Anda di halaman 1dari 38

REFERAT

HERNIA INGUINALIS

Disusun Oleh :
Nor Ubudiah Seti

030.08.293

Pebimbing:
Dr. Deddy Subandrio Sp. Bedah
DEPARTEMEN ILMU BEDAH
RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT
PERIODE 1 APRIL 2013 -6 JUNI 2013

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan petunjuknya
penyusun dapat menyelesaikan referat yang berjudul Hernia Inguinalis

ini tepat pada

waktunya.
1

Referat ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik di bagian ilmu
penyakit dalam RSAL Dr.Mintohardjo. Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terimaksih
kepada Dr. Deddy Subandrio Sp. Bedah
selaku dokter pembimbing dalam kepniteraan klinik ini dan rekan-rekan koass yang ikut
memeberikan bantuan dan semangat secara moril.
Penyusun menyadari bahwa referat ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan, oleh
karena itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Semoga referat ini
dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan dalam bidang ilmu penyakit dalam khususnya dan
bidang kedokteran pada umumnya.
Jakarta, 19 April 2013

Penyusun
Nor Ubudiah binti Seti

BAB I
PENDAHULUAN

Hernia inguinalis adalah salah satu masalah yang paling sering di jumpai oleh ahli
bedah umum. Hernia inguinalis pertama kali di temukan dalam tulisan pada lebih dari 3.500
tahun yang lalu, dan perawatan bedah di lakukan sekurangnya pada 2.000 tahun yang lalu.
Terdapat banyak teori tentang etiologi dan jumlah deskripsi anatomi, yang menghasilkan
2

berbagai cara reparasi. Hernia inguinalis adalah kegagalan dari lantai kanalis inguinalis. Ini
diekspresikan sebagai cincin internal yang berdilatasi pada hernia indirek atau sebagai
kelemahan dan penipisan difus pada hernia direk .
Sebagian besar hernia timbul dalam regio inguinalis dengan sekitar 50 persen dari ini
merupakan hernia inguinalis indirek dan 25 persen sebagai hernia inguinalis direk (Sabiston).
Hernia inguinalis digambarkan dalam catatan peradaban kuno. Tetapi terlewatkan beberapa
abad, sebelum pemahaman secara jelas tentang anatomi hernia diberikan. Pada saat ini
hampir semua hernia dikoreksi dengan pembedahan, kecuali bila ada kontraindikasi
bermakna yang menolaknya. Hernia timbul dalam sekitar 1,5 % populasi umum di Amerika
Serikat, dan 537.000 hernia diperbaiki dengan pembedahan pada tahun 1980 .
Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis. Pada neonatus kurang lebih 90%
prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan pada bayi umur 1 tahun sekitar 30% prosesus
vaginalis belum tertutup. Tetapi kejadian hernia pada umur ini hanya beberapa persen. Tidak
sampai 10% anak dengan prosesus vaginalis paten menderita hernia. Pada anak dengan
hernia unilateral dapat dijumpai prosesus vaginalis paten kontralateral lebih dari separo,
sedangkan insiden tidak melebihi 20%. Umumnya di simpulkan adanya prosesus vaginalis
yang paten bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia, tetapi diperlukan faktor
lain seperti anulus inguinalis yang cukup besar, tekanan intra abdomen yang meninggi secara
kronik seperti batuk kronik, hypertropi prostate, konstipasi, dan ascites sering disertai hernia
inguinalis.
Dalam kehidupan masyarakat, anggapan terhadap hernia adalah merupakan kelainan
yang biasa, karena pada awal terjadinya tidak merasa sakit dan tidak mengganggu aktifitas
atau pekerjaan sehari- hari, sehingga dalam perjalanan penyakitnya penderita memerlukan
waktu yang cukup untuk periksa atau konsultasi ke dokter, setelah konsultasi pun masih
cukup waktu untuk menunda tindakan yang dianjurkan. Sebagian penderita menerima
tindakan operasi apabila sudah terjadi keadaan inkarserata atau strangulate. Adanya keadaan
ini penderita atau keluarga baru menyadari resiko dan bahayanya, yang dapat menyebabkan
morbiditas meningkat serta biaya perawatan yang lebih tinggi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
EPIDEMIOLOGI
Hernia inguinalis sudah dikenal sejak 1500 M,dalam bahasa Yunani hernia mempunyai
arti benjolan. Dalam bahasa latin berarti hancur atau robek. Pada waktu itu untuk mengontrol
hernia umum dipakai penyangga atau plester. Pada tahun 1363, Guy de Chauliac memisahkan
antara hernia inguinalis dan femoralis dan juga menjelaskan teknik reduksi pada kasus
strangulasi. Stromeyer pada tahun 1559 memaparkan secara lengkap dimana membedakan hernia
inguinalis medialis dan lateralis, serta menganjurkan tidak perlu dilakukan pemotongan testis
pada operasi hernia. Awal abad 18 sampai abad 19 dapat diterangkan dan didefinisikan anatomi
regio inguinalis secara tepat dan jelas.
Insidensi hernia inguinalis belum diketahui secara pasti. Menurut Abrahamson (1997),
pada usia anak- anak, ditemukan antara 10- 20 per 1000 kelahiran hidup. Di belahan dunia
bagian barat insiden hernia inguinalis pada usia dewasa bervariasi antara 10 % dan 15 %.
Sedangkan Zimmerson dan Anson cit Schwartz (1994), melaporkan kejadian hernia adalah 5 %
dari populasi laki- laki dewasa. Hernia inguinalis terjadi lebih banyak pada laki- laki daripada
wanita dengan perbandingan 12 : 1. Pada laki- laki umur 25- 40 tahun insidensinya bervariasi
4

antara 5- 8 %, sedangkan pada umur lebih dari 75 tahun mencapai 45 %. Tahun 1993,
Lichtenstein telah melaporkan lebih dari 700.000 kasus hernia inguinalis dilakukan operasi di
Amerika Serikat.

