BAB I
PENDAHULUAN
itu
sendiri.
Perkembangan
arsitektur
modern
dengan
gaya
reality, technology,
fungsional dan served. Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam pameran 4D arsitektur
2008, peringatan empat dekade arsitektur Indonesia di Galeri Nasional Jakarta, juga
menuturkan bahwa desain arsitektur Indonesia di masa yang akan datang
semestinya sudah mampu menjawab tantangan ke depan yang menuntut agar
bangunan lebih hemat lahan, hemat energi sekaligus ramah lingkungan,
(http://www.inilah.com/berita/properti/2008/03/19/18557/wapres-minta-arsitekjawab-tantangan-zaman/). Jika kita melihat tingkat konsumsi energi di seluruh dunia
saat ini, penggunaan energi diprediksikan akan meningkat sebesar 70 persen antara
tahun 2000 sampai 2030, (Sutrisna, 2008). Hal ini dapat dimulai dengan
memikirkan pola arsitektur Indonesia, tentunya yang diperhatikan adalah faktor
efisiensi dalam rancang bangun. Selain itu seharusnya kita tidak hanya
mengapresiasi karya besar yang sudah ada, tapi juga menciptakan karya-karya baru
yang selain memberikan ciri khas Indonesia sekaligus memenuhi berbagai
persyaratan tersebut.
sudah
tidak
bisa
ditemui
lagi.
(http://www.kapanlagi.com/h/0000170073_print.html)
Melihat perkembangan arsitektur Indonesia yang semakin mengarah pada bisnis
arsitektur serta terjadinya penurunan terhadap penciptaan dan pelestarian karyakarya arsitektur Indonesia tersebut, menunjukkan pentingnya suatu upaya dalam
melestarikan arsitektur Indonesia dalam suatu wadah yang mampu mengedukasi
bangsa ini dalam mengembangkan arsitekturnya seiring dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pelestarian karya arsitektur di Indonesia saat ini masih
didominasi dengan media pustaka dan digitalisme dunia maya dengan
kemudahannya dalam mendapatkan informasi secara searah. Taman Mini Indonesia
Indah adalah salah satu wadah yang secara apik mampu menjadi media pelestarian
arsitektur Indonesia, khususnya arsitektur tradisional di Indonesia dalam bentuk
miniatur berskala besar. Akan tetapi semua itu belum cukup untuk dapat
merangkum sejarah perkembangan arsitektur di Indonesia mulai terbentuknya
Indonesia secara geografis dengan bermulanya kehidupan manusia di atasnya.
Wadah pelestarian sejarah perkembangan arsitektur di Indonesia tersebut dapat
secara optimal bila diaplikasikan dalam sebuah Museum Arsitektur Indonesia yang
memuat pengetahuan mengenai karya-karya arsitektur Indonesia mulai dari sejarah
dan perkembangannya, yang belum terpenuhi di Indonesia secara menyeluruh
ataupun mewakili runutan perkembangan zamannya.
Sumber:www.budpar.go.id/filedata/2474_1149-bukusaku2007indonesia.pdf -
kita
terpaksa harus mengakui bahwa selama ini museum Indonesia masih belum
mempunyai citra yang positif karena jumlah kunjungan ke museum masih belum
maksimal. Ini memperlihatkan bahwa pandangan luas tentang museum di Indonesia
hingga kini. Museum masih dianggap sekedar tempat penyimpanan benda-benda
purbakala, sejarah, dan budaya.
mall
pembelanjaan.
(Khornifiya,
2009,
dalam
www.museum-
indonesia.net/index.php?option=com_content&task=view7id=325&Itemid=9)
1.1.5 Eksplorasi Tata Ruang dan Bentuk sebagai Upaya Peningkatan Daya
Tarik Bangunan Museum
Kurangnya daya tarik bangunan museum sebagai salah satu penyebab
penurunan jumlah pengunjung museum setiap kurun waktunya khususnya di
Indonesia, merupakan salah satu aspek yang sangat perlu untuk diperhatikan dalam
upaya peningkatan jumlah pengunjung museum dengan peningkatan daya tarik
bangunan melalui aspek desain dan manajemennya.
Berdasarkan ICOM (2004), aspek yang penting untuk diperhatikan dalam upaya
meningkatkan daya tarik pengunjung adalah penyediaan servis dalam aspek
penglihgatan dan pengalaman. Penglihatan dan pengalaman disini merupakan hal
utama yang didapatkan pengunjung dalam mengapresiasi sebuah museum. Untuk itu
dibutuhkan suatu peningkatan daya tarik bangunan melalui eksplorasi desain yang
lebih dalam menciptakan ekspresi visual dan pengalaman yang akan didapatkan oleh
pengunjung museum. Ekspresi visual dan pengalaman tersebut pertama kali akan
ditangkap oleh pengunjung melalui bentuk dan tampilan eksterior bangunan
sebelum memasuki bangunan museum. Kemudian pengunjung akan lebih lanjut
mendapatkan pengalaman dan menangkap secara visual di dalam ruang-ruang dalam
museum setelah memasuki bangunan museum tersebut.
