Anda di halaman 1dari 19

1.1.

Definisi CT-Scan
Computerized tomography (CT) adalah suatu teknik tomografi sinar X dimana pancaran sinar
X melewati sebuah potongan aksial yang tipis dari berbagai tujuan terhadap pasien. CT Scan
merupakan perpaduan antara teknologi sinar-x, komputer dan televisi sehingga mampu
menampilkan gambar anatomis tubuh manusia dalam bentuk irisan atau slice.
1.2. Prinsip CT-Scan
Sinar X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang radio,
panas, cahaya, dan sinar ultraviolet, tetapi dengan panjang gelombang yang sangat pendek.
Karena panjang gelombang yang sangat pendek itu, maka sinar X dapat menembus benda-benda.
Pada CT, komputer dikerahkan untuk menggantikan peranan film-kaset dan peranan kamar
gelap dengan cairan-cairan developer serta fiksirnya seperti pada foto sinar X biasa. Tabung
Rntgen dan kumpulan detektor berada dalam suatu wadah yang disebut gantry. Di tengahtengah gantry tersedia lubang, yang berfungsi untuk dapat memasukkan atau menggeser meja
beserta pasien dengan motor.
Mulai pesawat CT generasi ketiga, gantry dapat dimiringkan ke belakang atau ke depan,
masing-masing maksimal sampai 200, sehingga tidak hanya penampang tegak saja yang dapat
dibuat, melainkan juga scan miring dengan sudut yang dikehendaki.
Baik tabung Rntgen maupun detektor-detektor bergerak memutari pasien sebagai obyek
yang ditempatkan diantaranya, 3600. Selama bergerak memutar itu, tabung menyinari pasien dan
masing-masing detektor menangkap sisa-sisa sinar X yang telah menembus pasien, sebagaimana
tugas film biasa. Semua data secepat kilat dikirim ke komputer yang mengolahnya (mengerjakan
kalkulasi) secepat kilat pula. Hasil pengolahan muncul dalam layer TV yang bekerja sebagai
monitor. Hasilnya merupakan penampang bagian tubuh yang diputari itu dan disebut scan.
Prinsip kerja CT-Scan hanya dapat men-scanning tubuh dengan irisan melintang (potongan
axial). Namun dengan memanfaatkan teknologi komputer maka gambaran axial yang telah
didapatkan dapat diformat kembali sehingga didapatkan gambaran coronal, sagital, oblique,
diagonal bahkan bentuk tiga dimensi dari objek tersebut.
Suatu skala untuk mengukur koefisien atenuasi jaringan pada CT disebut Hounsfield Unit
(HU). Hounsfield Unit juga sering disebut sebagai CT numbers.

Tabel 2.1. Contoh CT numbers dari Berbagai Jaringan


Jaringan
Tulang
Hepar
White Matter
Grey Matter
Darah
Otot
Ginjal
Cairan Serebrospinal
Air
Lemak
Udara

CT Numbers (HU)
1000
40-60
20-30
37-45
40
10-40
30
15
0
-50-(-100)
-1000

1.3. Parameter CT-Scan


Beberapa parameter untuk pengontrolan eksposi dan output gambar yang optimal antara lain:
a

Slice thickness
Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari objek yang diperiksa. Nilainya

dapat di pilih antara 1mm-10mm sesuai dengan keperluan klinis. Ukuran yang tebal akan
menghasilkan gambaran dengan detai yang rendah sebakliknya ukuran yang tipis akan
menghasilkan detai yang tinggi. Jika ketebalan meninggi akan timbul artefak dan bila terlalu tipis
akan terjadi noise.
b

Range
Range adalah perpaduan atau kombinasi dari beberapa slice thickness. Pemanfaatan range

adalah untuk mendapatkan ketebalan irisan yang berbeda pada satu lapangan pemeriksaan
c

Volume Investigasi
Volume investigasi adalah keseluruhan lapangan dari objek yang diperiksa. Lapangan objek

ini diukur dari batas awal objek hingga batas akhir objek yang akan diiris semakin besar.

