Anda di halaman 1dari 9

UPAYA PEREMPUAN NELAYAN MEMBANGUN KOMUNITAS DALAM

MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN DI KELURAHAN KEDUNG


COWEK KOTA SURABAYA
[THE FISHERMANS WIFE EFFORT TO BUILD COMMUNITY IN
INCREASE PROSPERITY IN KEDUNG COWEK DISTRICT SURABAYA]
M.R. Lilik Ekowanti1), Aniek Sulestiani2), Karma Budiman3)
1)
Fakultas Ilmu Politik dan Sosial, UPN Veteran Surabaya
2)
Fakultas Teknik & Ilmu Kelautan, UPN Veteran Surabaya
3)
Fakultas Farmasi, UPN Veteran Surabaya

ABSTRAK
Pelaksanaan pendampingan dan pembinaan terhadap kolompok dampingan / masyarakat pesisir sebagian
wilayah di komunitas Kedung Cowek sudah ada inovasi produk untuk meningkatkan nilai tambah seperti ikan
tangkapan dijadikan olahan ikan. Pada kelompok nelayan tradisional , peranan istri dituntut semakin lebih besar
dalam menilai alternative pendapatan lain untuk mencukupi kebutuhan ekonomi rumahtangga. Hasil pengamatan ada
3 (tiga) factor pendekatan diantaranya : pendekatan psikologi social, masih kurang untuk memahami pentingnya
mempertahankan hasil dengan cara pertemuan antar anggota, pendekatan budaya : kebiasaan kerja yang masih
kurang menghargai waktu kerjadan kegiatan antar kelompok, pendekatan lingkungan : adaptasi masyarakat terhadap
lingkungan alam maupun lingkungan sosialnya sehingga membentuk suatu pola tingkah laku. Konsep adaptasi
menjadi satu hal penting dalam konsep interaksi antar manusia dengan lingkungan alamnya
Kata kunci : pendekatan, kegiatan antar kelompok

ABSTRACT
Implemention of assistance and development of the coastal community adjacent groups: some areas in
existing Kedung Cowek community have been product innovation to increase the additional value such as catch fish
processed to be used fish. In traditional fisherman group, the role of wife demand to even greater to access other
income alternative for meet the needs of home economics. The result of observation is 3 factor about : approachment
social psychology, is still less to understanded how important to defended the result with meeting between the
members, be close by culture : a habit of work still appreciated job time and activity between group, be closer with
nature : adaptation of people with nature or social until be an action system. Adaptation system be one important
thing in interaction consep between human with their nature.
Keyword : approachment, activity between group.

PENDAHULUAN
Latar belakang masalah
Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (disingkat RPJP Nasional), adalah dokumen
perencanaan pembangunan nasional untuk periode 20
(dua puluh) tahun. RPJP Nasional untuk tahun 2005
sampai dengan 2025 diatur dalam Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2007. Pelaksanaan RPJP Nasional
2005-2025 terbagi dalam tahap-tahap perencanaan
pembangunan
dalam
periodisasi
perencanaan
pembangunan jangka menengah nasional 5 (lima)
tahunan.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional, (disingkat RPJM Nasional), adalah dokumen
perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun yang terdiri
dari : RPJM Nasional I Tahun 20052009,
1. RPJM Nasional II Tahun 20102014,
2. RPJM Nasional III Tahun 20152019,
3. RPJM Nasional IV Tahun 20202024.

Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian

Adapun tujuan Jangka Menengah sebagai


berikut: dibagi dalam 4 rencana jangka menengah
dalam kurun 5 tahunan. Tahap pertama (2005-2009)
dan tahap ke dua (2009-2014) telah selesai. Skala
prioritas dan strateginya dapat dilihat sebagai berikut:
1. Tahap pertama, RPJMN (2005-2009)
RPJMN selama periode tersebut bersamaan
dengan resesi dunia yaitu d Amerika dan Eropa.
Meskipun IndonesiAa lthough Indonesia was still able
to show growth, these external shocks did cause a
negative impact, especially on social indicators such as
poverty eradication and tackling of unemployment.
Also the fuel subsidy cuts in 2005 had a negative
impact on these indicators due to the resulting high
inflation.
2. Tahap Kedua, RPJMN (2010-2014)
Tahap kedua ini adalah mengkonsolidasi
reformasi di Indonesia dalam segala bidang