DEFINISI
Hernia inguinalis medialis adalah suatu tonjolan melalui fascia transversa yang melemah
pada trigonum Hasselbach . Hernia inguinalis lateralis adalah tonjolan dari perut di lateral
pembuluh epigastrica inferior, yang keluar melalui dua pintu dan saluran yaitu annulus dan
canalis inguinalis (Syamsuhidayat dan Wim de Jong,2012).

ANATOMI
Regio inguinalis untuk beberapa struktur merupakan tempat peralihan dari daerah
perut ke organ organ kelamin luar dan ke tungkai bagian atas. Garis pemisah anatomis
antara kedua daerah tersebut di bentuk oleh ligamentum inguinale (poupart) yang terletak
diantara tuberculum ossis pubikum, pada sisi medialnya dan spina illiaka anterior superior,
pada sisi lateralnya. Sebenarnya ligamentum inguinale ini merupakan tempat pertemuan
fascia yang menutupi permukaan perut dan fascia yang menutupi permukaan tungkai (fascia
lata).
Di atas ligamentum inguinale, funikulus spermatikus meninggalkan rongga perut
melalui anulus inguinalis profundus yang terletak di sebelah lateral. Funikulus spermatikus
ini menembus dinding perut melalui kanalis inguinalis yang terletak sejajar dengan
ligamentum inguinale dan berada di bawah kulit dalam annulus inguinalis superfisialis yang
terletak di sebelah medial. Lubang yang di sebutkan belakangan ini dengan mudah dapat
diraba di bawah kulit pada dinding perut, kalau skrotum didorong ke dalam, serta meraba di
atas lipatan inguinale .
5

Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh annulus inguinalis internus yang


merupakan bagian terbuka dari facia transversalis dan aponeurosis m. transversus abdominis.
Di medial bawah, diatas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis
eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis m. obliqus eksternus. Atapnya ialah m. obliqus
internus dan m. transverses abdominis, dan didasarnya terdapat ligamentum inguinale, bagian
depan dibatasi oleh aponeorosis m. obliqus abdominis eksternus, belakang m. obliqus
abdominis internus. Kanal berisi tali sperma pada pria, dan ligamentum rotundum pada
wanita ( Syamsuhidayat dan Wim de Jong,2012) .

Hernia inguinalis lateralis (indirek), karena keluar dari rongga peritonem melalui
annulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian
hernia masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari
anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut , tonjolan akan sampai ke skrotum,
ini disebut hernia skrotalis.

Sedangkan hernia inguinalis medialis (direk), menonjol langsung kedepan melalui


trigonum Hesselbach di batasi oleh :

inferior : ligamentum inguinale

lateral : vasa epigastrica inferior

medial : tepi lateral musculus rectus abdominis

Segitiga Hesselbach's
Aponeurosis Obliqus External
Aponeurosis otot obliquus eksternus dibentuk oleh dua lapisan: superficial dan profunda.
Bersama dengan aponeorosis otot obliqus internus dan transversus abdominis, mereka
membentuk sarung rectus dan akhirnya linea alba. external oblique aponeurosis menjadi batas
superficial dari kanalis inguinalis. Ligamentum inguinal terletak dari spina iliaca anterior
superior ke tuberculum pubicum. 3,4

Otot Oblique
Otot Oblique internus
Otot obliq abdominis internus menjadi tepi atas dari kanalis inguinalis . bagian medial
dari internal oblique aponeurosis menyatu dengan serat dari aponeurosis transversus abdominis
dekat tuberculum pubicum untuk membentuk conjoined tendon. adanya conjoined tendon yang
sebenarnya te;ah banyak diperdebatkan, tetapi diduga oleh banyak ahli bedah muncul pada 10%
pasien. 2,3,4
Fascia Transversalis
Fascia

transversalis

dianggap

suatu

kelanjutanb

dari

otot

transversalis

dan

aponeurosisnya. Fascia transversalis digambarkan oleh Cooper memiliki 2 lapisan: "The fascia
transversalis dapat dibagi menjadi dua bagian, satu terletak sedikit sebelum yang lainnya, bagian
dalam lebih tipis dari bagian luar; ia keluar dari tendon otot transversalis pada bagian dalam dari
spermatic cord dan berikatan ke linea semulunaris. 3,4

Fascia Transversalis
Ligamentum Cooper
Ligamentum Cooper terletak pada bagian belakang ramus pubis dan dibentuk oleh ramus
pubis dan fascia. Ligamentum cooper adalah titik fixasi yang penting dalam metode perbaikan
laparoscopic sebagaimana pada teknik McVay. 3
Preperitoneal Space
preperitoneal space terdiri dari jaringan lemak, lymphatics, pembuluh darah dan saraf.
Saraf preperitoneal yang harus diperhatikan oleh ahli bedah adalah nervus cutaneous femoral
lateral dan nervus genitofemoral. nervus cutaneous femoral lateral berasal dari serabut L2 dan L3
dan kadang cabang dari nervus femoralis. Nervus ini berjalan sepanjang permukaan anterior otot
iliaca dan dibawah fascia iliaca dan dibawah atau melelui perlekatan sebelah lateral ligamentum
inguinal pada spina iliaca anterior superior. 4
Nervus genitofemoral biasanya berasal dari L2 atau dari L1 dan L2 dan kadang dari L3.
Ia turun didepan otot psoas dan terbagi menjadi cabang genital dan femoral. Cabang genital
masuk ke kanalis inguinalis melalui cincin dalam sedangkan cabang femoral masuk ke hiatus
femoralis sebelah lateral dari arteri. ductus deferens berjalan melalui preperitoneal space dari
caudal ke cepal dan medial ke lateral ke cincin interna inguinal.

