penyusunan proposal penelitian ini diajukan untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester
(UAS) pada Fakultas Tarbiyah Jurusan Tadris Matematika Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Syekh Nurjati Cirebon.
Penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga
terselesaikannya proposal ini. Penulis menyadari bhwa proposal ini tidak serta merta hadir tanpa
bantuan dan dukungandari semua pihak. Mudah-mudahan segala sesuatu yang telah diberikan
menjadi bermanfaat dan bernilai ibadah di hadapan Allah SWT.
Penulis memahami sepenuhnya bahwa proposal ini tak luput dari kesalahan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangan diharapkan demi perbaikan di masa mendatang.
Semoga proposal ini dapat memberikan inspirasi bagi para pembaca untuk melakukan hal yang
lebih baik lagi dan semoga proposal penelitian ini bermanfaat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Kuningan, 25 Mei 2012
Penulis,
Hera Herawati
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
A. Kerangka teoritis
Teori Brunner
B. Kerangka Berfikir
C. Hipotesis Tindakan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
1.
2.
B.
C.
D.
E.
F.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha membudayakan manusia. Pendidikan sangat
strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa
secara meneyeluruh, salah satunya dengan pendekatan materi dan strategi pembelajaran yang
tidak hanya terarah dan terfokus pada teori saja, tetapi dapat meningkatkan kemampuan yang ada
pada diri seseorang. Pembelajaran adalah kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk
mencapai tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik. 2008:57). Sepanjang perjalanannya proses
pembelajaran tidak sepenuhnya mengalami kemajuan melainkan ada kendala-kendala yang harus
dihadapi, khususnya dalam memahami konsep suatu materi terutama dalam pembelajaran
matematika.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting diajarkan pada peserta
didik (siswa). Dalam pedoman penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah
Menengah Pertama dijelaskan tujuan pengajaran matematika pada pendidikan dasar ( Depdiknas,
2006:8) antara lain agar siswa memahami konsep matematika secara luwes, akurat, efesien, dan
tepat serta memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki
rasa ingin tahu atau kritis, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet
dan percaya sendiri dalam pemecahan masalah.
Matematika dikenal sebagai ilmu pengetahuan yang abstrak, terstuktur, kritis, logis dan
cermat. Siswa menganggap bahwa matematika adalah ilmu yang sulit dipelajari dan
membosankan terlebih melihat hapalan rumus yang tampak rumit dan hitungan yang sulit.
Ditambah dengan pembelajaran yang kurang menyenangkan masih dipenuhi beragam kegiatan
yang verbalistik dan mekanis. Materi dan strategi pembelajaran tidak terarah dan terfokus pada
peningkatan kemampuan intelektual saja, sehingga tidak mengherankan pembelajaran hapalan
rumus dan hitungan angka-angka kurang merangsang pemahaman siswa terhadap matematika
secara efektif. Selain itu juga siswa tidak dapat menganalisis dan memahami sebab akibat
terjadinya sesuatu serta sulit memecahkan masalah dalam menyelesaikan soal-soal matematika.
Akhirnya, mereka kurang kreatif menggunakan logika untuk memecahkan semuanya.
Dengan mencermati juga bahwa di Mts Negeri Darma memiliki kualitas guru yang cukup
tinggi ( 99% sarjana), memiliki alat peraga matematika dan buku-buku yang cukup serta
lingkungan sekolah yang mendukung, maka dapat dipahami bahwa rendahnya hasil belajar
matematika yang diperoleh siswa disebabkan karena belum diterapkannya model pembelajaran
yang dapat membelajarkan siswa secara mandiri, dan dapat membangun kemampuan dan
pengetahuan secara bertahap dengan memanfaatkan lingkungan belajar sebagai media
pengajaran untuk meningkatkan pemahaman matematika terutama pada pokok bahasan segi
empat dan segi tiga.
Mengingat masalah di atas, sehingga diperlukan strategi pembelajaran yang yang paling
efektif dan efisien untuk menciptakan pengalaman belajar yang baik. Namun perlu diingat bahwa
tidak ada satupun strategi pembelajaran yang paling sesuai untuk semua kondisi dan situasi yang
berbeda, walaupun tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sama. Dalam proposal ini lebih
menekankan pada penerapan Teori Brunner. Adapun jenis penelitian yang sesuai adalah
penelitian tindakan kelas ini adalah deskriptif kuantitatif.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Penerapan teori Brunner dalam pembelajaran matematika dapat mengoptimalkan pemahaman
siswa terhadap materi yang disampaikan/diberikan oleh guru.
