Anda di halaman 1dari 31

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi
yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan konenital dapat
merupakan sebab terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera lahir.
Sistem reproduksi adalah suatu rangkaian dan interaksi organ dan zat
dalamorganisme yang dipergunakan untuk berkembang biak. Sistem reproduksi
pada suatu organisme berbeda antara pria dan wanita. Pembahasan Sistem
Reproduksi Manusia Sistem reproduksi berkaitan dengan kelangsungan keberadaan
spesies manusia, oleh karena itu sistem ini berbeda dengan sistem yang lainnya
yang berhubungan dengan homeostatis dan kemampuan bertahan hidup manusia.
Proses reproduksi meliputi maturasi seksual (perangkat fisiologis untuk
reproduksi), pembentukan gamet (spermatozoa dan ovum), fertilisasi (penyatuan
gamet), kehamilandan laktasi. Sistem Reproduksi Pria Organ Reproduksi Organ
reproduksi pria terdiri atas organ reproduksi dalam dan organ reproduksi luar .
Remaja putri merupakan yang paling rentan dalam menghadapi masalah
kesehatan sistem reproduksinya. Hal ini dikarenakan secara anatomis, remaja putri
lebih mudah terkena infeksi dari dari luar karena bentuk dan letak
organ. reproduksinya yang dekat dengan anus. Dari segi fisiologis, remaja putri
akan mengalami menstruasi, sedangkan masalah-masalah lain yang mungkin akan
terjadi adalah kehamilan di luar nikah, aborsi, dan perilaku seks di luar nikah yang
berisiko terhadap kesehatan reproduksinya. Dari segi sosial, remaja putri sering
mendapatkan perlakuan kekerasan seksual.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem reproduksi wanita?
1.2.2 Bagaimana embriologi sistem reproduksi wanita?
1.2.3 Apa saja kelainan kongenital pada sistem reproduksi wanita ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi sistem reproduksi wanita.
1.3.2 Untuk mengetahui embriologi sistem reproduksi wanita.
1 | Page

1.3.3

Untuk mengetahui kelainan kongenital pada genitalia wanita.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Manfaat Umum
Makalah yang penulis buat diharapkan memberikan manfaat bagi pembaca,
agar pembaca mengetahui hal-hal yang berkaitan tentang kelainan kongenital
pada sistem reproduksi wanita.
1.4.2

Manfaat Khusus

Makalah yang penulis buat dapat memberikan pengetahuan kepada


pembaca khususnya mahasiswa kedokteran tentang kelainan kongenital pada
sistem reproduksi wanita. yang merupakan pokok permasalahan task reading
pada modul ini.

BAB II
PEMBAHASAN

2 | Page

2.1.

Anatomi Dan Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita


Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu:

alat reproduksi wanita bagian dalam yang terletak di dalam rongga pelvis, dan alat
reproduksi wanita bagian luar yang terletak di perineum.
Alat genitalia wanita bagian luar

Gambar 1. Organ Eksterna Wanita

3 | Page

a. Mons veneris / Mons pubis


Disebut juga gunung venus merupakan bagian yang menonjol di bagian
depan simfisis terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat setelah dewasa
tertutup oleh rambut yang bentuknya segitiga. Mons pubis mengandung banyak
kelenjar sebasea (minyak) berfungsi sebagai bantal pada waktu melakukan
hubungan seks (Guyton, 2007).
b. Bibir besar (Labia mayora)
Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong, panjang labia
mayora 7-8 cm, lebar 2-3 cm dan agak meruncing pada ujung bawah. Kedua bibir
ini dibagian bawah bertemu membentuk perineum, permukaan terdiri dari:
1) Bagian luar
Tertutup oleh rambut yang merupakan kelanjutan dari rambut pada mons
veneris.
2) Bagian dalam
Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung kelenjar sebasea
(lemak).
c. Bibir kecil (labia minora)
Merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, terletak dibagian dalam bibir
besar (labia mayora) tanpa rambut yang memanjang kea rah bawah klitoris dan
menyatu dengan fourchette, semantara bagian lateral dananterior labia biasanya
mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan mukosa
vagina yaitu merah muda dan basah.
d. Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil, dan
letaknya dekat ujung superior vulva. Organ ini mengandung banyak pembuluh
darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitive analog dengan penis lakilaki. Fungsi utama klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan ketegangan
seksual.
e. Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk seperti perahu atau
lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri
dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan
vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia, panas,
4 | Page

dan friksi.
f. Perinium
Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan
anus. Perinium membentuk dasar badan perinium.
g. Kelenjar Bartholin
Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina yang bersifat rapuh dan mudah
robek. Pada saat hubungan seks pengeluaran lendir meningkat.
h. Himen (Selaput dara)
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh dan mudah
robek, himen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lendir yang di keluarkan
uterus dan darah saat menstruasi.
i. Fourchette
Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada
pertemuan ujung bawah labia mayoradan labia minora. Di garis tengah berada di
bawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis terletak di
antara fourchette dan himen.
Alat genitalia wanita bagian dalam

Gambar 2. Organ Interna Wanita

5 | Page

a. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
meregang secara luas karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina. Panjang
dinding anterior vagina hanya sekitar 9 cm, sedangkan panjang dinding posterior
11 cm. Vagina terletak di depan rectum dan di belakang kandung kemih. Vagina
merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan rahim dengan
vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani
dan muskulus levator ani oleh karena itu dapat dikendalikan.
Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebut rugae dan
terutama di bagian bawah. Pada puncak (ujung) vagina menonjol serviks pada
bagian uterus. Bagian servik yang menonjol ke dalam vagina di sebut portio.
Portio uteri membagi puncak vagina menjadi empat yaitu: fornik anterior, fornik
posterior, fornik dekstra, fornik sinistra.
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam
susu dengan PH 4,5. Keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi.
Fungsi utama vagina yaitu sebagai saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan
darah menstruasi, alat hubungan seks dan jalan lahir pada waktu persalinan.
b. Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal, muskular, pipih,
cekung dan tampak seperti bola lampu / buah peer terbalik yang terletak di pelvis
minor di antara kandung kemih dan rectum. Uterus normal memiliki bentuk
simetris, nyeri bila ditekan, licin dan teraba padat.
Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu: fundus uteri yaitu bagian corpus uteri
yang terletak di atas kedua pangkal tuba fallopi, corpus uteri merupakan bagian
utama yang mengelilingi kavum uteri dan berbentuk segitiga, dan seviks uteri
yang berbentuk silinder. Dinding belakang, dinding depan dan bagian atas
tertutup peritoneum sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan kandung
kemih (Guyton, 2007).
Untuk mempertahankan posisinya uterus disangga beberapa ligamentum,
jaringan ikat dan peritoneum. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita, pada

6 | Page

anak-anak ukuran uterus sekitar 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, dan multipara 8-9 cm.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan yaitu peritoneum, miometrium / lapisan
otot, dan endometrium.
1) Peritoneum
a) Meliputi dinding rahim bagian luar
b) Menutupi bagian luar uterus
c) Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan
d) pembuluh darah limfe dan urat saraf
e) Meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen
2) Lapisan otot
a) Lapisan luar: seperti Kapmelengkung dari fundus uteri menuju
ligamentum
b) Lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai
osteum uteri internum
c) Lapisan tengah: terletak di antara kedua lapisan tersebut membentuk
lapisan tebal anyaman serabut otot rahim. Lapisan tengah ditembus oleh
pembuluh darah arteri dan vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk
angka dan sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat
dengan demikian perdarahan dapat terhenti.
3) Semakin ke arah serviks otot rahim makin berkurang dan jaringan ikatnya
bertambah. Bagian rahim yang terletak antara osteum uteri internum
anatomikum yang merupakan batas dan kavum uteri dan kanalis servikalis
dengan osteum uteri histologikum (dimana terjadi perubahan selaput lendir
kavum uteri menjadi selaput lendir serviks) disebut istmus. Istmus uteri ini
akan menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat persalinan.
4) Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot rahim
sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-otot dasar panggul,
ligamentum

yang

menyangga

uterus

adalah

ligamentum

latum,

ligamentum rotundum (teres uteri) ligamentum infindibulo pelvikum


(suspensorium ovarii) ligamentum kardinale machenrod, ligamentum
sacro uterinum dan ligamentum uterinum.