77

menekankan pada peningkatan kualitas sumber daya


manusia , meliputi: promosi peningkatan kapasitas
dalam pengetahuan dan teknologi dan memperkuat
kompetitis bidang ekonomi.
3. Tahap Ketiga, RPJMN (2015-2019)
Tahap
ketiga
ini
bertujuan
untuk
mengembangkan konsolidasi pembangunan secara
komprehensif
dalam
semua
bidang
dengan
menekankan pencapaian ekonomi yang kompetitif
sumberdaya alam dan kualitas sumber daya manusia
dan meningkatkan kemampuan ilmu dan teknologi
4. Tahap Keempat, RPJMN (2020-2025)
Tahap keempat, bertujuan merealisasi
kemandirian masyarakat Indonesia, kemajuan dan
percepatan pembangunan dalam segala bidang
menekankan pada merealisasi struktur ekonomi yang
lebih solid berbasis keuntungan kompetitif di berbagai
wilayah dan didukung oleh kualitas dan kompetitif
sumber daya manusia. (Hak Cipta Van der Schaar
Investments B.V.)
RPJMP dan RPJM Indonesia dituangkan
dalam RPJM Departemen Kelautan Dan Kemaritiman,
yang kemudian dijadikan induk bagi Dinas Perikanan
Di Kabupaten dan Kota di Indonesia, dengan program
pemberdayaan
masyarakat pesisir sebagai mana
terlihat pada studi kasus sebagai berikut:
Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir :
Pengalaman Pendampingan terhadap Kelompok
Nelayan Latar belakang Penentuan kelompokkelompok dampingan didasarkan pada tingkat
keseriusan pengurus dan anggota kelompok dalam
mengembangkan
kelompoknya,
selanjutnya
kegiatannya difokuskan di laut atau pantai. Dalam
kontek ini Bina Swadaya Konsultan tidak membentuk
kelompok-kelompok baru akan tetapi mendampingi
dan membina kelompok-kelompok yang ada baik
bentukan dari dinas instansi terkait ataupun bentukan
perusahaan. Sehingga fokus kegiatan Bina Swadaya
Konsultan adalah melakukan pendampingan dan
pembinaan secara intensif dalam upaya mengaktifkan
kembali kelompok-kelompok yang ada supaya tidak
tumpang tindih. Pada awalnya Bina Swadaya
Konsultan mendampingi 34 KSM, namun dalam
perkembangannya mendampingi 40 KSM, ada
peningkatan 6 KSM diakhir proyek. Tujuan yang
hendak dicapai dari pelaksanaan program ini adalah
sebagai berikut:
1. Meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia
dalam mengelola sumberdaya potensial
(pesisir dan laut)
2. Muncul dan berkembangnya kelompok
swadaya masyarakat yang mendukung
pengelolaan sumberdaya laut dan pesisir
Outputs
Hasil-hasil yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
1. Tersusunnya dokumen road map strategi
pengembangan livelihood masyarakat yang
berkelanjutan
2. Terbentuknya dan berfungsinya KSM sebagai
wadah pengembangan usaha mikro/kecil
masyarakat

78 Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian

3.

Tumbuhnya usaha masyarakat di bidang


agribisnis (perikanan dan pertanian) Pengurus
kelompok
dapat
menumbuhkembangkan
dinamika kelompok
4. Peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan
sikap anggota kelompok dalam mengelola
kelembagaan dan pusat informasi, kualitas
produk olahan perikanan serta pemasaran dan
jaringan.
Pada kelompok nelayan tradisional, peranan
istri nelayan dituntut semakin lebih besar dalam
mencari alternatif pendapatan lain untuk mencukupi
kebutuhan ekonomi rumah tangga. Berdasarkan hasil
pengamatan pada tahun 2014, menunjukkan bahwa
sebelum tahun 2009, alokasi waktu kerja perempuan
nelayan cenderung mempunyai kegiatan non produktif,
seperti: berkumpulnya para perempuan setelah
suaminya berangkat melaut tanpa tujuan yang jelas
(ngrumpi). Rata-rata pendapatan nelayan berkisar
antara Rp. 500/000,- sampai Rp. 600.000,- per bulan
sebagaimana dikemukakan oleh Bu Tatik (Ketua
Kelompok Sntra Ikan Laut di Kelurahan Kedung
Cowek).
Berdasarkan
pengamatan,
menunjukkan
bahwa rumah tangga wanita nelayan terdapat sebesar
27 % yang mempunyai aktifitas/pekerjaan untuk
membantu ekonomi rumah tangga (kegiatan produktif),
sedangkan 73 % lainnya tidak bekerja, bentuk
pekerjaan wanita nelayan (kegiatan produktif antara
lain : berdagang, pengolahan ikan, bertani, menjahit
sulaman, dan lain sebagainya).
Dilihat dari distribusi pendapatan nelayan
berdasarkan kelompok pendapatan maka dapat dilihat
pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Distribusi Nelayan Berdasarkan Kelompok
Pendapatan Di Kota Surabaya
No Distribusi Pendapatan
N
%
1
40 % terendah
149
85
2
40 % menengah
19
10
3
20 % tertinggal
8
5
Jumlah
176
100
Sumber : Data primer, 2004 2005.
Berdasarkan Tabel 1.1, terlihat bahwa rumah
tangga terpusat pada golongan pengeluaran terendah
yang berarti rumah tangga tersebut terdapat kemiskinan
relatif tinggi dan distribusi pendapatan antar kelompok
pendapatan tersebut ketimpangannya relatif tinggi.
Berdasarkan pengelompokan pendapatan diatas, maka
nelayan yang sudah memanfaatkan teknologi dan
kegiatannya sudah berskala dinamis yaitu penggunaan
kapal bermotor.
Sebagian
besar
perempuan
nelayan
mencurahkan untuk kegiatan reproduktif dan kegiatan
lainnya yang tidak mempunyai nilai ekonomis, maka
sebenarnya dalam rangka peningkatan ekonomi rumah
tangga nelayan, wanita nelayan mempunyai potensi
yang cukup besar guna peningkatan ekonomi rumah
tangga. Permasalahannya lapangan pekerjaan yang
sangat terbatas bagi kaum wanita ini di pesisir pantai