Faktor Eksposi
Faktor eksposi adalah factor-faktor yang berpengaru terhadap eksposi meliputi tegangan

tabung (kV), arus tabung (mA), dan waktu eksposi (s). Biasanya tegangan tabung bisa dipilih
secara otomatis pada tiap-tiap pemeriksaan.
2

e
FOV adalah diameter maksimal dari gambaran yang akan direkonstruksi. Biasanya bervariasi

dan biasanya berada pada rentang 12-50 cm. FOV yang kecil akan meningkatkan resolusi karena
FOV yang kecil mampu mereduksi ukuran pixel, sehingga dalam rekonstruksi matriks hasilnya
lebih teliti. Namun bila ukuran FOV lebih kecil, maka area yang mungkin dibutuhkan untuk
keperluan klinis menjadi sulit untuk dideteksi.
f

Gantry tilt
Gantry tilt adalah sudut yang dibentuk antara bidang vertikal dengan gentry (tabung sinar-x

dan detektor). Rentang penyudutan antara -25 derajat sampai +25 derajat. penyudutan gentry
bertujuan untuk keperluan diagnosa dari masing-masing kasus yang dihadapi. Disamping itu
bertujuan untuk mengurangi dosis radiasi terhadap organ-organ yang sensitif.
g

Rekonstruksi Matriks
Rekonstruksi matrikxs adalah deretan baris dari kolom picture elemen (pixel) dalam pproses

perekonstruksian gambar. Rekonstruksi matriks ini merupakan salah satu struktur elemen dalam
lemori komputer yang berfungsi untuk merekonstruksi gambar. Pada umumnya matriks
berpengaruh terhadap resolusi gambar. Semakin tinggi matriks yang dipakai maka semakin
tinggi resolusinya.
h

Rekonstruksi Algorithma
Rekonstruksi algorithma adalah prosedur matematis yang digunakan dalam merekonstruksi

gambar. Penampakan dan karakteristik dari gambar CT-Scan tergantung pada kuatnya algorithma
yang dipilih maka semakin tinggi resolusi yang gambar yang akan dihasilkan. Dengan adanya
metode ini maka gambaran seperti tulang, soft tissue, dan jaringan-jaringan lain dapat dibedakan
dengan jelas pada layar monitor.
i

Window Width
Window width adalah rentang nilai computed tomography yang di konversi menjadi gray

levels untuk di tampilkan dalam TV monitor. Setelah komputer menyelesaikan pengolahan


gambar melalui rekonstruksi matriks dan algorithma maka hasilnya akan di konversi menjadi
sekala numerik yang dikenal dengan nama nilai computed tomography.
j

Window Level

Window level adalah nilai tengah dari window yang digunakan untuk penampilan gambar.
Nilainya dapat dipilih dan tergantung pada karakteristik pelemahan dari struktur obyek yang
diperiksa. Window level menentukan densitas gambar.
1.4. CT-Scan Kepala
CT-Scan Kepala adalah suatu pemeriksaan radiologi dengan menggunakan pesawat CT-Scan
baik dengan atau tanpa menggunakan media kontras guna mengetahui kelainan atau penyakit di
daerah kepala (cranium). Pada pemeriksaan ct scan kepala non kontras dilakukan dengan dua
tahapan yaitu pertama plan scanning kepala dibuat dengan posisi tabung detektor berada di
samping kepala pasien yang berbaring terlentang. Kemudian di buatlah scan slice per slice
menurut program, barulah dalam hal ini pasien diatas meja pemeriksaan bergerak sesuai dengan
gerakan tabung detektor berputar mengelilingi sambil exposed.

Indikasi Pemeriksaan CT kepala


Primer :
a
b
c

Trauma kepala akut


Suspek perdarahan intracranial akut
Penyakit vascular obstruktif/ vasculitis (termasuk penggunaan CT angiografi dan atau

d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
n
o
p
q
r
s

venografi
Evaluasi aneurisme
Deteksi atau evaluasi kalsifikasi
Evaluasi post operasi imediet akibat tumor, perdarahan intracranial atau lesi perdarahan
Lesi vaskuler yang diobati atau tidak diobati
Suspek malfungsi shunt atau shunt revisi
Perubahan status mental
Tekanan intracranial yang meningkat
Sakit kepala
Deficit neurologis akut
Suspek infeksi intracranial
Suspek hidrosefalus
Lesi kongenital (makrocefali, mikrocefali dan craniosinostosis)
Evaluasi penyakit psikiatrik
Herniasi otak
Suspek tumor atau massa, abses
Metastasis otak