2. Penerapan teori Brunner dalam pembelajaran matematika merupakan metode yang tepat dalam
3.
Untuk menjawab masalah tersebut di atas, maka secara kolaboratif, bentuk tindakan untuk
memecahkan masalahnya adalah dengan diterapkannya Teori Brunner yang berbasis penemuan
(inquiry). Implementasi/penerapan model pembelajaran tersebut akan diteliti secara kolaboratif
melalui Penilitian Tindakan Kelas. Kolaboratif di lakukan oleh peneliti dengan dibantu guru
pelajaran matematika yang lain.
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah penelitian yang akan dipecahkan melalui PTK, maka penelitian
a.
tindakan berbasis kelas yang akan dilaksanakan ini memiliki tujuan untuk:
Untuk meningkatkan pemahaman siswa melalui penerapan Teori Brunner berbasis Inquiry pada
b.
pembelajaran matematika.
Untuk mengetahui sejauh mana penerapan teori Brunner dapat mengoptimalkan pemahaman
BAB II
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR
A.
KERANGKA TEORI
1. TEORI BELAJAR BRUNNER
Teori belajar Brunner sebagaimana yang dikutip oleh Muhibin Syah ( Muhibin Syah.
2009:40-43). Brunner lebih menekankan terhadap proses belajar daripada prestasi belajar. Oleh
sebab itu, proses belajar merupakan factor yang menentukan dalam pembelajaran dibandingkan
dengan pemerolehan suatu kemampun khusus. Jarome Brunner seorang ahli psikologi Havard
adalah seorang pelopor pengembangan kurikulum terutama dengan teori yang dikenal dengan
pembelajaran penemuan (inkuiri). (Trianto . 2010: 79).
Inquiry adalah istilah dalam bahasa Inggris yang merupakan suatu teknik atau cara yang
digunakan guru untuk mengajar di depan kelas. Guru menggunakan teknik ini sewaktu mengajar
memiliki tujuan agar siswa terangsang oleh tugas dan akhirnya siswa aktif mencari dan meneliti
sendiri pemecahan masalah itu ( Roestiyah .1990: 76).
Dalam hubungannya dengan discovery-inquiry, Robert B menyatakan bahwa discovery
adalah proses mental dimana anak/individu mengasimilasi konsep dan prinsip. Pada inkuiry
mengandung proses-proses mental yang tingkatannya lebih tinggi dari pada discovery. Proses
mental yang terdapat dalam inkuiry adalah meumuskan masalah, membuat hipotesis, mendesain
eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik
kesimpulan.
Teori Brunner yang selanjutnya disebut pembelajaran penemuan (inkuiri) ini adalah suatu
pengajaran yang menekankan pentingya pemahaman tentang struktur materi (ide kunci) dari
suatu ilmu yang dipelajari, perlu belajar aktif sebagai dasar dari pemahaman sebenarnya, dan
nilai dari berfikir secara induktif dalam belajaar (pembelajaran yang sebenarnya terjadi melalui
penemuan pribadi). Oleh karena itu guru harus memunculkan masalah yang mendorong siswa
untuk melakukan kegiatan penemuan.
Dengan metode ini anak di dorong untuk memahami suatu fakta atau hubungan matematika
yang belum dia pahami sebelumnya dan belum diberikan kepadanya secara langsung oleh orang
lain. Menurut Brunner dalam mempelajari matematika seorang anak perlu secara langsung
matematika merupakan pendekatan spiral. Dalam pendekatan spiral setiap ide yang disajikan
secara sistematis dengan menggunakan notasi-notasi yang bertingkat. Pada tahap awal notasi ini
sederhana, diikuti notasi berikutnya yang lebih kompleks. Notasi yang terakhir mungkin belum
dikenal sebelumnyaoleh siswa, umumnya merupakan notasi yang akan banyak digunakan dalam
c.
itu sendiri adalah abstrak dan dalam belajar matematika banyak bermain dengan angka sehingga
banyak menguras otak yang berakibat cepat lelah dan pusing.
Proses pembelajaran merupakan suatu kontak social antara guru dengan siswa dalam
rangka mencapai tujuan tertentu yakni tujuan pendidikan dan pengajaran (Muhammad
Surya.2004 :13). Dalam proses ini bukan hanya guru yang aktif memberi pelajaran sedang murid
secara pasif menerima pelajaran, melainkan keduanya harus aktif. Karena ketika siswa belajar
dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktivitas belajar. Dengan ini secara aktif mereka
menggunakan otak, baik untuk ide pokok dari materi yang di pelajari, memecahkan persoalan
atau mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata. Jika pembelajaran itu bermakna siswa akan
mudah memahami materi tersebut.
