Anda di halaman 1dari 25

IMUNOLOGI

(Heru Santoso Wahito Nugroho, S.Kep., Ns., M.M.Kes)


Referensi:
http://www.-immuno.path.cam.ac.uk : Immunology PartIB Home Page
http://www.biology.arizona.edu\immunology\tutorials\immunology\main.html : Introduction
to Immunology
http://www.bioweb.wku.edu\courses\biol328\index.html, Innate (Nonspesific) Immunity
http://www.uhaweb\uhaweb.hartford.edu\bugl\immune.htm, 2001, Immune System

http://www.sprojects.mmi.mcgill.ca\immunology\immuno3.htm, 1998, Basic Immunology


http://www.pathmicro.med.sc.edu\mayer, 2007, Immunology

Apa yang Dimaksud dengan Imunitas?


Imunologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kekebalan tubuh. Imunologi berasal
dari kata imun yang berarti kebal dan logos yang berarti ilmu. Imunitas adalah
perlindungan dari penyakit, khususnya penyakit infeksi. Sel-sel dan molekul-molekul
yang terlibat di dalam perlindungan membentuk sistem imun. Sedangkan respon untuk
menyambut agen asing disebut respon imun. Jadi, agen asing atau antigen adalah
substansi yang dapat menyebabkan terjadinya respon imun, misalnya virus. Tidak
semua respon imun melindungi dari penyakit. Beberapa agen asing seperti allergen
yang ditemukan pada debu, bulu kucing dll. dapat menyebabkan penyakit sebagai
konsekuensi akibat menginduksi respon imun.
Ada beberapa pengelompokan mengenai sistem imun, yang terpenting adalah
pengenalan self dan non-self. Pengelompokan lainnya adalah: imunitas umum dan
spesifik, imunitas alamiah dan adaptif = bawaan dan didapat, imunitas seluler dan
humoral, imunitas aktif dan pasif, serta imunitas primer dan sekunder.
Bagian-bagian dari sistem imun adalah spesifik antigen (mereka mengenal dan
beraksi melawan antigen khusus), sistemik (tidak terbatas pada lokasi infeksi awal,
tetapi bekerja di seluruh tubuh) dan memiliki memori (mengenal dan meningkatkan
serangan terhadap antigen yang sama pada waktu yang akan datang.
Pengenalan self dan non self dicapai dengan setiap sel menunjukkan suatu penanda
berdasarkan pada major histocompatibility complex (MHC). Beberapa sel yang tidak
menunjukkan penanda ini diperlakukan sebagai non self dan diserang.

Kadang-kadang sistem imun menyerang sel-selnya sendiri. Kasus ini dinamakan


penyakit autoimun misalnya multiple sclerosis, systemic lupus erythematosus,
rheumatoid arthritis, diabetes serta myasthenia gravis. Mayoritas orang tidak menderita
penyakit autoimun karena mereka memiliki toleransi terhadap jaringan mereka sendiri.

Sistem Cairan Tubuh


Ada dua sistem cairan utama di dalam tubuh yaitu darah dan limfe. Sistem darah dan
limfe melalui seluruh tubuh dan bertanggungjawab dalam transportasi agen-agen
sistem imun.

Sistem darah
Orang dengan berat badan 70 kg memiliki kira-kira 5 liter darah, dengan berat kira-kira
7% dari berat badan total. Darah mengalir dari jantung menuju arteri, kemudian kapiler
dan kembali melalui vena menuju jantung.
Darah terdiri atas 52-62% cairan plasma dan 38-48% sel-sel darah. Plasma memiliki
kandungan utama air (91,5%) dan berperan sebagai solven (pelarut) untuk mengangkut
material-material lain yaitu protein (7%) serta bahan lain (1,5%). Sel-sel darah dibuat
dari stem cell (sel induk) dalam suatu proses yang dinamakan hematopoiesis yang
umumnya terjadi di dalam sumsum tulang. Stem cell menghasilkan hemocytoblasts
(hemositoblas) yang berubah menjadi prekursor untuk berbagai jenis sel darah.
Hemositoblas matur menjadi 3 jenis sel darah yaitu eritrosit (sel darah merah), lekosit
(sel darah putih) dan platelet (trombosit).

Sel-sel darah merah (eritrosit)


Lekosit dibagi menjadi dua yaitu granulosit (mengandung granula di dalam sitoplasma)
dan agranulosit (tak mengandung granula). Granulosit terdiri atas netrofil (55-70%),
eosinofil (1-3%) dan basofil (0,5-1%). Sedangkan agranulosit terdiri atas limfosit
(limfosit T dan limfosit B) dan monosit. Limfosit beredar di dalam sistem darah dan
sistem limfe dan membuat rumah di dalam organ limfoid.