7 | Page

a)

Ligamentum latum

(1) Merupakan lipatan peritoneum kanan dan kiri uterus meluas sampai ke
dinding panggul
(2) Ruang antara kedua lipatan berisi jaringan ikat longgar dan mengandung
pembuluh darah limfe dan ureter
(3) Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba fallopi
(4) Ligamentum rotundum (teres uteri)
(5) Mulai sedikit kaudal dari insersi tuba menuju kanalis inguinalis dan
mencapai labia mayus
(6) Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat
(7) Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi
b) Ligamentum infundibulo pelvikum
(1) Terbentang dari infundibulum dan ovarium menuju dinding panggul
(2) Menggantung uterus ke dinding panggul
(3) Antara tuba fallopi dan ovarium terdapat ligamentum ovarii proprium
c) Ligamentum kardinale machenrod
(1) Dari serviks setinggi osteum uteri internum menuju panggul
(2) Menghalangi pergerakan uterus ke kanan dan ke kiri
(3) Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus
d) Ligamentum sacro uterinum
Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale machenrod menuju os sacrum
e)

Ligamentum vesika uterinum


(1)

Dari uterus menuju ke kandung kemih

(2) Merupakan jaringan ikat yang agak longgar sehingga dapat mengikuti
perkembangan uterus saat hamil dan persalinan
5) Pembuluh darah uterus
a) Arteri uterina asenden yang menuju corpus uteri sepanjang
dinding lateral dan memberikan cabangnya menuju uterus
dan di dasar endometrium membentuk arteri spinalis uteri
b) Di bagian atas ada arteri ovarika untuk memberikan darah

8 | Page

pada tuba fallopi dan ovarium melalui ramus tubarius dan


ramus ovarika.

6) Susunan saraf uterus


Kontraksi otot rahim bersifat otonom dan dikendalikan oleh saraf simpatis
dan parasimpatis melalui ganglion servikalis fronkenhouser yang terletak pada
pertemuan ligamentum sakro uterinum.
c. Tuba Fallopi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu uterine
hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum mencapai rongga
uterus. terletak di tepi atas ligamentum latum berjalan ke arah lateral mulai dari
osteum tubae internum pada dinding rahim.
Panjang tuba fallopi 12cm diameter 3-8cm. Dinding tuba terdiri dari tiga lapisan
yaitu serosa, muskular, serta mukosa dengan epitel bersilia.
Tuba fallopi terdiri atas :
1) Pars interstitialis (intramularis) terletak di antara otot rahim mulai dari
osteum internum tuba
2) Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada di luar uterus dan merupakan
bagian yang paling sempit.
3) Pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk s.
4) Pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki lumbai yang
disebut fimbriae tubae.
Fungsi tuba fallopi :
1) Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum uteri.
2) Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi.
3) Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi.
4) Tempat terjadinya konsepsi.
5) Tempat pertumbuahn dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai
bentuk blastula yang siap mengadakan implantasi.
d. Ovarium

9 | Page

Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel


menjadi ovum, ovulasi, sintesis, dan sekresi hormon hormon steroid. Letak:
Ovarium ke arah uterus bergantung pada ligamentum infundibulo pelvikum dan
melekat pada ligamentum latum melalui mesovarium.
Jenis: Ada 2 bagian dari ovarium yaitu: 1)
Korteks ovarii
a) Mengandung folikel primordial
b) Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel de graff
c) Terdapat corpus luteum dan albikantes
2) Medula ovarii
a) Terdapat pembuluh darah dan limfe
b) Terdapat

serat

saraf
e. Parametrium
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat di antara ke dua lembar
ligamentum latum.
Batasan parametrium
1) Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping
2) Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri
3) Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium.
4) Bagian belakang terdapat ligamentum ovarii
2.2.

Embriologi Sistem Reproduksi Wanita


Pada mudigah manusia, sel-sel benih primordial tampak pada tingkat

perkembangan yang dini di antara sel endoderm di dinding kantung kuning telur
di dekat allantois. Sel-sel benih ini berpindah dengan gerakan menyerupai amuba
sepanjang mesenterium dorsal usus belakang, dan sampai di gonad primitive pada
perkembangan minggu ke-6.
Pada mudigah gonad wanita yang mempunyai unsur kromosom seks XX
dan tidak mempunyai kromosom Y, korda kelamin primitive terputus-putus
menjadi kelompok-kelompok sel yang tidak teratur bentuknya. Kemudian,

10 | P a g e

kelompok-kelompok ini menghilang dan digantikan oleh stroma vascular yang


membentuk medulla ovarium. Epitel permukaan wanita terus menerus
berproliferasi. Dalam minggu ke-7, epitel ini membentuk korda generasi ke-2,
korda korteks, yang menembus mesenkim di bawahnya, tetapi tetap dekat dengan
permukaan. Dalam bulan ke-4, korda ini terpecah menjadi kelompok-kelompok
sel tersendiri, yang masing-masing mengelilingi satu atau lebih sel benih
primitive. Sel-sel benih berkembang menjadi oogonia, sedangkan sel epitel di
sekitarnya, yang berasal dari epitel permukaan, membentuk sel folikuler.
Duktus paramesonefros berkembang menjadi duktus genitalis utama pada
wanita. Bersama dengan turunnya ovarium, bagian cranial vertical dan horizontal
berkembang menjadi tuba uterine, dan bagian kaudal bersatu membentuk kanalis
uterus.
Segera setelah ujung padat duktus paramesonefros mencapai sinus
urogenitalis, tumbuh dua tonjolan keluar dari bagian pelvis sinus ini. Evaginasi
ini, yaitu bulbus sinovaginalis, berproliferasi dan membentuk sebuah lempeng
vagina padat. Vagina mempunyai dia asal-usul; sepertiga bagian atas berasal dari
saluran rahim dan dua pertiga bagian bawah berasal dari sinus urogenitalis.
Faktor-faktor yang mengendalikan perkembangan genitalia eksterna wanita
tidak jelas, tetapi estrogen memainkan satu peranan. Tuberkulum genital hanya
sedikit memanjang dan membentuk klitoris, lipatan uretra tidak menyatu seperti
halnya pada pria, tetapi berkembang menjadi labia minora. Tonjol kelamin
membesar dan membentuk labia mayora. Alur urogenital terbuka dan membentuk
vestibulum (Sadler, 1997).
2.3.