Jaringan lemak, lymphatics, ditemukan di preperitoneal space, dan jumlah jaringan lemak
sangat bervariasi. 1,2,3,4

FISIOLOGI
Pada laki- laki, penutupan yang berhubungan dengan terjadinya hernia ini
memerlukan pengetahuan embriologis yang berhubungan dengan turunnya testis. Mula- mula
testis tumbuh sebagai suatu struktur di daerah ginjal dalam abdomen (retroperitoneal).
Selama pertumbuhan foetus testis akan turun (descensus testis) dari dinding belakang
abdomen menuju kedalam scrotum. Selama penurunan ini peritoneum yang terdapat
didepannya ikut terbawa serta sebagai suatu tube, yang melalui kanalis innguinalis masuk
kedalam scrotum. Penonjolan peritoneum ini dikenal sebagai processus vaginalis. Sebelum
lahir processus vaginalis ini akan mengalami obliterasi, kecuali bagian yang mengelilingi
testis yang disebut tunika vaginalis. Jika processus vaginalis tetap ada, akan didapat
hubungan langsung antara cavum peritonei dengan scrotum, hal ini potensial dapat
menyebabkan terjadinya hernia inguinalis dikemudian hari.

ETIOLOGI
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang didapat.
Lebih banyak pada pria dibandingkan pada wanita. Berbagai faktor penyebab berperan pada
pembentukan pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui
oleh kantong dan isi hernia. Disamping itu diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi
hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut.
Pada orang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis,
yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur muskulus oblliqus internus
abdominis yang menutupi annulus inguinalis internus ketika berkontraksi, dan adanya fascia
transversa yang kuat menutupi trigonum hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot.
Gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan hernia. Faktor yang dipandang berperan
kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga
perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia ( Syamsuhidayat dan Wim de Jong, 2012).

10

Adapun faktor faktor predisposisi yang berpengaruh terhadap insidensi hernia inguinalis
adalah sebagai berikut :
1. Hereditas
Menurut macready (Cit. Watson, 1948) hernia lebih sering terjadi pada
penderita yang mempunyai orang tua, kakak atau nenek dengan riwayat hernia
inguinalis.
2. Jenis kelamin
Hernia inguinalis jauh lebih banyak dijumpai pada laki laki dibanding pada
wanita (9:1) (Watson, 1948). Hernia pada laki laki 95% adalah jenis
inguinalis, sedangkan pada wanita 45-50%. Perbedaan prevalensi ini di
sebabkan karena ukuran ligamentum rotundum, dan prosentase obliterasi dari
processus vaginalis testis lebih kecil dibanding obliterasi kanalis nuck.
3. Umur
Banyak terjadi pada umur di bawah 1 tahun, oleh macready (Cit. Watson,
1948)

disebutkan 17,5% anak laki laki dan 9,16% anak perempuan

mempunyai hernia. Tendensi hernia meningkat sesuai dengan meningkatnya


aktifitas, sekitar umur 26 50 tahun insidensi menurun dan setelah umur
diatas 50 tahun insidensi meningkat lagi oleh karena menurunnya kondisi
fisik.
4. Konstitusi atau keadaan badan
Banyaknya lemak preperitoneal akan mendesak dinding abdomen dan
menimbulkan lokus minoris atau kelemahan kelemahan otot serta terjadi
relaksasi dari anulus.
Bila lemak menginfiltrasi ke omentum dan mesenterium akan mengurangi
volume rongga abdomen sehingga terjadi peningkatan tekanan intra
abdomen .
5. Kelahiran prematur dan berat lahir yang kecil dianggap sebagai faktor yang
memiliki resiko yang besar untuk menyebabkan hernia. Cacat bawaan, seperti
kelainan pelvic atau ekstrosi pada kandung kemih, dapat menyebabkan
kerusakan pada saaluran inguinal tak langsung. Hal yang jarang terjadi
11

kelainanan bawaan atau cacat collagen dapat menyebabkan tumbuhnya hernia


inguinal langsung (Sabiston ).

BAGIAN DAN JENIS HERNIA


Bagian bagian hernia :
1. Kantong hernia
Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua hernia memiliki
kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa, hernia intertitialis.
2. Isi hernia
Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya usus, ovarium,
dan jaringan penyangga usus (omentum).
3. Pintu hernia
Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia.
4. Leher hernia
Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.
5. Locus minoris resistence (LMR)

Bagian-bagian Hernia

KLASIFIKASI HERNIA
a. Hernia secara umum
12

1. Hernia Internal yakni tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu lubang
dalam rongga perut seperti foramen Winslow, resesus retrosekalis atau defek
dapatan pada mesentrium umpamanya setelah anastomosis usus
2. Hernia eksternal yakni hernia yang menonjol keluar melalui dinding perut,
pinggang atau peritoneum
b. Hernia berdasarkan terjadinya
1. Hernia bawaan atau kongenital yakni didapat sejak lahir atau sudah ada
semenjak pertama kali lahir.
2. Hernia dapatan atau akuisita yang merupakan bukan bawaan sejak lahir, tetapi
hernia yang didapat setelah tumbuh dan berkembang setelah lahir
c. Hernia menurut letaknya
1. Obturatorius
Yakni hernia melalui foramen obturatoria. Hernia ini berlangsung 4 tahap.
Tahap pertama mula mula tonjolan lemak retroperitoneal masuk kedalam
kanalis obturatoria. Tahap kedua disusul oleh tonjolan peritoneum parietal.
Tahap ketiga, kantong hernianya mungkin diisi oleh lekuk usus. Dan tahap
keempat mengalami inkarserasi parsial, sering secara Ritcher atau total.
2. Epigastrika
Hernia ini juga disebut hernia linea alba yang merupakan hernia yang keluar
melalui defek dilinea alba antara umbilicus dan processus xifoideus. Penderita
sering mengeluh kurang enak pada perut dan mual, mirip keluhan kelainan
kandung empedu, tukak peptic atau hernia hiatus esophagus.
3. Ventralis, adalah nama umum untuk semua hernia di dinding perut bagian
antero lateral seperti hernia sikatriks. Hernia sikatriks merupakan penonjolan
peritoneum melalui bekas luka operasi yang baru maupun yang lama. Factor
predisposisinya ialah infeksi luka operasi, dehisensi luka, teknik penutupan
luka operasi yang kurang baik, jenis insisi, obesitas dan peninggian tekanan
intra abdomen.
4. Lumbalis
13

