LAPORAN PENDAHULUAN
disusun guna memenuhi tugas pada Program Profesi Ners (P2N)
Stase Keperawatan Medikal
oleh
Siti Marina Wiastuti, S. Kep
NIM 122311101072
peptik
lebih
mungkin
terjadi
pada
doudenum
daripada
lambung.Biasanya, ini terjadi secara tunggal, tapi dapat terjadi dalam bentuk
multipel.Tukak peptik kronik cenderung terjadi pada kurvatura minor dari lambung,
dekat pilorus. Secara klinis, suatu tukak adalah hilangnya epitel superfisial atau
lapisan lebih dalam dengan diameter 5 mm yang dapat diamati secara endoskopis
atau radiologis.
2. Epidemiologi
Ulkus peptikum dapat terjadi pada semua orang dan semua golongan umur.
Kejadian pada kaum pria dan wanita sangat bervariasi. Secara klinis ulkus
duodenumlebih sering dijumpai daripada ulkus gaster. Ulkus peptikum merupakan
penyakit yang masih banyak ditemukan dalam klinik terutama pada kelompok umur
di atas 45 tahun. Kelompok umur terbanyak adalah 45-65 tahun, dengan
kecenderungan makin tua umur prevalensi makin meningkat dan perbandingan antara
laki-laki dan perempuan 2:1.
3. Etiologi
Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab adalah :
1. Infeksi kuman Helicobacter pylori
Terapi eradikasi kuman Helicobacter pylori menyebabkan kesembuhan
dan menangkal kekambuhan ulkus sehingga mendukung pendapat bahwa
kuman Helicobacter pylori memegang peranan penting dalam etiologi
ulkus peptikum.
2. Faktor asam lambung
Bahan iritan akan menimbulkan defek mukosa barrier dan terjadi difusi
balik ion H+. Histamin terangsang untuk lebih banyak menghasilkan asam
lambung, akibatnya terjadi dilatasi dan peningkatan permeabilitas
pembuluh kapiler, kerusakan mukosa lambung, gastritis akut /kronis dan
ulkus gaster.
3. Disfungsi pylori
Bila mekanisme penutupan Sphincter pylorus tidak baik (tidak cukup
berespons terhadap rangsangan sekretin dan kolesistokinin) akan terjadi
refluks empedu dari duodenum ke antrum lambung sehingga terjadi defek
mukosa barrier yang menimbulkan difusi balik ion H+. Refluks ini lebih
sering terjadi pada usia lanjut namun mekanismenya belum jelas.
4. Obat-obat NSAID
Mekanisme NSAID sebagian besar adalah dengan menghambat sintesa
prostaglandin, dimana kedua enzim Cyclo-oxygenase diblok. Sedangkan
NSAID ideal hendaknya hanya bekerja dengan menghambat enzim COX2 yang berperan dalam inflammasi dan tidak menghambat COX-1 yang
berperan memberikan perlindungan mukosa lambung.
5. Merokok
berdasarkan penelitian perokok mempunyai resiko 2 kali lebih besar untuk
terjadinya ulkus peptikum. Merokok dapat menghambat sekresi bicarbonat
pankreas, menambah refluk gastroduodenal akibat relaksasi sphinter
pilorus.
6. Herediter
7. stress fisiologis berat
misalnya pada luka bakar, trauma susunan saraf pusat, pembedahan dan
penyakit medis yang berat.
8. Keadaan-keadaan yang ditandai adanya hipersekresi asam lambung seperti
gastrinoma (Zollinger-Elison Syndrome), atau neoplasma endokrin yang
multiple, hiperplasia sel G pada antrum, sistemik mastositosis, leukemia
basofilik.
9. penyakit-penyakit yang memiliki resiko tinggi untuk terjadinya ulkus
peptikum seperti sirosis hepatis, penyakit PPOK, gagal ginjal dan
transplantasi organ.
4. Patogenesis
merupakan petanda virulensi H.pylori dan hampir selalu ditemukan pada tukak
peptik. H.pylori juga melepaskan bermacam-macam enzim, seperti urease,
protease, lipase, dan fosfolipase. Urease memecah urea dalam lambung menjadi
amonia yang toksik terhadap sel-sel epitel, sedangkan protease dan fosfolipase A2
menekan sekresi mukus yang menyebabkan daya tahan mukosa menurun,
merusak lapisan yang kaya lipid pada apikal sel epitel. Asam lambung dapat
berdifusi balik melalui kerusakan sel-sel epitel ini sehingga menyebabkan
nekrosis yang lebih luas.