Kelainan Kongenital Pada Sistem Reproduksi Wanita

2.3.1. VULVA
1. Himen imperforatus
Himen imperforatus ialah selaput dara yang tidak menunjukkan lubang
(hiatus himenalis) sama sekali, suatu kelainan yang ringan dan yang cukup sering
dijumpai. Kemungkinan besar kelainan ini tidak dikenal sebelum menarche,
sesudah itu molimina menstrualia dialami tiap bulan, tetapi dara haid tidak keluar.

11 | P a g e

Darah itu terkumpul di dalam vagina dan menyebabkan himen tampak kabirubiruan dan menonjol ke luar. Bila keadaan ini yang dinamakan hematokolpos
dibiarkan, maka uterus akan terisi juga dengan darah haid dan akan membesar
(hematometra); selanjutnya akan timbul pula pengisian tuba kiri dan kanan
(hematosalpinks) yang dapat diraba dari luar sebagai tumor kistik di kanan dan
kiri atas simfisis.
Diagnosis

tidak

sukar,

dan

pengobatannya

ialah

mengadakan

himenektomi, dengan perlindungan antibiotika; darah tua kental kehitam-hitaman


keluar. Sebaiknya sesudah tindakan penderita dibaringkan dalam letak Fowler.
Selama 2-3 hari darah tua kental tetap akan mengalir disertai dengan pengecilan
tumor-tumor tadi.
Sekali-kali pada atresia himenalis ditemukan pada neonatus atau gadis
kecil vagina terisi oleh suatu cairan lendir (hidrokolpos). Apabila timbul tekanantekanan dan disertai dengan radang sekunder, hendaknya himen dibuka dan
dipasang drain. Selayaknya diberi pula antibiotika (Wiknjosastro, 2009).
Bila atresia himenalis ditemukan pada gadis kecil tanpa menimbulkan
gejala-gejala, maka keadaan diawasi saja sampai anak lebih besar dan situasi
anatomi menjadi lebih jelas. Dengan demikian dapat diketahui apakah benar ada
atresia himenalis atau apakah vagina sama sekali tidak terbentuk (aplasia
vaginae).
2.3.2. VAGINA
1. Septum vagina
Sekat sagital di vagina dapat ditemukan dibagian atas vagina. Tidak jarang hal
ini ditemukan dengan kelainan pada uterus, oleh karena ada gangguan dalam
fusi atau kenalisasi kedua duktus mlleri. Pada umumnya kelainan ini tidak
menimbulkan keluhan pada yang bersangkutan, dan baru ditemukan
padapemeriksaan ginekologik. Darah haid juga keluar secara normal.
Dispareuni dapat timbul, meskipun biasanya septum itu tidak dapat
mengganggu koitus. Pada persalinan septum tersebut dapat robek spontan atau
perlu disayat dan diikat. Tindakan tersebut dilakukan pula bila ada dispareuni.

12 | P a g e

2. Aplasia dan atresia vaginae


Pada aplasia vaginae kedua duktus mlleri mengadakan fusi, akan tetapi tidak
berkembang dan tidak mengadakan kanalisasi, sehingga bila diraba hanya
ditemukan jaringan yang tebal saja. Pada umumnya bila dijumpai aplasia
vaginae, maka sering pula ditemukan uterus yang rudimenter. Ovarium dapat
pula menunjukkan hipoplasi atau menjadi polikistik.
Pada aplasia vaginae tidak ada vagina, dan ditempatnya introitus vaginae
hanya terdapat cekungan yang dangkal atau yang agak dalam.
Disini terapi terdiri atas pembuatan vagina baru. Beberapa metode telah
dikembangkan untuk keperluan itu. Operasi ini sebaiknya pada saat wanita
yang bersangkutan akan menikah. Dengan demikian vagina baru dapat
digunakan dan dapat dicegah bahwa vagina buatan akan menyempit.
Pada atresia vaginae terdapat gangguan dalam kanalisasi, sehingga
terbentuk suatu septum yang horizontal. Septum itu dapat ditemukan pada
bagian proksimal vagina, akan tetapi bisa juga pada bagian bawah, di atas
himen (atresia retrohimenalis).
Bila penutupan vagina itu menyeluruh, menstruasi timbul tetapi darah haid
tidak keluar. Terjadilah hematokolpos yang dapat mengakibatkan hematometra
dan hematosalpinks. Penanganan hematokolpos sudah dibahas dalam
pembicaraan tentang atresia himenalis.
Bila penutupan vagina tidak menyeluruh, tidak akan timbul kesulitan,
kecuali mungkin pada partus kala dua.
3. Sistokel
Definisi
Sistokel adalah turunnya kandung kemih ke dinding anterior vagina akibat
melemahnya jaringan ikat dan fasia puboservikalis didaerah tengah atau
terputusnya perlekatan dinding anterior vagina dari fasia endopelvik (ATFP) di
daerah lateral. Menurut International Continence Society (ICS), sistokel adalah
turunnya dinding anterior vagina hingga urethrovesical junction (titik 3 cm
proksimal dari meatus uretra eksterna) atau proksimal dari titik lainnya di anterior
vagina kurang dari 3 cm di atas himen.
Insidensi

13 | P a g e

Prolaps dinding aterior vagina ini merupakan kelainan tersendiri atau


bersamaan dengan prolaps organ panggul lainnya, insidensinya lebih dari 33,8%.
Etiologi dan faktor resiko
Terjadinya prolaps dinding anterior vagina ini menurut George White adalah
terdapat efek dari dinding anterior vagina disebabkan oleh mekanisme yang
beragam seperti trauma pada daerah panggul ,seperti persalinan pervaginam atau
tindakan pembedahan pada daerah panggul,konstipasi, peningkatan tekanan
intraabdominal yang kronik, obesitas, menopause dan faktor genetik. Paritas dan
obesitas sangat berhubungan erat dengan resiko terjadinya prolaps dinding
anterior vagina. Kerusakan saraf di daerah dasar panggul yang menjadi penyebab
kerusakan jaringan ikat turut mempunyai peranan.
Patofisiologi prolaps dinding anterior vagina
Selama beberapa tahun sudah menjadi

perdebatan

diantara

ahli

uroginekologi mengenai susunan dan komposisi jaringan vagina anterior yang


berhubungan dengan kandung kemih. Satu pihak menganut bahwa diantara vagina
anterior dan kandung kemih terdapat fasia yaitu fasia puborservikalis yang
merupakan bagian dari fasia pada tulang pelvis atau yang dinamakan sebagai fasia
endopelvik. Pendapat lain menurut Weber dan Wolters berdasarkan hasil biopsi
otopsi bahwa secara histologis dinding anterior vagina terdiri dari epitel, tunika
muskularis, dan tunika adventisia, selanjutnya tunika adventisia ini berhubungan
dengan tunika adventisia kandung kemih dan lebih dalam dari tunika adventisia
adalah muskulus detrusor dan berakhir sebagai mukosa kandung kemih. Mereka
tidak menemukan adanya fasia (Price, 2005).
Dinding anterior vagina kesebelah lateral dilekatkan oleh fasia endopelvik
ke arcus tendineus fasia pelvik levator ani (ATFP). Fasia ini meluas dari tepi
bawah simfisis pubis dan inferolateral os pubis menuju kedua spina iskhiadika kiri
dan kanan. Dinding anterior vagina pada lumen vagina dilapisi oleh epitel
skuamosa tidak berkeratin dan berakhir sampai lamina pro pria. Lapisan tunika
muskularis yang membungkus lamina propria adalah sel otot polos dengan stuktur
histologis terdiri dari kolagen dan jaringan elastin dalam jumlah sedikit. Hasil
pemeriksaan immunohistokimia pada wanita penderita prolaps dinding anterior
vagina menunjukkan terdapat penurunan fraksi otot polos, disorganisasi bundle
otot polos, dan menurunnya alpha actin staining pada tunika mukularis pada
14 | P a g e