Sekunder:
4

a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l

Bila MRI tidak tersedia atau kontraindikasi atau bila CT lebih dianjurkan untuk digunakan.
Diplopia
Disfungsi saraf kranial
Kejang
Apnea
Sinkop
Ataksia
Suspek penyakit neurodegenerative
Disfungsi neuroendokrin
Ensefalitis
Keracunan obat
Dysplasia kortikal dan abnormalitas migrasi atau abnormalitas morfologi otak.
1.5. Teknik Pemeriksaan CT-Scan
a Posisi pasien
Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi kepala dekat dengan gantry.
b

Posisi Objek

Kepala hiperfleksi dan diletkkan pada head holder. Kepaladiposisikan sehingga mid
sagital plane tubuh sejajar dengan lampu indikator longitudinal dan interpupilary line sejajar
dengan lampu indikator horizontal. Lengan pasien diletakkan diatas perut atau disamping
tubuh. Untuk mengurangi pergerakan dahi dan tubuh pasien sebaiknya difikasasi dengan
sabuk khusus pada head holder dan meja pemeriksaan. Lutut diberi pengganjal untuk
kenyamanan pasien.

Gambar 1. Posisi pasien pada pemeriksaan CT-scan kepala


c

Gambar yang dihasilkan dalam pemeriksaan CT-scan kepala pada umumnya :


1

Potongan Axial I
Merupakan bagian paling superior dari otak yang disebut hemisphere. Kriteria
gambarnya adalah tampak :
5

a
b
c
d
e
f

Bagian anterior sinus superior sagital


Centrum semi ovale (yang berisi materi cerebrum)
Fissura longitudinal (bagian dari falks cerebri)
Sulcus
Gyrus
Bagian posterior sinus superior sagital

Gambar 2. Posisi Irisan Otak

Gambar 3. Gambar Irisan CT-Scan dan Jaringan Otak


2

Potongan Axial IV
Merupakan irisan axial yang ke empat yang disebut tingkat medial ventrikel. Kriteria
gambarnya tampak :
a Anterior corpus collosum
b Anterior horn dari ventrikel lateral kiri
c Nucleus caudate
d Thalamus
e Ventrikel tiga
f Kelenjar pineal (agak sedikit mengalami kalsifikasi)
g Posterior horn dari ventrikel lateral kiri

Gambar 4. Posisi Irisan otak

Gambar 5. Gambar Irisan CT-Scan dan Jaringan Otak


3

Potongan Axial V
Menggambarkan jaringan otak dalam ventrikel medial tiga. Kriteria gambar yang
tampak :
a Anterior corpus collosum
b Anterior horn ventrikel lateral kiri
c Ventrikel tiga
d Kelenjar pineal
e Protuberantia occipital interna

Gambar 6. Posisi Irisan Otak (Bontrager, 2001)

Gambar 7. Gambar Irisan CT-Scan dan Jaringan Otak


4

Potongan Axial VII


Irisan ke tujuh merupakan penggambaran jaringan dari bidang orbita. Struktur dalam
irisan ini sulit untuk ditampakkan dengan baik dalam CT-scan. Modifikasi-modifikasi
sudut posisi kepala dilakukan untuk mendapatkan gambarannya adalah tampak :
a Bola mata / occular bulb
b Nervus optic kanan
c Optic chiasma
d Lobus temporal
e Otak tengah
f Cerebellum
g Lobus oksipitalis
h Air cell mastoid
i Sinus ethmoid dan atau sinus sphenoid

Gambar 8. Posisi Irisan Otak

Gambar 9. Gambar Irisan CT-Scan dan Jaringan Otak (Bontrager, 2001)