H.pylori yang terkonsentrasi dalam antrum menyebabkan kerusakan sel D
yang mengeluarkan somatostatin, yang berfungsi membatasi produksi gastrin. Hal
ini menyebabkan produksi gastrin meningkat, yang nantinya merangsang sel-sel
parietal menghasilkan asam lambung yang berlebihan. Asam lambung masuk ke
duodenum sehingga keasaman meningkat. Asam lambung yang tinggi pada
duodenum menyebabkan gastrik metaplasia yang dapat menjadi tempat hidup
H.pylori dan sekaligus dapat memproduksi asam sehingga lebih menambah
keasaman dalam duodenum. Keasaman yang tinggi akan menekan mukus dan
bikarbonat sehingga menyebabkan daya tahan mukosa lebih menurun
2. Obat antiinflamasi non steroid (OAINS)
Pemakaian obat antiinflamasi non steroid (OAINS) dan asam asetil salisilat
(ASA) secara kronik dan reguler dapat menyebabkan terjadinya risiko perdarahan
gastrointestinal 3 kali lipat. Pemakaian OAINS/ASA tidak hanya menyebabkan
kerusakan pada gastroduodenal, tetapi juga pada usus halus dan usus besar berupa
inflamasi, ulserasi, dan perforasi.
arachidonat.
Kemudian
sebagiannya
diubah
oleh
enzim
b.
Mucoid cap, yaitu suatu struktur yang terdiri dari mukus dan fibrin,
yang terbentuk sebagai respon terhadap rangsangan inflamasi.
c.
2. Faktor epitel
a.
b.
c.
Kemampuan
transporter
asam-basa
untuk
mengangkut
3. Faktor subepitel
a. Aliran darah (mikrosirkulasi) yang berperan mengangkut nutrisi, oksigen, dan
bikarbonat ke epitel sel.
b. Prostaglandin endogen menekan perlekatan dan ekstravasasi leukosit yang
merangsang reaksi inflamasi jaringan.
5. Klasifikasi Ulkus Peptikum
1. Waktu timbulnya
1.1
yang mendadak, dan obat-obatan. Sifat dari tukak peptik akut adalah cepat
sembuh dan biasanya tanpa meninggalkan bekas, dan kadang-kadang
disertai perdarahan.
1.2
Letak Ulkus
Pada bagian bawah esofagus, lambung, dan duodenum bagian atas (first portion
of duodenum). Ulkus yeyunum bisa ditemukan pada penderita yang mengalami
gastroyeyunostomi. Ulkus ileum bisa ditemukan pada penderita yang mengalami
gastroileostomi. Ulkus biasanya terdapat di dekat anastomose yang dapat disebut
pula ulkus marginalis atau stomal ulcer.
2.1 Ulkus esofagus
Ulkus ini jarang ditemukan dan bila ditemukan biasanya terdapat di bagian
distal esofagus. Kelainan yang menyertai atau mendahului, seperti hernia,
striktura, akalasia, dan tumor. Nyeri terletak di bagian bawah sternum atau
tepat di ulu hati yang menjalar ke manubrium sterni dan ke punggung di
daerah interskapuler, terutama saat makan atau minum. Nyeri akan
bertambah berat jika membungkukkan badan. Selain itu terdapat keluhan
berupa panas di dada dan ulu hati, mual dan muntah-muntah. Pada
pemeriksaan jasmani tidak ditemukan kelainan yang jelas.
2.2 Ulkus lambung
Letak tukak terbanyak di angulus, antrum, prepilorus, dan jarang terjadi
pada korpus dan fundus. Keluhan berupa rasa nyeri di perut kiri atas atau
epigastrium yang ada hubungan dengan makanan, dan mulut terasa asam.
Nyeri bisa menjalar ke punggung kiri. Nyeri dirasakan setelah makan,
kemudian diikuti dengan rasa enak yang berakhir 30-90 menit, kemudian
diikuti dengan periode nyeri yaitu sampai lambung kosong selama 90 menit.
Jadi ritme nyeri pada tukak lambung adalah makan-nyeri-enak. Pada
pemeriksaan jasmani ditemukan nyeri tekan pada epigastrium antara
umbilikus dan prosesus sifoideus.
2.3 Ulkus duodeni
Letak tukak duodeni terbanyak di dinding anterior dan posterior dari bulbus
dan postbulber atau pars desendens duodeni di sebelah proksimal dari papila
vatereii. Jarang sekali ditemukan di distal papila vatereii. Nyeri, pedih, dan
panas di perut kanan atas, terutama tengah malam saat tidur sehingga
terbangun. Rasa nyeri kadang-kadang menjalar ke perut kiri dan ke
pinggang kanan. Nyeri bisa dikurangi dengan makan, minum susu, dan
minum obat antasida (Hunger Pain Food Relief). Nyeri timbul saat pasien
merasa lapar dan terasa enak setelah makan 2-4 jam, kemudian timbul rasa
nyeri sampai waktu makan lagi. Jadi timbul triple ritme, makan-enak-nyeri.
Pada pemeriksaan jasmani ditemukan, nyeri tekan di perut kanan atas dekat
umbilikus.
