Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH

KEGAWATDARURATAN PADA TRAUMA RENAL


Dosen Pengampu : Priyanto S.kp,M.kep,Ns,Sp.KMB

DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 1

M. Amirudin Akbar

: 010112a061

Nanang Itsnaini Kafidhul Aziz

: 010112a065

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES NGUDI WALUYO
UNGARAN
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Trauma ginjal merupakan trauma pada sistem urologi yang paling
sering terjadi. Kejadian penyakit ini sekitar 8-10% dengan trauma tumpul
atau trauma abdominal. Pada banyak kasus, trauma ginjal selalu dibarengi
dengan

trauma

organ

penting

lainnya.

Pada

trauma

ginjal

akan

menimbulkan ruptur berupa perubahan organik pada jaringannya. Sekitar


85-90% trauma ginjal terjadi akibat trauma tumpul yang biasanya
diakibatkan oleh kecelakaan lalulintas.
Trauma ginjal biasanya terjadi akibat kecelakaan lalulintas atau
jatuh. Trauma ini biasanya juga disertai dengan fraktur pada vertebra
thorakal 11-12. Jika terdapat hematuria kausa trauma harus dapat
diketahui. Laserasi ginjal dapat menyebabkan perdarahan dalam rongga
peritoneum.
Tujuan dari penanganan trauma ginjal adalah untuk resusitasi
pasien, mendiagnosis trauma dan memutuskan penanganan terapi
secepat mungkin. Penanganan yang efisien dengan tehnik resusitasi dan
pemeriksaan

radiologi

yang

akurat

dibutuhkan

untuk

menjelaskan

manajemen klinik yang tepat. Para radiologis memainkan peranan yang


sangat penting dalam mencapai hal tersebut, memainkan bagian yang
besar dalam diagnosis dan stadium trauma. Lebih jauh, campur tangan
dari

radiologis

menolong

penanganan

trauma

arterial

dengan

menggunakan angiografi dengan transkateter embolisasi. Sebagai bagian


yang penting dar trauma, radiologi harus menyediakan konsultasi
emergensi, keterampilan para ahli dalam penggunaan alat-alat radiologis
digunakan dalam evaluasi trauma, dan biasanya disertai trauma tumpul
pada daerah abdominal.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum penyusunan makalah ini agar supaya


mahasiswa/i mampu memahami tentang trauma ginjal dan dapat
menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan trauma ginjal.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penyusunan makalah, agar supaya
mahasiswa/i dapat :
a. Mampu menjelaskan mengenai konsep dasar trauma ginjal
b. Mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien dengan trauma
ginjal dengan benar dan bertanggung jawab.
c. Mendokumentasikan semua tindakan dalam sebuah laporan asuhan
keperawatan yang benar dan tepat

BAB II
LANDASAN TEORI
A. DEFINISI
Trauma ginjal adalah kecederaan yang paling sering pada sistem
urinari. Walaupun ginjal mendapat proteksi dari otot lumbar, thoraks,
badan vertebra dan viscera, ginjal mempunyai mobiliti yang besar yang
bisa mengakibatkan kerusakan parenchymal dan kecederaan vaskular
dengan mudah. Trauma sering kali disebabkan kerana jatuh, kecelakaan
lalu lintas, luka tusuk, dan luka tembak.
Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang disebabkan oleh
berbagai macam benda baik tumpul, tajam, ataupun dari benturan keras.
Klasifikasi

trauma

ginjal

menurut

Sargeant

dan

Marquadt

yang

dimodifikasi oleh Federle :