1.6. Stroke Infark
Cerebral infarction (infark cerebri) merupakan keadaan iskemia otak yang mengakibatkan
kematian jaringan lokal dan biasanya disertai defisit neurologis fokal yang menetap pada area
distribusi dari salah satu arteri cerebral, disebut juga cerebral ischemia (iskemia cerebri).
Cerebral infarction dapat juga didefinisikan sebagai kematian sel otak atau sel retina akibat dari
iskemia yang berkepanjangan. Keadaan ini tidak dapat lepas dari kumpulan gejala yang lebih
dikenal dengan stroke.
Stroke ditandai dengan hilangnya aliran darah ke area tertentu dari otak yang mengakibatkan
hilangnya fungsi neurologis bersangkutan. Secara umum, stroke diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu hemorrhagic dan ischemic. Keadaan infak cerebri sendiri lebih umum dijumpai pada stroke
iskemik. Acute ischemic stroke mengacu pada stroke yang disebabkan oleh thrombosis atau
emboli. Angka kejadian stroke jenis ini lebih umum dibandingkan hemorrhagic stroke.
Pengetahuan tentang patofisiolofi, gejala klinis, dan pemeriksaan dari pasien stroke amatlah
penting dalam menegakkan diagnosis dan menangani keadaan tersebut.
Terputusnya aliran darah otak secara total dapat menyebabkan hilangnya kesadaran hanya
dalam 15 sampai 20 detik dan kerusakan otak secara permanen setelah 7 sampai 10 menit. Oklusi
dari arteri yang berdiri sendiri menyebabkan defisit pada daerah otak secara terbatas. Mekanisme
dasar dari kerusakan tersebut merupakan kekurangan energi karena iskemia (misal:
atherosclerosis, emboli). Perdarahan (karena trauma, aneurisma pembuluh darah, hipertensi) juga
dapat menyebabkan iskemia akibat proses penekanan terhadap pembuluh darah yang berdekatan.

Dengan penghambatan Na+/K+-ATPase, defisiensi energi menyebabkan akumulasi Na + dan


Ca2+ dalam sel dan disertai dengan peningkatan konsentrasi K+ di luar sel serta depolarisasi. Hal
ini menyebabkan akumulasi Cl- seluler, pembengkakan sel, dan kematian sel. Hal ini juga
menyebabkan pelepasan glutamat yang mempercepat kematian sel melalui jalur masuk Na + dan
Ca2+. Walaupun penyebab utamanya telah dihilangkan, proses pemulihan perfusi jaringan kadang
dihambat oleh adanya pembengkakan sel, pelepasan mediator vasokonstriksi, dan oklusi dari
pembuluh darah lumina oleh granulosit. Kematian sel menyebabkan inflamasi yang juga
menyebabkan kerusakan sel pada daerah sekitar area iskemik (penumbra).
1.7. CT-Scan Kepala pada Stroke
Untuk evaluasi dari penyakit cerebrovascular oklusif, CT scan tanpa kontras mampu
membedakan daerah yang disuplai oleh arteri cerebri besar dan mendeteksi perdarahan
intracranial, edema otak, efek massa, hidrocephalus, sumbatan darah pada pembuluh darah otak,
dan kalsifikasi. Sebagai tambahan, CT-scan kepala dengan kontras mampus membedakan
pembuluh darah yang normal dengan yang tersumbat begitu juga dengan peningkatan abnormal
pada area kerusakan otak dengan rusaknya sawar darah otak. Fungsi utama dari CT scan dalam
evaluasi penyakit cerebrovascular oklusif dalah menyingkirkan adanya kemungkinan perdarahan
intracranial.
Ischemic Infarction
Gambaran CT scan dari stroke berhubungan dengan waktu antara iskemik atau onset gejala
dan pengambilan foto. Infark iskemi dapat dibagi menjadi 4 tahap: hiperakut (sampai 24 jam),
akut (24 jam sampai 7 hari), subakut (8 sampai 21 hari), dan kronik (lebih dari 21 hari).
Hyperacute Stage
Peran utama CT scan pada stage ini adalah untuk menyingkirkan kemungkinan tanda-tanda
perdarahan (CT scan tanpa kontras) dan menyingkirkan adanya penyakit yang mendasari, seperti
adanya tumor otak yang dapat saja secara klinis menyerupai tanda-tanda stroke (CT scan dengan
kontras). Walaupun begitu, sensitivitas CT sebagai alat deteksi dini dari ischemic infarction
masih terbatas dan hanya setengah dari seluruh kejadian strok yang dapat tampak pada 48 jam
pertama.