Proses belajar menghendaki prubahan prilaku dalam diri individu siswa sehingga
diperlukan proses pengajaran yang benar-benar terprogram dan tersusun untuk menunjang
keberhasilan proses pembelajaran. Dalam hal ini guru merupakan peran yang sangat penting.
Dalam suatu pembelajaran guru harus menjebatani siswa agar siswa mudah dalam
mengembangkan gagasan-gagasan baru. Gagasan baru ini muncul jika siswa telah memahami
materi yang diberikan oleh guru mereka. Oleh karena itu, sebagai seorang pendidik harus
mengetahui dan menguasai berbagai strategi atau model-model pembelajaran yang dapat
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi.
Penerapan Teori Brunner diharapkan dapat menjadi sebuah terobosan atau inovasi
yang tepat dalam pembelajaran di kelas sehingga menjadi lebih hidup, aktif yang berakibat pada
peningkatan pemahaman siswa.
Banyak sekali terobosan-trobosan yang bisa dilakukan salah satunya dengan
penerapan teori Brunner yang berbasis inkuiri. Teori tersebut mengandung makna bahwa
manusia sebagai pengolah informasi yang diterimanya untuk memperoleh pemahaman. Dasar
dari teori ini adalah secara aktif belajar berinteraksi dengan lingkungan dan seseorang itu
menciptakan sendiri suatu kerangka kognitif bagi dirinya sendiri.
Dalam hal ini penulis mengambil dua variabel dalam proposal yang berjudul penerapan
teori Brunner untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep keliling dan luas daerah
bangun datar. Sebagai variable X adalah penerapan teri Brunner dalam konsep bangun datar,
dan variable Y adalah meningkatkan pemahaman siswa dalam konsep keliling dan luas daerah
bangun datar.
C.
HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah
dengan menerapkan Teori Brunner hasil belajar siswa, pemahaman siswa serta pembelajaran
pada materi bangun datar akan meningkat.
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, yang mempengaruhi proses belajar antara lain
pemahaman dan keterampilan berpikir siswa dalam pembelajaran. Maka sebab itu penerapan
teori Brunner yang berbasis inkuiri dalam pelaksanaanya akan memotivasi siswa dalam belajar
karena setiap siswa melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis dalam menguasai materi yang ditugaskan dan dapat merumuskan
sendiri keterangan yang diperoleh. Oleh karena itu, peneliti melalui penerapan teori Brunner ini
menduga akan dapat meningkatkan pemahaman siswa.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting dan Krakteristik Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian enerapan Teori Brunner ini dilaksanakan di MTsN Darma Kecamatan
Darma Kabupaten Kuningan.
MTsN Darma merupakan salah satu sekolah yang memiliki guru yang sebagian besar adalah
sarjana dengan jurusan dan ltar belakang pendidikan yang berbeda-beda dan memadai tetapi juga
terdapat guru dengan kualifikasi D III. Khusus untuk guru bidang studi matematika lata belakang
pendidikannya matematika dari berbagai universitas atau perguruan tinggi yang dipandang layak
untuk memberikan pengajaran di sekolah tersebut.
Selanjutnya kurikulum yang digunakan oleh sekolah ini adalah kurikulum KTSP dengan
materi yang disesuaikan dengan kurikulum dengan ada pengembangan yang bersifat local. Atas
dasar tersebutproses pembelajaran dipandang cukup berkembang dan layak untuk dijadikan
tempat penelitian.
Penelitian dilaksanakan pada awal semester genap. Penelitian ini dilaksanak selama 2 bulan
yaitu dari akhir bulan Agustus sampai akhir Oktober.
No
1
2
3
4
Kegiatan
Agustus
Bulan
September
Oktober
Izin Penelitian
Pengenalan
Lingkungan
Observasi
Pembelajaran
Tindakan
Penelitian
2. Subyek Penelitian
Seluruh subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII MTsN Darma pada tahun ajaran
2011/2012 dengan jumlah keseluruhan 200 siswa untuk kemudian diambil subyek yang akan di
teliti yaitu 40 siswa dengan mengambil satu kelas yang heterogenitas pemahman dan prestasi
akademiknya relative tampak jelas. Hal ini dilakukan atas dasar saran guru bidang studi
matematika.
B. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus. Setiap siklusnya memiliki 4 tahapan. Yaitu (1)
Perencanaan, (2) Tindakan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi.