Grade I
Lesi meliputi :
1. Kontusio ginjal
2. Minor laserasi korteks dan medulla tanpa gangguan pada sistem
pelviocalices
3. Hematom minor dari subcapsular atau perinefron (kadang kadang)
75 80 % dari keseluruhan trauma ginjal
Grade II
Lesi meliputi :
1. Laserasi parenkim yang berhubungan dengan tubulus kolektivus
sehingga terjadi extravasasi urine
2. Sering terjadi hematom perinefron
3. Luka yang terjadi biasanya dalam dan meluas sampai ke medulla 10
15 % dari keseluruhan trauma ginjal
Grade III
Lesi meliputi :
1. Ginjal yang hancur
2. Trauma pada vaskularisasi pedikel ginjal 5 % dari keseluruhan
trauma ginjal
Grade IV
Meliputi lesi yang jarang terjadi yaitu
1. Avulsi pada ureteropelvic junction

2. Laserasi dari pelvis renal


B. ETIOLOGI
1. Trauma Tumpul
Trauma tumpul sering menyebabkan luka pada ginjal, misalnya
karena kecelakaan kendaraan bermotor, terjatuh atau trauma pada saat
berolahraga. Luka tusuk pada ginjal dapat karena tembakan atau tikaman.
Trauma tumpul dibedakan menjadi :
a. Trauma langsung biasanya disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas,
olah raga, kerja atau perkelahian. Trauma ginjal biasanya menyertai
trauma berat yang juga mengenai organ organ lain.
b. Trauma tidak langsung misalnya jatuh dari ketinggian

yang

menyebabkan pergerakan ginjal secara tiba tiba di dalam rongga


peritoneum. Kejadian ini dapat menyebabkan avulsi pedikel ginjal
atau robekan tunika intima arteri renalis yang menimbulkan
trombosis.
2. Trauma Iatrogenik
Trauma iatrogenik pada ginjal dapat disebabkan oleh tindakan
operasi

atau

radiologi

intervensi,

dimana

di

dalamnya

termasuk

retrograde pyelography, percutaneous nephrostomy, dan percutaneous


lithotripsy
3. Trauma Tajam
Trauma tajam adalah trauma yang disebabkan oleh tusukan benda
tajam misalnya tusukan pisau. Luka karena senjata api dan pisau
merupakan luka tembus terbanyak yang mengenai ginjal sehingga bila
terdapat luka pada pinggang harus dipikirkan trauma ginjal sampai
terbukti sebaliknya. Pada luka tembus ginjal, 80% berhubungan dengan
trauma viscera abdomen.
C. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Sistem Perkrmihan Terdiri Dari :
1. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang berpasangan dan berbentuk seperti
kacang. Terletak di kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit

lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena tertekan kebawah


oleh hati. Kutup atas ginjal kanan terletak setinggi kosta 12, sedangkan
kutup atas ginjal kiri terletak setinggi kosta 11. Setiap ginjal pada orang
dewasa memiliki panjang 12 sampai 13 cm, lebarnya 6 cm dan beratnya
antara 120 sampai 150 gram. Ginjal diliputi oleh suatu kapsula fibrosa
tipis mengkilat, terbagi menjadi dua bagian yaitu: bagian eksternal yang
disebut Korteks, dan bagian internal disebut Medula.
Dilihat dari permukaan anterior, struktur ginjal terdiri dari; arteri dan
vena renalis, saraf dan pembuluh getah bening yang keluar dan masuk
melalui hilus, ureter.
Darah dialirkan ke dalam setiap ginjal melalui arteri renalis dan
keluar dari dalam ginjal melalui vena renalis. Arteri renalis berasal dari
aorta abdominalis dan vena renalis membawa darah kembali ke dalam
vena kava inferior.Aliran darah yang melalui ginjal jumlahnya 25% dari
curah jantung.
Dilihat dari potongan longitudinal, struktur ginjal terdiri dari:
Kapsula, Korteks, Piramid medula, nefron (terdiri dari glomerulus dan
tubulus: proksimal, ansa Henle, distal), kaliks (minor dan mayor), pelvis
ginjal dan ureter.
Penyakit ginjal dimanifestasikan dengan adanya perubahan struktur
ginjal, yaitu adanya perbedaan panjang dari kedua ginjal yang lebih dari
1,5 cm.
2. Ureter
Ureter merupakan pipa panjang dengan dinding yang sebagian
besar terdiri atas otot polos. Setiap ureter memiliki panjang 10 sampai 12
inci, Organ ini menghubungkan setiap ginjal dengan kandung kemih.
Organ ini berfungsi sebagai pipa untuk menyalurkan urin ke kandung
kemih.
3. Vesica Urinaria (Kandung Kemih)
Kandung kemih adalah satu kantung berotot yang sebagian besar
dindingnya terdiri dari otot polos disebut muskulus detrusor yang dapat
mengempis, terletak dibelakang simfisis pubis. Kontraksi otot ini terutama
berfungsi untuk mengosongkan kandung kemih pada saat BAK. Organ ini