Didaerah lumbal antara iga XII dan Krista illiaca, ada dua buah trigonum
yaitu trigonum kostolumbalis superior (Grijnfelt) berbentuk segitiga terbalik
dan trigonum kostolumbalis inferior atau trigonum illiolumbalis (petit) yang
berbentuk segitiga. Pada pemeriksaan fisik tampak dan teraba benjolan
dipinggang tepi bawah tulang rusuk XII (Grijnfelt) atau ditepi cranial
dipanggul dorsal.
5. Littre, hernia yang sangat jarang dijumpai, merupakan hernia yang
mengandung divertikulum Meckel .
6. Spiegel, hernia interstitial dengan atau tanpa isinya melalui fascia Spieghel.
7. Perienalis, merupakan tonjolan hernia pada peritoneum melalui defek dasar
panggul yang dapat secara primer pada perempuan multipara atau sekunder
setelah operasi melalui perineum seperti prostatektomi atau resesi rectum
secara abdominoperienal.
8. Pantalon, merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan medialis pada
satu sisi. Kedua kantong hernia dipisah oleh vasa epigastrika inferior sehingga
berbentuk seperti celana.
9. Diafragma
10. Inguinalis
Macam hernia inguinalis:
Hernia inguinalis medialis.
Hernia inguinalis lateralis
11. Umbilical, merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang
masuk melalui cincin umbilicus akibat peninggian tekanan intraabdomen.
Hernia umbilikalis merupakan hernia congenital pada umbilikus yang hanya
tertutup peritoneum dan kulit
12. Paraumbilical merupakan hernia melalui suatu celah di garis tengah tepi
cranial umbilical, jarang terjadi di tepi kaudalnya. Penutupan secara spontan
jarang terjadi sehingga umumnya diperlukan operasi koreksi.

14

13. Femoralis yakni merupakan tonjolan di lipat paha yang muncul terutama pada
waktu melakukan kegiatan yang menaikkan tekanan intraabdomen seperti
mengangkat barang atau ketika batuk. Pintu masuknya adalah annulus
femoralis dan keluar melalui fossa ovalis dilipatan paha. Batas batas annulus
femoralis antara lain ligamentum inguinale di anterior, medial ligamentum
lacunare, posterior ramus superior ossis pubi dan muskulus peknitus beserta
fascia dan lateral m.illiopsoas beserta fascia locus minoris resistennya fascia
transversa yang menutupi annulus femoralis yang disebut septum cloquetti
d. Hernia menurut sifatnya/secara klinik
1. Hernia reponibel
Disebut begitu jika isi Hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri
atau mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada
keluhan nyeri.
2. Hernia ireponibel
Bila isi kantong tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Hernia ini disebut
juga hernia akreta dan tidak ada keluhan rasa nyeri atau tanda sumbatan usus.
Hernia inkarserata atau hernia strangulate. Hernia inkarserata berarti isi
kantong terperangkap, tidak dapat kembali kedalam rongga perut disertai
akibatnya yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi. Hernia strangulata
terjadi gangguan vaskularisasi, dengan berbagai tingkat gangguan mulai dari
bendungan sampai nekrosis (Syamsuhidayat dan Wim de Jong, 2012).
3. Hernia Ritcher, bila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus.
e. Hernia menurut jumlahnya
1. Hernia unilateral
2. Hernia duplek
c. Hernia menurut letak penonjolanya
1.

Hernia inguinalis lateralis/indirek

15

Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia lateralis karena keluar dari
rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral
dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis
inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinlais
eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skortum, ini
disebut hernia skortalis. Kantong hernia berada didalam muskulus kremaster
terletak anteromedial terhadap vas deferent dan struktur lain dalam tali
sperma
2.

Hernia inguinalis medialis/direk


Hernia inguinalis direk disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol
langsung kedepan melalui segitiga Hesselbach, daerah yang dibatasi oleh
ligamentum inguinale.

PATOFISIOLOGI
1. Hernia Inguinalis
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke 8 dari
kehamilan, terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis itu akan
menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang disebut
dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus ini telah mengalami

16

obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa
hal sering belum menutup, karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka
kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka
ini akan menutup pada usia 2 bulan. 1,2
Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus,
karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital.
Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi kerana usia lanjut, karena pada umur tua otot
dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh
mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena
daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan
intraabdominal meningkat seperti batuk batuk kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang
barang berat, mengejan. Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia
inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut.
Akhirnya menekan dinding rongga yang telah melemas akibat trauma, hipertropi protat, asites,
kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital dan dapat terjadi pada semua. 2,3,4
Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan alat
reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial komplikasi terjadi perlengketan antara isi
hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali.
Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibat semakin banyaknya usus yang masuk, cincin
hernia menjadi sempit dan menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila
terjadi obtruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian terjadi nekrosis.
Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah, konstipasi. Bila
inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis. 3,4,5
Juga dapat terjadi bukan karena terjepit melainkan ususnya terputar. Bila isi perut terjepit
dapat terjadi shock, demam, asidosis metabolik, abses. Komplikasi hernia tergantung pada
keadaan yang dialami oleh isi hernia. Antara lain obstruksi usus sederhana hingga perforasi
(lubangnya) usus yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis. 1,2,3
A. Hernia Inguinalis Direkta (Medialis)

17

Hernia ini merupakan jenis henia yang didapat (akuisita) disebabkan oleh faktor
peninggian tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum Hesselbach*.
Jalannya langsung (direct) ke ventral melalui annulus inguinalis subcutaneous. Hernia ini sama
sekali tidak berhubungan dengan pembungkus tali mani, umumnya terjadi bilateral, khususnya
pada laki-laki tua. Hernia jenis ini jarang, bahkan hampir tidak pernah, mengalami inkarserasi
dan strangulasi. 4,5,6
*Trigonum Hesselbach merupakan daerah dengan batas:

Inferior: Ligamentum Inguinale.