dengan keterbatasan keahlian dan ketrampilan


perempuan nelayan.
Pusat Studi Wanita (PSW UHT) mendalami
tentang model pemberdayaan perempuan nelayan
dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga,
mengingat kondisi sosial dan ekonomi masyarakat
nelayan belum sebagaimana yang diharapkan. Untuk
itu, pada penelitian tindakan ini, PSW UHT mencoba
mengangkat sarana yang memungkinkan memudahkan
para perempuan nelayan mengakses informasi terkait
dengan pengembangan potensi ekonomi yang
dimilikinya serta memudahkan pelembagaan model
pemberdayaan solidaritas atau membangun dan
mengembangkan jaringan yang kondusif diantara
stakeholder.
Hal menarik diamati bahwa: guna memenuhi
kebutuhan sehari-hari perempuan nelayan ini
menggunakan jasa Bank Titil. Lembaga penyedia
dana bersifat lebih mudah aksesnya, tanpa syarat,
pembayaran dapat ditunda dengan jasa 30 % per bulan
dengan pembayaran setiap minggu. Hal ini sangat
memberatkan para perempuan nelayan, akan tetapi
mereka tidak mempunyai pilihan. Kondisi ini
berlangsung cukup lama. Perempuan nelayan
cenderung sulit keluar dari persoalan ekonomi seperti
tersebut diatas, dengan meningkatkan kemampuan dan
kapasitas perempuan nelayan baik dilakukan secara
internal oleh perempuan nelayan maupun eksternal
diharapkan mampu untuk keluar dari persoalan
tersebut. Perempuan nelayan telah menggunakan sarana
pertemuan diantara mereka, akan tetapi kebiasaan
untuk melakukan kegiatan produktif masih jauh dari
harapan, untuk itu perlu komunitas yang kondusif
membangun kegiatan yang memberikan nilai tambah
bagi perempuan nelayan Di Kelurahan Kedung Cowek
Kota Surabaya.
Pengembangan
Komunitas
(Community
Development)
Menurut Hayden (1979: 175) dalam I Gusti
Firmansyah
(firmansyah
sikumbang.blogspot.com/2012/01/pengembangankomunitas-community.html).
Community
Development adalah suatu proses yang merupakan
usaha masyarakat sendiri yang diintegrasikan dengan
otoritas pemerintah guna memperbaiki kondisi sosial
ekonomi dan kultural komunitas, mengintegrasikan
komunitas ke dalam kehidupan nasional dan
mendorong kontribusi komunitas yang lebih optimal
bagi kemajuan nasional.
Sebagai perbandingan Chirstenson dan
Robinson (1989:14) dalam I Gusti Firmansyah
mendefenisikan Community Development sebagai
suatu proses dimana masyarakat yang tinggal pada
lokasi tertentu mengembangkan prakarsa untuk
melaksanakan suatu tindakana sosial (dengan atau
tanpa intervensi) untuk mengubah situasi ekonomi,
sosial, kultural dan lingkungan mereka.
Siagian (1983) dalam bukunya Administrasi
Pembangunan mengemukakan, Pembangunan sebagai
suatu perubahan, mewujudkan suatu kondisi kehidupan
bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari

Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian

kondisi sekarang, sedangkan pembangunan sebagai


suatu pertumbuhan menunjukkan kemampuan suatu
kelompok untuk terus berkembang, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dan merupakan sesuatu yang
mutlak harus terjadi dalam pembangunan.
Pengembangan
masyarakat
(community
development) sebagai salah satu model pendekatan
pembangunan (bottoming up approach) merupakan
upaya melibatkan peran aktif masyarakat beserta
sumber daya lokal yang ada. Dan dalam pengembangan
masyarakat hendaknya diperhatikan bahwa masyarakat
punya tradisi, dan punya adat-istiadat, yang
kemungkinan
sebagai
potensi
yang
dapat
dikembangkan sebagai modal sosial.
Adapun
pertimbangan
dasar
dari
pengembangan masyarakat adalah yang pertama,
melaksanakan perintah agama untuk membantu
sesamanya dalam hal kebaikan. Kedua, adalah
pertimbangan kemanusiaan, karena pada dasarnya
manusia itu bersaudara. Sehingga pengembangan
masyarakat mempunyai tujuan untuk membantu
meningkatkan kemampuan masyarakat, agar mereka
dapat hidup lebih baik dalam arti mutu atau kualitas
hidupnya.
Konsep empowerment sebagai suatu konsep
alternatif pembangunan yang memberikan tekanan
pada otonomi pengambilan keputusan dari suatu
kelompok masyarakat, yang berlandas pada sumber
daya pribadi, secara langsung melalui partisipasi,
demokrasi, dan pembelajaran sosial melalui
pengalaman langsung.
Ch. Papilaya 2001:1 (dalam Zubaedi 2012:24)
Pemberdayaan adalah upaya untuk meningkatkan
harkat dan martabat golongan masyarakat yang sedang
kondisi miskin, sehingga mereka dapat melepaskan diri
dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.
Pemerdayaan adalah upaya untuk membangun
kemampuan
masyarakat
dengan
mendorong,
memotivasi, membangkitkan kesadaran akan potensi
yang dimiliki dan berupaya untuk mengembangkan
potensi itu menjadi tindakan nyata.
Berdasar hasil observasi selama ini diketahui
bahwa Koperasi di wilayah pesisir Surabaya kurang
optimal dalam membawa perubahan terhadap
kehidupan nelayan di sana. Bahkan di beberapa tempat
seperti di Kelurahan Kedung Cowek terkesan
didominasi oleh pengurus yang mayoritas bukan
bermata pencaharian sebagai nelayan.
Sementara itu penelitian yang dilakukan
Mas.Roro. Lilik (2014) tentang Peranan Kelembagaan
terhadap Masyarakat Nelayan Kenjeran (Studi
Eksplorasi Peranan Kelembagaan Nelayan di
Kelurahan Kenjeran, Kota Surabaya menemukan
bahwa lembaga formal yang dibentuk pemerintah,
yakni Koperasi Srikandi Mina dan TPI tidak berjalan
dengan baik. Nelayan tidak merasakan manfaat apapun
dari 2 lembaga tersebut dan mereka tidak aktif
didalamnya. Nelayan justru aktif dan merasakan
manfaat dari organisasi informal yang mereka bentuk
sendiri, yakni arisan, Istiqosah dan Yasinan yang
diselenggarakan seminggu sekali secara bergilir.
Ternyata temuan ini juga terjadi di beberapa wilayah