2.4 Ulkus jejunum
Tukak di jejunum jarang terjadi, baru timbul setelah penderita mengalami
gastroyeyunostomi. Letak tukak terbanyak di distal, tidak lebih dari 3 cm
dari anastomose di dinding anterior. Keluhan umumnya berupa rasa nyeri,
pedih, dan panas di perut di sebelah kiri umbilikus, mual dan muntahmuntah, serta mulut terasa asam. Kadang-kadang nyeri menjalar ke
pinggang kiri.
Ulkus duodenal
Insiden
Usia 30-60 tahun
Pria: wanita 3:1
Terjadi lebih sering daripada ulkus lambung
Tanda dan gejala
Ulkus Lambung
Insiden
Biasanya 50 tahun lebih
Pria:wanita 2:1
Tanda dan gejala
3. Kedalamam tukak
3.1
3.2
3.3
Ulserasi meluas ke bagian yang lebih dalam yaitu pada sebagian dari lapisan
muskularis.
3.4
Perdarahan aktif
1a. Spurting
1b. Oozing
Tipe 2
Tipe 1 dan 2 membutuhkan endoterapi dengan risiko perdarahan ulang 4355%, sedangkan tipe 2c dan 3 tidak memerlukan endoterapi karena risiko perdarahan
ulang hanya 5-10%.
6. Gejala Klinis
Gejala-gejala ulkus dapat hilang selama beberapa hari, minggu, atau
beberapa bulan dan bahkan dapat hilang hanya sampai terlihat kembali, sering
tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi.Banyak individu mengalami gejala
ulkus, dan 20-30% mengalami perforasi atau hemoragi yang tanpa adanya
manifestasi yang mendahului.
1. Nyeri : biasanya pasien dengan ulkus mengeluh nyeri tumpul, seperti tertusuk
atau sensasi terbakar di epigastrium tengah atau di punggung. Hal ini diyakini
bahwa nyeri terjadi bila kandungan asam lambung dan duodenum meningkat
menimbulkan erosi dan merangsang ujung saraf yang terpajan. Teori lain
menunjukkan bahwa kontak lesi dengan asam merangsang mekanisme refleks
local yang mamulai kontraksi otot halus sekitarnya. Nyeri biasanya hilang
dengan makan, karena makan menetralisasi asam atau dengan menggunakan
alkali, namun bila lambung telah kosong atau alkali tidak digunakan nyeri
kembali timbul. Nyeri tekan lokal yang tajam dapat dihilangkan dengan
memberikan tekanan lembut pada epigastrium atau sedikit di sebelah kanan
garis tengah. Beberapa gejala menurun dengan memberikan tekanan local
pada epigastrium.Rasa nyeri pada ulkus duodenum timbul waktu pasien
merasa lapar, dan rasa nyeri tersebut bisa membangunkan pasien tengah
malam (antara tengah malam dan jam 3 dini hari). Nyeri ini spesifik pada
ulkus duodenum (75%). Rasa nyeri hilang setelah makan, dan minum obat
antasida. Sedangkan rasa nyeri pada ulkus gaster timbul setelah makan. Rasa
nyeri pada ulkus gaster dirasakan di sebelah kiri, sedangkan rasa nyeri ulkus
duodenum dirasakan di sebelah kanan dari garis tengah perut. Rasa nyeri
bermula dari bermula pada satu titik (pointing sign) yang akhirnya difus, dan
menjalar hingga ke punggung. Hal ini kemungkinan disebabkan penyakit
yang bertambah berat atau komplikasi berupa penetrasi ke organ pankreas.
Rasa nyeri pada ulkus peptikum bersifat kronik, periodik, ritmik, dan
kualitasnya steady and continue
2. Pirosis (nyeri uluhati) : beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar pada
esophagus dan lambung, yang naik ke mulut, kadang-kadang disertai eruktasi
asam. Eruktasi atau sendawa umum terjadi bila lambung pasien kosong.
3. Muntah : meskipun jarang pada ulkus duodenal tak terkomplikasi, muntah
dapat menjadi gejala ulkus peptikum. Hal ini dihubungkan dengan
pembentukan jaringan parut atau pembengkakan akut dari membran mukosa
yang mengalami inflamasi di sekitarnya pada ulkus akut. Muntah dapat terjadi
atau tanpa didahului oleh mual, biasanya setelah nyeri berat yang dihilangkan
dengan ejeksi kandungan asam lambung.
4. Konstipasi dan perdarahan : konstipasi dapat terjadi pada pasien ulkus,
kemungkinan sebagai akibat dari diet dan obat-obatan. Pasien dapat juga
datang dengan perdarahan gastrointestinal sebagian kecil pasien yang
mengalami akibat ulkus akut sebelumnya tidak mengalami keluhan, tetapi
mereka menunjukkan gejala setelahnya.Perdarahan pada ulkus peptikum bisa
terjadi disetiap tempat, namun yang tersering adalah dinding bulbus
duodenum bagian posterior, karena dekat dengan arterigastroduodenalis atau
arteri pankreatikoduodenalis. Kehilangan darah ringan dan kronik dapat
mengakibatkan anemi defisiensi besi. Disamping itu perdarahan juga dapat
memunculkan gejala hemateneses dan melena. Pada pendarahan akut akibat
ulkus peptikum dapat mengakibatkan terjadinya kekurangan volume cairan.
7. Diagnosis
Anamnesis
Secara umum pasien tukak peptik biasanya mengeluh dispepsia. Dispepsia adalah
suatu sindroma klinik/kumpulan keluhan beberapa penyakit saluran cerna seperti
mual, muntah, kembung, nyeri ulu hati, sendawa, rasa panas seperti terbakar yang
biasanya timbul setelah makan atau minum yang asam, seperti ditusuk-tusuk, seperti
diperas, atau pedih, rasa penuh ulu hati, cepat merasa kenyang, dan serangan tukak
hilang-timbul secara periodik.
Keluhan utama dalah nyeri di epigastrium, dimana sifatnya kronik bisa
bulanan/tahunan, periodik secara remisi dan eksaserbasi, ritmik-iramanya hunger
pain food relief pattern, kualitasnya steady and continue. Apabila keadaan memberat,
maka pola tersebut berubah dan nyeri dirasakan lebih berat serta lebih lama.
Pada tukak duodeni rasa sakit timbul saat pasien merasa lapar atau 90 menit-3
jam setelah makan, rasa sakit bisa membangunkan pasien tengah malam, rasa sakit
hilang setelah makan dan minum susu atau obat antasida (Hunger pain food relief),
rasa sakit tukak duodeni sebelah kanan garis tengah perut. Hal ini menunjukkan
adanya peranan asam lambung/pepsin dalam patogenesis tukak duodenum. Rasa mual
disertai mulut asam merupakan keluhan pada penderita tukak di pilorus, atau
duodenum. Rasa sakit tukak gaster timbul setelah makan, dan rasa sakit tukak gaster
dirasakan sebelah kiri garis tengah perut.Muntah terutama timbul pada tukak yang
masih aktif, sering ditemukan pada penderita tukak lambung daripada tukak duodeni,
terutama yang letaknya di antrum atau pilorus.
Riwayat minum alkohol, jamu-jamuan, atau obat-obatan yang ulserogenik.
Sepuluh persen dari tukak peptik, khususnya karena OAINS menimbulkan
komplikasi (perdarahan/perforasi) tanpa danya keluhan nyeri sebelumnya sehingga
anamnesis tentang penggunaan OAINS perlu ditanyakan pada pasien. Tinja berwarna
seperti teer (melena) harus diwaspadai sebagai suatu perdarahan tukak.
Pada dispepsia kronik, untuk membedakan dispepsia fungsional dan dispepsia
organik, yaitu pada tukak peptik dapat ditemukan gejala peringatan (alarm symptom)
antara lain berupa : umur > 45-50 tahun keluhan muncul pertama kali, berat badan
menurun >10%, anoreksia/rasa cepat kenyang, riwayat tukak peptik sebelumnya,
muntah yang persisten, dan anemia yang tidak diketahui penyababnya
Sugesti seseorang menderita penyakit tukak perlu dipikirkan bila ditemukan
adanya riwayat pasien tukak dalam keluarga, rasa sakit klasik dengan keluhan yang
spesifik, faktor predisposisi seperti pemakaian OAINS, perokok berat, dan alkohol,
adanya penyakit kronis seperti PPOK atau sirosis hati, dan adanya hasil positif
H.pylori dari serologi/IgG anti H.pylori.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik hanya sedikit membantu diagnosa, kecuali bila sudah terjadi
komplikasi. Pada non komplikata jarang menimbulkan kelainan fisik. Rasa sakit/nyeri
ulu hati di kiri atau sebelah kanan garis tengah perut, terjadinya penurunan berat
badan merupakan tanda fisik yang dapat dijumpai pada tukak peptik tanpa
komplikasi.
Pada non komplikata adanya epigastric tenderness yang berlokasi di
epigastrium antara umbilikus dan prosesus sifoideus. Timbulnya diffuse superficial
tenderness kemungkinan merupakan refleks viserosomatik. Semua serabut-serabut
nyeri dari traktus gastrointestinalis melalui saraf simpatis menuju ke spinal cord.
Persarafan di lambung dan duodenum oleh nervus splanknikus menuju ke segmen
dari spinal cord. Pada beberapa penderita, palpasi dalam disertai dengan penekanan
menimbulkan rasa nyeri yang bertambah hebat. Rasa nyeri bermula pada satu titik
(pointing sign) akhirnya difus bisa menjalar ke punggung. Ini kemungkinan
diakibatkan oleh penyakit yang bertambah berat atau mengalami komplikasi.
Pada pasien dengan komplikasi obstruksi, pada pemeriksaan fisik ditemukan
penderita terlihat lemah, kurus, dan dehidrasi. Perut atas cembung dan kadang-kadang
terlihat peristaltik dari lambung.
Pertama-tama harus dinilai status hemodinamika pasien, adakah syok atau
tidak. Bila syok segera ditanggulangi tanpa melakukan formalitas pemeriksaan fisik
yang sempurna. Periksa apakah ada stigmata penyakit hati kronik (tanda-tanda
kegagalan faal hati dan hipertensi portal). Pemeriksaan colok dubur (rectal toucher)
juga perlu dikerjakan.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
penunjang
ditujukan
untuk
memperkuat
diagnosis.
Beberapa
Saat ini untuk diagnosis tukak peptik lebih dianjurkan pemeriksaan endoskopi
saluran cerna bagian atas. Di samping itu untuk memastikan diagnosa keganasan
tukak gaster harus dilakukan pemeriksaan histopatologi, sitologi brushing dengan
biopsi melalui endoskopi. Pada obstruksi ditemukan sisa makanan pada
endoskopi.
Gambaran khas pada tukak jinak adalah pada umumnya bulat atau oval,
tepinya teratur dengan dasar licin, daerah di sekitarnya membengkak dan
hiperemi, dan sering dijumpai lipatan yang radier (radiating fold) di sekitar tukak.
Tukak yang masih aktif, tampak jelas batasnya berbentuk bulat atau oval, dengan
dasar licin berisi nanah, tepi teratur dengan daerah di sekitarnya membengkak
hiperemi. Gambaran tukak gaster untuk keganasan adalah: Boorman I /polipoid,
B-II/ulceratif, B-III/infiltratif, B-IV/linitis plastika (scirrhus). Biopsi dan
endoskopi perlu dilakukan ulang setelah 8-12 minggu terapi eradikasi, karena
tingginya kejadian keganasan pada tukak gaster (70%).
3. Infeksi Helycobacter pylori dapat didiagnosis dengan test antibodi (tes serologi),
biopsi lambung pada pemeriksaan endoskopi, tes antigen tinja, dan tes napas urea
yang non invasif, yang dapat mengidentifikasikan produksi enzim bakteri dalam
lambung.
4. Hematologi
Hemoglobin, hematokrit, lekosit, eritrosit, trombosit, morfologi darah tepi, dan
golongan darah. Jika diperlukan periksa faal pembekuan.
5. Biokimia darah
Uji faal hati yaitu transaminase, bilirubin, elektroforesa protein, kolesterol, dan
fosfatase alkali. Uji faal ginjal yaitu urea nitrogen dan kreatinin.
6. Urine rutin
8. Diagnosis Banding Ulkus Peptikum
Diagnosis banding untuk ulkus peptikum, antara lain :
- Kanker lambung
- Kolesistitis
- Pankreatitis
- Abses hepar
9. Komplikasi Ulkus Peptikum
Komplikasi tukak peptik yang sering terjadi adalah
1. Perdarahan
Perdarahan sering terjadi dan merupakan komplikasi yang terbanyak pada
penderita tukak peptik. Insiden meningkat pada usia lanjut (> 60 tahun) akibat
adanya penyakit degeneratif dan meningkatnya pemakaian OAINS. Perdarahan
dapat terjadi secara kronis maupun akut. Perdarahan kronis umumnya bersifat
perdarahan tersembunyi (occult blood) di tinja, tidak banyak memberi keluhan
dan akan menimbulkan gejala anemi (anemia hipokromik atau anemia defisiensi
Fe). Sebaliknya jika perdarahan akut, maka akan terjadi hematemesis dan melena,
dan penderita akan mengalami syok. Tukak lambung sering menimbulkan
hematemesis, sedangkan tukak duodeni lebih sering menimbulkan melena.
2. Perforasi
Insiden perforasi meningkat pada usia lanjut karena proses aterosklerosis dan
meningkatnya penggunaan OAINS. Perforasi tukak gaster biasanya ke lobus kiri
hati, dan dapat menimbulkan fistula gastrokolik. Penetrasi adalah suatu bentuk
perforasi yang tidak terbuka/tanpa pengeluaran isi lambung karena tertutup oleh
omentum/organ perut di sekitar. Komplikasi ini sering terjadi, dan dibagi menjadi
tiga tahap, yaitu :
a. Tahap I
Nyeri dirasakan sangat hebat dan perut terasa tegang, karena cairan lambung
dan makanan masuk dalam kavum peritonii, sehingga menimbulkan
rangsangan pada peritoneum. Selain itu penderita juga mengeluh nausea dan
vomitus. Kulit penderita menjadi dingin walaupun suhu normal, auskultasi di
abdomen tidak ditemukan bising usus, frekuensi inspirasi biasanya bertambah
dangkal, terdapat pernapasan kostal, nadi normal atau bertambah cepat,
tekanan darah biasanya normal tetapi jika tekanan darah sistol di bawah 100
mmHg, mempunyai prognosa jelek.
b. Tahap II
Tahap ini terjadi 2-6 jam setelah perforasi. Nyeri bertambah berat, menjalar ke
punggung dan bahu kanan. Dinding abdomen keras seperti papan (board like
abdominal rigidity), disertai dengan pernapasan kostal, makin cepat dan
dangkal. Suhu badan naik dengan tanda syok positif dan bising usus negatif.
c. Tahap III
Pada tahap ini timbul peritonitis generalisata, yang terjadi 6-12 jam setelah
perforasi. Hal ini disebabkan karena invasi bakteri ke dalam kavum peritonii.