10

Gambar 10. CT scan konvensional tanpa kontras pada stroke hiperakut


Perubahan yang dapat terlihat pada CT scan tanpa kontras antara lain adanya efek massa
disertai dengan hilangnya permukaan sulcus pada cerebral cortical infarction dan kompresi
ventrikel pada deep cerebral infarction, hilangnya perbedaan antara densitas white matter dan
grey matter akibat adanya sedikit penurunan densitas dari grey matter karena cytotoxic brain
edema, dan arteri cerebral yang hiperdens.

Gambar 11. CT scan konvensional tanpa kontras pada stroke akut


Penggunaan agen kontras pada stroke hyperacute dan acute dinilai masih kontroversial,
karena meterial kontras dapat menyebabkan ischemic, walaupun tidak sampai tahap infarck yang
irreversible.

11

Acute Stage

Gambar 12. Gambaran CT-scan stroke hemisfer kanan


Selama minggu pertama stroke, hipodensitas CT termasuk grey dan white matter yang infark
semakin jelas terlihat. Infarct cerebrocortical biasanya berbentuk segitiga dan deep infarct
cerebral biasanya berbentuk bulat atau oval. Edema otak dan efek massa biasanya mencapai
puncaknya selama hari ketiga sampai hari kelima.
Subacute Stage
Pada CT kepala dengan penambahan kontras, peningkatan pada infarct biasanya muncul
selama minggu kedua setelah ictus. Pola dari peningkatan termasuk penampakan korteks yang
gyroform. Cincin peningkatan terlihat pada gray matter bagian dalam. Peningkatan homogen
juga mungkin terlihat. Pola dari peningkatan tidak spesifik dan menggambarkan mekanisme
patofisiologis yang mendasarinya, termasuk adanya gangguan pada sawar darah otak,
peningkatan pengisian kapilar pada gyrus yang terkena (luxury perfusion), reactive hyperemia,
dan adanya neovaskuler.
Edema otak dan efek massa mengalami penurunan selama fase subakut dan biasanya
mernghilang secara sempurna dalam 2 sampai 3 minggu. Gambaran infark cerebri akan
berkurang bersamaan dengan menghilangnya edema otak. Beberapa infark akan menampilkan
gambaran densitas normal (fogging effect) pada CT tanpa atau dengan contrast selama fase
subakut. Pada tahap ini infak iskemi dapat berkembang menjadi hemorrhagic sekunder, yang
biasanya dikaitkan dengan infark emboli. Karena kurangnya proses autoregulasi pada kapiler
dari infarct emboli, paparan dari tekanan darah arteri setelah sumbatan mengalami fragmentasi
dan lisis, menghasilkan transformasi hemorrhagic yang diikuti dengan pembentukan dari aliran
12

normal antegrade. Perdarahan reperfusi ini biasanya berupa petechie dan secara klinis tidak
nampak. Hal tersebut sulit dilihat pada foto CT tanpa kontras tetapi dapat dilihat pada foto MRI.

Gambar 13. Gambaran CT scan dan MRI stroke iskemik


Chronic Stage
Daerah infark digantikan dengan daerah fokal berbatas yang tegas yang merupakan cystic
encephalomalacia dan gliosis termasuk gray dan white matter. Pada foto CT kepala tanpa
kontras, cycstic encephalomalacia memiliki karakteristik isodens, mirip dengan cerebrospinal
fluid (CSF), dimana gliotic rim sedikit lebih hiperdens. Kadang juga terlihat dilatasi ventrikel
dan sulcus ipsilateral serta retraksi struktur di garis tengah (midline shift) ke arah infarct.
Derajat peningkatan kontras mulai menurun pada minggu ketiga setelah ictus dan jarang
terjadi setelah dua bulan. Dapat pula terlihat pita pada daerah corteks yang berada di daerah
infark, karena lapisan luar korteks lebih resisten terhadap infark iskemik dibandingkan struktur
bagian dalam.
Infark kronis yang luas pada korteks motorik atau kapsula interna dapat menyebabkan
atrophy pada pedunkulus cerebri dan pons ipsilateral serta cerebelum kontralateral. Kalsifikasi
juga biasanya terlihat pada infark cerebri lama.