79

Pamurbaya mulai dari kecamatan Kenjeran , Bulak,


Sukolilo dan Muyorejo. Untuk itu koperasi sebagai
lembaga ekonomi menjadi modelitas pilihan
masyarakat dalam mengembangkan perekonomian
bangsa Indonesia melalui pengembangan ekonomi
keluarga (individu) kedalam ekonomi kelompok yang
secara sadar bersama mendirikan lembaga dengan
tujuan membiayai kebutuhan keluarga (individu) dalam
berusaha.
Mekanisme
tanggung
renteng
dibangun atas usulan dari bawah (bottom up). Pada
hakekatnya, melalui mekanisme bottom up dalam
kelompok maka dapat memperkuat ekonomi kelompok
dan berdampak secara langsung dapat memperkuat
ekonomi keluarga sebagai unit produksi dari koperasi.
Koperasi yang tumbuh dari bawah (bottom up) seperti
kelompok cumi, kelompok udang, kelompok kakap dll
kelompok mempunyai banyak anggota. Perkumpulan
anggota berdasar hasil tangkap tersebut cukup berhasil
disebut juga dengan istilah pra koperasi. Kesulitannya
adalah mengurus perijinan menjadi koperasi.
Atas dasar permasalahan tersebut maka dapat ditarik
ruusan permasalahan : sejauhmana pola pemberdayaan
masyarakat: seperti apa yang kondusif membentuk
komunitas untuk meningkatkan peran ekonomi
perempuan nelayan di Kelurwhan Kedung Cowek Kota
Surabaya ?
Adapu tujuan juan penelitian : menganalisis pola
pemberdayaan masyarakat yang kondusif membentuk
komunitas untuk meningkatkan peran ekonomi
perempuan nelayan di Kelurahan Kedung Cowek Kota
Surabaya.

Yang menjadi subyek informasi dalam


penelitian ini adalah para istri nelayan yang berada di
wilayah timur Surabaya, yang menjadi sumber
informasi adalah :
1. Perempuan nelayan terikat dalam UKM dan KSM.
2. Tokoh Masyarakat

METODE PENELITIAN

PEMBAHASAN

Jenis Penelitian:
Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian
diskriptif-evaluatif.
Penelitian
ini
menggambarkan fenomena yang terjadi dalam
kelompok masyarakat tertentu dan secara terus menerus
memberikan pola yang sama dalam perkembangannya.
Penelitian ini dilakukan untuk menemukan konsep baru
yang dapat dieksplorasi pada penelitian tingkat
berikutnya.
Fokus Penelitian:
1. Melakukan pemetaan pola pemberdayaan
berbasis komunitas,
2. Menganalisis faktor yang menghambat dan
mendukung kesadaran membangun komunitas
3. Menyusun
pola
komunitas
kondusif
meningkatkan ekonomi masyarakat.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kedung
Cowek di daerah pesisir Pantai Timur Surabaya,
mayoritas penduduknya nelayan. Daerah ini dipilih
menjadi lokasi penelitian disamping sebagai desa
binaan bagi beberapa universitas di Surabaya yang
memiliki program studi kelautan dan kemaritiman.
Disamping itu, mayoritas penduduk mempunyai
pekerjaan
sebagai
nelayan
dan
mempunyai
karakteristik serta persoalan spesifif.
Subyek dan Sumber Informasi

Pemetaan Pola Pemberdayaan Berbasis Komunitas


\Berdasarkan hasil penelitian ditemukan
beberapa komunitas yang terdapat di Kelurahan
Kedung Cowek Kota Surabaya sebagai berikut:
1. Komunitas berbasis Ekonomi.
Dalam pengamatan terlihat komunitas UKM
dan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang
terdapat di Kelurahan Kedung Cowek Kota Surabaya.
Adapun di tempat penelitian terlihat 5 UKM dan KSM
meliputi:
Adapun beberapa Komunitas Perempuan
Nelayan berbasis ekonomi telah cukup banyak terlibat
dalam KSM dan UKM sebagai berikut:
UKM Bunda
: pengolahan hasil kerang
KSM Sari Laut
: macam-macam krupuk
KSM Lentera
: buat baju
KSM Beautiful
: kecantikan
KSM Sutra Indah : kerudung payet dan pita
KSM Dahlia
: kue basah dan makanan kotak
UKM Aibah
: abon, ikan asin bulu ayam
2. Komunitas berbasis Agama.
Dalam masyarakat terdapat perkumpulan
yasinan dan pengajian yang diselenggarakan setiap hari
kamis dengan jalan bergiliran. Kelompok pengajian ini
terbagi dalam 3 wilayah berdasarkan RW: RW 1, RW 2
dan RW 3. Ada beberapa kelompok Nelayan Bintang
Samudra terletak di RW 2, Kelompok Mandiri terletak

80 Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian

Teknik Pengumpulan Data


Teknik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Observasi yang mendalam terhadap pola
pemberdayaan berbasis pemetaan komunitas yang
ada di lokasi penelitian.
2. Focus Group Discussion (FGD):
dengan
responden dalam mengamati dan menganalisis
faktor yang menghambat dan mendukung
kesadaran
membangun komunitas, dan
mengumpulkan data guna
menyusun pola
komunitas kondusif meningkatkan ekonomi
masyarakat.
3. Dokumentasi, beberapa data dalam bentuk foto
dapat digunakan untuk melakukan analisis
terhadap pola pemberdayaan berbasis komunitas.
Teknik Analisa Data
Penelitian ini dianalisis dengan mengunakan
analisis kualitatif, Dengan cara teknik kualitatif dimulai
dengan proses reduksi data, display data, dan
kesimpulan, (Miles Huberman, 1994) Sedangkan
validasi data digunakan dengan teknik triangulasi
kepada akademisi dan praktisi.

di RW 3, Kelompok Suramadu di RW Kedung Cowek.