Lateral: Vasa epigastrika inferior.

Medial: Tepi m. rectus abdominis.

Dasarnya dibentuk oleh fascia transversalis yang diperkuat serat aponeurosis m.transversus
abdominis.

Hernia Inguinalis Direct


B. Hernia Inguinalis Indirekta (lateralis)
Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika
inferior. Dikenal sebagai indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran, yaitu annulus dan
kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan hernia lateralis akan tampak tonjolan berbentuk lonjong.
Dapat terjadi secara kongenital atau akuisita: 5,6

18

Hernia inguinalis indirekta congenital.

Terjadi bila processus vaginalis peritonei pada waktu bayi dilahirkan sama sekali tidak menutup.
Sehingga kavum peritonei tetap berhubungan dengan rongga tunika vaginalis propria testis.
Dengan demikian isi perut dengan mudah masuk ke dalam kantong peritoneum tersebut. 1,2,3,4,5

Hernia inguinalis indirekta akuisita.

Terjadi bila penutupan processus vaginalis peritonei hanya pada suatu bagian saja. Sehingga
masih ada kantong peritoneum yang berasal dari processus vaginalis yang tidak menutup pada
waktu bayi dilahirkan. Sewaktu-waktu kentung peritonei ini dapat terisi dalaman perut, tetapi isi
hernia tidak berhubungan dengan tunika vaginalis propria testis. 1,2,3

Hernia inguinalis indirect


C. Hernia Pantalon
Merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan medialis pada satu sisi. Kedua
kantung hernia dipisah oleh vasa epigastrika inferior sehingga berbentuk seperti celana.
Keadaan ini ditemukan kira-kira 15% dari kasus hernia inguinalis.

19

Diagnosis umumnya sukar untuk ditegakkan dengan pemeriksaan klinis, dan biasanya baru
ditemukan sewaktu operasi. 5,6

20

DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Anamnesis yang terarah sangat membantu dalam menegakkan diagnosis. Uraian lebih
lanjut tentang keluhan utama, misalnya bagaimana sifat keluhan, dimana lokasi dan kemana
penjalarannya, bagaimana awal serangan dan urutan kejadiannya, adanya faktor yang
memperberat dan memperingan keluhan, adanya keluhan lain yang berhubungan perlu
ditanyakan dalam diagnosis. Gejala dan tanda klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi

21

hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu- satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang
muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengejan, dan menghilang setelah berbaring.
Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan didaerah epigastrium atau
para umbilical berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen
usus halus masuk kedalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul
kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau srangulasi karena nekrosis atau gangren
( Syamsuhidayat dan Wim de Jong,2012 ). Pasien sering mengeluh tidak nyaman dan pegal pada
daerah inguinal, dan dapat dihilangkan dengan reposisi manual kedalam kavitas peritonealis.
Tetapi dengan berdiri atau terutama dengan gerak badan, maka biasanya hernia muncul lagi
( Sabiston,).
2. Pemeriksaan fisik
Semua hernia mempunyai tiga bagian yaitu kantong, isi dan bungkusnya. Semua ini
tergantung pada letak hernia, isi kantong hernia omentum yang terbanyak ditemukan. Kemudian
ileum, jejunum, dan sigmoid. Appendiks bagian bagian lain dari kolon, lambung, dan bahkan
hepar pernah dilaporkan terdapat di dalam kantong hernia yang besar. Omentum teraba relative
bersifat plastis dan sedikit noduler. Usus bisa dicurigai apabila kantong teraba halus dan tegang
seperti hydrocele, tetapi tidak tembus cahaya. Kadang kadang pemeriksa bisa merasakan gas
bergerak didalam lengkung usus atau dengan auskultasi bisa menunjukkan peristaltik. Lengkung
usus yang berisi gas akan tympani pada perkusi . Dalam keadaan penderita berdiri gaya berat
akan rnenyebabkan hernia lebih mudah dilihat dan pemeriksaan pada penderita dalam keadaan
berdiri dapat dilakukan dengan lebih menyeluruh. Dengan kedudukan penderita berbaring akan
lebih mudah melakukan pemeriksaan raba. Andaikata terdapat hernia, lebih mudah dapat
melakukan reposisi dan sisa pemeriksaan (perut dan tungkai) lebih mudah dilakukan.
Inspeksi
Pembengkakan yang timbul mulai dari regio inguinalis dan mencapai labium majus atau
sampai dasar skrotum, selalu merupakan hernia inguinalis lateralis. Kalau tidak ada
pembengkakan yang dapat kila lihat, penderita disuruh batuk. Kalau pembengkakan yang
kemudian terlihat kemudian berada di atas lipatan inguinal dan berjalan miring dan lateral atas
menuju ke medial bawah, maka pembengkakan tersebut adalah hernia inguinalis lateralis. Tetapi
22

kalau pembengkakan itu kelihatannya langsung muncul ke depan, maka kita berhadapan dengan
hernia inguinalis medialis.
Palpasi
Dapat untuk menentukan macam hernianya. Untuk memeriksa pelipatan paha kiri
digunakan tangan kiri, pelipatan paha kanan dipakai tangan kanan. Caranya:
Pemeriksaan Ziemen Test :
1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh penderita).
2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.
3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada :

jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.

jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.

jari ke 4 : Hernia Femoralis.

Ziement Test

23

Pemeriksaan Thumb Test :

Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan

Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.

Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

Thumb Test
Pemeriksaan Finger Test :
1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.
2. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal.
3. Penderita disuruh batuk:

Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.

24

Finger Test

Perkusi
Bila isinya gas pada usus akan terdengar bunyi timpani. Bila didapatkan perkusi perut
kembung

maka

harus

dipikirkan

kemungkinan

hernia

strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.