Sel-sel darah (perhatikan eritrosit, trombosit dan berbagai jenis lekosit)


Lekosit dapat hidup selama 5-9 hari. Eritrosit hidup selama kira-kira 120 hari. Eritrosit ini
selanjutnya bermi kata imun: kebal dan logos: ilmugrasi ke limpa untuk mati. Berikut ini
gambaran jumlah sel-sel darah.
Jumlah sel-sel darah orang dewasa normal
Eritrosit

5.0x106/mm3

Trombosit

2.5x105/mm3

Lekosit

7.3x103/mm3
Netrofil

Granulosit

50-70%

Limfosit

Agranulosit

20-40%

Monosit

Agranulosit

1-6%

Eosinofil

Granulosit

1-3%

Basofil

Granulosit

<1%

Struktur 5 jenis lekosit

Sistem limfe
Limfe adalah cairan jernih, transparan dan tak berwarna. Cairan limfe mengalir di dalam
pembuluh limfe melalui jaringan-jaringan dan organ-organ untuk memberikan
perlindungan. Tak ada eritrosit di dalam limfe dan mengandung lebih sedikit protein
daripada darah.
Limfe mengalir dari cairan interstitial melalui pembuluh limfe menuju duktus thorakis
atau duktus limfe kanan dan bermuara di vena subklavia, di sinilah limfe menyatu
dengan darah. Limfe membawa lipid dan vitamin-vitamin yang larut dalam lipid setelah
diserap dari saluran pencernaan. Seperti pembuluh darah vena, pembuluh limfe
memiliki katup-katup yang mencegah aliran balik cairan. Di sepanjang pembuluh limfe
terdapat limfonodi yang menyaring cairan limfe.
Sistem limfoid manusia terdiri atas:
1. Organ-organ primer, yaitu sumsum tulang dan kelenjar timus (di belakang tulang
dada di atas jantung)
2. Organ-organ sekunder, umumnya dekat jalan masuk patogen: adenoid, tonsil, limpa,
limfonodi, appendiks dan Peyers patches.

Sistem limfoid manusia

Imunitas Bawaan dan Imunitas Didapat


Individu yang normal memiliki 2 tingkat pertahanan terhadap agen asing, yaitu imunitas
bawaan dan imunitas didapat. Imunitas ini muncul pada binatang baru lahir dan
invertebrata. Imunitas didapat sering disebut juga dengan imunitas adaptif, imunitas
spesifik, acquired immunity dan adaptive immunity. Imunitas jenis kedua ini dimiliki oleh
vertebrata.

Imunitas bawaan
Imunitas bawaan sering juga disebut dengan imunitas alamiah, imunitas non spesifik,
innate immunity dan natural immunity. Imunitas bawaan muncul sejak lahir, tersusun
dari beberapa komponen yaitu:
BARIER ANATOMI
1. Faktor mekanis
Beberapa pertahanan secara mekanis dalam tubuh kita antara lain:
- Jaringan epitel (kulit dan mukosa) merupakan barier fisik terdepan yang sangat
impermeabel terhadap agen-agen infeksi, kecuali jika terjadi kerusakan, misalnya
terluka. Desquamasi kulit membantu melepaskan bakteridan agen infeksi lainnya.
- Gerakan silia, batuk dan bersin membantu membebaskan saluran pernafasan
dari patogen
- Aliran air mata, saliva dan urin dapat mengeluarkan patogen
- Mukus pada saluran pencernaan dan pernafasan dapat menangkap
mikroorganisme
- Peristaltik membebaskan saluran pencernaan dari mikroorganisme
2. Faktor kemis
Secara kimiawi, tubuh kita memiliki beberapa sistem pertahanan antara lain:
- Sekresi lambung, sekresi vaginal dan keringat yang bersifat asam (pH<7) dapat
menghambat pertumbuhan bakteri
- Enzim-enzim perncerna protein dapat membunuh beberapa patogen
- Folikel rambut menghasilkan sebum dengan kandungan asam laktat dan asam
lemak yang dapat menghambat beberapa bakteri patogenik dan jamur.
- Lisozim dan fosfolipase pada saliva, air mata, sekresi hidung, dan perspirasi
merupakan enzim yang dapat merusak dinding sel bakteri Gram positif sehingga
sel mengalami lisis.
- Spermin dan zinc pada sperma merusak beberapa patogen
- Laktoperoksidase merupakan enzim powerfull yang ditemukan pada ASI
- Defensin pada paru dan saluran pencernaan memiliki aktifitas antimikrobial
- Surfaktan pada paru beraksi sebagai opsonin yang memicu fagositosis partikel
oleh sel-sel fagosit