berfungsi

sebagai

wadah

sementara

untuk

menampung

urin

dan

mendorong kemih keluar tubuh dibantu oleh uretra.


4. Uretra
Uretra adalah saluran kecil yang dapat mengembang, berjalan dari
kandung kemih sampai ke luar tubuh. Panjang uretra pada wanita 1,5 inci
dan pada laki-laki sekitar 8 inci.
5. Meatus urinarius (Muara uretra)
Meatus urinarius ini merupakan bagian yang paling luar dari uretra, yang paling tidak
mengambarkan besar kecilnya lumen uretra.
Fungsi Utama Ginjal Adalah :

Fungsi Ekskresi
1. Mempertahankna osmolalitas plasma (285 m Osmol) dengan
mengubah-ubah ekskresi air.
2. Mempertahankan kadar elektrolit plasma.
3. Mempertahankan pH plasma (7,4) dengan mengeluarkan kelebihan
H+ dan membentuk kembali HCO3.
4. Mengekskresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme protein

(urea, asam urat dan kreatinin)


Fungsi Non Ekskresi
1. Menghasilkan renin untuk pengaturan tekanan darah.
2. Menghasilkan eritropoietin untuk stimulasi produksi sel darah merah
oleh sumsum tulang.
3. Metabolisme vitamin D.
4. Degradasi insulin.
5. Menghasilkan prostaglandin.
D. MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala trauma ginjal antara lain :
1. Nyeri
2. Hematuria.
3. Mual dan muntah
4. Distensi abdomen
5. Syok akinat trauma multisistem
6. Nyeri pada bagian punggung
7. Hematoma di daerah pinggang yang semakin hari semakin besar
8. Massa di rongga panggul
9. Ekimosis
10.
Laserasi atau luka pada abdomen lateral dan rongga panggul

E. PATOFISIOLOGI
Trauma tumpul merupakan penyebab utama dari trauma ginjal.
Dengan lajunya pembangunan, penambahan ruas jalan dan jumlah
kendaraan, kejadian trauma akibat kecelakaan lalu lintas juga semakin
meningkat. Trauma tumpul ginjal dapat bersifat langsung maupun tidak
langsung. Trauma langsung biasanya disebabkan oleh kecelakaan lalu
lintas, olah raga, kerja atau perkelahian. Trauma ginjal biasanya menyertai
trauma berat yang juga mengenai organ organ lain. Trauma tidak
langsung misalnya jatuh dari ketinggian yang menyebabkan pergerakan
ginjal secara tiba tiba di dalam rongga peritoneum.
Kejadian ini dapat menyebabkan avulsi pedikel ginjal atau robekan
tunika intima arteri renalis yang menimbulkan trombosis. Ginjal yang
terletak pada rongga retroperitoneal bagian atas hanya terfiksasi oleh
pedikel pembuluh darah serta ureter, sementara masa ginjal melayang
bebas dalam bantalan lemak yang berada dalam fascia Gerota. Fascia
Gerota sendiri yang efektif dalam mengatasi sejumlah kecil hematom ,
tidak sempurna dalam perkembangannnya. Kantong fascia ini meluas
kebawah sepanjang ureter ,meskipun menyatu pada dinding anterior
aorta serta vena cava inferior, namun mudah untuk sobek oleh adanya
perdarahan hebat sehingga perdarahan melewati garis tengah dan
mengisi rongga retroperitoneal.(Guerriero, 1984).
Karena miskinnya fiksasi, ginjal mudah mengalami dislokasi oleh
adanya akselerasi maupun deselerasi mendadak, yang bisa menyebabkan
trauma seperti avulsi collecting system atau sobekan pada intima arteri
renalis sehingga terjadi oklusi parsial maupun komplet pembuluh darah.
Sejumlah darah besar dapat terperangkap didalam rongga retroperitoneal
sebelum dilakukan stabilisasi. Keadaan ekstrem ini sering terjadi pada
pasien yang datang di ruang gawat darurat dengan kondisi stabil
sementara terdapat perdarahan retroperitoneal.