13

Hemorrhagic Infarction
Infark hemorrhagic terjadi dalam 24 jam setelah kejadian iskemik, dimana perubahan
hemorrhagic biasanya terlambat 7 sampai 10 hari karena proses reperfusi. Infark hemorrhagic
akut biasanya tampak sebagai garis kecil yang agak hiperdens pada daerah infark yang hipodens.
Perdarahan ini biasanya terlihat pada korteks cerebri atau di tepi dari infark, tetapi dapat juga
terlihat pada gray matter bagian dalam. Perdarahan juga dapat saling bertumpukan sehingga
tampak lebih hiperdens. CT tanpa kontras dapat membedakan dengan jelas antara perdarahan
cerebri dan iskemia cerebri pada tahap akut sebagai lesi hiperdens, tetapi tidak mampu
membedakan perdarahan cerebri dengan yang bukan perdarahan pada tahap subakut (isodens)
atau kronik (hipodens).
1.8. Indikasi CT-Scan pada Trauma Kepala
Dengan CT scanisi kepala secara anatomis akan tampak dengan jelas. Pada trauma kepala,
fraktur, perdarahan dan edema akan tampak dengan jelas baik bentuk maupun ukurannya.
Indikasi pemeriksaan CT scanpada kasus trauma kepala adalah seperti berikut:
1

Bila secara klinis didapatkan klasifikasi trauma kepala sedang dan berat.

Trauma kepala ringan yang disertai fraktur tengkorak.

Adanya kecurigaan dan tanda terjadinya fraktur basis kranii.

Adanya defisit neurologi, seperti kejang dan penurunan gangguan kesadaran.

Sakit kepala yang hebat.

Adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial atau herniasi jaringan otak.

Kesulitan dalam mengeliminasi kemungkinan perdarahan intraserebral.

Melalui pemeriksaan ini dapat dilihat seluruh struktur anatomis kepala, dan merupakan alat
yang paling baik untuk mengetahui, menentukan lokasi dan ukuran dari perdarahan intrakranial.

14

1.9. Interpretasi Gambaran CT-Scan pada Trauma Kepala


Fraktur tulang kepala
Fraktur pada dasar tengkorak seringkali sukar dilihat. Fraktur dasar tengkorak (basis kranii)
biasanya memerlukan pemeriksaan CT Scan dengan teknik Jendela Tulang (bone window)
untuk mengidentifikasi garis frakturnya. Fraktur dasar tengkorak yang melintang kanalis
karotikus dapat mencederai arteri karotis (diseksi, pseuoaneurisma ataupun trombosis) perlu
dipertimbangkan untuk dilakukan pemeriksaan angiography cerebral.

Gambar 14. Gambaran Fraktur Basis Kranii pada CT Scan Kepala


Pada Gambar 14, memperlihatkan gambaran fraktur tulang temporal petrous kiri, yang
melibatkan telinga tengah (panah kecil). Dapat dilihat juga adanya gambaran sedikit udara pada
fossa posterior dari tulang tengkorak (panah terbuka).

Perdarahan epidural
Hematoma epidural didefinisikan sebagai perdarahan ke dalam ruang antara duramater, yang
tidak dapat dipisahkan dari periosteum tengkorak dan tulang yang berdekatan.
Hematoma epidural biasanya dapat dibedakan dari hematoma subdural dengan bentuk
bikonveks dibandingkan dengan crescent-shape dari hematoma subdural. Selain itu, tidak seperti
hematoma subdural, hematoma epidural biasanya tidak melewati sutura. Hematoma epidural
sangat sulit dibedakan dengan hematoma subdural jika ukurannya kecil. Dengan bentuk
bikonveks yang khas,elips, gambaran CT scan padahematoma epidural tergantung pada sumber
perdarahan, waktu berlalu sejak cedera, dan tingkat keparahan perdarahan. Karena dibutuhkan
15

diagnosis yang akurat dan perawatan yang cepat, diperlukan pemeriksaan CT scan dengan cepat
dan intervensi bedah saraf.
Pada Gambar 15, pasien mengalami kecelakaan kendaraan bermotor, terlihat peningkatan
kepadatan (hiperdens) di daerah lenticular pada CT Scan aksial non kontras di wilayah parietalis
kanan. Ini biasanya terjadi akibat pecahnya arteri meningeal media. Sedikit perdarahan juga
terlihat di lobus frontal kiri (perdarahan intraserebral).

