PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi
yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan konenital dapat
merupakan sebab terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera lahir.
Sistem reproduksi adalah suatu rangkaian dan interaksi organ dan zat
dalamorganisme yang dipergunakan untuk berkembang biak. Sistem reproduksi
pada suatu organisme berbeda antara pria dan wanita. Pembahasan Sistem
Reproduksi Manusia Sistem reproduksi berkaitan dengan kelangsungan keberadaan
spesies manusia, oleh karena itu sistem ini berbeda dengan sistem yang lainnya
yang berhubungan dengan homeostatis dan kemampuan bertahan hidup manusia.
Proses reproduksi meliputi maturasi seksual (perangkat fisiologis untuk
reproduksi), pembentukan gamet (spermatozoa dan ovum), fertilisasi (penyatuan
gamet), kehamilandan laktasi. Sistem Reproduksi Pria Organ Reproduksi Organ
reproduksi pria terdiri atas organ reproduksi dalam dan organ reproduksi luar .
Remaja putri merupakan yang paling rentan dalam menghadapi masalah
kesehatan sistem reproduksinya. Hal ini dikarenakan secara anatomis, remaja putri
lebih mudah terkena infeksi dari dari luar karena bentuk dan letak
organ. reproduksinya yang dekat dengan anus. Dari segi fisiologis, remaja putri
akan mengalami menstruasi, sedangkan masalah-masalah lain yang mungkin akan
terjadi adalah kehamilan di luar nikah, aborsi, dan perilaku seks di luar nikah yang
berisiko terhadap kesehatan reproduksinya. Dari segi sosial, remaja putri sering
mendapatkan perlakuan kekerasan seksual.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem reproduksi wanita?
1.2.2 Bagaimana embriologi sistem reproduksi wanita?
1.2.3 Apa saja kelainan kongenital pada sistem reproduksi wanita ?
1.3.3
Manfaat Khusus
BAB II
PEMBAHASAN
2 | Page
2.1.
alat reproduksi wanita bagian dalam yang terletak di dalam rongga pelvis, dan alat
reproduksi wanita bagian luar yang terletak di perineum.
Alat genitalia wanita bagian luar
3 | Page
dan friksi.
f. Perinium
Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan
anus. Perinium membentuk dasar badan perinium.
g. Kelenjar Bartholin
Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina yang bersifat rapuh dan mudah
robek. Pada saat hubungan seks pengeluaran lendir meningkat.
h. Himen (Selaput dara)
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh dan mudah
robek, himen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lendir yang di keluarkan
uterus dan darah saat menstruasi.
i. Fourchette
Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada
pertemuan ujung bawah labia mayoradan labia minora. Di garis tengah berada di
bawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis terletak di
antara fourchette dan himen.
Alat genitalia wanita bagian dalam
5 | Page
a. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
meregang secara luas karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina. Panjang
dinding anterior vagina hanya sekitar 9 cm, sedangkan panjang dinding posterior
11 cm. Vagina terletak di depan rectum dan di belakang kandung kemih. Vagina
merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan rahim dengan
vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani
dan muskulus levator ani oleh karena itu dapat dikendalikan.
Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebut rugae dan
terutama di bagian bawah. Pada puncak (ujung) vagina menonjol serviks pada
bagian uterus. Bagian servik yang menonjol ke dalam vagina di sebut portio.
Portio uteri membagi puncak vagina menjadi empat yaitu: fornik anterior, fornik
posterior, fornik dekstra, fornik sinistra.
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam
susu dengan PH 4,5. Keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi.
Fungsi utama vagina yaitu sebagai saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan
darah menstruasi, alat hubungan seks dan jalan lahir pada waktu persalinan.
b. Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal, muskular, pipih,
cekung dan tampak seperti bola lampu / buah peer terbalik yang terletak di pelvis
minor di antara kandung kemih dan rectum. Uterus normal memiliki bentuk
simetris, nyeri bila ditekan, licin dan teraba padat.
Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu: fundus uteri yaitu bagian corpus uteri
yang terletak di atas kedua pangkal tuba fallopi, corpus uteri merupakan bagian
utama yang mengelilingi kavum uteri dan berbentuk segitiga, dan seviks uteri
yang berbentuk silinder. Dinding belakang, dinding depan dan bagian atas
tertutup peritoneum sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan kandung
kemih (Guyton, 2007).
Untuk mempertahankan posisinya uterus disangga beberapa ligamentum,
jaringan ikat dan peritoneum. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita, pada
6 | Page
anak-anak ukuran uterus sekitar 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, dan multipara 8-9 cm.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan yaitu peritoneum, miometrium / lapisan
otot, dan endometrium.
1) Peritoneum
a) Meliputi dinding rahim bagian luar
b) Menutupi bagian luar uterus
c) Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan
d) pembuluh darah limfe dan urat saraf
e) Meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen
2) Lapisan otot
a) Lapisan luar: seperti Kapmelengkung dari fundus uteri menuju
ligamentum
b) Lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai
osteum uteri internum
c) Lapisan tengah: terletak di antara kedua lapisan tersebut membentuk
lapisan tebal anyaman serabut otot rahim. Lapisan tengah ditembus oleh
pembuluh darah arteri dan vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk
angka dan sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat
dengan demikian perdarahan dapat terhenti.
3) Semakin ke arah serviks otot rahim makin berkurang dan jaringan ikatnya
bertambah. Bagian rahim yang terletak antara osteum uteri internum
anatomikum yang merupakan batas dan kavum uteri dan kanalis servikalis
dengan osteum uteri histologikum (dimana terjadi perubahan selaput lendir
kavum uteri menjadi selaput lendir serviks) disebut istmus. Istmus uteri ini
akan menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat persalinan.
4) Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot rahim
sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-otot dasar panggul,
ligamentum
yang
menyangga
uterus
adalah
ligamentum
latum,
7 | Page
a)
Ligamentum latum
(1) Merupakan lipatan peritoneum kanan dan kiri uterus meluas sampai ke
dinding panggul
(2) Ruang antara kedua lipatan berisi jaringan ikat longgar dan mengandung
pembuluh darah limfe dan ureter
(3) Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba fallopi
(4) Ligamentum rotundum (teres uteri)
(5) Mulai sedikit kaudal dari insersi tuba menuju kanalis inguinalis dan
mencapai labia mayus
(6) Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat
(7) Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi
b) Ligamentum infundibulo pelvikum
(1) Terbentang dari infundibulum dan ovarium menuju dinding panggul
(2) Menggantung uterus ke dinding panggul
(3) Antara tuba fallopi dan ovarium terdapat ligamentum ovarii proprium
c) Ligamentum kardinale machenrod
(1) Dari serviks setinggi osteum uteri internum menuju panggul
(2) Menghalangi pergerakan uterus ke kanan dan ke kiri
(3) Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus
d) Ligamentum sacro uterinum
Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale machenrod menuju os sacrum
e)
(2) Merupakan jaringan ikat yang agak longgar sehingga dapat mengikuti
perkembangan uterus saat hamil dan persalinan
5) Pembuluh darah uterus
a) Arteri uterina asenden yang menuju corpus uteri sepanjang
dinding lateral dan memberikan cabangnya menuju uterus
dan di dasar endometrium membentuk arteri spinalis uteri
b) Di bagian atas ada arteri ovarika untuk memberikan darah
8 | Page
9 | Page
serat
saraf
e. Parametrium
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat di antara ke dua lembar
ligamentum latum.
Batasan parametrium
1) Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping
2) Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri
3) Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium.
4) Bagian belakang terdapat ligamentum ovarii
2.2.
perkembangan yang dini di antara sel endoderm di dinding kantung kuning telur
di dekat allantois. Sel-sel benih ini berpindah dengan gerakan menyerupai amuba
sepanjang mesenterium dorsal usus belakang, dan sampai di gonad primitive pada
perkembangan minggu ke-6.
Pada mudigah gonad wanita yang mempunyai unsur kromosom seks XX
dan tidak mempunyai kromosom Y, korda kelamin primitive terputus-putus
menjadi kelompok-kelompok sel yang tidak teratur bentuknya. Kemudian,
10 | P a g e
2.3.1. VULVA
1. Himen imperforatus
Himen imperforatus ialah selaput dara yang tidak menunjukkan lubang
(hiatus himenalis) sama sekali, suatu kelainan yang ringan dan yang cukup sering
dijumpai. Kemungkinan besar kelainan ini tidak dikenal sebelum menarche,
sesudah itu molimina menstrualia dialami tiap bulan, tetapi dara haid tidak keluar.
11 | P a g e
Darah itu terkumpul di dalam vagina dan menyebabkan himen tampak kabirubiruan dan menonjol ke luar. Bila keadaan ini yang dinamakan hematokolpos
dibiarkan, maka uterus akan terisi juga dengan darah haid dan akan membesar
(hematometra); selanjutnya akan timbul pula pengisian tuba kiri dan kanan
(hematosalpinks) yang dapat diraba dari luar sebagai tumor kistik di kanan dan
kiri atas simfisis.