Menurut Arg (1986), dari sudut pandang eksterior, bentuk-bentuk ruang yang
ditempatkan pada perimeter susunan perencanaan, akan memiliki suatu ekspresi
visual yang lebih besar secara proporsional daripada ruang-ruang internal yang lebih
tersembunyi, hanya sekilas, atau lebih tegas dengan menaikkan ruang tersebut di
atas dan di bawah ruang perimeter. Sebaliknya adalah keadaan dari sudut pandang
interior apabila mempertimbangkan ruang-ruang internal dan eksternal yang
terpisah. Bentuk ruang dapat diklasifikasikan secara visual sebagai hubungan
dengan sistem kerangka yang dapat menunjang bentuk ruang.
Disini terlihat pentingnya suatu eksplorasi daya tarik bangunan sebagai
penangkapan visual dan pengalaman pertama bagi pengunjung melalui bentuk serta
tampilan eksterior bangunan, dan kemudian dilanjutkan dengan tata ruang di dalam
bangunan museum tersebut, yang menunjang display benda-benda koleksi di
dalamnya. Menurut Arg (1986), pengamat adalah pangkal dari suatu pengalaman,
dan dari segi gerakan, pengamat merasakan ruang-ruang pertama kalinya di depan
dirinya sendiri, kemudian dalam segala arah, dan selalu menyebar keluar. Untuk itu
dibutuhkan suatu upaya pengendalian pengamat dalam upaya mendapatkan
pengalaman dalam bentuk dan ruang. Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan
desain tata ruang dan bentuk yang mengalir dalam upaya meningkatkan daya tarik
bangunan museum dalam aspek pengamatan visual dan pengalaman yang ditangkap
oleh pengunjung.
pencakar
langit
modern
yang
semakin
banyak
bermunculan.
10
1.5 Tujuan
Tujuan dari penulisan skripsi dengan judul Museum Arsitektur Indonesia di
Surabaya ini adalah mendesain tata ruang dan bentuk bangunan Museum Arsitektur
Indonesia di Surabaya yang mengalir, merefleksikan perjalanan arsitektur di
Indonesia, dalam upaya mewadahi dan merangkum sejarah perkembangan arsitektur di
Indonesia dalam fungsi museum, seraya meningkatkan daya tarik museum tersubut
melalui desain tata ruang dan bentuk bangunan.
1.6 Manfaat
Manfaat yang dapat diberikan dari penulisan skripsi dengan gagasan Museum
Arsitektur Indonesia di Surabaya ini antara lain :
1. Bagi Dunia Arsitektur
Dengan adanya Museum Arsitektur Indonesia di Surabaya, karya-karya
arsitektur yang berkembang di Indonesia dapat diupayakan kelestariannya dengan
mewadahi sejarah dan perkembangannya.
2. Bagi Dunia Pendidikan
Bagi dunia pendidikan, Museum Arsitektur Indonesia di Surabaya dapat
menjadi fasilitas edukasi di bidang arsitektur serta membantu penelitian di bidang
arsitektur dan budaya di Indonesia. Selain itu, Museum Arsitektur Indonesia di
Surabaya juga dapat menunjang institusi pendidikan arsitektur yang telah tersedia
di Indonesia.
3. Bagi Pemerintah
Bagi pemerintah, Museum Arsitektur Indonesia di Surabaya dapat
meningkatkan fasilitas pendidikan di bidang arsitektur di Indonesia, serta
meningkatkan potensi pariwisata dan daya tarik Kota Surabaya pada khususnya,
dan Indonesia pada umumnya.
4. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat, Museum Arsitektur Indonesia di Surabaya dapat
meningkatkan ilmu dan pengetahuan masyarakat Indonesia dalam bidang
arsitektur, yang sebenarnya merupakan aspek terdekat dengan manusia dalam
kehidupan sehari-hari, serta meningkatkan kebanggaan masyarakat Indonesia
akan kebudayaan arsitektur yang dimiliki bangsa Indonesia.
11
Kurangnya kepedulian
masyarakat Indonesia
terhadap pelestarian karyakarya arsitektur Indonesia.
Penglihatan dan
pengalaman
merupakan aspek
utama yang perlu
diperhatikan dalam
desain museum untuk
meningkatkan daya
tarik bangunannya.
(Arg, 1986)
Media yang digunakan
untuk mendapatkan
keindahan ekspresi
adalah bentuk
arsitektur. (Widagdo,
2006)
Menurut Ching (1979),
bentuk adalah ciri
utama yang
menunjukkan ruang.
Tuntutan:
Wadah pelestarian karya
arsitektur Indonesia dalam
bentuk Museum Arsitektur
Indonesia yang merangkum
sejarah perkembangan arsitektur
di Indonesia, sekaligus mampu
menarik pengunjung untuk
dapat mengoptimalkan fungsi
museum sebagai media edukasi,
dengan meningkatkan daya tarik
museum melalui desain tata
ruang dan bentuk bangunan.
Lokasi:
Strategis
Memiliki potensi pendukung di
berbagai aspek.
Mengalami perkembangan
arsitektur yang pesat.
Kota Surabaya
Museum di Indonesia
didirikan dengan tujuan
untuk pelestarian
warisan budaya bangsa
yang baik secara fisik
maupun makna yang
terkandung di
dalamnya. (Direktorat
Museum, 2008).
Pengendalian
pengamat dapat
dilakukan melalui
penggunaan bentuk
dan gerakan pengamat
dalam ruang internal
maupun eksternal.
(Arg, 1986)
Rumusan Masalah:
Bagaimana tata ruang dan bentuk bangunan Museum Arsitektur Indonesia di Surabaya
yang mengalir, merefleksikan perjalanan arsitektur di Indonesia?
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran