Anda di halaman 1dari 2

Nama Wulan Megasari

Nim 201310410311287
Farmasi D
Manajemen RS GH Surabaya pada tahun 2014 mengadakan penggantian Kepala IFRS
karena pejabat lama telah melampaui masa pensiun. Kepala IFRS yang baru adalah seorang
senior yang telah bekerja lebih dari 12 tahun. Evaluasi terhadap tugas-tugas Kepala IFRS
yang baru setelah satu tahun menjabat tersebut menemukan fakta bahwa dibandingkan
dengan kepemimpinan pejabat yang lama, saat ini keluhan dokter maupun pasien dan
keluarga pasien tentang mutu pelayanan semakin meningkat. Kepala IFRS yg baru
dinilai kurang tegas terhadap bawahannya dan tenaga medis yang lain, terutama yang
masih muda. Pertanyaan : Menurut Saudara, gaya kepemimpinan apa , menurut kontingensi,
yang paling mendekati kesesuaian dengan kasus tersebut? Jelaskan jawaban Saudara.
Jawaban
Menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) Kepemimpinan yaitu kegiatan
atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan
orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan
kelompok.
Gaya kepemimpinan Laissez-faire
Menurut Heidjrachman dan Husnan (1990) gaya kepemimpinan dibagi menjadi tiga
macam dimana salah satunya adalah gaya kepemimpinan Laissez-faire. Laissez-faire berasal
dari bahasa prancis yang berarti tinggalkan itu sendiri. Gaya kepemimpinan ini lebih
banyak menekankan keputusan kelompok dan memperbolehkan kelompok yang memimpin
dalam menentukan tujuan dan metode mereka yang akan dicapai.
Kepemimpinan membiarkan artinya pemimpin melepaskan tanggung jawabnya
meninggalkan karyawan tanpa arah, supervisi dan koordinasi yang jelas serta memaksa
karyawan untuk membuat perencanaan, mengimplementasikannya, dan menilainya menurut
apa yang mereka rasakan tepat tanpa adanya suatu standar yang jelas. Dalam kondisi tertentu
pemimpin hanya berfungsi sebagai fasilitator.
Pemimpin akan menyerahkan keputusan kepada keinginan kelompok serta dalam
bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan tersebut kepada bawahan. Pemimpin tidak
membuat peraturan tentang pelaksanaan pekerjaan dan hanya sedikit melakukan kontak atau
hubungan dengan para bawahan sehingga bawahan dituntut untuk memiliki kemampuan dan
keahlian yang tinggi.
Gaya ini dapat bekerja dengan baik hanya pada bidang yang kecil, atau bilamana
anggota-anggota dari kelompok memiliki tingkat pendidikan yang sama dengan
pemimpinnya dan pemimpin melakukan tugas yang sama dengan anggota-anggotanya.
Dalam beberapa situasi, gaya kepemimpinan Laissez-faire dapat membiarkan orangorang
merasa kehilangan dan frustasi karena kurangnya bimbingan dari pemimpin. Ketika mereka
mencoba untuk mencapai beberapa tujuan, seringkali hanya menginput dari pemimpin yang
mengerjakan yang salah. Ketika menghadapi keputusan yang sukar, pemimpin laissez-faire

biasanya menghindari membuat sebuah keputusan dengan harapan masalah akan terpecahkan
sendiri.
Ciri-cirinya:
1.
Pemimpin menyerahkan tanggung jawab pada pelaksanaan pekerjaan kepada bawahan,
2.
Pemimpin memberikan kebebasan kepada bawahan untuk mengemukakan ide, saran,
dan pendapat.
3.
Pemimpin menyerahkan kepada bawahan sepenuhnya dalam hal pengambilan
keputusan.
4.
Pemimpin percaya bawahannya mampu melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik.
5.
Pemimpin membiarkan bawahannya memilih cara-cara yang dikehendaki dalam
menyelesaikan tugas
(Gillies, 1994 dan La Monica,1986)
Menurut pendapat saya, setelah menganalisis kasus diatas gaya kepemimpinan yang
digunakan adalah Gaya Kepemimpinan Bebas / Laissez Faire yaitu pemimpin yang
melepaskan tanggung jawab dan menghindari pembuatan keputusan sehingga semuanya
diserahkan kepada bawahan dan memberi kebebasan kepada bawahan. Hal tersebut tidak
sesuai dengan pengertian dari kepemimpinan yaitu seseorang yang membimbing orang lain
dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan bersama. kepala IFRS yang baru dalam
menjalankan tanggung jawab sebagai pemimpin belum baik karena terlihat dari setelah
menjabat selama 1 tahun belum ada kemajuan yang terlihat malah ditemukan keluhan dokter
maupun pasien dan keluarga pasien tentang mutu pelayanan semakin meningkat. hal tersebut
dapat dikaitkan dengan teori situasional dari harsery dan Blanchard yang menjelaskan
bahwa Kunci sukses melalui pemilihan gaya kepemimpinan yang benar, dalam pengertian
disesuaikan dg maturitas. Tetapi disini kepala IFRS yang baru dirasa belum maturitas karena
kemampuan untuk melaksanakan tanggung jawab masih rendah sehingga tidak berani
mengambil keputusan dan kurang tegas terhadap bawahannya dan tenaga medis yang lain,
terutama yang masih muda.
Model Partisipasi Pemimpin yang dikembangkan oleh Victor Vroom dan Phillip
Yetton yang berisi menghubungkan perilaku kepemimpinan dan partisipasi dalam
pengambilan keputusan, Perilaku seorang pemimpin seharusnya bisa disesuaikan degans atau
merefleksikan struktur tugas tersebut. Menurut model partisipasi pemimpin jelas bahwa
sebagai seorang pemimpin harus bisa menyesuaikan dengan tugas yang diberikan dan
melaksanakan dengan baik. Tetapi didalam kasus diatas kepala IFRS yang baru cenderung
tidak berani untuk bersikap tegas terhadap bawahannya dan dengan keluhan yang dialami
pasien mengenai mutu pelayanan yang kurang baik jika tidak diselesaikan akan berpengaruh
bagi perkembangan RS itu sendiri karna pasti akan banyak pasien yang tidak mau lagi untuk
kembali berobat ke sini.

Anda mungkin juga menyukai