Keluhan bertambah berat, suhu bertambah naik, takikardi, dan pernapasan
bertambah cepat serta dangkal. Perasaan sangat nyeri dan nyeri tekan perut,
perut diam tanpa terdengar peristaltik usus merupakan tanda peritonitis.
3. Obstruksi
Retensi lambung adalah komplikasi yang sering pada tukak peptik dan mungkin
disebabkan karena pilorospasme atau akibat terjadinya parut (cicatrix). Obstruksi
pilorus menyebabkan vomitus bertambah hebat, dan lama-kelamaan akan terjadi
dehidrasi dengan serum Na, K, dan Cl akan menurun, serta akan terjadi
hemokonsentrasi dan kadar urea dalam darah naik.
4. Stenosis pilorus
Stenosis pilorus biasanya merupakan komplikasi dari tukak duodeni. Selain itu
bisa juga disebabkan oleh tukak lambung yang lokasinya dekat pilorus dan
karsinoma lambung stadium lanjut.
Keluhan pasien akibat obstruksi mekanik berupa cepat kenyang, muntah
berisi makanan tak tercerna, mual, sakit perut setelah makan,dan berat badan
turun. Serangan nyeri hebat mungkin timbul bersamaan dengan periode peristaltik
lambung. Lama kelamaan lambung semakin membesar, rasa nyeri berkurang, rasa
penuh di perut tetap ada yang disertai dengan rasa mual, dan keluhan muntah
berkurang. Badan lemah, dan kadang timbul konstipasi.
5. Penetrasi
Tukak yang terletak pada dinding posterior lambung dapat mengakibatkan
perlengketan dengan organ di sekitarnya, dan dari proses ulserasi dapat terjadi
penetrasi ke organ-organ tersebut, tanpa disertai keluarnya isi lambung ke dalam
kavum peritonii. Penetrasi biasanya terjadi ke hepar, pankreas, dan omentum
minus. Penetrasi tukak yang mengenai pankreas menyebabkan nyeri yang timbul
tiba-tiba dan menjalar ke punggung.
6. Lambung bilokuler (lambung gelas jam = hour-glass stomach)
Keadaan ini disebabkan karena tukak lambung kronik yang berbentuk seperti
pelana pada kurvatura minor, dimana saat penyembuhan terjadi parut yang
menimbulkan korpus lambung mengalami konstruksi yang hebat, sehingga
lambung terbagi menjadi 2 bagian oleh segmen stenotik. Hal ini dapat juga terjadi
peda tukak penetrasi yang melengket pada pankreas atau hepar, atau pada dinding
anterior abdomen. Komplikasi ini jarang terjadi.
10. Penatalaksanaan Ulkus Peptikum
Penatalaksanaan ulkus peptikum terdiri dari terapi medikamentosa dan non
medikamentosa.2,3,9
1. Terapi Non Medikamentosa
Istirahat
Istirahat yang cukup dapat mempercepat penyembuhan.Secara umum pasien
tukak peptik dianjurkan pengobatan rawat jalan, bila kurang berhasil atau ada
kompliksai baru dianjurkan rawat inap. Penyembuhan akan lebih cepat
dengan rawat inap walaupun mekanismenya belum jelas, kemungkinan
bertambahnya
jumlah
jam
istirahat,
berkurangnya
refluks
empedu,
Diet
Cabai, makanan yang merangsang, dan makanan yang mengandung asam
dapat menimbulkan rasa sakit, walaupun belum didapat bukti keterkaitannya.
Pasien mungkin mengalami intoleransi terhadap makanan tersebut, atau
makanan tersebut mempengaruhi motilitas usus. Dalam hal ini dianjurkan
untuk menghindari makanan tersebut. Beberapa peneliti menganjurkan
makanan biasa, lunak, tidak merangsang, dan diet seimbang.
Merokok sebaiknya dihindari. Merokok dapat menghalangi penyembuhan
ulkus gaster kronik, menghambat sekresi bikarbonat pankreas, menambah
keasaman bulbus duodenum, menambah refluks duodenogastrik akibat
relaksasi sfingter pilorus, sekaligus meningkatkan kekambuhan ulkus.