Diagnosis
tidak
sukar,
dan
pengobatannya
ialah
mengadakan
12 | P a g e
13 | P a g e
perdebatan
diantara
ahli
dinding anterior vagina.penyebab prolaps dinding anterior vagina sampai saat ini
belum dapat dipahami secara menyeluruh,yang jelas adalah multifaktorial, adanya
kerusakan otot ataupun jaringan ikat yang berfungsi sebagai stabilisasi dinding
anterior vagina seperti halnya pada persalinan akan menimbulkan kerusakan pada
otot dan jaringan ikat tersebut.
Nichols dan randall membatasi dua jenis prolaps dinding anterior vagina
yaitu : distention dan displacement. Defek ini dapat terjadi sendiri sendiri atau
bersamaan. Distensi dari sistokel akibat dari kerusakan di daerah tengah dinding
anterior vagina, biasanya akibat sekunder dari overdistensi pada persalinan per
vaginam,memberi gambaran dinding vagina tampak tipis dan tidak ditemukan
adanya rugae. Selama epitel vagina ini terpisah dari tunika muskularisnya dan
teregang , rugae ini akan menghilang dan epitel vagina menjadi tipis. Bentuk
sistokel yang lain adalah sistokel displacement sebagai akibat dari terlepasnya
lapisan fibroelastin dinding lateral vagina dari kedua ATFP, baik di daerah apeks
ataupun secara komplit, kelainan ini dinamakan defek paravagina. Pada efek ini,
di dinding anterior vagina masih terdapat rugae.
Richardson dan kawan-kawan menggambarkan defek transversa terjadi
akibat terlepasnya tunika muskularis atau jaringan ikat di kompartemen anterior
dari perlekatannya pada servikal ring dari jaringan fibromuskuler kompleks
ligamentum sakrouterina,defek ini menghasilkan sistokel yang besar. Defek yang
lain adalah di daerah distal, akibat uretra terlepas dari perlekatannya pada
diafragma urogenital atau membran perineum. Defek ini tampak berupa uretrokel.
Jenis-jenis sistokel
Berdasakan tempat kerusakan dinding anterior vagina, terdapat berbagai
jenis sistokel yaitu sistokel sentral yang terjadi akibat kerusakan jaringan dinding
anterior di daerah pertengahan yang mengakibatkan kerusakan dari fasia
puboservikalis, sistokel lateralis, terjadi kerusakan daerah paravagina dengan
ditandai adanya kerusakan perlekatan vagina pada Arkus Tendineus Fasia Pelvis.
Serta sistokel tranversa, terjadi kerusakan akibat terlepasnya tunika muskularis
atau jaringan ikat di kompartemen anterior dari perlekatannya pada cervical ring
dari jaringan fibromuskuler kompleks ligamentum sakrouterina.
Gambaran klinik
15 | P a g e
pada
saat
berkemih.sering
seorang
wanita
mengeluh
kesulitan
lateral dan sudutnya ditekan ke posterior ke arah spina, sehingga bagian lateral
vagina akan kembali ke ATFP dan dinding vagina anterior bagian tengah akan ikut
terangkat. Kemudian penderita disuruh meneran, apabila tidak terdapat prolaps
berarti kerusakan ini merupakan tipe paravaginal. Inkontinensia urin tipe stres
biasanya merupakan gejala tersembunya pada prolaps dinding anterior vagina,
sehingga pemeriksaan adanya inkontinensia urin tipe stres perlu dicari dengan
cara tes batuk yang berulang-ulang dengan menekan sistokelnya. Setelah
melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, pemeriksaan
analisis urin perlu dilakukan untuk menyingkirkan adanya infeksi saluran kemih
pada setiap penderita dengan gangguan berkemih. Jika keluhan inkontinensia urin
ini bersamaan muncul dan menjadi masalah, pemeriksaan urodinamik harus
dilakukan sebelum dilakukan pengobatan. Jika penderita tidak mengeluh adanya
gangguan berkemih pada sistokel derajad 3 atau lebih, pemeriksaan fungsi uretra
perlu dilakukan secara bersamaan, dengan cara mengurangi derajad sistokelnya.
Hal ini sangat penting karena pada wanita dengan sistokel yang berat keluhan
inkontinensianya tidak muncul akibat adnya kinking dari uretra.
Penatalaksanaan
17 | P a g e
1. Kolporafi Anterior
Koreksi secara anatomi dari sistokel umumnya untuk mengurangi keluhan
akibat dari turunnya dan penekanan. Kandung kemih serta biasanya akan
memperbaiki fungsi berkemih, bila gangguan berkemih menyertai defek tersebut.