Korteks ginjal ditutupi kapsul tipis yang cukup kuat. Trauma yang
menyebabkan robekan kapsul sehingga menimbulkan perdarahan pada
kantong gerota perlu lebih mendapat perhatian dibanding trauma yang
tidak menyebabkan robekan pada kapsul. Vena renalis kiri terletak ventral
aorta sehingga luka penetrans didaerah ini bisa menyebabkan trauma
pada kedua struktur. Karena letaknya yang berdekatan antara pankreas
dan pole atas ginjal kiri serta duodenum dengan tepi medial ginjal kanan
bisa menyebabkan trauma kombinasi pada pankreas, duodenum dan
ginjal.. Anatomi ginjal yang mengalami kelainan seperti hidronefrosis atau
tumor maligna lebih mudah mengalami ruptur hanya oleh adanya trauma
ringan.(McAninch,2000).
F. KOMPLIKASI
Komplikasi awal terjadi I bulan pertama setelah cedera :
1. Urinoma
2. Delayed bleeding
3. Urinary fistula
4. Abses
5. Hipertensi

Komplikasi Lanjut :
1. Hidronefrosis
2. Arteriovenous fistula
3. Piolenofritis

G. PENATALAKSANAAN
1. Konservatif
Tindakan konservatif ditujukan pada trauma minor. Pada keadaan ini
dilakukan

observasi

kemungkinan

tanda-tanda

adanya

vital

penambahan

(tensi,

masa

di

nadi,

suhu

tubuh),

pinggang,

adanya

pembesaran lingkar perut, penurunan kadar hemoglombin dan perubahan


warna urin pada pemeriksaan urin. Trauma ginjal minor 85% dengan
hematuri akan berhenti dan sembuh secara spontan. Bed rest dilakukan
sampai hematuri berhenti.
2. Eksplorasi
a. Indikasi Absolut

Indikasi absolut adalah adanya perdarahan ginjal persisten yang


ditandai

oleh

adanya

hematom

retroperitoneal

yang

meluas

dan

berdenyut. Tanda lain adalah adanya avulsi vasa renalis utama pada
pemeriksaan CT scan atau arteriografi.
b. Indikasi Relatif
1) Jaringan Nonviable
Parenkim ginjal yang nekrosis lebih dari 25% adalah indikasi relatif
untuk dilakukan eksplorasi.
2) Ekstravasasi Urin
Ekstravasasi urin menandakan adanya cedera ginjal mayor. Bila
ekstravasasi menetap maka membutuhkan intervensi bedah.
3) Incomplete Staging
Penatalaksanaan nonoperatif dimungkinkan apabila telah dilakukan
pemeriksaan