Pengajian dilakukan oleh beberapa kelompok nelayan
dan kelompok ibu-ibu nelayan
3. Komunitas berbasis Kelembagaan
Adapun yang dikmaksud dengan komunitas
berbasis kelembagaan adalah masyarakat yang
mengikatkan diri dalam kelembagaan, sepertI: koperasi
baik yang berbadan hukum maupun yang tidak
berbadan hukum. Untuk kelompok koperasi perempuan
di Kelurahan Kedungh Cowek ini belum ada.
Beberapa tahun sebelumnya telah berdiri
Grameen sebagai sebuah lembaga simpan pinjam yang
diprakarsai Koperasi. Pada saat pendirian Grameen
meminjamkan uang sebesar Rp 1.0000.000,- sampai Rp
2.000.000,- dengan sistem tanggung renteng yakni
tanggung jawab dipikul bersama secara berkelompok.
Uang diberikan kepada kelompok yang terdiri dari 5
orang kemudian dibagi diantara mereka dan apabila ada
yang tidak mengembalikan maka teman lain yang
menagih dan membayar. Dapat diartikan dibangun
dengan mekanisme tanggungrenteng atas usulan dari
bawah (bottom up). Pada dasarnya, Kelompok Rukun
Nelayan ini didirikan dengan tujuan membantu
permasalahan yang sering dihadapi oleh nelayan di
sekitar Kelurahan Kedung Cowek, seperti: pengadaan
sembako, pengadaan alat tangkap, dan kemudahan
mendapat bahan bakar perahu ketika melaut serta
peminjaman modal apabila terjadi kerusakan peralatan
tangkap, sehingga anggota mearasa terbantu. (Mas
Roro Lilik dkk, 2014).
Kelembagaan
adalah
suatu
perangkat
peraturan dan organisasi yang membuat serta
mengawasi pelaksanaan peraturanperaturan tersebut
dalam suatu hubungan yang teratur di antara orangorang yang menentukan hak-haknya mengenai suatu
sistem pengorganisasian dan pengawasan terhadap
pemakaian sumber daya (Departemen Kehutanan,
1992). Sistem ini mempunyai batas-batas hukum, hakhak pemilikan (property rights), dan aturan-aturan
perwakilan sehingga kelembagaan dapat memberikan
peluang yang dapat dipilih oleh anggota masyarakat.
Beberapa contoh kelembagaan, misalnya kredit usaha
dan Koperasi.
Bentuk kelembagaan di suatu daerah
kemungkinan besar sangat dipengaruhi oleh kondisi
sosial budaya masyarakat setempat dan dalam masalah
kelembagaan untuk peningkatan partisipasi politik
perempuan, tidak bisa dilepaskan dari keluarga
nelayan, kelompok nelayan, lembaga yang sudah ada
maupun institusi terkait.
Faktor
yang
Mendukung
dan
Menghambat
Membangun Komunitas.
Faktor yang Mendukung
a. Kesadaran Perempuan Nelayan berpartisipasi dalam
Meningkatkan Pendapatan.
Menurut Bu Tatik bahwa:
pada tahun 2009, saya sadar bahwa kehidupan saya
sungguh susah, karena setiap bulan mendapatkan hasil
bersih hanya Rp. 500.000,- sampai Rp. 600.000,- per
bulan dari suami, sementara kebutuhan setiap bulannya
jauh lebih besar, sehingga saya harus meminjam ke

Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian

pada rentener untuk memenuhi tambahan kebutuhan.


(Hasil wawancara, Desember 2014).
Selanjutnya, Bu. Tatik mengemukakan bahwa:
saya berfikir daripada saya diam dirumah hanya
menerima penghasilan dari suami tanpa melakukan
apa-apa, maka saat itu muncul dihati, kalau saya
mengolah hasil tangkapan dari suami dari jual ikan
langsung, menjadi bahan siap jual tentu akan
memberikan tambahan pendapatan, seperti: ketika
mendapat tangkapan ikan, maka ikan dicuci kemudian
dibelah diberi garam dan dijemur, kemudian diplastik,
maka jadilah ikan asin (Hasil wawancara, Desember
2014)
Demikian halnya dikemukakan oleh : Bu Siti
bahwa: dengan menjual kerang langsung harganya Rp.
2.000,- sampai Rp. 5.000,- per kg, sedangkan dengan
mengolah kerang menjadi abon, dendeng, sosis harga
bisa mencapai Rp. 20.000,- per ons dengan dikurangi
biaya operasional sampai dengan packaging
keuntungan per ons sebesar 30 % per ons, sebagaimana
terlihat pada gambar 1. berikut.

Gambar1. Contoh Logo Kemasan Yang Telah Ada


Sumber: Data Dokumentasi, 2014
Inovasi baru yang terus berkembang sejak
tahun 2009, di Kelurahan Kedung Cowek Kecamatan
Bulak Kota Surabaya ini, dilakukan oleh UKM dan
KSM ini telah diperkenalkan oleh pemerintah kota
melalui keikutsertaan UKM dan KSM dalam promosipromosi cukup memberikan motivasi bagi perempuan
nelayan semakin mengembangkan produk olahan,
seperti terlihat pada gambar berikut dibawah ini,
produk olahan kerang oleh UKM Bunda.
Hal menarik untuk dicatat bahwa kedua
perempuan nelayan ini mempunyai bakat wirausaha
cukup tinggi, akan tetapi keduanya berasal dari asal
daerah yang berbeda, akan tetapi mempunyai pengaruh
cukup luas di dalam anggotanya. Untuk itu, dengan
adanya kerjasama antara kelurahan dengan UHT,
khususnya PSW UHT, maka dilakukanlah FGD untuk
menampung aspirasi perempuan nelayan, meliputi:
kendala yang dihadapi dalam berusaha dan harapan
yang diinginkan masyarakat sebagaimana terlihat pada
gambar berikut.