Jika kelainan tunggal yaitu berupa defek di daerah garis tengah, kita dapat
melakukan eksisi pada dinding vagina yang lemah dan melakukan plikasi pada
defek. Sebagian besar defek anterior tipe sentral ini memerlukan diseksi yang luas
pada daerah vesicovaginal space, dengan bersama-sama melakukan diseksi
mukosa vagina dan lapisan submukosa dari lapisan fibromuskuler ke arah lateral
menjauhi defek tersebut. Selanjutnya dilakukan plikasi di daerah tengah dan
melakukan eksisi kelebihan mukosa vagina dan akhirnya menutup mukosa vagina.
Bila pada penderita ini terdapat keluhan inkontinensia urin tipe stres perlu
dilakukan suspensi bladder neck secara bersamaan saat kita malakukan kolporafi
anterior. Rekurensi teknik tradisional ini bervariasi dari 3% sampai 92%. Dengan
penambahan materi mesh, akan meningkatkan keberhasilan mencapai 12-18%
bila dibandingkan tindakan standar tanpa menggunakan mesh.
2. Reparasi Paravaginal
Pada tindakan ini dilakukan reattachment sulkus vaginal lateralis ke
fasia obturator internus ,atau pada beberapa kasus dilakukan ke ATFP. Tindakan
ini biasanya dilakukan transvaginal atau retropubik, baik secara perabdominal
ataupun perlaparoskopi. Prosedur ini cukup esensial dalam mempertahankan
anatomi yang normal, meskipun prosedur ini tidak praktis dalam membangun
kembali hubungan jembatan antara defek
panggul. Keberhasilan tindakan ini mencapai 80-90%. Merupakan hal yang sulit
apabila tindakan ini dilakukan bersamaan dengan kolporafi anterior pada kasus
sistokel sentral dengan adanya defek lateralis, karena reparasi di daerah sentral
akan mengurangi dimensi tepi-tepi dinding vagina anterior sehingga akan
menyulitkan tindakan mengsuspensi bagian lateral vagina lebih ke lateral. Untuk
mengatasi hal ini, maka penggunaan mesh sangat dibutuhkanuntuk menopang
dinding anterior serta meperkuat jaringan ikat anterior paravagina.
3. Reparasi Abdominal
18 | P a g e
Terdapat satu uterus, akan tetapi didalamnya terdapat dua ruangan yang
dipisahkan oleh suatu sekat. Sekat itu memisah kavum uteri seluruhnya
20 | P a g e
Definisi
Prolaps uteri adalah turunnya uterus melalui dasar panggul atau hiatus
genitalis yang disebabkan oleh melemahnya otot-otot dasar panggul, otot levator
ani, ligamentum-ligamentum,vdan fasia yang menyokong uterus, sehingga uterus
turun ke dalam vagina (prolaps inkomplit) dan mungkin ke luar dari vagina
(prolaps komplit) (Mansjoer, 2000).
Etiologi
21 | P a g e
22 | P a g e
23 | P a g e
berada dalam posisi litotomi. Derajad beratnya prolaps uteri diukur dalam
sentimeter menggunakan suatu titik pada vagina relatif terhadap himen. Suatu titik
di proksimal (di atas) himen diperhitungkan negatif (misal: -3 cm), titik disebelah
distal (di bawah) diperhitungkan positif (misal: +3 cm) dan titik setinggi himen
merupakan 0 cm.
Sistem POP-Q terdiri dari 4 titik penting,
1. Titik Aa.
Titik Aa merupakan titik pada pertengahan dinding vagina anterior, 3 cm
proksimal dari meatus uretra eksterna. Secara definisi, jarak posisi Aa ini
terhadap himen adalah -3 sampai +3 cm.
2. Titik Ba.
Titik Ba merupakan titik yang menunjukkan posisi paling distal bagian
atas anterior vagina manapun dari tumpul vagina atau forniks vagina
anterior terhadap titik Aa. Secara definisi, titik Ba adalah -3 cm dengan
tidak adanya prolaps uteri dan mempunyai nilai positif yang samadengan
posisi tumpul vagina pada pasien pasca vaginal histerektomi total.
3. Titik C
Titik C merupakan titik yang menunjukkan ujung paling distal serviks atau
ujung tumpul vagina setelah histerektomi total.
4. Titik D
Titik D merupakan titik yang menunjukkan lokasi forniks posterior pada
wanita yang masih mempunyai serviks. Hal ini merepresentasikan level
ligamentum sakrouterina berhubungan dengan serviks posterior proksimal
dan merupakan titik untuk mengukur kegagalan suspensorium kompleks
ligamentum sakrouterina dan kardinale dari elongasi serviks. Titik D
digunakan bila tidak terdapat serviks.