imaging

untuk

menilai

derajat

trauma

ginjal. Adanya

incomplete staging memerlukan pemeriksaan imaging dahulu atau


eksplorasi /rekonstruksi ginjal. Pada pasien dengan kondisi tidak stabil
yang memerlukan tindakan laparotomi segera, pemeriksaan imaging yang
bisa dilakukan hanyalah one shot IVU di meja operasi. Bila hasil IVU
abnormal atau tidak jelas atau adanya perdarahan persisten pada ginjal
harus dilakukan eksplorasi ginjal.
4) Trombosis Arteri
Trombosis arteri renalis bilateral komplit atau adanya ginjal soliter
dibutuhkan eksplorasi segera dan revaskularisasi.
5) Trauma Tembus
Pada trauma tembus indikasi absolut dilakukan eksplorasi adalah
perdarahan

arteri

persisten. Hampir

semua

trauma

tembus

renal

dilakukan tindakan bedah. Perkecualian adalah trauma ginjal tanpa


adanya penetrasi peluru intraperitoneum Luka tusuk sebelah posterior
linea aksilaris posterior relatif tidak melibatkan cedera organ lain.
(Brandes, 2003)

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas Istirahat
Gejala
: Keletihan, kelemahan, dan malaise
Tanda: Kelemahan otot, kehilangan tonus otot
2. Sirkulasi
Tanda: Hipotensi, hipertensi, Distrimia jantung, Nadi lemah dan halus,
Edema jaringan umum, Pucat kecenderungan perdarahan.
3. Eliminasi
Gejala

: Perubahan pola berkemih, nyeri ketika berkemih, Perubahan

warna urin, distensi urin


Tanda: Hematuria, urin pekat, merah
4. Makanan dan cairan
Tanda: Peningkatan berat badan (edema)
Anoreksia, nyeri ulu hati
Gejala

: Perubahan turgor kulit

Edema (umumnya bagian bawah)

5. Neurosensori
Tanda: Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot, kejang
Gejala
: Penurunan tingkat kesadaran (azotemia, ketidakseimbangan
elektrolit)
6. Nyeri dan Kenyamanan
Gejala
: Nyeri abdomen kiri/kanan atas, insomnia
Tanda: Perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah, mengeluh nyeri
7. Pernapasan
Gejala
: Napas pendek
Tanda: Tachipnea, dispnea, peningkatan frekuensi
8. Pemeriksaan Diagnostic
Volume
:
Warna
Berat jenis :
Osmolaritas
SDM
:
Ph
:
Darah
:

Biasanya < 400/24 jam, setelah ginjal rusak


: Kotor, sedimen kotor menunjukan adanya darah
< 1,020 menunjukan adanya kerusakan berat pada ginjal
: < 350 mosm/kg menunjukan kerusakan ginjal
Mungkin ada infeksi karena pengaruh trauma
> 7 menunjukan ada infeksi saluran kemih
Hb turun, pH > 7,2 asidosis metabolic (karena kemampuan

ginjal untuk

mengeksresi hydrogen dan hasil akhir

metabolisme)
: Dilakukan jika luka tusuk dan luka tembak melukai ginjal,
cedera tumpul ginjal yang memberikan tanda-tanda

PIV

hematuria

makroskopik

memberikan

dan

tanda-tanda

cedera

tumpul

hematuria

ginjal

yang

makroskopik

yang

disertai syok.
USG

: Dilakukan pada cedera tumpul pada ginjal yang menunjukan


hematuria mikroskopik tanpa disertai syok.

CT SCAN

: Pemeriksaan ini dapat menunjukan adanya robekan jaringan


ginjal dan adanya nekrosis jaringan ginjal yang luas.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan kerusakan pada
ginjal
3. Resiko

tinggi

infeksi

berhubungan

dengan

tidak

adekuatnya

pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun, malnutrisi, prosedur


invasif

1.

a.
b.
c.
d.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik
Intervensi
Kaji intensitas nyeri, perhatikan lokasi dan karakteristik
Bedrest dan atur posisi yang nyaman bagi pasien
Dorong penggunaan tekhnik relaksasi
Anjurkan pasien untuk menghindari posisi yang menekan lumbal,

daerah trauma.
e. Berikan analgesik sesuai dengan resep
Rasional
a. Hasil pengkajian membantu evaluasi derajat ketidaknyamanan dan
ketidakefektifan analgesik atau menyatakan adanya komplikasi.
b. Posisi yang nyaman dapat membantu meminimalkan nyeri.
c. Membantu pasien lebih efektif dan menurunkan tegangan otot
abdomen.
d. Nyeri akut tercetus panda area ginjal oleh penekanan.
e. Analgesic dapat menghilangnkan nyeri dan ketidaknyamanan.
2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan kerusakan pada

a.
b.
c.
d.
e.

ginjal
Intervensi
Monitor asupan dan keluaran urine.
Monitor paralisis ileus (bising usus)
Amankan inspeksi, dan bandingkan setiap specimen urine.
Lakukan kateterisasi bila diindikasikan.
Pantau posisi selang drainase dan kantung sehingga memungkinkan

tidak terhambatnya aliran urine


Rasional
a. Hasil monitoring memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan
adanya komplikasi. Contohnya infeksi dan perdarahan.
b. Gangguan dalam kembalinya bising usus dapat mengindikasika
adanya komplikasi, contoh peritonitis, obstruksi mekanik.
c. Berguna untuk mengetahui aliran urine dan hematuria.
d. Kateterisasi meminimalkan kegiatan berkemih pasien yang kesulitan
berkemih manual.
e. Hambatan aliran urine memungkinkan terbentuknya tekanan dalam
saluran perkremihan, membuat resiko kebocoran dan kerusakan
parenkim ginjal.
3. Resiko tinggi infeksi

berhubungan

dengan

tidak

adekuatnya

pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun, malnutrisi, prosedur

invasif.
Intervensi

a. Cuci
b.
c.
d.
e.

a.
b.
c.
d.
e.

tangan

sebelum

melakukan

tindakan.

Pengunjung

juga

dianjurkan melakukan hal yang sama.


Jaga personal hygine klien dengan baik.
Monitor temperature
Kaji semua sistem untuk melihat tanda-tanda infeksi.
Berikan antibiotik bila diindikasikan.
Rasional
Mencegah terjadinya infeksi silang
Menurunkan/mengurangi adanya organisme hidup.
Peningkatan suhu merupakan tanda terjadinya infeksi.
Mencegah/mengurangi terjadinya resiko infeksi.
Mencegah terjadinya infeksi
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang disebabkan oleh
berbagai macam rudapaksa baik tumpul maupun tajam. Penyebab nya
adalah dari trauma tumpul, trauma iatrogenic, dan trauma tajam. Adapun
tanda dan gejala yang muncul diantaranya : luka, jika terkena benda
tajam, jejas jika terkena benda tumpul, nyeri, perdarahan.
Adapun penatalaksanaan medis yaitu secara kenservatif dan operatif.
Untuk farmakologi yang bias digunakan yaitu : analgetik, antibiotic,
diuretic, dan kortikosteroid.
B. SARAN
Trauma pada system perkemihan sangat fatal akibatnya bagi
kesehatan

tubuh.

Hal

ini

tidak

bisa

ditindaklanjuti

sembarangan.

Diperlukan penanganan khusus dan serius agar tidak terjadi komplikasi


yang lebih parah lagi. Bahkan sampai penanganannya memerlukan
pembedahan. Untuk itu agar tidak terjadi trauma system perkemihan
dapat tertangani dengan baik maka sebaiknya kita mempercayakan
kepada tim medis yang sudah berpengalaman dan mengerti mengenai
penanganan masalah trauma system perkemihan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta
Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius
FKUI, Jakarta.
Purnawan

Junadi,

Kapita

Selekta

Kedokteran,

Edisi

ke

2.

Media

Aeskulapius, FKUI
1982. Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI
1990.

Anda mungkin juga menyukai