Alkohol sebaiknya dihindari karena dapat meningkatkan risiko perdarahan
dan komplikasi lain. Air jeruk yang asam, coca cola, bir, kopi tidak
mempunyai pengaruh ulserogenik pada
Obat-obatan
Menghindari penggunaan NSAID karena seperti telah dijelaskan sebelumnya
bahwa NSAID dapat menekan produksi prostaglandin yang sangat berperan
dalam proteksi mukosa lambung. Saat ini telah tersedia COX 2 inhibitor yang
selektif
untuk
penyakit
osteoartritis/rematoid
artritis
yang
kurang
Antasida
Antasida bekerja sebagai penetralisir asam. Antasida diberikan dengan dosis 3
x 1 tablet atau 4 x 30 cc (3 kali sehari, dan sebelum tidur/ 3 jam setelah
makan). Preparat yang mengandung magnesium dapat menyebabkan BAB
tidak berbentuk, serta tidak dianjurkan pada penderita gagal ginjal karena
dapat menyebabkan hipermagnesemia dan kehilangan fosfat. Preparat yang
mengandung aluminium dapat menyebabkan konstipasi, dan neurotoksik,
tetapi bila dikombinasi kedua komponen saling menghilangkan efek
sammping sehingga tidak terjadi diare ataupun konstipasi. Preparat kalsium
dapat menyebabkan Milk Alkaline Syndrome (MAS) yaitu hiperkalsemia,
hiperfosfatemia, renal calcinosis, dan progresi ke arah gagal ginjal.
Koloid Bismuth
Mekanisme kerjanya belum jelas, kemungkinan membentuk lapisan
penangkal bersama protein pada dasar ulkus dan melindunginya dari pengaruh
asam dan pepsin, berikatan dengan pepsin, merangsang sekresi prostaglandin,
bikarbonat, dan mukus. Obat ini memiliki efek bakterisidal terhadap H.pylori
sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya relaps. Obat ini diberikan
dengan dosis 2 x 2 tablet sehari. Efek sampingnya berupa tinja berwarna
kehitaman sehingga menimbulkan keraguan terhadap perdarahan. Efek
samping jangka panjang berupa neurotoksik.
Sukralfat
Mekanisme kerjanya melalui pelepasan kutub aluminium hidroksida yang
berikatan dengan kutub positif molekul protein membentuk lapisan
Prostaglandin
Obat ini bekerja dengan cara mengurangi sekresi asam lambung, menambah
sekresi mukus, bikarbonat, dan meningkatkan aliran darah mukosa serta
meningkatkan pertahanan dan perbaikan mukosa. Biasanya digunakan sebagai
penangkal terhadap ulkus akibat pemakaian NSAID. Contoh prostaglandin
adalah misoprostol dan telah diakui oleh FDA. Dosisnya 4 x 200 mg atau 2 x
400 mg pagi dan malam hari. Efek sampingnya berupa diare, mual, muntah,
dan menimbulkan kontraksi otot uterus/perdarahan sehingga tidak dianjurkan
pada ibu hamil.
Antagonis Reseptor H2
Obat golongan ini mempunyai satu persamaan, yaitu memiliki gugus
imidazol histamin yang dianggap penting sekali menghambat reseptor
Histamin-2yang merupakan mediator untuk sekresiasam.
a. Cimetidin
Cimetidin mempunyai fungsi menghambat sekresi asam basal dan
nokturnal. Obat ini juga akan menghambat sekresi asam lambung, oleh
karena rangsangan makanan. Obat ini dapat juga digunakan untuk
pengobatan gastritis kronis dengan hipersekresi asam lambung dan tukak
peptik yang mengalami perdarahan.1
Dosis cimetidin yang dianjurkan sehari, 3 kali 200 mg,
ditambah 200 mg sebelum tidur malam yang diberikan 4-6 minggu,
kemudian dilanjutkan 200 mg tiap malam. Adapula yang memberikan
400 mg sehari 2 kali, yang juga cukup efektif. Obat ini tidak dianjurkan
untuk diberikan pada wanita hamil. Cimetidin 200-400 mg yang
diberikan pada malam hari, cukup efektif untuk mencegah kambuhnya
kembali tukak peptik.1
b. Ranitidin
Ranitidin banyak dimanfaatkan untuk pengobatan tukak peptik baik
yang akut maupun yang kronis, dan khasiatnya 4-10 kali cimetidin.