Penatalaksanaan
Seperti telah dijelaskan, penyebab prolaps uteri secara garis besar
disebabkan karena rusaknya struktur penyokong panggul, perburukan integritas
jaringan dan disfungsi neuromuskular. Berdasarkan hal tersebut, tujuan
penatalaksanaan prolaps uteri adalah untuk menguatkan dan menjaga organ
panggul tetap pada posisinya. Penatalaksanaan
24 | P a g e
baru.
Oleh
karena
itu,
pemeriksaan
sistematis
kompartemen
25 | P a g e
c. Suspensi uterosakral
Suspensi uterosakral dapat dilakukan per abdominal atau per
laparoskopi. Cara ini memiliki keuntungan dalam mempertahankan uterus
bagi pasien yang menolak histerektomi.
d. Suspensi ileokoksigeus
Pada keadaan yang tidak mungkin memvisualisasi ligamentum
uteroskral atau jika ligamentum tersebut berkurang sekali, fasia m.
Ileokoksigeus , sedikit di anterior spina iskhiadika dapat digunakan untuk
menggantung tumpul vagina.
e. Kolpopeksi sakral
Wanita dengan pengurangan fasia, berkurangnya kekuatan otot
dasar pelvis, atau dengan stes fisik berat yang sedang berlangsung
sebaiknya dilakukan teknik penggantungan tumpul dengan menggunakan
penyokong pengganti. Teknik kolpopeksi sakral, yakni meletakkan
penyokong apikal normal dengan interposisi dari sebuah penggantung
penghubung baik dari fasia autolog maupun bahan sintetik diantara
prolaps vagina dan sakrum anterior.
2.3.4. OVARIUM
1. Hipoplasia Atau Disgenesis Ovarium
Hipoplasia ovarium ditemukan pada penderita dengan 44 autosom dan satu
X kromoosom (22,23) (Sidroma Turner) Sel- sel benih primordium ada dan
bergerak kearah kelenjar kelamin yang belum berdiferensiasi tetapi hanya
beberapa diantarnya kalaupun ada berkembang menjadi folikel sejati. Banyak
diantara sel-sel benih berdegenerasi dan 6 bulan setelah lahir tidak terdapat sel sel
benih yang tampak dalam kelenjar kelamin (24,25). Oleh karena kromosom Y
tidak ada, hormon esterogen uri dan ibu akan merangsang susunan saluran
paramesonefros dan alat kelamin luar sebagaimana halnya pada wanita normal.
Berhubung kelenjar kelamin tidak menghasilkan sejumlah hormon setelah lahir,
diferensiasi saluran paramesonefros dan alat kelamin luar berhenti setelah lahir
dan sifat-sifat kelamin tetap kekanak-kanakan.
26 | P a g e
Gejala :
o Biasanya penderita pendek
o Genetalia infantile
o Rambut sekunder dan pertumbuhan mamae tidak ada
o Amenorrhoe primer
Terapi : pemberian esterogen
Terapi Hormone Estrogen
1.
Pengertian
Estrogen adalah hormon seks yang mengendalikan siklus haid,
pertumbuhan dan fungsi rahim dan dinding rahim, dan cirri seks sekunder (seperti
perkembangan payudara, sekresi vagina, dan gairah seks).
Hormon ini dibagi menjadi dua yaitu:
a.
b.
Estrogen sintetik yang tidak memiliki sifat steroid adalah klomifen sitrat dan
siklofenil.
2. Estrogen dibentuk pada:
a. Fase folikuler
b. Fase luteal
c. Kelenjar suprarenal
d. Jaringan lemak
e. System saraf pusat
3. Manfaat estrogen secara fisiologis
a. Memicu pertumbuhan payudara
b. Poliferasi endometrium
c. Meningkatkan kerja organ seperti uterus, tuba dan vagina
d. Perubahan selaput lendir, memperbanyak sekresi, meningkatkan asam
laktat pada vagina.
e. Merubah konsistensi lendir serviks
4. Khasiat pemberian Estrogen
Khasiat estrogen pada masing-masing organ adalah :
27 | P a g e
28 | P a g e
g.
h.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
29 | P a g e
vaksinasi, melakukan
pemeriksaan prenatal
denganrutin,
dan
dalam
penyususnan
makalah
ini,
penulis
dapat
DAFTAR PUSTAKA
30 | P a g e
31 | P a g e