81

Gambar 2 Pertemuan FGD UKM Dan KSM di


Kelurahan Kedung Cowek
Sumber: Data Dokumentasi, 2014
Dalam FGD ditemukan profil perempuan yang
bergiat dalam pemberdayaan masyarakat nelayan baik
yang berlatar belakang sebagai sebagai nelayan
maupun yang tidak langsung. Responden yang pertama
(Bu Tatik) berasal dari Surabaya dan telah hidup dan
besar serta berkeluarga di daerah pesisir. Bu Tatik telah
mendirikan KSM Sentra Olahan Hasil Laut dengan
jumlah anggota mencapai 50 perempuan nelayan yang
mengembangkan usahanya disepanjang Kelurahan
Sukolilo. Dengan binaan Dinas perindustrian dan
Perdagangan (Disperindag) dan Dinas Koperasi Kota
dan Provinsi. Masing -masing anggota mempunyai UD
untuk legalitas.
Adapun Bu Siti (responden kedua) berasal dari
Kediri, kemudian mengambil studi SPG di Surabaya,
pernah mengikuti kuliah di IKIP PGRI Surabaya
sampai dengan semester V, karena sakit maka tidak
melanjutkan studinya. Bu Siti Chotimah pernah
menjadi guru di SMP Mardi Putra sebagai guru tari dan
Pramuka, di SD Bubutan XII sebagai guru kelas 3 dan
guru tari, di SDN Margorejo 3 sebagai guru Pramuka.
Sebagai seorang ibu memiliki 5 orang anak dituntut
untuk membantu suami mendapatkan tambahan
penghasilan
untuk
memenuhi
kebutuhannya.
Berdasarkan pengalaman menjadi guru tersebut
menjadi modalitas untuk menggerakkan masyarakat
membentuk sebuah komunitas, harapannya kedepan
bisa membentuk membentuk sebuah koperasi, sebagai
tempat untuk mendapatkan pinjaman dari anggota dan
penyedia dana.
Hal menarik dicatat bahwa kedua perempuan
ini telah mempunyai kelompok binaan, seperti: Bu
Tatik memiliki 50 kelompok binaan yang tersebar di
Kelurahan Sukolilo dan berdagang sepanjang jalan,
produk olahan sari laut. Sedangkan, Bu Siti,
mempunyai kemampuan untuk mengkoordinir produk
dihasilkan UKM dan KSM di Kelurahan Kedung
Cowek, kemudian mempromosikan dan menjual
kepada masyarakat di luar Kelurahan Kedung Cowek.
Berdasarkan evaluasi terhadap kinerja kedua
perempuan tersebuh , maka PSW UHT mengadakan
pendampingan kepada UKM dan KSM sebagai
memberdayakan
perempuan
nelayan
dalam

82 Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian

meningkatkan pendapatannya sebagaimana terlihat


pada gambar berikut.
Hasil yang disepakati dalam FGD kedua ini
adalah merumuskan doktrin yang mengikat para
perempuan nelayan yang terikat dalam UKM dan KSM
untuk membangun komunitas berbasis ekonomi dan
melembaga. Untuk itu, itu disusunlah kelompok UKM
dan KSM dengan ketua adalah BU Siti, dengan usulan
mengadakan simpan pinjam sebagai upaya memenuhi
kebutuhan akan dana untuk produksi. Pada saat itu,
telah disepakati model lembaga yang rencananya akan
didirikan kelak yaitu pra koperasi.
Manajemen telah memeutuskan pelaksanaan
prakoperasi akan dievaluasi dalam kurun waktu
kwartal, akan diuji ketaatannya dan kendala-kendala
yang akan muncul.
Kerjasama Kelurahan Kedung Cowek dengan Pergurun
Tinggi
Hal menarik patut dicatat bahwa faktor
mendukung terbangunnya komunitas adalah adanya
kerjasama antara Kelurahan Kedung Cowek Kota
Surabaya dengan Universitas Hang Tuah (UHT)
Surabaya, melalui Pusat Studi Wanita (PSW) UHT
dilakukan pendampingan kepada UKM dan KMS di
Kelurahan Kedung Cowek Kota Surabaya. Bentuk dari
perndampingan terhadap UKM dan KMS diperoleh
kesepakatan bentuknya adalah pra koperasi yang
mengelola baik penyedia dana untuk modal usaha
sekaligus mendampingi manajemennya.
b.
Pembentukan Kelembagaan
Pada saat penelitian ini dilakukan telah
terdapat beberapa koperasi di Kecamatan Bulak, akan
tetapi dampak koperasi yang ada di Kecamatan Bulak
belum menyentuh masyarakat di Kelurahan Kedong
Cowek.. Beberapa koperasi meliputi: Tipe Koperasi di
wilayah Pamurbaya yang menyebabkan tidak
berhasilnya
kelembagaan
koperasi
terutama
mengadakan perubahan terhadap ekonomi masyarakat
nelayan, faktor dimaksud adalah faktor eksternal dan
faktor internal. koperasi yang ada dan berjalan apabila
dibentuk dari nelayan sesuai dengan hasil
tangkapannya. Bank Gakin yang berada di Jember
merupakan bank unik dan menyentuh hati dan
nasabahnya kebanyakan perempuan dari keluarga
miskin, namun gigih.Namun resminya Lembaga
Keuangan Masyarakat Mikro (LKMM) yang dibentuk
dinas koperasi dan UMKM, karena dianggap sebagai
sahabat ekonomi si miskin maka lembaga itu popular
dengan nama bank gakin.LKMM juga menggunakan
tangguh renteng para anggota .Kelompok 5 10 orang
dapat mengajukan kredit mulai Rp 50.000,- sampai Rp
1.000.000,- tanpa agunan. Model bank gakin itu bias
diterapkan di seluruh tanah air (Jawa Pos, 1 Desemeber
2014).. Karakteristik Koperasi Top Down dan Bottom
Up.
Hasil temuan penelitian khususnya faktor
internal memberikan pemahaman tentang dua
karakteristik yaitu Koperasi bentuk dari atas (top down)
dan koperasi yang tumbuh dari bawah (bottom up)
sebagai berikut :
1. Koperasi sudah memiliki kerjasama dengan
berbagai organisasi di luar Koperasi terutama