dinding anterior vagina.penyebab prolaps dinding anterior vagina sampai saat ini
belum dapat dipahami secara menyeluruh,yang jelas adalah multifaktorial, adanya
kerusakan otot ataupun jaringan ikat yang berfungsi sebagai stabilisasi dinding
anterior vagina seperti halnya pada persalinan akan menimbulkan kerusakan pada
otot dan jaringan ikat tersebut.
Nichols dan randall membatasi dua jenis prolaps dinding anterior vagina
yaitu : distention dan displacement. Defek ini dapat terjadi sendiri sendiri atau
bersamaan. Distensi dari sistokel akibat dari kerusakan di daerah tengah dinding
anterior vagina, biasanya akibat sekunder dari overdistensi pada persalinan per
vaginam,memberi gambaran dinding vagina tampak tipis dan tidak ditemukan
adanya rugae. Selama epitel vagina ini terpisah dari tunika muskularisnya dan
teregang , rugae ini akan menghilang dan epitel vagina menjadi tipis. Bentuk
sistokel yang lain adalah sistokel displacement sebagai akibat dari terlepasnya
lapisan fibroelastin dinding lateral vagina dari kedua ATFP, baik di daerah apeks
ataupun secara komplit, kelainan ini dinamakan defek paravagina. Pada efek ini,
di dinding anterior vagina masih terdapat rugae.
Richardson dan kawan-kawan menggambarkan defek transversa terjadi
akibat terlepasnya tunika muskularis atau jaringan ikat di kompartemen anterior
dari perlekatannya pada servikal ring dari jaringan fibromuskuler kompleks
ligamentum sakrouterina,defek ini menghasilkan sistokel yang besar. Defek yang
lain adalah di daerah distal, akibat uretra terlepas dari perlekatannya pada
diafragma urogenital atau membran perineum. Defek ini tampak berupa uretrokel.
Jenis-jenis sistokel
Berdasakan tempat kerusakan dinding anterior vagina, terdapat berbagai
jenis sistokel yaitu sistokel sentral yang terjadi akibat kerusakan jaringan dinding
anterior di daerah pertengahan yang mengakibatkan kerusakan dari fasia
puboservikalis, sistokel lateralis, terjadi kerusakan daerah paravagina dengan
ditandai adanya kerusakan perlekatan vagina pada Arkus Tendineus Fasia Pelvis.
Serta sistokel tranversa, terjadi kerusakan akibat terlepasnya tunika muskularis
atau jaringan ikat di kompartemen anterior dari perlekatannya pada cervical ring
dari jaringan fibromuskuler kompleks ligamentum sakrouterina.
Gambaran klinik

15 | P a g e

Hal yang sangat penting diperhatikan bagi seorang pemeriksa dalam


melakukan evaluasi seluruh aspek disfungsi dasar panggul adalah mengenai defek
yang ditemukan ataupun masalah lainnya seperti inkontinensia urin. Banyak
penderita dengan kerusakan pada dinding anterior vagina mengeluhkan gejala
yang berhubungan dengan turunnya dinding anterior vagina seperti keluhan
kesulitan pengosongan kandung kemih atau inkontirensia urin. Keluhan yang
berhubungan langsung dengan prolaps dinding anterior vagina seperti rasa berat di
daerah vagina, vagina terasa penuh, teraba benjolan di vagina, nyeri pinggang,
kesulitan duduk, spotting ataupun dispareunia. Banyak wanita membutuhkan
manipulasi dengan

jarinya sendiri ataupun dengan meningkatkan tekanan

intraabdominal atau intravaginal seperti meneran untuk mengosongkan kandung


kemih

pada

saat

berkemih.sering

seorang

wanita

mengeluh

kesulitan

mengosongkan kandung kemih secara komplit, keadaan ini disebabkan oleh


adanya mekanisme kinking antar uretra dan dinding anterior vagina sehingga
memberikan gambaran obstruksi aliran urin akan meningkatkan resiko infeksi
saluran kemih. Pemeriksaan klinik lainnya yang penting adalah adanya keluhan
berkemih seperti urgensi,frekuensi, ataupun riwayat penyakit yang signifikan dan
riwayat pembedahan, serta pemgobatan.
Pemeriksaan fisik dan penunjang
Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah untuk menemukan:
1. Adanya defek yang mengakibatkan sistokel tipe sentral
2. Penurunan area dinding anterior vagina di bawah bladder neck atau
leher kandung kemih
3. Penurunan serviks dan atau bagian apeks vagina anterior
4. Ada atau tidaknya sulkus yang meluas ke arah anterolateral, menandakan
adanya defek dari ATFP
Pemeriksaan panggul pada penderita prolaps organ panggul dilakukan dalam
satu atau lebih dari tiga posisi, pemeriksaan dalam posisi litotomi yang paling
sering kita lakukan. Selain itu, pemeriksaan duduk dan berdiri dengan tenaga yang
sama, tes valsava berulang dan tenaga meneran yang maksimal akan memberikan
hasil temuan yang optimal. Pemeriksaan inspeksi pada genitalia eksterna
merupakan pemeriksaan utama. Pemeriksa harus menggambarkan benjolan yang
keluar ataupun abnormalitas yang ditemukan. Atrofi atau penebalan dari dinding
16 | P a g e

vagina, peradangan ataupun perubahan distrofi ataupun lesi yang diketemukan


harus dicatat. Kemudian penderita diperintahkan untuk meneran dan memerikasa
membuka labia secara lembut. Apabila pemeriksa mendapatkan kesulitan
memperoleh hasil prolaps secara keseluruhan, penderita sebaiknya diperiksa
sambil berdiri dengan sebelah kakinya diangkat lebih tinggi dari kaki lainnya.
Spekulum yang dipergunakan adalah spekulum sims posterior vagina ditekan ke
bawah sehingga pemeriksa dapat melihat kedua sulkus anteroposterior di daerah
pertengahan vagina akan bergeser ke belakang ke arah spina iskhiadika, masingmasing sulkus anteroposterior vagina ini menggambarkan perlekatan fasia
puboservikalis pada ATFP sepanjang kedua belah dinding lateral panggul. Pada
prolaps dinding anterior vagina umumnya dicari penurunan rotasi dari bladder
neck. Temuan ini berguna untuk memprediksi adanya hipermobilitas dari uretra
dengan menggunakan cotton swab test.
Untuk membedakan apakah sistokel itu tipe sentral atau paravaginal,
pemeriksaan dilakukan dengan cara