Gambar 15. Gambaran Perdarahan Epidural pada CT Scan Kepala Non-kontras


Perdarahan subdural
Sebelum CT scan dan teknologi pencitraan magnetik (MRI), hematoma subdural didiagnosis
hanya berdasarkan efek massa, yang digambarkan sebagai perpindahan dari pembuluh darah
pada angiogram atau sebagai kalsifikasi kelenjar hipofisis pada foto polos kepala. Munculnya CT
scan dan MRI telah menjadi pilihan diagnosik rutin bahkan untuk perdarahan kecil.
Temuan CT scan dalam hematoma subdural tergantung pada lamanya perdarahan. Pada fase
akut, hematoma subdural muncul berbentuk bulan sabit, ketika cukup besar, hematoma subdural
menyebabkan pergeseran garis tengah. Pergeseran dari gray matter-white matter junction
merupakan tanda penting yang menunjukkan adanya lesi.

Gambar 16. Gambaran Perdarahan Subdural pada CT Scan


16

Jika ditemukan hematoma subdural pada CT scan, penting untuk memeriksa adanya cedera
terkait lainnya, seperti patah tulang tengkorak, kontusio intra parenkimal, dan darah pada
subaraknoid. Adanya cedera parenkim pada pasien dengan hematoma subdural adalah faktor
yang paling penting dalam memprediksi hasil klinis mereka.

Gambar 17. Gambaran Perdarahan Subdural dengan Fraktur Tengkorak (kiri) dan Perdarahan
Subdural disertai Perdarahan Subarakhnoid (kanan)
Perdarahan subarakhnoid
Pada CT scan, perdarahan subaraknoid (SAH) terlihat mengisi ruangan subaraknoid yang
biasanya terlihat gelap dan terisi CSF di sekitar otak. Rongga subaraknoid yang biasanya hitam
mungkin tampak putih di perdarahan akut. Temuan ini paling jelas terlihat dalam rongga
subaraknoid yang besar.

Gambar 18. Gambaran Perdarahan Subarakhnoid pada CT Scan Kepala


Ketika CT scan dilakukan beberapa hari atau minggu setelah perdarahan awal, temuan akan
tampak lebih halus. Gambaran putih darah dan bekuan cenderung menurun, dan tampak sebagai
17

abu-abu. Sebagai tambahan dalam mendeteksi SAH, CT scan berguna untuk melokalisir sumber
perdarahan.
Perdarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral biasanya disebabkan oleh trauma terhadap pembuluh darah, timbul
hematoma intraparenkim dalam waktu -6 jam setelah terjadinya trauma. Hematoma ini bisa
timbul pada area kontralateral trauma. Pada CT scan sesudah beberapa jam akan tampak daerah
hematoma (hiperdens), dengan tepi yang tidak rata.

Gambar 19. Gambaran Perdarahan Intraserebral pada CT Scan Kepala


Perdarahan intraventrikular
Perdarahan intraventrikular merupakan penumpukan darah pada ventrikel otak. Perdarahan
intraventrikular selalu timbul apabila terjadi perdarahan intraserebral. Pada perdarahan
intraventrikular akan terlihat peningkatan densitas dari gambaran CT scan kepala. Jika terlambat
ditangani, perdarahan intraventrikular akan menyebabkan terjadinya ventrikulomegali pada
sistem ventrikel (hidrosefalus) dari gambaran CT scan.

Gambar 20. Gambaran Perdarahan Intraserebral disertai


Perdarahan Intraventrikular pada CT Scan Kepala

18

DAFTAR PUSTAKA
Camargo ECS, Gonzlez G, et al. Imaging of acute ischemic stroke: unenhanced computed
tomography. Acute ischemic stroke: imaging and intervention. Berlin: Springer;
2006.

hlm. 41-54.

Mansjoer A., Suprohaita, et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jakarta: Media
Aesculapius.
Rasad S, Kartoleksono S, Ekayuda I. 2001. Radiologi Diagnostik. Edisi 7. Balai Penerbit FKUI
Singhal AB, Lo EH, et al. Ischemic stroke: basic pathophysiology and neuroprotective
strategies. Acute ischemic stroke: imaging and intervention. Berlin: Springer;
2006. hlm.

1-26.

Wang AM, Simonson TM, Yuh WTC. Cerebral infarction and ischemic Disease.
Neuroradiology: A Study Guide.: McGraw-Hill; 1995. hlm. 287-308.

19

Anda mungkin juga menyukai