Siklus I:
Perencanaan
1. Semua tim peneliti secara kolaboratif, mempersiapkan bahan materi diberikan kepada siswa
dalam bentuk LKS (Lembar Kerja Siswa).
2. Menyiapkan pembentukan kelompok yang heterogen, dan memiliki salah satu siswa sebagai
ketua kelompok.
3. Membuat RPP
Tindakan
Pengamatan
Sesuai dengan indikator keberhasilannya, maka fokus pengamatannya adalah sebagai berikut.
1.
keberanian siswa bertanya, tak ada kelompok siswa yang pasif serta tidak ada siswa dalam satu
kelompom yang pasif.
2. Mengamati cara menerapkan Teori Brunner berbasis penemuan agar diperoleh cara
penerapan yang efektif.
3. Mengamati peningkatan hasil belajar siswa kelas VII MTsN Darma pada pelajaran
matematika khususnya dalam pemahaman konsep.
Refleksi
1.
Pada prinsipnya kegiatan refleksi adalah mengevaluasi semua aktivitas siklus yang sudah
kegiatan refleksi pada siklus I. Materi pada siklus II melanjutkan materi pada siklus I
(berkelanjutan).
Siklus III
Seperti pada siklus II, maka kegiatan pada siklus III sama dengan kegiatan pada siklus I dan II.
Kegiatan pada siklus III merupakan kegiatan perbaikan semua kekurangan pada siklus II.
Perbaikan pada siklus III ini didasarkan atas kegiatan refkeksi pada siklus II. Materi pada siklus
III melanjutkan materi pada siklus II (berkelanjutan). Di akhir siklus III, kepada para siswa akan
dikenai tes tentang materi yang sudah diberikan.
C. Jenis Penelitian
Dikarenakan penelitian ini diarahkan pada suatu tindakan di kelas dengan tujuan untuk
mencapai peningkatan pemahaman siswa pada pembelajaran matematika, maka penelitian ini
dikategorikan kepada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) deskripsi kuantitatif. Penelitian ini
bercirikan kepada perbaikan terus menerus sampai pada kepuasan peneliti untuk menjadikan
tolak ukur keberhasilan.
Penelitian Tindakan Kelas deskripsi kuantitatif merupakan kegiatan pemecahan masalah
yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengumpulan data, menganalisis data atau
informasi untuk memutuskan sejauh maana kelebihan dan kakurangan yang dilakukan.
D. Instrument Penelitian
Sebagaimana yang telah disebutkan dalam judul proposal penelitian ini yakni Penerapan
Teori Brunner untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep keliling dan luas daerah
bangun datar. Dengan demikian dapat diketahui bahwa penelitian ini terdiri dari dua variable
yaitu:
1. Variable bebas (X) : Penerapan Teori Brunner
2. Variable terikat (Y) : pemahaman siswa
Setiap tindakan penelitian, peneliti menggunakan instrument sebagai alat bantu peneliti
dalam memperoleh data yang akurat. Dalam hal ini peneliti menggunakan angket, observasi,
hasil tes dan wawancara yang melibatkan unsure guru dan siswa.
Hasil wawancara tersebut adalah catatan-catatan peneliti. Setiap hasil tes dan observasi
pemahaman siswa dan catatan lapangan setiap satu kali siklus dianalisis dan digunakan untuk
perbaikan (refleksi) terhadap tindakan pembelajaran agar tujuan akhir bisa dicapai ecara optimal.
a.
b.
c.
d.
e.
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukn melalui proses sebagai berikut:
Identifikasi masalah yang dilakukan melalui orientasi dan observasi awal
Pelaksanaan, analisis dan refleksi terhadap tindakanpembelajaran pada siklus I, II dan III
Observasi aktivitas guru dan partisipasi siswa selama proses tindakan pembelajaran
Evaluasi yng dilakukan dengan berdasarkan pada refleksi di akhir setiap siklus
Wawancara dengan guru mata pelajaran matematika pada saat sebelum dan sesudah pelaksanan
tindakan pmbelajran.
DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran Cet.ke-7. Jakarta:Bumi Aksara.
Junaedi dkk. 2008. Strategi Pembelajaran. Surabaya: LAPIS-PGMI.
Roestiyah .1990. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Surya, Muhammad.2004.Psikologi Belajar dan Pengajaran.Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Syah, Muhibin. 2009. Psikologi Belajar. Jakarta :Rajawali Press.
Trianto . 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta : Bumi Aksara.