Dinas Koperasi Kota Surabaya, merupakan kaitan


yang memungkinkan keberlanjutan lembaga atau
Koperasi. Selanjutnya, kaitan memungkinkan
adalah tugas pemerintah (Dinas Koperasi) untuk
mendampingi Koperasi dalam mengembangkan
usahanya dalam konteks community development.
Hal ini dilakukan dalam rangka mengantisipasi
lemahnya kepemimpinan Koperasi dalam
memperluas jaringan ke luar dari tahun ke tahun.
Sungguhpun demikian, hasil kerjasama yang
terbangun selama ini sudah memberi keuntungan
bagi pengwmbangan Koperasi terutama dalam hal
mendukung kegiatan, seperti Unit Simpan Pinjam.
2. Koperasi di wilayah Pamurbaya sudah memiliki
kaitan fungsional dengan organisasi lain, sehingga
ada sumber dari penyediaan bahan yang
diperlukan Koperasi. Sebagai misalnya, Koperasi
Mitra Bahari sudah memiliki hubungan dengan
agen yang mensuplai barang yang diperlukan
Kedai Pesisir. Sementara, pemanfaatan output dari
Koperasi lebih banyak masyarakat karena
masyarakat sebagai subyek yang membeli barang
dari Koperasi atau meminjam uang di Unit Usaha
Simpan Pinjam. Selanjutnya, hasil temuan
penelitian menarik yang patut diperhatikan adalah
kaitan fungsional dalam simpan pinjam yang
dilakukan oleh masyarakat nelayan dengan
kreditor dengan bunga yang sangat tinggi dikenal
oleh masyarakat dengan Bank Titil. Bunga yang
dikenakan oleh mereka dikenal dengan
persepuluhan (10%) dan perempatbelasan(14%)
(Pelembagaan Inovasi Model Koperasi, MR. Lilik
Ekowanti, 2014)
3. Kemudian berhubungan dengan kaitan normative
dan tersebar, secara normatif Koperasi Mitra
Bahari bentukan pemerintah dan Koperasi Wanita
telah berbadan hokum, akan tetapi norma yang
berkembang di masyarakat terlihat memiliki nilai
yang agak berbeda dengan nilai di masyarakat
nelayan. Misalnya seperti yang dikatakan pada
sebelumnya, di Kedai Pesisir, nelayan harus
membeli ke koperasi dengan tunai, akan tetapi
Koperasi Mitra Bahari mengharuskan nelayan
membeli dagangan, sementara budaya masyarakat
nelayan adalah berhutang. Temuan lain, kegiatan
Simpan Pinjam yang dilakukan Koperasi Mitra
Bahari memiliki mekanisme dan prosedur sesuai
dengan sistem Bank Bukopin dengan memungut
bunga sebesar 1-2% sebulan dengan jaminan dan
syarat lain yang ternyata menyulitkan nelayan
sendiri.
Koperasi diatas belum sesuai dengan
pelembagaan nilai koperasi, oleh karena itu depan
masih diperlukan dibanun komunitas
berbasis
kelembagaan (Koperasi) dalam rangka meningkatkan
ekonomi masyarakat.
- Tahapan Menyusun Pola Komunitas Kondusif
Meningkatkan Ekonomi Masyarakat.
Berdasarkan hasil pendampingan PSW UHT
dengan UKM dan KSM, maka penelitian yang disusun
dengan menggunakan teori kelembagaan menurut
Milton dengan 2 variabelnya yaitu:

Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian

1. Variabel internal meliputi:


a. Kepemimpinan,
b. Doktrin,
c. Program,
d. Sumberdaya
e. Struktur Internal
2. Variablel eksternal meliputi:
a. Kaitan Normatif,
b. Kaitan Fungsional,
c. Kaitan Tersebar.
Kedua variabel tersebut diujicobakan dan
diamati secara mendalam dalam pembangunan
komunitas yang baru.
Pada penanaman nilai atau inovasi baru
dengan melalui 3 tahap:
Pertama, tahap inisiasi yang ditandai dengan
mengamati salah satu peserta dalam komunitas yang
mempunyai kecakapan dalam memimpin, dapat
dipercaya oleh anggota, mempunyai jaringan keluar
yaitui kaitan dengan lembaga formal (Dinas
Perdagangan dan Perindustrian, Dinas Koperasi Kota
Dan Provinsi Jawa Timur, Perguruan Tinggi) dan lainlain.
Sebelum menyusun doktrin diberikan stimulus
dalam bentuk yel-yel yang mengikat anggota dengan
kata kunci sebagai berikut: Bismillah, UKM, KSM
Kedung Cowek semangat berusaha maju terus pantang
mundur , yes yes yes.
Pada tahap kedua, telah disepakati komunitas
berbasis ekonomi dilanjutkan dalam komunitas yang
dilembagakan yaitu dengan membetuk kelompok UKM
dan KSM melalui simpan pinjam; sedangkan besaran
simpanan pokok, kas dan jasa ditetapkan berdasarkan
kemampuan dan keuntungan masing-masing UKM dan
KSM. Besar dana yang disediakan oleh PSW dan telah
tersalurkan yaitu : tahap pertanma Rp. 7.500.000,- dan
Rp. 1.000.000,- Dana sebesar Rp.. 7.500.000,- telah
tersalurkan kedalam 5 UKM dan KSM pada bukan
Desember 2014, sedangkan pada bulan Januari 2015
Ketua Kelompok telah merencanakan untuk
memberikan hibah kepada 3 penduduk untuk
mendapatkan bantuan kompor dan panci dari PSW
UHT.
Visi dari ketua kelompok (Bu Siti) dapatnya
satu kampungnya mempunyai bisnis sama yaitu
pengrajin kerang. Sedangkan, pemasaran dilakukan
sendiri oleh Ketua kelompok melalui pameran-pameran
dengan kemasan produk yang telah bagus dibuat
sebagaimana terlihat pada gambar berikut dibawah ini.

83

(Lih. Lampiran 4 foto pameran2 ).