menempatkan ring forceps pada sulkus

lateral dan sudutnya ditekan ke posterior ke arah spina, sehingga bagian lateral
vagina akan kembali ke ATFP dan dinding vagina anterior bagian tengah akan ikut
terangkat. Kemudian penderita disuruh meneran, apabila tidak terdapat prolaps
berarti kerusakan ini merupakan tipe paravaginal. Inkontinensia urin tipe stres
biasanya merupakan gejala tersembunya pada prolaps dinding anterior vagina,
sehingga pemeriksaan adanya inkontinensia urin tipe stres perlu dicari dengan
cara tes batuk yang berulang-ulang dengan menekan sistokelnya. Setelah
melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, pemeriksaan
analisis urin perlu dilakukan untuk menyingkirkan adanya infeksi saluran kemih
pada setiap penderita dengan gangguan berkemih. Jika keluhan inkontinensia urin
ini bersamaan muncul dan menjadi masalah, pemeriksaan urodinamik harus
dilakukan sebelum dilakukan pengobatan. Jika penderita tidak mengeluh adanya
gangguan berkemih pada sistokel derajad 3 atau lebih, pemeriksaan fungsi uretra
perlu dilakukan secara bersamaan, dengan cara mengurangi derajad sistokelnya.
Hal ini sangat penting karena pada wanita dengan sistokel yang berat keluhan
inkontinensianya tidak muncul akibat adnya kinking dari uretra.
Penatalaksanaan
17 | P a g e

1. Kolporafi Anterior
Koreksi secara anatomi dari sistokel umumnya untuk mengurangi keluhan
akibat dari turunnya dan penekanan. Kandung kemih serta biasanya akan
memperbaiki fungsi berkemih, bila gangguan berkemih menyertai defek tersebut.
Jika kelainan tunggal yaitu berupa defek di daerah garis tengah, kita dapat
melakukan eksisi pada dinding vagina yang lemah dan melakukan plikasi pada
defek. Sebagian besar defek anterior tipe sentral ini memerlukan diseksi yang luas
pada daerah vesicovaginal space, dengan bersama-sama melakukan diseksi
mukosa vagina dan lapisan submukosa dari lapisan fibromuskuler ke arah lateral
menjauhi defek tersebut. Selanjutnya dilakukan plikasi di daerah tengah dan
melakukan eksisi kelebihan mukosa vagina dan akhirnya menutup mukosa vagina.
Bila pada penderita ini terdapat keluhan inkontinensia urin tipe stres perlu
dilakukan suspensi bladder neck secara bersamaan saat kita malakukan kolporafi
anterior. Rekurensi teknik tradisional ini bervariasi dari 3% sampai 92%. Dengan
penambahan materi mesh, akan meningkatkan keberhasilan mencapai 12-18%
bila dibandingkan tindakan standar tanpa menggunakan mesh.
2. Reparasi Paravaginal
Pada tindakan ini dilakukan reattachment sulkus vaginal lateralis ke
fasia obturator internus ,atau pada beberapa kasus dilakukan ke ATFP. Tindakan
ini biasanya dilakukan transvaginal atau retropubik, baik secara perabdominal
ataupun perlaparoskopi. Prosedur ini cukup esensial dalam mempertahankan
anatomi yang normal, meskipun prosedur ini tidak praktis dalam membangun
kembali hubungan jembatan antara defek

fasia endopelvik dengan dinding

panggul. Keberhasilan tindakan ini mencapai 80-90%. Merupakan hal yang sulit
apabila tindakan ini dilakukan bersamaan dengan kolporafi anterior pada kasus
sistokel sentral dengan adanya defek lateralis, karena reparasi di daerah sentral
akan mengurangi dimensi tepi-tepi dinding vagina anterior sehingga akan
menyulitkan tindakan mengsuspensi bagian lateral vagina lebih ke lateral. Untuk
mengatasi hal ini, maka penggunaan mesh sangat dibutuhkanuntuk menopang
dinding anterior serta meperkuat jaringan ikat anterior paravagina.
3. Reparasi Abdominal

18 | P a g e

Pada defek anterior, teknik abdominal reparasi digunakan pada saat


melakukan prosedur abdominal sakrokolpopeksi. Mesh yang digunakan
membentuk Y sehingga dapat meperbaiki prolaps dinding anterior secara
bermakna. Sistokel grade-3 secara nyata menjadi grade-0 apabila digunakan
mesh. Selama melakukan prosedur ini, kandung kemih disisihkan dari dinding
anterior vagina secara tajam dan dilakukan eksisi berbentuk baji sebelum
menutup,sehingga hal ini akan memperbaiki prolaps dinding anterior derajat
sedang.
2.3.3. UTERUS DAN TUBA FALLOPPII
Kelainan-kelainan bawaan pada uterus dan kedua tuba adalah kelainan yang
timbul pada pertumbuhan duktus mlleri berupa tidak terbentuknya satu atau
kedua duktus, dan gangguan dalam kanalisasi setelah fusi. Kelainan-kelainan
tersebut sering disertai oleh kelainan pada straktus urinarius, sedangkan ovarium
sendiri biasanya normal.
1. Gagal dalam pembentukan
Apabila satu duktus mlleri tidak terbentuk, terdapat uterus unikornis.
Dalam hal ini vagina dan serviks bentuknya normal, sedangkan uterus hanya
mempunyai satu tanduk serta satu tuba. Biasanya juga hanya ada satu ovarium,
dan satu ginjal.
Apabila kedua duktus mlleri tidak terbentuk, maka uterus dan vagina
tidak ada, kecuali sepertiga bagian bawah vagina; kedua tuba tidak terbentuk atau
terdapat rudimenter. Dengan adanya ovarium yang normal, ciri-ciri seks sekunder
tampak normal, akan tetapi terdapat amenorea primer. Pemeriksaan dengan
laparoskop dapat membantu menegakkan diagnosis.
Jarang sekali ditemukan,bahwa hanya serviks tidak terbentuk sedangkan uterus
dan vagina normal. Hal ini mengakibatkan ginatresia servikalis; kelainan bawaan
ini amat jarang ditemukan. Gejala-gejalanya seperti pada ginatresia himenalis,
yakni adanya molimina menstrualia tiap bulan, dan kriptomenorea. Dapat timbul
hematometra yang makin lama makin membesar dan dapat diraba diatas simfisis,
begitupula terdapat hematosalpinks. Mengalirnya darah haid ke rongga pelvis
menimbulkan perasaan nyeri yang mendorong penderita pergi ke dokter. Dahulu
pada kelainan ini dikerjakan histerektomi total. Dewasa ini dengan adanya
19 | P a g e

antibiotika dapat diusahakan operasi rekonstruksi: menghubungkan ruang uterus


dengan vagina dengan cara memakai pipa karet atau poliethilen. Bila terjadi
epitelisasi pada dinding lubang, terdapat hubungan tetap antara uterus dan vagina
(Wiknjosastro, 2009).
2. Gangguan dalam mengadakan fusi
Kegagalan untuk bersatu seluruhnya atau sebagian dari kedua duktus
mlleri merupakan kelompok kelainan yang paling sering dijumpai. Dapat
dijumpai kelainan-kelainan sebagai berikut:
Uterus terdiri atas 2 bagian yang simetris
1

Terdapat satu uterus, akan tetapi didalamnya terdapat dua ruangan yang
dipisahkan oleh suatu sekat. Sekat itu memisah kavum uteri seluruhnya

(uterus septus) atau hanya sebagian (uterus subseptus).