Auskultasi
Terdengar suara usus, bila auskultasi negatif maka kemungkinan isi hernia berupa
omentum. Auskultasi juga bisa untuk mengetahui derajat obstruksi usus.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

25

Hasil laboratorium

Leukosit > 10.000 18.000 / mm3


Serum elektrolit meningkat

Pemeriksaan radiologis
1. Herniografi
Dalam teknik ini, 5080 ml medium kontras iodin positif di masukkan
dalam wadah peritoneal dengan menggunakan jarum yang lembut. Pasien
berbaring dengan kepala terangkat dan membentuk sudut kira- kira 25

derajat.

Tempat yang kontras di daerah inguinalis yang diam atau bergerak dari sisi satu
ke sisi lain akan mendorong terwujudnya kolam kecil pada daerah inguinal. Tiga
fossa inguinal adalah suprapubik, medial dan lateral.

Pada umumnya fossa

inguinal tidak mcncapai ke seberang pinggir tulang pinggang agak ke tengah dan
dinding inguinal posterior. Hernia tak langsung muncul dari fossa lateral yang
menonjol dari fossa medial atau hernia langsung medial yang menonjol dari fossa
suprapubik.
2. Ultrasonografi
Teknik ini dipakai pada perbedaan gumpalan dalam segitiga femoral.
3. Tomografi komputer
Dengan teknik ini mungkin sedikit kasus hernia dapat dideteksi .

DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding hernia inguinalis antara lain:

26

PENATALAKSANAAN
Penanganan DI IGD

Mengurangi hernia.

Memberikan sedasi yang adekuat dan analgetik untuk mencegah nyeri. Pasien harus istirahat
agar tekanan intraabdominal tidak meningkat.

Menurunkan tegangan otot abdomen.

Posisikan pasien berbaring terlentang dengan bantal di bawah lutut.


Pasien pada posisi Trendelenburg dengan sudut sekitar 15-20 terhadap hernia inguinalis.

Kompres dengan kantung dingin untuk mengurangi pembengkakan dan menimbulkan


proses analgesia.

Posisikan kaki ipsi lateral dengan rotasi eksterna dan posisi flexi unilateral (seperti kaki
kodok)
27

Posisikan dua jari di ujung cincin hernia untuk mencegah penonjolan yang berlanjutselam
proses reduksi penonjolan

Usahakan penekanan yang tetap pada sisi hernia yang bertujuan untu mengembalikan isis
hernia ke atas. Jika dilakukan penekanan ke arah apeks akan menyebabkan isis hernia
keluar dari pintu hernia.

Konsul ke ahli bedah jika usaha reduksi tidak berhasil dalam 2 kali percobaanm

Teknik reduksi spontan memerlukan sedasi dam analgetik yang adekuat dan posisikan
Trendelenburg, dan kompres dingin selam 20-30 menit.7
Konsul bedah jika :

Reduksi hernia yang tidak berhasil

Adanya tanda strangulasi dan keadaan umum pasien yang memburuk

Hernia ingunalis harus dioperasi meskipun ada sedikit beberapa kontraindikasi .


penanganan ini teruntuk semua pasien tanpa pandang umur inkarserasi dan strangulasi
hal yang ditakutkan dibandingkan dengan resiko operasinya.

Pada pasien geriatri sebaiknya dilakukan operasi elektif agar kondisi kesehatan saat
dilakukan operasi dalam keadaan optimal dan anestesi dapat dilakukan. Operasi yang cito
mempunyai resiko yang besar pada pasien geriatri.

Jika pasien menderita hyperplasia prostate akan lebih bijaksana apabila dilakukan
penanganan terlebih dahulu terhadap hiperplasianya. Mengingat tingginya resiko infeksi
traktus urinarius dan retensi urin pada saat operasi hernia.

Karena kemungkinannya terjadi inkarserasi, strangulasi, dan nyeri pada hernia maka
operasi yang cito harus di lakukan. Pelaksanaan non operasi untuk mengurangi hernia
inkerserasi dapat dicoba. Pasien di posisikan dengan panggul dielevasikan dan di beri
.analgetik dan obat sedasi untuk merelaxkan otot-otot.

Operasi hernia dapat ditunda jika massa hernia dapat dimanipulasi dan tidak ada gejala
strangulasi.

28

Pada saat operasi harus dilakukan eksplorasi abdomen untuk memastikan usus masih
hidup, ada tanda-tanda leukositosis.

Gejala klinik peritonitis, kantung hernia berisi cairan darah yang berwarna gelap.7

Konservatif
Pengobatan konservatif bukan merupakan tindakan definitif sehingga dapat kambuh lagi.
1. Reposisi
Suatu usaha atau tindakan untuk memasukkan atau mengembalikan isi hernia ke
dalam cavum peritoneum atau abdomen secara hati-hati dan dengan tekanan yang
lembut dan pasti. Reposisi ini dilakukan pada hernia inguinalis yang reponibel
dengan cara memakai kedua tangan. Tangan yang satu memegang lekuk yang
sesuai dengan pintunya (leher hernia diraba secara hati-hati, pintu dilebarkan),
sedangkan tangan yang lainnya memasukkan isi hernia melalui pintu tersebut.
Reposisi ini kadang dilakukan pada hernia inguinalis irreponibel pada pasien yang
takut operasi. Caranya, bagian hernia dikompres dingin, penderita diberi
penenang valium 10 ml supaya pasien tidur, posisi tidur trendelenberg. Hal ini
rnemudahkan memasukkan isi hernianya. Jika gagal tidak boleh dipaksakan, lebih
baik dilakukan operasi pada hari berikutnya.
2. Suntikan
Dilakukan setelah reposisi berhasil. Dengan rnenyuntikkan cairan

sklerotik

berupa alkohol atau kinin di daerah sekitar hernia, rnenyebabkan pintu hernia
mengalami sklerosis atau penyempitan, sehingga isi hernia tidak akan keluar lagi
dari cavum peritonei.
3. Sabuk hernia
Sabuk ini diberikan pada pasien dengan pintu hernia yang rnasih kecil

dan

menolak dilakukan operasi . Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan

29

menahan hernia yang telah di reposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga
harus dipakai seumur hidup.

Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.
Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan (Syamsuhidayat dan Wim de Jong 2012).
Indikasi diadakan operasi:
1. Hernia inguinalis yang mengalami inkarserata, meskipun keadaan umum jelek.
2. Hernia reponibel pada bayi dengan umur lebih dari 6 bulan atau berat

badan

lebih dari 6 kilogram. Jalannya operasi menggunakan obat anastesi lokal berupa
procain dengan dosis rnaksimum 200 cc .

Jika digunakan anastesi lokal,

digarnbarkan incisi berbentuk belah ketupat dan diberikan kira-kira 60 ml


xylocain 0,5 persen dengan epinefrin (Sabiston).
Operasi hernia ada 3 tahap
1. Herniotomy

yaitu

membuka

dan

memotong

kantong

hernia

serta

mengembalikan isi ke cavum abdominalis.


2. Herniorafi yaitu mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada
conjoint tendon.
3. Hernioplasty yaitu memberi kekuatan pada dinding perut dan menghilangkan
locus minnoris resistentiae.
Operasi pada hernia inguinalis lateralis

30

Irisan kulit pada hernia inguinalis ini disebut inguinal incision, dua jari cranial dan sejajar
ligamentum inguinale mulai dari pertengahan. Dan ini sesuai dengan anulus inguinalis internus.
Panjang irisan tergantung dari besarnya hernia (tergantung kebutuhan), biasanya 5-8 cm. Pada
anastesi lokal dilakukan infiltrasi procain kurang lebih tidak melebihi 20 cc. Setelah kulit dibuka,
subkutis dan jaringan lemak disiangi sampai tampak aponeurosis muskulus obliqus eksternus
yang merupakan dinding depan kanalis inguinalis. Kira-kira 2 cm cranial ligamentun inguinale.
Irisan ke medial sampai membuka anulus inguinalis eksternus.
Di dalam kanalis inguinalis terdapat funiculus spermaticus dibungkus muskulus
cremaster. Otot ini disiangi sampai funikulus spermaticus kelihatan. Funiculus dibersihkan atau
dicanthol sampai ke lateral dengan kain kasa, dan kantong peritoneum akan timbul di sebelah
caudomedialnya. Kantong ini dijepit dengan dua buah pinset sirurgik dan diangkat, kemudian
dibuka dengan memperhatikan agar isi hernia (usus) tidak terpotong. Kantong yang terbuka lalu
dijepit dengan klem Mickuliks sehingga usus tampak jelas. Kemudian usus dikembalikan ke
cavum abdominalis dengan rnelebarkan irisan pada kantong ke proksimal sampai leher hernia.
Sisa kantong sebelah distal dibiarkan dalam skrotum pada hernia yang besar (karena bisa
menimbulkan banyak pendarahan), sedang hernia yang kecil sisa kantong tersebut dibuang.
Kemudian leher dijahit ikat. Puntung ini kemudian ditanamkan di bawah conjoint tendon dan
digantungkan. Selanjutnya karena locus minoris resistantiae masih ada, perlu dilakukan
hernioplasty .
Hernioplasty ada bermacam-macam menurut kebutuhannya:
1. Ferguson
Yaitu funiculus spermaticus ditaruh di sebelah dorsal dari musculus obliqus
externus dan internus abdominis dan muskulus obliqus internus dan transversus
dijahitkan pada ligamenturn inguinale dan meletakkan funiculus spermaticus di
dorsal, kemudian aponeurosis muskulus obliqus externus dijahit kembali
sehingga tidak ada lagi kanalis inguinalis.
2. Bassini

31

Muskulus obliqus internus dan muskulus transversus abdominis dijahitkan pada


ligamentum inguinale. Funikulus spermaticus diletakkan ventral dari muskulus
tadi tetapi dorsal dari aponeurosis muskulus obliqus eksternus sehingga kanalis
inguinalis kedua muskuli tadi memperkuat dinding belakang dari kanalis
inguinalis, sehingga locus minoris resistantiae hilang.

3. Halstedt
Di lakukan untuk memperkuat atau menghilangkan locus minonis resistentiae.
Ketiga muskulus, muskulus obliqus eksternus abdominis, muskulus obliqus
internus abdominis, muskulus obliqus transversus abdominis, funikulus
spermatikus diletakkan di sub kutis.
4. Shouldice
Membuka lantai inguinalis dan mengimbrikasi fascia transversalis dengan
teknik jahitan kontinyu (Sabiston).
Operasi pada hernia inguinalis medialis
Herniotomy pada hernia inguinalis medialis sama dengan teknik operasi hernia
inguinalis lateralis. Hernioplasty di sini memperkuat daerah medial dan anulus inguinalis
eksternus. Hernioplasty dikerjakan dengan cara Mc. Vay. yaitu menarik muskulus obliqus
abdominis internus dan muskulus transversus abdominis, serta conjoint tendon lalu dijahitkan
pada ligamentum cowperi atau pectineum lewat sebelah dorsal dari ligamentum inguinale.

KOMPLIKASI
Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia dapat
tertahan dalam kantong hernia pada hernia irreponibel, ini dapat terjadi kalau isi hernia terlalu
besar atau terdiri dan omenturn, organ ekstra peritoneal (hernia geser atau hernia akreta). Disini
tidak timbul gejala klinik kecuali berupa benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh
cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulata yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang
sederhana.
32

Sumbatan dapat terjadi total atau parsial seperti pada hernia richter. Jepitan cincin hernia
akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada pemulaan terjadi bendungan vena
sehingga terjadi udem organ atau struktur didalam hernia dan transudasi kedalam kantong hernia.
Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya
peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi
transudat berupa serosanguinus. Kalau isi hernis terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang
dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut
(Syamsuhidayat dan Wim de Jong 2012).
Pada pasien dewasa. tingkat komplikasi dari herniorafi inguinal yang terbuka berbeda
antara 1% sampai 26% dengan banyak laporan yang tersusun dari 7% sampai I 2%. Kira-kira
700 ribu herniorafi inguinal yang terjadi setiap tahunnya, komplikasi yang muncul kira-kira 10%
dari orang-orang ini memiliki sebuah masalah yang cukup besar . Infeksi luka merupakan
masalah yang sering dihadapi. Sebuah infeksi yang lebih dalam dapat berdampak dalarn
kernunculan kembali hernia. Kandung kemih dapat luka dengan cara saat dasar saluran inguinal
dibentuk kembali dan dilakukan untuk hernia pangkal paha. Jika rnungkin melukai testis,
vasdeferens, pembuluh darah atau syaraf illiohypogastrik, illioinguinal.