Ranitidin menghambat sekresi asam lambung baik dalam keadaan basal
maupun sebagai respon terhadap berbagai rangsangan. Sifat inhibitor
terhadap sekresi asam lambung tergolong kuat dengan masa kerja lama,
sehingga cukup diberikan dua kali sehari. Ranitidin tidak mempengaruhi
fungsi hati. Sebagian besar ranitidin baik yang diberikan peroral maupun
parenteral secara intravena.1
Pemberian ranitidin dalam dosis terapi menunjukkan tidak
terjadi interaksi dengan obat lain. Ranitidin selain digunakan untuk
mengobati tukak peptik, juga digunakan untuk mengobati gastritis
dengan hipersekresi asam lambung. Ranitidin juga bermanfaat untuk
pengobatan kelainan lambung akibat pemberian obat antirematik
(NSAID = Non Steroid Anti Inflammatory Disease) baik dengan atau
tanpa perdarahan. Dosis peroral yang dianjurkan dua kali 100 mg, yang
diberikan 4-6 minggu, untuk selanjutnya dilanjutkan 150 mg diberikan
tiap malam.1
c. Roxatidin
Pemberian roxatidin asetat terbukti sangat kuat menghambat sekresi
asam lambung pada malam hari. Pengeluaran asam lambung basal juga
berkurang sekitar 90% setelah 3 jam pemberian peroral 50 mg roxatidin
asetat. Efektivitas roxatidin asetat setara dengan cimetidin dan ranitidin
Klaritromisin 2x500mg
b. PPI
Amoksisilin
2x1
2x1 gr/hari
Metronidazol 2x500mg
c. PPI
2x1
Klaritromisin 2x500mg/hari
Metronidazol 2x500mg
Tukak peptik dengan kausa H.pylori disertai penggunaan OAINS
Eradikasi H.pylori sebagai tindakan utama tetap dilakukan dan bila mungkin
OAINS dihentikan atau diganti OAINS spesifik COX-2 inhibitor yang
mempunyai efek merugikan yang lebih kecil pada gastroduodenal.
Pengobatan yang dilakukan dengan menggunakan antibiotik dan PPI untuk
meningkatkan pH lambung di atas 4.
Tukak peptik dengan kausa OAINS
pemakaian
OAINS,
walaupun
biasanya
tidak
3. Tindakan Operasi
Indikasi operasi pada ulkus peptikum adalah :
-
Ulkus gaster dengan dugaan keganasan pada korpus dan fundus (70%
keganasan)
Ulkus
pada
daerah
antrum
dilakukan
anterektomi,
dan
Bilroth
11. Prognosis
Pada sebagian besar kasus ulkus peptikum, bila terapi diberikan dengan tepat dan
teratur maka kesembuhan akan terjadi dalam enam sampai delapan minggu. Beberapa
dapat mengalami kekambuhan sehingga memerlukan terapi jangka panjang.
B. CLINICAL PATHWAY
C. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktifitas dan Istirahat
Kelelahan, kelemahan, malaise, gangguan tidur
Kelemahan otot dan tonus, penurunan ROM
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi, nyeri dada
h. Pernafasan
Pernafasan Kussmaul (cepat dan dangkal), Paroksismal Nokturnal Dyspnea
(+)
Batuk produkrif dengan frotty sputum bila terjadi edema pulmonal
i. Keamanan
Kulit gatal, infeksi berulang, pruritus, demam (sepsis dan dehidrasi), petekie,
ekimosis, fraktur tulang, deposit fosfat kalsieum pada kulit, ROM terbatas
j. Seksualitas
3. Perencanaan
No
1
Diagnosa keperawatan
Ketidakseimbangan
NOC: Nutrtion status
Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh
Kriteria Hasil
a. Adanya peningkatan berat badan
sesuai dengan tujuan
b. Berat badan ideal sesuai dengan
tinggi badan
c. Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
e. Menunjukkan peningkatan fungsi
pengecapan dari menelan
f. Tidak terjadi penurunan berat
badan yang berarti
Intervensi
NIC
Nutrition Management
a. Kaji adanya alergi makanan
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
d. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan
vitamin C
e. Berikan substansi gula
f. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
serat untuk mencegah konstipasi
g. Berikan makanan yang terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
h. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
makanan harian
i. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
j. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
k. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
a. BB pasien dalam batas normal
b. Monitor adanya penurunan berat badan
c. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
dilakukan
d. Monitor interaksi anak atau orang tua selama
makan
e. Monitor lingkungan selama makan
f. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama
jam makan
g. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
h. Monitor turgor kulit
i. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah
patah
j. Monitor mual dan muntah
k. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan
kadar Ht
l. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
m. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
n. Monitor kalori dan intake kalori
o. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papilla
lidah dan cavitas oral
p. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, Joanne M., Wagner, Cheryl
M. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi Keenam Edisi Bahasa
Indonesia. Editor Nurjannah, Intansari dan Tumanggor, Roxsana Devi. Indonesia:
CV. Mocomedia.
Herdman, T Heather. 2015. Nanda International:Diagnosis Keperawatan: definisi
dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC
NANDA International. 2015.Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 20152017.Jakarta: EGC
Price, Sylvia Anderson., & Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit Volume 1 Ed 6. Jakarta: EGC.
Rasjad, C. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: PT. Yarsif Watampone
Smeltzer, Suzannce C., & Bare, Brenda G. 2008. Buku Ajar Keperawatan MedikalBedah Brunner & Suddarth Volume 2. Jakarta: EGC.