Dari luar tampak dua hemiuterus, masing-masing mempunyai kavum
uteri sendiri, atau 1 kavum uteri dibagi dalam 2 bagian.
a Uterus bikornis bikollis (uterus didelphys).
Dua bagian terpisah sama sekali, dan tidak jarang ditemukan
b

bersamaan dua vagina atau satu vagina dengan sekat.


Uterus bikornis unikollis
Uterus mempunyai satu serviks, akan tetapi terdapat 2 tanduk,

masing-masing dengan 1 vakum uteri dan 1 tuba dan 1 ovarium.


Uterus arkuatus
Pada fundus uteri tampak cekungan, yang ke dalam diteruskan
menjadi subseptum.

Uterus terdiri atas 2 bagian yang tidak simetris


Satu duktus mlleri berkembang normal, akan tetapi yang lain mengalami
kelambatan dalam pertumbuhannya. Dalam hal ini hemiuterus tumbuh normal,
sedang yang lain rudimenter. Tanduk rudimenter umumnya tidak berhubungan
dengan kavum uteri dari tanduk yang normal, dan endometriumnya tidak
berfungsi. Jika endometrium dari tanduk rudimenter berfungsi dan ada hubungan
antara kedua kavum, maka darah haid dari tanduk rudimenter dapat keluar melalui
tanduk yang normal. Jika endometrium berfungsi dan tidak ada komunikasi, maka
darah haid berkumpul dalam tanduk rudimenter dan terjadi satu tumor.

20 | P a g e

Pada tanduk rudimenter, walaupun jarang, ada kemungkinan nidasi ovum


yang telah dibuahi. Keadaan ini dapat sekonyong-konyong menimbulkan gejala
akut seperti kehamilan ektopik terganggu. 25% dari wanita dengan kelainan
uterus kembar itu tidak mengalami kesukaran-kesukaran, dapat hamil biasa dan
bersalin biasa pula. Akan tetapi ada kemungkinan terjadi dismenorea, menoragia,
metroragia, dispareunia, dan infertilitas. Kadang-kadang perlu dilakukan tindakan
operasi, jika terdapat hematometra dan hematosalpinks di tanduk rudimenter,
malahan pada kehamilan perlu dilakukan operasi darurat. Pada kehamilan
hemiuterus yang normal, ada kemungkinan terjadinya abortus, partus prematurus,
kelainan partus dengan malposisi janin, distosia, dan perdarahan postpartum.
Anamnesis yang cermat mengenai kelainan haid, gangguan kelainan dan
partus, disertai pemeriksaan ginekologik yang teliti dapat menimbulkan
kecurigaan ke arah gangguan fusi dan 2 bagian dari uterus. Dengan
histerosalpingografi dapat ditemukan beberapa kelainan seperti uterus bikornis
unikollis, uterus septus dan sebagainya. Begitupula laparoskopi berguna untuk
menegakkan diagnosis. Adalah suatu keharusan untuk membuat pielogram
intravena guna mengetahui, apakah disamping kelainan pada alat genital tidak ada
pula kelainan pada traktus urinarius.
Tindakan pembedahan pada gangguan fusi dari uterus hanya dilakukan apabila
ada indikasi (abortus berulang, infertilitas, gangguan partus, gejala-gejala seperti
kehamilan ektopik yang terganggu dan sebagainya). Pada uterus arkuatus yang
keras atau uterus

bikornis unikollis operasi rekonstruksi menurut Strassman

sering kali berguna (Wiknjosastro, 2009).


3. Prolaps uteri

Definisi
Prolaps uteri adalah turunnya uterus melalui dasar panggul atau hiatus
genitalis yang disebabkan oleh melemahnya otot-otot dasar panggul, otot levator
ani, ligamentum-ligamentum,vdan fasia yang menyokong uterus, sehingga uterus
turun ke dalam vagina (prolaps inkomplit) dan mungkin ke luar dari vagina
(prolaps komplit) (Mansjoer, 2000).
Etiologi

21 | P a g e

Etiologi pasti prolaps uteri masih diteliti, dan beberapa peneliti


menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara prolaps uteri dengan kejadian
fisiologis dan traumatis.
Terdapat etiologi melemahnya stuktur otot dan ligamentum penyokong
uterus yaitu:
1. Usia. Semakin bertambahnya usia, maka tonus otot akan mengalami
penurunan.di Amerika Serikat, didapatkan data bahwa usia yang
dihubungkan dengan kejadian prolaps uteri adalah wanita usia diantara 50
tahun, yaitu 2,7-3,3 prolaps uteri per 1000 wanita.
2. Cedera saat melahirkan, terutama bila wanita mempunyai banyak anak
atau mempunyai riwayat melahirkan bayi besar. Menurut beberapa
penelitian, cedera saat melahirkan per vaginam akanmeningkatkan resiko
terjadinya prolaps uteri bila wanita tersebut telah melahirkan tiga anak
atau lebih. Proses pematangan dan dilatasi serviks pada saat melahirkan
terjadi melalui aktivasi beberapa kolagen dan elastase sehingga
mengurangi matriks jaringan ikat serviks.
3. Abnormalitas kolagen. Salah satu faktor penting dalam kejadian prolaps
uteri yaitu kolagen. Kolagen ini merupakan sruktur kompleks yang
memberikan kekakuan pada struktur dasar pelvis. Kelainan kolagen
kongenital terdapat pada sindrom marfan dan sindrom ehler-danlos.
4. Perubahan estrogen. Organ urogenital dipengaruhi oleh estrogen. Terdapat
dua reseptor estrogen yang berperan pada kejadian prolaps uteri dan
inkontinensia urin yaitu reseptor estrogen klasik (ER-) dan reseptor
estrogen kedua (ER-).
5. Ras. Pada penelitian menggunakan data base survei nasional rumah sakit,
3% wanita yang menjalani operasi prolaps uteri merupakan ras AfrikaAmerika, 81% kulit putih, dan 16% ras tidak diketahui.
6. Faktor lain. Yang merupakan etiologi prolaps uteri adalah faktor-faktor
yang menyebabkan peningkatan tekanan pelvis yaitu obesitas, batuk
kronik, dan konstipasi kronik.
Tanda dan gejala
Gejala yang sering ditemui pada pasien dengan prolaps uteri adalah
turunnya peranakan atau peranakan yang keluar dari vagina, perasaan adanya