33

PROGNOSIS
Tergantung dari umur penderita, ukuran hernia serta kondisi dari isi kantong hernia .
Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus segera ditangani. Penyulit pasca bedah seperti
nyeri pasca herniorafi, atrofi testis, dan rekurensi hernia umumnya dapat diatasi .

BAB III
KESIMPULAN

Sebuah hernia inguinal merupakan benjolan dari isi intra abdominal dalam saluran
inguinal. Bentuk yang menonjol tertutup oleh sebuah lapisan dari peritoneum, menyebabkan
sebuah kerusakan pada dasar saluran inguinal. Saat kerusakan ini muncul secara lateral terhadap
pembuluh darah epigastrik yang dalarn, ini diklasifikasikan sebagai sebuah hernia inguinal tak
langsung, saat benjolan ini berada di tengah pembuluh darah, maka disebut sebuah hernia
inguinal langsung. Berikut ini adalah beberapa poin dari perbedaan dalam diagnosis:
1. Hernia inguinal langsung, biasanya muncul setelah usia 40 tahun dan berbentuk berdiri
atau menegang. Biasanya dapat dengan mudah dan cepat berkurang sendiri.
2. Sebuah hernia yang lebih panjang dari lebarnya sering berupa hernia tak langsung.
3. Seseorang yang telah berusia lanjut dengan integritas lapisan yang lemah sering
menderita hernia langsung .
Pada hernia inguinalis lateralis secara normal kantong peritoneum terobliterasi sehingga
kanalis inguinalis hanya akan terisi funikulus spermatikus pada laki-laki dan ligamentum
34

rotundum pada wanita. Jika terjadi kegagalan obliterasi isi rongga peritoneum dapat memasuki
kanalis inguinalis melalui cincin inguinal (Mc. Dermott, 1990). Sedangkan pada hernia
inguinalis medialis umumnya bilateral, jarang mengalarni inkarserasi dan strangulasi .
Hernia inguinalis timbul paling sering pada pria dan lebih sering pada sisi kanan
dibandingkan sisi kiri. Peningkatan tekanan intra abdomen akibat berbagai sebab, yang
mencakup pengejanan mendadak, gerak badan yang terlalu aktif, obesitas, batuk menahun,
ascites. Mengejan pada waktu buang air besar, keharnilan dan adanya masa abdomen yang besar
merupakan predisposisi ke perkembangan hernia inguinalis (Sabiston).
Sebagian besar hernia inguinalis adalah asimptomatik, dan kebanyakan ditemukan pada
pemeriksaan fisik rutin dengan palpasi benjolan pada anulus inguinalis superfisialis, atau suatu
kantong setinggi anulus inguinalis profundus. Yang terakhir dibuat terasa lebih menonjol bila
pasien batuk. Salah satu tanda pertama hernia adalah adanya masa dalam daerah inguinalis
manapun atau bagian atas skrotum (Sabiston).
Pada bayi dan anak adanya benjolan yang hilang timbul di lipat paha biasanya di ketahui
oleh orang tua. Jika hernia menganggu dan anak atau bayi sering gelisah, banyak menangis dan
kadang perut kembung, harus dipikirkan kemungkinan hernia strangulata ( Syamsuhidayat dan
Wim de Jong 2012). Pasien juga melaporkan adanya benjolan yang hilang di pagi hari tetapi
menjadi semakin besar pada siang hari. Lebih jarang pasien datang dengan onset akut gejala
yang parah, terutama setelah aktifitas mendadak atau mengejan.
Sebuah hernia inguinalis tidak pernah sembuh dengan sendirinya, dan jika simptomatik
maka cenderung memberat. Walaupun pasien dapat merasakan semakin kecilnya gangguan
dengan berjalannya waktu terutama dengan perubahan aktifitas, gejala cenderung meningkat .

35

DAFTAR PUSTAKA
1. Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartzs Principles of Surgery. Eighth
edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-1394.
2. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias.

Sabiston

Textbook

of

Surgery.

17thEdition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217


3. Syamsuhidayat, R, and Wim de Jong, (2012), Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi revisi, 706710, EGC, Jakarta.
4. Inguinal Hernia: Anatomy and
Managementhttp://www.medscape.com/viewarticle/420354_4

5. Dunphy, J.E, M.D, F.A.C.S. dan Botsford, M.D, F.A.C.S, Pemeriksaan Fisik Bedah, edisi
ke-4, 145-146, Yayasan Essentia Medika, Yogyakarta.
6. Dudley and Waxmann, Scott; An Aid to Clinical Surgery, 4nd ed, 247, Longman Singapore
Publisher Ltd, Singapore.
7. Darmokusumo, K, Buku Pegangan Kuliah Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran, Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta.
8. Norton,Jeffrey A. 2001. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery Basic Science
and Clinical Evidence. New York. Springer. 787-803.
9. http://www.hernia.tripod.com/inguinal.html
10. Schwartz, and Shires, and Spencer, Principles of Surgery, 4nd ed, 1543, Mc. Graw Hill
Book Company, Singapore.
11. Sabiston and Lyerly, Text Book of Surgery The Biological Basis of Modern Surgical
Practice, 15nd ed, 1.219- 1.232, W. B, Saunders Company.

36

37

38

Anda mungkin juga menyukai