3. Faktor biologis
Flora normal (mayoritas bakteri) pada kulit dan saluran pencernaan dapat
mencegah kolonisasi bakteri patogenik dengan mengeluarkan substansi toksik atau
dengan bersaing mendapatkan nutrien. Biasanya flora normal tak membahayakan.
Kita memiliki 1013 sel dan terdapat 1014 bakteri, yang mayoritas hidup di usus besar.
- Ada 103-104 mikroba per cm2 di kulit (Staphylococcus aureus, Staphylococcus
epidermidis, Diphtheroid, Streptococci, Candida dll.).
- Berbagai macam bakteri hidup di hidung dan mulut
- Di lambung dan usus halus terdapat Lactobacilli
- Di usus halus terdapat 10 4 bakteri per gram dan di usus besar 10 11 per gram, 9599% di antaranya adalah anaerob.
- Di saluran kemih terdapat koloni berbagai bakteri dan difteroid.
- Setelah pubertas, terdapat koloni Lactobacillus aerophilus yang meng-fermentasi
glikogen untuk mempertahankan pH asam.
- Flora normal menciptakan kesesuaian ekologis dalam tubuh, dan menghasilkan
baktoriosidin, defensin, protein kationik dan laktoferin yang merusak bakteri lain.
BARIER HUMORAL
Barier anatomi sangat efektif untuk mencegah kolonisasi mikroorganisme pada
jaringan. Tetapi, jika barier tersebut rusak, maka infeksi dapat terjadi. Sekali agen
infeksius menembus jaringan, mekanisme imunitas bawaan lainnya bekerja, yaitu
inflamasi akut (radang akut). Faktor-faktor humoral berperan penting dalam radang,
ini ditandai dengan edema dan rekrutmen sel-sel fagosit. Faktor-faktor humoral ini
ditemukan di dalam serum atau terbentuk di lokasi infeksi.
1. Sistem komplemen
Sistem komplemen adalah mekanisme pertahanan non spesifik humoral utama,
suatu sistem yang terdiri atas lebih dari 20 protein, yang dengan berbagai cara dapat
diaktifkan untuk merusak bakteri. Sekali komplemen diaktifkan maka dapat memicu
peningkatan permeabilitas pembuluh darah, rekrutmen sel-sel fagositik serta lisis dan
opsonisasi bakteri.
Sistem komplemen menyelubungi mikroba dengan molekul-molekul yang
membuatnya lebih mudah ditelan oleh fagosit. Mediator permeabilitas vaskuler
meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga dapat menambah aliran plasma dan
komplemen ke lokasi infeksi, juga mendorong marginasi (fagosit menempel di
dinding kapiler). Sekali fagosit bekerja, mereka akan mati. Sel-sel mati ini bersama
jaringan rusak dan air membentuk pus.
2. Sistem koagulasi
Tergantung beratnya kerusakan jaringan, sistem koagulasi akan diaktifkan atau tidak.
Beberapa produk dari sistem koagulasi berperan dalam pertahanan non spesifik
karena kemampuannya untuk meningkatkan permeabilitas vaskuler dan aktifitas
sebagai agen kemotaksis untuk sel-sel fagositik. Selain itu, beberapa produk sistem

koagulasi merupakan antimikrobial langsung, misalnya beta-lisin, suatu protein yang


dihasilkan oleh trombosit selama koagulasi dan dapat menyebabkan lisis beberapa
bakteri Gram positif dengan aksi sebagai detergen kationik.
3. Laktoferrin dan transferrin

Karena mengikat besi, laktoferin dan transferin membatasi pertumbuhan bakteri


(kedua jenis protein ini merupakan nutrien esensial bagi bakteri).
4. Interferon
Interferon adalah protein yang dapat membatasi replikasi virus di dalam sel
5. Lisozim
Lisozim merusak dinding sel bakteri
6. Interleukin
Interleukin -1 (IL-1) memicu demam dan produksi protein fase akut, beberapa di
antaranya adalah antimikrobial yang menyebabkan opsonisasi bakteri.
BARIER SELULER
Bagian dari respon radang adalah rekrutmen netrofil, eosinofil dan makrofag (monosit di
jaringan) ke lokasi infeksi.
1. Netrofil atau PMNs (polymorphonuclear cells)
Netrofil yang direkrut melakukan fagositosis terhadap organisme lalu membunuhnya
di dalam sel.

Netrofil di dalam darah

2. Makrofag
Makrofag jaringan dan monosit yang baru direkrut yang akan berubah menjadi
makrofag, juga melakukan fagositosis serta membunuh mikroorganisme di dalam sel.
Selain itu, makrofag juga mampu membunuh secara ekstraseluler. Lebih jauh,
makrofag mendukung perbaikan jaringan dan beraksi sebagai antigen-presenting
cells (APC), yang diperlukan untuk memicu respon imun spesifik.

Makrofag alveolar (paru) menyerang bakteri E. coli


3. Sel-sel natural killer (NK) dan lymphokine activated killer (LAK)
Sel-sel NK dan LAK secara non spesifik membunuh virus dan sel-sel tumor. Sel-sel
ini bukan merupakan bagian dari respon radang.

Peran sel NK dan LAK dalam membunuh sel target

4. Eosinofil
Eosinofil memiliki protein di dalam granula sel yang efektif untuk membunuh parasitparasit tertentu.

Eosinofil di dalam darah

Imunitas didapat
Bagian-bagian dari sistem imun dapat berubah dan beradaptasi untuk serangan yang
lebih baik terhadap antigen yang meng-invasi. Ada 2 mekanisme adaptif fundamental
yaitu: imunitas diperantarai sel (cell mediated immunity) dan imunitas humoral (humoral
immunity).
IMUNITAS DIPERANTARAI SEL (IMUNITAS SELULER)
Imunitas seluler diperankan oleh limfosit T. Dalam imunitas bawaan, kita ketahui bahwa
makrofag menelan antigen dan membunuhnya di dalam sel. Hal ini merangsang limfosit
T (sel T) untuk mengenal antigen tersebut. Semua sel tertutup oleh berbagai substansi.
Cluster of differentiation (CD) yang jenisnya ada lebih dari 160 cluster adalah molekul
berbeda-beda yang menutup permukaan sel. Setiap sel T dan sel B memiliki kira-kira
100.000 molekul pada permukaannya. Permukaan sel B tertutup oleh CD21, CD35,
CD40, dan CD45, serta molekul-molekul non CD. Sedangkan sel T tertutup oleh CD2,
CD3, CD4, CD28, CD45R serta molekul-molekul non CD.
Sejumlah besar molekul pada permukaan limfosit menyebabkan pembentukan reseptor
yang bervariasi. Ada 1018 macam reseptor karena perbedaan struktur molekul ini.
Sel T awalnya dari timus, yang melalui 2 proses seleksi. Pertama, proses seleksi positif
yang hasilnya: hanya sel-sel T yang cocok dengan reseptor yang dapat mengenal
molekul MHC yang bertanggungjawab terhadap pengenalan self. Kedua, proses

seleksi negatif yang dimulai ketika sel-sel T yang dapat mengenal molekul MHC
bergabung dengan peptide asing dikeluarkan dari timus.
Ada beberapa macam sel T, yaitu:
1. Sitotoksik atau Sel T Killer (CD8+)
Sel ini mengeluarkan limfotoksin yang menyebabkan lisis sel.
2. Sel T Helper (CD4+)
Sel ini berperan sebagai pengelola, mengarahkan respon imun. Sel-sel ini
mengeluarkan limfokin yang merangsang sel T Killer dan sel B untuk tumbuh dan
membelah diri, memicu netrofil, dan memicu kemampuan makrofag untuk menelan
dan merusak mikroba.
3. Sel T Supressor
Sel ini menghambat produksi sel T Killer jika tak dibutuhkan lagi.
4. Sel T Memory
Sel ini diprogram untuk mengenal dan merespon pathogen
IMUNITAS HUMORAL
Imunitas humoral diperankan oleh limfosit B. Ada 2 macam sel B yaitu:
1. Sel plasma
Limfosit B yang masih immatur dirangsang menjadi matur ketika antigen terikat pada
permukaan reseptor dan didekatnya terdapat sel T Helper (untuk mengeluarkan
sitokin). Sel B ini selanjutnya memasuki seleksi klonal, artinya berkembang biak
dengan mitosis. Hasil mayoritas dari mitosis ini adalah sel plasma. Sel-sel plasma ini
menghasilkan antibodi yang sangat spesifik kira-kira 2000 molekul per detik selama
4-5 hari.
2. Sel B memori
Sel-sel B lainnya memiliki masa hidup panjang dinamakan sel memori.
Antibodi
Di atas telah disebutkan bahwa sel plasma menghasilkan antibodi. Antibodi (juga
disebut immunoglobulin/Ig) adalah suatu gamma globulin yang merupakan sebagian
dari protein darah. Struktur dasar dari antibodi terdiri atas:
1. Dua Rantai ringan (light chain) yaitu L dan dua rantai berat (heavy chain) yaitu H
2. Ikatan disulfida
3. Regio variabel (V) dan regio constant (C)
4. Regio engsel (hinge)
5. Domain, yaitu domain light chain (V L dan CL) dan domain heavy chain (VH, CH1, CH2,
CH3, CH4)
6. Karbohidrat berupa oligosakarida yang umumnya terikat pada C H2

Struktur dasar dari imunoglobulin


Antibodi ini dapat meng-inaktifkan antigen dengan cara:
Netralisasi, yaitu pengeblokan aktifitas biologis dari molekul target mereka,
misalnya toksin berikatan dengan reseptor

Opsonisasi, yaitu interaksi dengan reseptor khusus pada berbagai macam sel,
termasuk makrofag, netrofil, basofil, dan mast cells, membuat sel-sel tersebut
mengenal dan berespon terhadap antigen

Aktivasi Komplemen, menyebabkan lisis langsung


Rekrutmen komplemen juga menghasilkan fagositosis.

Cara kerja antibodi

oleh

komplemen.

Struktur immunoglobulin
Ada 5 kelas antibodi atau immunoglobulin yaitu:
1. IgG (immunoglobulin G) dengan proporsi 76%
IgG memiliki rantai berat gamma, yang bedakan menjadi 4 subkelas yaitu IgG1,
IgG2, IgG3 dan IgG4. IgG memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Merupakan imunoglobulin terbanyak pada serum
b. Merupakan imunoglobulin terbanyak pada daerah ekstravaskuler
c. Transfer plasental. IgG adalah satu-satunya Ig yang dapat menembus barier
plasenta menuju janin dan memberikan imunitas pada masa-masa awal
kehidupan bayi.
d. Mengikat komplemen.
e. Berikatan dengan sel. Makrofag, monosit, netrofil dan beberapa limfosit memiliki
Fc reseptor yang berikatan dengan regio Fc pada IgG. Sel-sel yang terikat IgG
akan lebih mengenal antigen. Ig menyiapkan antigen agar lebih mudah ditelan
oleh fagosit. Opsonin merupakan substansi yang memicu fagositosis.
2. IgM (immunoglobulin G) dengan proporsi 8%
IgM memiliki rantai berat Mu, dengan karakteristik sebagai berikut:
a. Merupakan imunoglobulin terbanyak ketiga dalam serum

b. IgM adalah imunoglobulin yang dibuat pertama kali oleh fetus. Imunoglobulin
pertama dibuat oleh sel B virgin saat distimulasi oleh antigen.
c. Pengikat komplemen terbaik karena berstruktur pentamer. Oleh karena itu IgM
sangat efisien untuk melisiskan mikroorganisme
d. Memiliki fungsi aglutinasi terbaik karena berstruktur pentamer. Oleh karena itu
IgM sangat membantu untuk menggumpalkan mikroorganisme untuk dikeluarkan
e. Berikatan dengan beberapa sel
f. Merupakan imunoglobulin pada permukaan sel B sebagai reseptor antigen.
3. IgA (immunoglobulin G) dengan proporsi 15%
IgA memiliki rantai berat alfa, yang bedakan menjadi 2 subkelas yaitu IgA1 dan IgA2.
IgA memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Merupakan imunoglobulin terbanyak kedua dalam serum
b. Merupakan imunoglobulin terbanyak pada sekresi (air mata, saliva, kolostrum,
mukus). IgA penting untuk imunitas lokal.
c. Tidak mengikat komplemen
d. Berikatan dengan beberapa sel (netrofil dan limfosit)
4. IgD (immunoglobulin G) dengan proporsi 1%
IgD memiliki rantai berat delta. Imunoglobulin D memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Ditemukan dengan jumlah sedikit dalam serum
b. Secara primer IgD ditemukan pada permukaan sel B sebagai reseptor antigen.
c. Tidak mengikat komplemen
5. IgE (immunoglobulin G) dengan proporsi 0,002%
IgE memiliki rantai berat epsilon. Imunoglobulin E memiliki karakteristik sebagai
berikut:
a. Paling sedikit terdapat dalam serum. Antibodi ini terikat sangat kuat dengan Fc
reseptor basofil dan mast cell sebelum berinteraksi dengan antigen.
b. Terlibat dalam reaksi alergi. Akibat terikat kuat dengan basofil dan mast cell, IgE
terlibat dalam reaksi alergi. Pengikatan alergen ke IgE pada sel menimbulkan
pelepasan berbagai mediator yang mengakibatkan gejala alergi.
c. Berperan dalam melawan parasit cacing. Eosinofil berikatan dengan IgE
kemudian menyelubungi cacing lalu membunuhnya.
d. Tidak mengikat komplemen

Secara klinis peningkatan dan penurunan imunoglobulin terjadi pada kasus-kasus


sebagai berikut:
Antibodi
IgG

IgM

IgA

Meningkat pada kasus

Menurunpada kasus

a) Chronic granulomatous infections


b) Infections of all types
c) Hyperimmunization
d) Liver disease
e) Malnutrition (severe)
f) Dysproteinemia
g) Disease associated with hypersensitivity
granulomas, dermatologic disorders, and
IgG myeloma
h) Rheumatoid arthritis
a) Waldenstrm's macroglobulinemia
b) Trypanosomiasis
c) Actinomycosis
d) Carrin's disease (bartonellosis)
e) Malaria
f) Infectious mononucleosis
g) Lupus erythematosus
h) Rheumatoid arthritis
I) Dysgammaglobulinemia (certain cases)
Catatan:
Pada bayi baru lahir, kadar IgM di atas 20
ng./dl mengindikasikan stimulasi in utero
oleh rubella virus, cytomegalovirus, syphilis,
atau toxoplasmosis
a) Wiskott-Aldrich syndrome
b) Cirrhosis of the liver (most cases)
c) Certain stages of collagen and other
autoimmune disorders such as rheumatoid
arthritis and lupus erythematosus
d) Chronic infections not based on
immunologic deficiencies
e) IgA myeloma

a) Agammaglobulinemia
b) Lymphoid aplasia
c) Selective IgG, IgA deficiency
d) IgA myeloma
e) Bence Jones proteinemia
f) Chronic lymphoblastic leukemia

a) Agammaglobulinemia
b) Lymphoproliferative disorders (certain
cases)
c) Lymphoid aplasia
d) IgG and IgA myeloma
e) Dysgammaglobulinemia
f) Chronic lymphoblastic leukemia

a) Hereditary ataxia telangiectasia


b) Immunologic deficiency states (e.g.,
dysgammaglobulinemia, congenital and
acquired agammaglobulinemia, and
hypogammaglobulinemia)
c) Malabsorption syndromes
d) Lymphoid aplasia
e) IgG myeloma
f) Acute lymphoblastic leukemia
g) Chronic lymphoblastic leukemia

IgD
a) Chronic infection
b) IgD myelomas

IgE
a) Atopic skin diseases such as eczema
b) Hay fever
c) Asthma
d) Anaphylactic shock
e) IgE-myeloma

a) Congenital agammaglobulinemia
b) Hypogammaglobulinemia due to faulty
metabolism or synthesis of immunoglobulins

Beberapa pengetahuan tambahan tentang imunologi


RESPON RADANG (INFLAMASI)
Kerusakan jaringan akibat luka atau invasi mikroorganisme patogenik akan memicu
suatu kompleks kejadian yang dinamakan respon radang atau inflamasi. Tanda-tanda
klinik yang muncul antara lain:
Rubor (kemerahan)
Tumor (bengkak)
Calor (panas)
Dolor (nyeri)
Ada beberapa fungsi dari inflamasi yaitu:
1. Mengirimkan molekul efektor dan sel-sel ke lokasi infeksi
2. Membentuk barier fisik terhadap perluasan infeksi atau kerusakan jaringan
3. Pemulihan luka dan perbaikan jaringan
Kejadian fisiologis utama selama inflamasi antara lain:
1. Terjadi vasokonstriksi segera pada area setempat
2. Terjadi peningkatan aliran darah ke lokasi radang (vasodilatasi)
3. Terjadi penurunan velocity aliran darah ke lokasi radang (lekosit dapat mengalir
lambat dan menempel di endotel pembuluh darah
4. Terjadi peningkatan adhesi endotel pembuluh darah (lekosit dapat terikat pada
endotel pembuluh darah)
5. Terjadi peningkatan permeabilitas vaskuler (cairan masuk ke jaringan)
6. Fagosit masuk jaringan (melalui peningkatanmarginasi dan ekstravasasi)
Dalam waktu singkat setelah trauma atau infeksi, pembuluh darah membawa darah,
akibatnya membanjiri jaringan kapiler. Oleh karena itu jaringan menjadi merah dan
memanas. Peningkatan permeabilitas kapiler mengakibatkan masuknya cairan dan selsel dari kapiler ke jaringan di sekitarnya. Cairan yang terakumulasi (eksudat) berkadar
protein lebih tinggi daripada cairan normal. Akumulasi cairan ini mengakibatkan
bengkak (edema).
Peningkatan permeabilitas kapiler, penurunan velocity darah, dan peningkatan ekspresi
molekul adhesi juga menyebabkan migrasi berbagai lekosit dari kapiler ke jaringan.
Fagosit adalah sel-sel utama yang bermigrasi (pertama netrofil lalu diikuti makrofag).
Netrofil berumur pendek lalu mati dalam jaringan. Makrofag berumur lebih lama.
Selanjutnya limfosit B dan limfosit T juga masuk ke lokasi radang.
Beberapa istilah penting mengenai radang:
Marginasi
: menempelnya sel-sel pada endotel vaskuler
Ekstravasasi : emigrasi dari endotel kapiler ke jaringan. (ekstravasasi = diapedesis)

Kemotaksis : migrasi langsung melalui jaringan ke lokasi inflamasi


Pus
: akumulasi sel-sel mati, bahan-bahan yang tercerna oleh sel dan cairan
Inflamasi diawali oleh kompleks interaksi yang melibatkan mediator-mediator kimiawi.
Beberapa di antaranya ada yang diturunkan dari organisme yang menginvasi, ada yang
dikeluarkan oleh jaringan yang rusak, dari enzim plasma, serta dari sel-sel darah putih.
Beberapa mediator kimiawi yang penting diketahui antara lain:
1. Histamin (dilepaskan oleh sel-sel setelah kerusakan jaringan dan merangsang
vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler)
2. Lekotrin (dihasilkan dari membran sel dan meningkatkan kontraksi otot polos dan
mendorong kemotaksis untuk netrofil)
3. Prostaglandin (dihasilkan dari membran sel dan meningkatkan vasodilatasi,
permeabilitas vaskuler dan mendorong kemotaksis untuk netrofil)
4. Platelet aggregating factors (menyebabkan agregasi platelet dan mendorong
kemotaksis untuk netrofil
5. Kemokin (dihasilkan oleh berbagai sel dan berperan sebagai pengatur lalu lintas
lekosit di lokasi inflamasi). Ada beberapa macam kemokin, misalnya: IL-8
(interleukin-8), RANTES (regulated upon activation normal T cell expressed and
secreted), MCP (monocyte chemoattractant protein)
6. Sitokin (dihasilkan oleh sel-sel fagosit di lokasi inflamasi dan berperan sebagai
pirogen endogen yang memicu demam melalui hipotalamus, memicu produksi
protein fase akut oleh hati, memicu peningkatan hematopoiesis oleh sumsum tulang
sehingga terjadi lekositosis). Ada beberapa macam sitokin yaitu: IL-1 (interleukin-1),
IL-6 (interleukin-6), TNF-a (tumor necrosis factor alpha).
7. Mediator lain (dihasilkan akibat proses fagositosis). Ada beberapa mediator lain
yaitu nitrat oksida, peroksida dan oksigen radikal. Oksigen dan nitrogen merupakan
intermediat yang sangat toksik untuk mikroorganisme.

IMUNISASI
Imunisasi adalah memberikan perlindungan spesifik terhadap patogen-patogen tertentu.
Imunitas spesifik bisa didapat dari imunisasi aktif atau pasif dan dapat terjadi secara
alamiah atau buatan.
Imunitas pasif
Imunitas pasif bisa diperoleh dari transfer serum atau gamma globulin dari donor ke
akseptor. Imunitas pasif bisa diperoleh secara alamiah maupun buatan.
Imunitas pasif didapat alamiah, terjadi pada saat IgG ditransfer dari ibu ke fetus
melalui plasenta atau transfer IgA melalui kolostrum.
Imunitas pasif didapat buatan, terjadi ketika gamma globulin dari seseorang atau dari
binatang diinjeksikan ke akseptor. Proses ini diterapkan pada keadaan infeksi akut
(difteri, tetanus, measles, rabies dll), keadaan keracunan (serangga, reptil, botulisme)
dan sebagai profilaksis (hipogammaglobulinemia)
Imunitas aktif
Imunitas aktif dihasilkan oleh tubuh setelah terpapar oleh antigen. Imunitas aktif dapat
diperoleh secara alamiah maupun buatan
Imunitas aktif didapat alamiah, terjadi ketika paparan patogen menyebabkan infeksi sub
klinik atau klinik yang mengakibatkan respon imun terhadap patogen lainnya.
Imunitas aktif didapat buatan, merupakan imunisasi yang diperoleh dengan pemberian
patogen hidup atau mati atau komponen-komponennya. Vaksin yang diberikan untuk
imunisasi aktif mengandung organisme hidup, organisme mati utuh, komponen
mikrobial atau toksin yang disekresikan (telah didetoksifikasi).
Vaksin hidup generasi awal adalah virus cowpox yang dibuat oleh Edward Jenner untuk
imunisasi smallpox. Vaksin hidup telah digunakan untuk melawan beberapa virus antara
lain virus polio (vaksin Sabin), measles, mumps, rubella, chicken pox, hepatitis A, yellow
fever dll. Hanya ada satu vaksin bakteri hidup yaitu untuk tuberculosis (Mycobacterium
bovis: BCG).
Vaksin virus mati (oleh panas, kimiawi dan ultraviolet) ada beberapa macam misalnya
polio (vaksin Salk), influenza, rabies dll. Beberapa vaksin bakterial merupakan
organisme mati misalnya tifoid, kolera, pertusis dll. Beberapa vaksin bakterial dibuat
dari komponen dinding sel misalnya hemofilus, pertusis, meningokokus, pneumokokus
dll. Beberapa vaksin viral mengandung protein antigenik misalnya hepatitis B, rabies dll.

Modifikasi dari toksin yang terlibat dalam mekanisme patogenik agen tertentu juga
dapat dibuat menjadi vaksin (dinamakan toksoid) misalnya difteri, tetanus, kolera.
Jadual imunisasi aktif untuk anak
Bulan

Umur
Vaksin

HeB

HeB

DTaP

DTaP

DTaP

Hemohilus
influenzae-b (CV)

Hib

Hib

Hib

IPV

IPV

++

Measles, Mumps,
Rubella

Hepatitis A

4-6

HeB

Diphtheria, Tetanus,
Pertussis &

Varicella

12 15 18 24

1112

1416

Hepatitis-B

Poliovirus

Tahun

&&

HeB
DTaP

DTaP

Td

Hib

IVP

IPV

MMR

MMR

MMR

Var
HepA

Imunisasi aktif dapat menyebabkan demam, malaise dan ketidaknyamanan. Beberapa


vaksin juga menyebabkan nyeri sendi atau arthritis (rubella), kejang, kadang-kadang
fatal (pertusis) atau gangguan neurologis (influenza). Alergi telur dapat berkembang
sebagai konsekuensi dari vaksin viral yang dihasilkan dalam telur (measles, mumps,
influenza, yellow fever). Tabel berikut memberikan contoh gambaran efek tak
diharapkan yang terjadi pada vaksin DTP (difteri-tetanus-polio)

Efek-efek yang terjadi selama 48 jam pasca vaksinasi DTP

Kejadian

Frekuensi
Lokal

Merah, bengkak, nyeri

1 in 2-3 doses
Sistemik ringan/sedang

demam, mengantuk, gelisah

1 in 2-3 doses

Muntah, anoreksia

1 in 5-15 doses
Sistemik lebih serius

Menangis persisten, demam

1 in 100-300 doses

Kolaps, kejang

1 in 1750 doses

Ensefalopati akut

1 in 100,000 doses

Defisit neurologis permanen

1 in 300,000 doses

REAKSI HIPERSENSITIFITAS (ALERGI)


Hipersensitifitas adalah reaksi tak diinginkan (kerusakan, ketidaknyamanan dan
kadang-kadang fatal) akibat sistem imun normal. Antigen yang memicu reaksi alergi
dinamakan alergen. Reaksi alergi digolongkan menjadi 4 macam yaitu tipe I, tipe II, tipe
II dan tipe IV didasarkan pada mekanisme yang terlibat dan waktu terjadinya reaksi.
Biasanya kondisi klinik khusus (penyakit) terlibat dalam lebih dari satu tipe alergi.
Hipersensitifitas tipe I
Alergi Tipe pertama ini dinamakan juga hipersensitif segera atau anafilaktik. Reaksi
melibatkan kulit (urtikaria dan eksema), mata (konjungtivitis), nasofaring (rhinore,
rhinitis), jaringan bronkhopulmoner (asthma) dan saluran pencernaan (gastroenteritis).
reaksi dapat menyebabkan gejala minor sampai dengan kematian. Reaksi biasanya
memerlukan 15-30 menit setelah terpapar antigen, meski kadang-kadang lambat (10-12
jam). Alergi ini diperantarai oleh IgE. Sel-sel primer yang terlibat adalah mast cell atau
basofil. Reaksi dilipatgandakan oleh platelet, netrofil dan eosinofil. Ikatan IgE dengan
mast cell dan basofil akan memicu pelepasan mediator farmakologik oleh sel. Mediatormediator ini akan memberikan efek sebagaimana tertera pada tabel berikut:

Mediator Farmakologik pada Hipersensitifitas Tipe I


Mediator awal

Histamine

bronchoconstriction, mucus secretion, vasodilatation, vascular


permeability

Tryptase

Proteolysis

Kininogenase

kinins and vasodilatation, vascular permeability, edema


attract eosinophil and neutrophils

ECF-A
(tetrapeptides)

Mediator baru

leukotriene B4

basophil attractant

leukotriene C4, D4

same as histamine but 1000x more potent

prostaglandins D2

edema and pain

PAF

platelet aggregation and heparin release: microthrombi

Pengobatan untuk alergi tipe I adalah dengan pemberian antihistamin.


Hipersensitifitas tipe II
Alergi tipe kedua ini dinamakan juga hipersensitifitas sitotoksik. Reaksi melibatkan
berbagai organ dan jaringan. Antigen biasanya endogen meskipun juga ada bahan
kimia eksogen (hapten) yang menempel pada membran sel. Contoh dari alergi jenis ini
adalah anemia hemolitik akibat obat-obatan, granulositopenia dan trombositopenia.
Reaksi terjadi dalam beberapa menit sampai beberapa jam. Alergi jenis ini melibatkan
IgM atau IgG, komplemen, fagosit dan sel K. Lesi mengandung antibodi, komplemen
dan netrofil. Pengobatan alergi tipe II adalah dengan pemberian anti inflamasi serta
agen imunosupresif.
Hipersensitifitas tipe III
Alergi tipe ketiga ini dinamakan juga hipersensitifitas kompleks imun. Reaksi biasanya
sistemik atau melibatkan berbagai organ antara lain kulit (contoh: SLE/systemic lupus
erythematosus), ginjal (contoh: lupus nefritis), paru (aspergillosis), pembuluh darah
(poliarteritis), sendi (rheumatoid arthritis) serta organ lainnya. Reaksi ini mungkin
mekanisme patogenik penyakit akibat mikroorganisme.
Reaksi alergi terjadi 3-10 jam setelah terpapar oleh antigen. Ini diperantarai oleh
kompleks imun yang larut. Mediator terbanyak adalah IgG, meskipun IgM juga dapat
terlibat. Antigen dapat eksogen (infeksi kronik virus, bakteri atau parasit) dapat pula
endogen (autoimunitas spesifik non-organ misalnya SLE). Antigen adalah larut dan tak
terikat dengan organ yang terlibat. Komponen utama adalah kompleks imun yang larut
dan komplemen. Kerusakan diakibatkan oleh platelet dan netrofil. Lesi mengandung
netrofil dan endapan kompleks imun dan komplemen. Infiltrasi makrofag pada tahap
berikutnya mungkin terlibat dalam proses penyembuhan. Pengobatan alergi tipe III
menggunakananti inflamasi.
Hipersensitifitas tipe IV
Alergi tipe keempat ini dinamakan juga hipersensitifitas diperantarai sel atau
hipersensitifitas tipe lambat. Contoh dari alergi jenis ini adalah reaksi tuberkulin
(Mantoux) 48 jam setelah injeksi antigen (PPD atau tuberkulin lama). Lesi berupa
indurasi dan eritema.

Hipersensitifitas tipe IV terlibat dalam patogenesis beberapa penyakit autoimun dan infeksi
(TBC, lepra, blastomikosis, histoplasmosis, toksoplasmosis, leishmaniasis dll.), granuloma dan
antigen asing. Bentuk lain dari alergi tipe ini adalah dermatitis kontak (bahan kimia, logam berat
dll.) dengan lesi papuler. Alergi jenis ini dikelompokkan menjadi 3 tergantung onset dan tanda
klinis dan histologis, sebagaimana tertera pada tabel berikut

Reaksi Hipersensitifitas tipe IV


Tanda
Klinis

Histologi

Antigen dan
lokasi

Kontak

48-72
jam

Eksema

Limfosit
diikuti
makrofag,
edema
epidermis

epidermal
( kimia organik,
racun ivy,
logam berat dll.)

Tuberculin

48-72
jam

Indurasi
lokal

Limfosit,
monosit,
makrofag

intradermal
(tuberculin,
lepromin, dll.)

Makrofag,
epiteloid, sel
raksasa,
fibrosis

antigen atau
benda asing
secara
persisten
(tuberculosis,
lepra)

Tipe

Granuloma

Waktu
Reaksi

21-28
hari

Pengerasan

Mekanisme kerusakan melibatkan limfosit T dan monosit dan/atau makrofag. Sel T


sitotoksik (Killer) menyebabkan kerusakan langsung ketika sel T Helper mengeluarkan
sitokin yang mengaktifkan sel T sitotoksik serta merekrut dan mengaktifkan monosit dan
makrofag, yang menyebabkan kerusakan besar. Lesi umumnya mengandung monosit
dan sedikit sel T. limfokin utama yang terlibat antara lain faktor kemotaktik monosit, IL-2,
interferon-gamma, TNF alfa/beta dll. Pengobatan menggunakan kortikosteroid dan
agen imunosupresif lainnya.
Perbandingan antara keempat tipe alergi, digambarkan dalam tabel berikut.

Perbandingan keempat tipe hipersensitifitas

Karakteristik

tipe-I
(anafilaktikc)

tipe-II
(sitotoksik)

tipe-III
(kompleks
imun)

tipe-IV
(tipe
lambat)

antibodi

IgE

IgG, IgM

IgG, IgM

None

antigen

Eksogen

Permukaan sel

larut

Jaringan &
organ

Waktu respon

15-30 menit

Menit-jam

3-8 jam

48-72 jam

Tanda

Bilur & terang

lisis and
nekrosis

eritema dan
edema,
nekrosis

eritema and
indurasi

Histologi

basophils and
eosinophil

antibody and
complement

complement
and
neutrophils

monocytes
and
lymphocytes

Ditransfer
dengan

antibody

antibody

antibody

T-cells

Contoh

allergic
asthma, hay
fever

Erythroblastosis
fetalis,
Goodpasture's
nephritis

SLE,
farmer's
lung
disease

tuberculin
test, poison
ivy,
granuloma

Anda mungkin juga menyukai