22 | P a g e

benda yang menonjol atau mengganjal digenitalia eksterna, sakit/nyeri pinggang


dan bila disertai dengan sistokel ataupun rektokel maka dapat ditemukan gejalagejala sistokel ataupun rektokel tersebut.
Sistokel merupakan hernia kandung kemih ke dalam vagina karena
kelemahan fasia puboservikalis. Sistokel dapat memberikan gejala sering
berkemih sedikit-sedikit, perasaan seperti kandung kemih tidakdapat dikosongkan
seluruhnya, tak dapat menahan kencing jikabatuk atau mengejan. Bila sistokel
membesar maka dapat terjadi retensio urin.
Rektokel yaitu hernia dinding belakang vagina ke dalam vagina karena
kelemahan otot levator ani dan fasia rektovaginal. Penderita rektokel ini biasanya
mengeluhkan susah buang air besar (konstipasi) karena feses berkumpul dalam
rongga rektokel.
Pemeriksaan fisik dan penunjang
Pasien diperiksa dengan posisi dorsal litotomi. Pemeriksaan dimulai
dengan inspeksi vulva dan vagina. Hal yang dicari adalah erosi ataupun ulserasi
pada epitel vagina. Ulkus yang dicurigai sebagai kanker harus dibiopsi
secepatnya, ulkus yang bukan kanker diobservasi dan dibiopsi bila tidak ada
reaksi pada terapi. Perlu diperiksa ada tidaknya prolaps uteri dan penting untuk
mengetahui derajat

prolaps uteri dengan inspeksi terlebih dulu sebelum

diinsersikan inspekulum.pasien disuruh untuk valsava atau batuk untuk


menentukan apakah porsio turun dalam vagina sejauh mana dari introitus vagina.
Pemeriksaan rektovagina perlu dilakukan untuk memastikan adanya rektokel yang
menyertai prolaps uteri.
Bila pada pemeriksaan di atas tidak menunjukan tanda prolaps maka
pemeriksaan dengan pasien berdiri di aras meja akan membantu diagnostik
adanya prolaps uteri.
Diagnosis
Prolaps uteri didiagnosis berdasarkan pemeriksaan fisik yang dilakukan.
The international continence society, the American urogynecologic society,dan
the society of gynecologic surgeons telah menyetujui suatu sistem terstandarisasi
untuk mendeskripsikan prolaps organ pelvis yakni pelvic organ prolapse
quantification system atau sistem POP-Q. Untuk pemeriksaan POP-Q ini, wanita

23 | P a g e

berada dalam posisi litotomi. Derajad beratnya prolaps uteri diukur dalam
sentimeter menggunakan suatu titik pada vagina relatif terhadap himen. Suatu titik
di proksimal (di atas) himen diperhitungkan negatif (misal: -3 cm), titik disebelah
distal (di bawah) diperhitungkan positif (misal: +3 cm) dan titik setinggi himen
merupakan 0 cm.
Sistem POP-Q terdiri dari 4 titik penting,
1. Titik Aa.
Titik Aa merupakan titik pada pertengahan dinding vagina anterior, 3 cm
proksimal dari meatus uretra eksterna. Secara definisi, jarak posisi Aa ini
terhadap himen adalah -3 sampai +3 cm.
2. Titik Ba.
Titik Ba merupakan titik yang menunjukkan posisi paling distal bagian
atas anterior vagina manapun dari tumpul vagina atau forniks vagina
anterior terhadap titik Aa. Secara definisi, titik Ba adalah -3 cm dengan
tidak adanya prolaps uteri dan mempunyai nilai positif yang samadengan
posisi tumpul vagina pada pasien pasca vaginal histerektomi total.
3. Titik C
Titik C merupakan titik yang menunjukkan ujung paling distal serviks atau
ujung tumpul vagina setelah histerektomi total.
4. Titik D
Titik D merupakan titik yang menunjukkan lokasi forniks posterior pada
wanita yang masih mempunyai serviks. Hal ini merepresentasikan level
ligamentum sakrouterina berhubungan dengan serviks posterior proksimal
dan merupakan titik untuk mengukur kegagalan suspensorium kompleks
ligamentum sakrouterina dan kardinale dari elongasi serviks. Titik D
digunakan bila tidak terdapat serviks.
Penatalaksanaan
Seperti telah dijelaskan, penyebab prolaps uteri secara garis besar
disebabkan karena rusaknya struktur penyokong panggul, perburukan integritas
jaringan dan disfungsi neuromuskular. Berdasarkan hal tersebut, tujuan
penatalaksanaan prolaps uteri adalah untuk menguatkan dan menjaga organ
panggul tetap pada posisinya. Penatalaksanaan

prolaps uteri sendiri dibagi

menjadi penatalaksanaan konservatif dan bedah. Terapi ini dipilih berdasarkan

24 | P a g e

beratnya kondisi penyakit, kondisi kesehatan penderita, usia, dan keinginan


mempunyai anak.
Terapi bedah
Tujuan pendekatan operatif adalah untuk mengurangi gejala-gejala defek
penyokong dasar panggul dan untuk memaksimalkan fungsi kandung kencing,
saluran cerna dan alat genital. Dalam penatalaksanaan operatif ini harus dilakukan
secara hati-hati untuk menghindari terapi berlebihan karena dapat menyebabkan
masalah

baru.

Oleh

karena

itu,

pemeriksaan

sistematis

kompartemen

anterior,posterior dan daerah apikal dasar panggul harus dilakukan sebelum


operasi dan setiap defek harus diperbaiki secara hati-hati.
Jenis reparasi operatif untuk prolaps organ panggul adalah:
1. Reparasi obliteratif (penutupan), yang diindikasikan pada:
- Indikasi medis untuk operasi singkat
- Indikasi medis untuk penggunaan anestesi lokal/regional
- Tidak menginginkan fungsi seksual
2. Reparasi restorasi (anatomis), yang dapat dilakukan apabila:
- Fasia-fasia panggul masih adekuat
- Otot-otot dasar panggul masih adekuat
- Masih menginginkan fungsi seksual
3. Reparasi kompensatori,yang diindikasikan pada:
- Prolaps organ panggul berulang
- Otot-otot dasar panggul lemah
- Adanya penyebab prolaps yang terus menerus (misal:penyakit kronis)
Reparasi obliteratif
Repair obliteratif meliputi kolpokleisis total atau parsial dan kolpektomi.
Teknik parsial kolpokleisis merupakan variasi dari operasi yang pertama kali
diperkenalkan oleh Lefort pada tahun 1877.
Reparasi restorasi dan kompensatori
a. Prolaps apikal
Banyak teknik untuk menggantung apeks vagina. Untuk penderita dengan
kekuatan otot-otot dasar pelviks yang baik yang diperiksa melalui
pemeriksaan klinik dan pertimbangan fasia endopelvik yang baik,
pendekatan pervaginam menggunakan jaringan asli mungkin lebih tepat.
b. Kuldoplasti McCall
McCall mempopulerkan teknik suspensi uterosakral pada tumpul vagina
dihubungkan dengan kuldoplasti posterior ekstensif.