Untuk lebih jauh, pene
Gambar 4.5: Contoh Bentuk Kemasan Bu Siti
Sumber: Dokumentasi, 2014
Temuan dari penelitian ini bahwa: konsep
kelembagaan
sebagai
pembentuk
komunitas
membutuhkan waktu lanjutan, maka sampai dengan
diakhiri tulisan ini telah 40 % pene;litian dengan
mengunakan teori kelembagaan. Road map penelitian
dilakukan sejak tahun 2012 dan terus diupayakan
menemukan faktor2 yang memungkan sebuah inovasi
m,elembagakan koperasi pada perempuan nelayan akan
jelas faktoir yang membentuknya.
Faktor faktor Yang Menghambat Pembentukan
Komunitas
a. Kedisiplinan Dalam Berorganisasi.
Sebagaimana dapat dijelaskan dalam temuan
penelitian ini KSM dan UKM terdiri dari
perempuan nelayan, masih belum terbiasa dengan
kehidupan berorganisasi. Upaya keras yang harus
dilakukan oleh
Ketua Kelompok adalah
menghadirkan anggota dalam pertemuan kelompok
dari 5 kelompok yang selalu hadir dalam pertemuan
adalah 3 orang (60 %) dari 5 anggota.
Seharusnya dalam pertemuan kelompok akan
didialogkan semua persoalan yang terjadi dalam
kelompok seperti menurunnya omset dan lain-lain.
b. Etos Kerja Rendah
Dalam berorganisasi etos kerja sangat menentukan
keberhasilan
dalam
berorganisasi,
seperti
mempertahankan kualitas bahan dan packaging juga
masih belum menjadi program dan kegiatan Ketua
Kelompok, orientasi ketua masih simpan pinjam,
sampai dengan diselesaikan tulisan ini.
Temuan Penelitian
Berdasarkan uraian diatas, maka beberapa
faktor dapat dilihat sebagai berikut:
1. Pendekatan Psikologi sosial : masih kurang untuk
memahami pentingnya mempertahankan hasil
dengan cara pertemuan antar anggota kelompok
dan menghabiskan waktu senggang untuk
melakukan kegiatan bersama tetangganya yang lain.
Dengan
demikian , apabila suatu kelompok
masyarakat bertemu dengan kelompok masyarakat
lainnya yang berbeda sistem nilai, sistem ekonomi
maupun sistem ideologinya tidak menimbulkan

84 Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian

pengaruh bagi kelompok lainnya. Pengertian ini


mengandung makna bahwa suatu kelompok
masyarakat akan terus survive apabila di dalamnya
terdapat suatu interaksi antara satu dengan yang
lainnya, karena interaksi dalam pengertian ini
merupakan elemen penting dari kehidupan
bermasyarakat. Salah satu produk terpenting dari
hubungan interaksi ini adalah suatu perubahan yang
ada dalam suatu kelompok masyarakat.
2. Pendekatan budaya : kebiasaan kerja yang masih
kurang menghargai waktu kerja dan kegiatan antar
kelompok. Nilai budaya penduduk di desa belum
tergeser dengan budaya asing berbeda dengan nilai
budaya penduduk kota yang pemikiran terbuka dan
modern
3. Pendekatan lingkungan : Adaptasi masyarakat
terhadap lingkungan alam maupun lingkungan
sosialnya sehingga membentuk suatu pola tingkah
laku sebagai akibat dan penyesuaian itu. Konsep
adaptasi menjadi satu hal yang penting dalam
konsep interaksi antara manusia dengan lingkungan
alamnya.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat
disimpulkan sebagaia berikut:
1. Komunitas dengan Kesadaran Perempuan Nelayan
berpartisipasi
dalam
Meningkatkan
Pendapatan.pembangunan di kelurahan Kedung
Cowek Kota Surabaya, dapat diklasifikasikan
kedalam komunitas berbasis ekonomi UKM dan
KSM sebanyak 7 anggota, komunitas agama
dalam bentuk kelompok yasinan atau pengajian,
Kelompok kelembagaan tersebar di wilayah
koperasi, grameen,
2. Faktor yang mendukung pembentukan komunitas
adalah: (1).
Kesadaran Perempuan Nelayan
berpartisipasi dalam Meningkatkan Pendapatan, (2)
. Kerjasama Kelurahan Kedung Cowek dengan
Pergurun Tinggi, (3). Pembentukan Kelembagaan
3. Faktor yang menghambat pembentukan komunitas
adalah : (1). Kurangnya kedisiplinan, (2). Etos kerja
yang rendah
Saran
1.

2.

Secara terus menerus pelembagaan koperasi


berbasis komunitas dalam pemberdayaan
masyarakat.
Secara praktek perlu dilakukan pemberdayaan
oleh PSW UHT atau Perguruan Tinggi
lainnnya dan Pemkot, Dinas Kelautan bagi
prakoperasi di wilayah Kedung Cowek untuk
menjadi koperasi.

DAFTAR PUSTAKA
Firmansyah,
I.
2012.
Firmansyahsikumbang.blogspot.com/2012/01/
pengembangan - komunitas - community.html.
Mas Roro Lilik Ekowanti. 2014, Pelembagaan Inovasi
Model Koperasi (studi kasus, Konseptual dan
Analisis Kritis Di Wilayah Pesisir Timur
Surabaya),hal 5-39 , Hang Tuah University
Press
Zein, A. 2000. The Influence of technological Change
on Income and Social Structure in Artisanal

Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian

Fisheries in Padang, Indonesia. Universitas


Bung Hatta Press. Padang. Indonesia.
Zein, A. 2005. The Role of Fisher-women on Food
Security at the Traditional Fishermen
Household of West Sumatra, Indonesia.
Makalah pada International Seminar tentang
Food Security di Hanoi Vietnam, 1-7 Mei
2005.
Zubaedi, 2012, Pengembangan Masyarakat, Wacana
dan Praktik, hal 24, Kencana Prenada Media
Grup

85

Anda mungkin juga menyukai