25 | P a g e

c. Suspensi uterosakral
Suspensi uterosakral dapat dilakukan per abdominal atau per
laparoskopi. Cara ini memiliki keuntungan dalam mempertahankan uterus
bagi pasien yang menolak histerektomi.
d. Suspensi ileokoksigeus
Pada keadaan yang tidak mungkin memvisualisasi ligamentum
uteroskral atau jika ligamentum tersebut berkurang sekali, fasia m.
Ileokoksigeus , sedikit di anterior spina iskhiadika dapat digunakan untuk
menggantung tumpul vagina.
e. Kolpopeksi sakral
Wanita dengan pengurangan fasia, berkurangnya kekuatan otot
dasar pelvis, atau dengan stes fisik berat yang sedang berlangsung
sebaiknya dilakukan teknik penggantungan tumpul dengan menggunakan
penyokong pengganti. Teknik kolpopeksi sakral, yakni meletakkan
penyokong apikal normal dengan interposisi dari sebuah penggantung
penghubung baik dari fasia autolog maupun bahan sintetik diantara
prolaps vagina dan sakrum anterior.
2.3.4. OVARIUM
1. Hipoplasia Atau Disgenesis Ovarium
Hipoplasia ovarium ditemukan pada penderita dengan 44 autosom dan satu
X kromoosom (22,23) (Sidroma Turner) Sel- sel benih primordium ada dan
bergerak kearah kelenjar kelamin yang belum berdiferensiasi tetapi hanya
beberapa diantarnya kalaupun ada berkembang menjadi folikel sejati. Banyak
diantara sel-sel benih berdegenerasi dan 6 bulan setelah lahir tidak terdapat sel sel
benih yang tampak dalam kelenjar kelamin (24,25). Oleh karena kromosom Y
tidak ada, hormon esterogen uri dan ibu akan merangsang susunan saluran
paramesonefros dan alat kelamin luar sebagaimana halnya pada wanita normal.
Berhubung kelenjar kelamin tidak menghasilkan sejumlah hormon setelah lahir,
diferensiasi saluran paramesonefros dan alat kelamin luar berhenti setelah lahir
dan sifat-sifat kelamin tetap kekanak-kanakan.

26 | P a g e

Gejala :
o Biasanya penderita pendek
o Genetalia infantile
o Rambut sekunder dan pertumbuhan mamae tidak ada
o Amenorrhoe primer
Terapi : pemberian esterogen
Terapi Hormone Estrogen
1.

Pengertian
Estrogen adalah hormon seks yang mengendalikan siklus haid,

pertumbuhan dan fungsi rahim dan dinding rahim, dan cirri seks sekunder (seperti
perkembangan payudara, sekresi vagina, dan gairah seks).
Hormon ini dibagi menjadi dua yaitu:
a.

Estrogen alamiah seperti estradiol, estriol, dan estron

b.

Estrogen sintetik seperti etinil estradiol, mestranol, dan sebagainya.

Estrogen sintetik yang tidak memiliki sifat steroid adalah klomifen sitrat dan
siklofenil.
2. Estrogen dibentuk pada:
a. Fase folikuler
b. Fase luteal
c. Kelenjar suprarenal
d. Jaringan lemak
e. System saraf pusat
3. Manfaat estrogen secara fisiologis
a. Memicu pertumbuhan payudara
b. Poliferasi endometrium
c. Meningkatkan kerja organ seperti uterus, tuba dan vagina
d. Perubahan selaput lendir, memperbanyak sekresi, meningkatkan asam
laktat pada vagina.
e. Merubah konsistensi lendir serviks
4. Khasiat pemberian Estrogen
Khasiat estrogen pada masing-masing organ adalah :

27 | P a g e

a. Ovarium : memicu pematangan folikel dan ovum


b. Uterus : memicu proliferasi endometrium dan memperkuat kontraksi otot
uterus
c. Vagina : menyebabkan perubahan selaput lendir vagina, memperbanyak
sekresi, dan meningkatkan kadar glikogen
d. Serviks : memperbanyak sekresi seluler serviks, mengubah konsentrasi
lendir pada saat ovulasi
e. Payudara : menyebabkan terjadinya proliferasi pada mammae
5. Kontraindikasi Penggunaan Estrogen Sintetik
Untuk mengurangi resiko terjadinya komplikasi selama penggunaan estrogen
perlu terlebih dahulu kontraindikasi pemberian estrogen antara lain :
a. Kontraindikasi Absolut antara lain :
Kehamilan, Tromboemboli, Tromboflebitis, Riwayat appoleksi cerebral,
Gangguan sirkulasi darah perifer, Gangguan fungsi hati berat, Sindrom Dubin
Johnson dan Rator, Anemia hemolitik, Tekanan darah diatas 160/95mmHg,
Diabetus mellitus, Karsinoma mammae dan endometrium, Melanoma, Hodgkin
disease, semua jenis tumor yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh estrogen,
perdarahan pervaginam, migren yang berhubungan dengan siklus haid.
b. Kontraindikasi Relatif antara lain :
Penyakit hati akut maupun kronik, penyakit saluran empedu, Pankreatis,
Edema, Diabetus mellitus, Mastopati, Hiperplasia endometrium, Varises, Laktasi,
Siklus haid, Wanita yang kurang bergerak, dan sebagainya.
6. Indikas Penghentian Segera Penggunaan Estrogen antara lain :
Kehamilan, Perdarahan pervaginam yang banyak, sakit yang hebat dan
mendadak, Alergi, Varises, 6 minggu sebelum perencanaan suatu tindakan
operatif.
7. Penggunaan Estrogen dalam Pengobatan
a. Pada hipoplasia genetalis, estrogen sering kali diberikan dengan harapan
bahwa alat-alat genetalia dapat tumbuh normal dan berfungsi normal
b. Penggunaan estrogen pada disgenesis ovarii (sindrom tumer) merupakan
pengobatan penting

28 | P a g e

c. Untuk mencegah laktasi setelah partus dengan memberikan estrogen per


Os selama 1 minggu
d. Sebagai kontrasepsi baik sendiri maupun dikombinasi dengan progesteron
e. Pada wanita dengan dismenorea primer diberi terapi kombinasi estrogen +
progesteron
f.

Menghentikan perdarahan disfungsional dengan meningkatkan kadar


estrogen dalam darah

g.

Pengobatan sindroma klimaterik

h.

Pengobatan kasus I gangguan haid dengan dikombinasi estrogen +


progesteron.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

29 | P a g e

Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi


yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan konenital dapat
merupakan sebab terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera lahir.
Kelainan kongenital pada sistem reproduksi wanita dapat meliputi vulva,
vagina, uterus, tuba fallopi, dan ovarium, yang masing masing memiliki etologi
dan penagannya sendiri. Kelainan kongenital berupa kelainan yang memerlukan
tindakan bedah. Kelainan kongenital atau cacat bawaan tidak dapat dicegah,
melainkan resiko terjadinya dapat di kurangin dengan tidak mengkonsumsi,
menghindari rokok, obat terlarang, makan makanan yang bergizi,olahraga teratur,
menjalani

vaksinasi, melakukan

pemeriksaan prenatal

denganrutin,

dan

menghindari zat-zat berbahaya lainnya.


3.2 Saran
a. Bagi mahasiswa diharapkan makalah ini dapat dijadikan sebagai tolak
ukur dalam penyusunan makalah selanjutnya. Sehingga apabila terdapat
kekurangan

dalam

penyususnan

makalah

ini,

penulis

dapat

mempelajarinya lebih lanjut dan dapat dilakukan penyusunan makalah


yang lebih baik lagi.
b. Bagi mahasiswa diharapkan dapat mempelajari lebih dalam lagi tentang
kelainan kongenital sistem reproduksi wanita.

DAFTAR PUSTAKA

30 | P a g e

1. Guyton and Hall, 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC..
2. Price, Sylvia Anderson, 2005. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

3. Sadler, T.W. 1997. Embriologi Kedokteran Langman. Edisi 7. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

4. Wiknjosastro, Hanifa. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

5. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: Media


Aesulapius FKU.

31 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai