Trauma Renal
Trauma Renal
M. Amirudin Akbar
: 010112a061
: 010112a065
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Trauma ginjal merupakan trauma pada sistem urologi yang paling
sering terjadi. Kejadian penyakit ini sekitar 8-10% dengan trauma tumpul
atau trauma abdominal. Pada banyak kasus, trauma ginjal selalu dibarengi
dengan
trauma
organ
penting
lainnya.
Pada
trauma
ginjal
akan
radiologi
yang
akurat
dibutuhkan
untuk
menjelaskan
radiologis
menolong
penanganan
trauma
arterial
dengan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. DEFINISI
Trauma ginjal adalah kecederaan yang paling sering pada sistem
urinari. Walaupun ginjal mendapat proteksi dari otot lumbar, thoraks,
badan vertebra dan viscera, ginjal mempunyai mobiliti yang besar yang
bisa mengakibatkan kerusakan parenchymal dan kecederaan vaskular
dengan mudah. Trauma sering kali disebabkan kerana jatuh, kecelakaan
lalu lintas, luka tusuk, dan luka tembak.
Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang disebabkan oleh
berbagai macam benda baik tumpul, tajam, ataupun dari benturan keras.
Klasifikasi
trauma
ginjal
menurut
Sargeant
dan
Marquadt
yang
yang
atau
radiologi
intervensi,
dimana
di
dalamnya
termasuk
berfungsi
sebagai
wadah
sementara
untuk
menampung
urin
dan
Fungsi Ekskresi
1. Mempertahankna osmolalitas plasma (285 m Osmol) dengan
mengubah-ubah ekskresi air.
2. Mempertahankan kadar elektrolit plasma.
3. Mempertahankan pH plasma (7,4) dengan mengeluarkan kelebihan
H+ dan membentuk kembali HCO3.
4. Mengekskresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme protein
E. PATOFISIOLOGI
Trauma tumpul merupakan penyebab utama dari trauma ginjal.
Dengan lajunya pembangunan, penambahan ruas jalan dan jumlah
kendaraan, kejadian trauma akibat kecelakaan lalu lintas juga semakin
meningkat. Trauma tumpul ginjal dapat bersifat langsung maupun tidak
langsung. Trauma langsung biasanya disebabkan oleh kecelakaan lalu
lintas, olah raga, kerja atau perkelahian. Trauma ginjal biasanya menyertai
trauma berat yang juga mengenai organ organ lain. Trauma tidak
langsung misalnya jatuh dari ketinggian yang menyebabkan pergerakan
ginjal secara tiba tiba di dalam rongga peritoneum.
Kejadian ini dapat menyebabkan avulsi pedikel ginjal atau robekan
tunika intima arteri renalis yang menimbulkan trombosis. Ginjal yang
terletak pada rongga retroperitoneal bagian atas hanya terfiksasi oleh
pedikel pembuluh darah serta ureter, sementara masa ginjal melayang
bebas dalam bantalan lemak yang berada dalam fascia Gerota. Fascia
Gerota sendiri yang efektif dalam mengatasi sejumlah kecil hematom ,
tidak sempurna dalam perkembangannnya. Kantong fascia ini meluas
kebawah sepanjang ureter ,meskipun menyatu pada dinding anterior
aorta serta vena cava inferior, namun mudah untuk sobek oleh adanya
perdarahan hebat sehingga perdarahan melewati garis tengah dan
mengisi rongga retroperitoneal.(Guerriero, 1984).
Karena miskinnya fiksasi, ginjal mudah mengalami dislokasi oleh
adanya akselerasi maupun deselerasi mendadak, yang bisa menyebabkan
trauma seperti avulsi collecting system atau sobekan pada intima arteri
renalis sehingga terjadi oklusi parsial maupun komplet pembuluh darah.
Sejumlah darah besar dapat terperangkap didalam rongga retroperitoneal
sebelum dilakukan stabilisasi. Keadaan ekstrem ini sering terjadi pada
pasien yang datang di ruang gawat darurat dengan kondisi stabil
sementara terdapat perdarahan retroperitoneal.
Korteks ginjal ditutupi kapsul tipis yang cukup kuat. Trauma yang
menyebabkan robekan kapsul sehingga menimbulkan perdarahan pada
kantong gerota perlu lebih mendapat perhatian dibanding trauma yang
tidak menyebabkan robekan pada kapsul. Vena renalis kiri terletak ventral
aorta sehingga luka penetrans didaerah ini bisa menyebabkan trauma
pada kedua struktur. Karena letaknya yang berdekatan antara pankreas
dan pole atas ginjal kiri serta duodenum dengan tepi medial ginjal kanan
bisa menyebabkan trauma kombinasi pada pankreas, duodenum dan
ginjal.. Anatomi ginjal yang mengalami kelainan seperti hidronefrosis atau
tumor maligna lebih mudah mengalami ruptur hanya oleh adanya trauma
ringan.(McAninch,2000).
F. KOMPLIKASI
Komplikasi awal terjadi I bulan pertama setelah cedera :
1. Urinoma
2. Delayed bleeding
3. Urinary fistula
4. Abses
5. Hipertensi
Komplikasi Lanjut :
1. Hidronefrosis
2. Arteriovenous fistula
3. Piolenofritis
G. PENATALAKSANAAN
1. Konservatif
Tindakan konservatif ditujukan pada trauma minor. Pada keadaan ini
dilakukan
observasi
kemungkinan
tanda-tanda
adanya
vital
penambahan
(tensi,
masa
di
nadi,
suhu
tubuh),
pinggang,
adanya
oleh
adanya
hematom
retroperitoneal
yang
meluas
dan
berdenyut. Tanda lain adalah adanya avulsi vasa renalis utama pada
pemeriksaan CT scan atau arteriografi.
b. Indikasi Relatif
1) Jaringan Nonviable
Parenkim ginjal yang nekrosis lebih dari 25% adalah indikasi relatif
untuk dilakukan eksplorasi.
2) Ekstravasasi Urin
Ekstravasasi urin menandakan adanya cedera ginjal mayor. Bila
ekstravasasi menetap maka membutuhkan intervensi bedah.
3) Incomplete Staging
Penatalaksanaan nonoperatif dimungkinkan apabila telah dilakukan
pemeriksaan
imaging
untuk
menilai
derajat
trauma
ginjal. Adanya
arteri
persisten. Hampir
semua
trauma
tembus
renal
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas Istirahat
Gejala
: Keletihan, kelemahan, dan malaise
Tanda: Kelemahan otot, kehilangan tonus otot
2. Sirkulasi
Tanda: Hipotensi, hipertensi, Distrimia jantung, Nadi lemah dan halus,
Edema jaringan umum, Pucat kecenderungan perdarahan.
3. Eliminasi
Gejala
5. Neurosensori
Tanda: Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot, kejang
Gejala
: Penurunan tingkat kesadaran (azotemia, ketidakseimbangan
elektrolit)
6. Nyeri dan Kenyamanan
Gejala
: Nyeri abdomen kiri/kanan atas, insomnia
Tanda: Perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah, mengeluh nyeri
7. Pernapasan
Gejala
: Napas pendek
Tanda: Tachipnea, dispnea, peningkatan frekuensi
8. Pemeriksaan Diagnostic
Volume
:
Warna
Berat jenis :
Osmolaritas
SDM
:
Ph
:
Darah
:
ginjal untuk
metabolisme)
: Dilakukan jika luka tusuk dan luka tembak melukai ginjal,
cedera tumpul ginjal yang memberikan tanda-tanda
PIV
hematuria
makroskopik
memberikan
dan
tanda-tanda
cedera
tumpul
hematuria
ginjal
yang
makroskopik
yang
disertai syok.
USG
CT SCAN
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan kerusakan pada
ginjal
3. Resiko
tinggi
infeksi
berhubungan
dengan
tidak
adekuatnya
1.
a.
b.
c.
d.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik
Intervensi
Kaji intensitas nyeri, perhatikan lokasi dan karakteristik
Bedrest dan atur posisi yang nyaman bagi pasien
Dorong penggunaan tekhnik relaksasi
Anjurkan pasien untuk menghindari posisi yang menekan lumbal,
daerah trauma.
e. Berikan analgesik sesuai dengan resep
Rasional
a. Hasil pengkajian membantu evaluasi derajat ketidaknyamanan dan
ketidakefektifan analgesik atau menyatakan adanya komplikasi.
b. Posisi yang nyaman dapat membantu meminimalkan nyeri.
c. Membantu pasien lebih efektif dan menurunkan tegangan otot
abdomen.
d. Nyeri akut tercetus panda area ginjal oleh penekanan.
e. Analgesic dapat menghilangnkan nyeri dan ketidaknyamanan.
2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan kerusakan pada
a.
b.
c.
d.
e.
ginjal
Intervensi
Monitor asupan dan keluaran urine.
Monitor paralisis ileus (bising usus)
Amankan inspeksi, dan bandingkan setiap specimen urine.
Lakukan kateterisasi bila diindikasikan.
Pantau posisi selang drainase dan kantung sehingga memungkinkan
berhubungan
dengan
tidak
adekuatnya
invasif.
Intervensi
a. Cuci
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
e.
tangan
sebelum
melakukan
tindakan.
Pengunjung
juga
A. KESIMPULAN
Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang disebabkan oleh
berbagai macam rudapaksa baik tumpul maupun tajam. Penyebab nya
adalah dari trauma tumpul, trauma iatrogenic, dan trauma tajam. Adapun
tanda dan gejala yang muncul diantaranya : luka, jika terkena benda
tajam, jejas jika terkena benda tumpul, nyeri, perdarahan.
Adapun penatalaksanaan medis yaitu secara kenservatif dan operatif.
Untuk farmakologi yang bias digunakan yaitu : analgetik, antibiotic,
diuretic, dan kortikosteroid.
B. SARAN
Trauma pada system perkemihan sangat fatal akibatnya bagi
kesehatan
tubuh.
Hal
ini
tidak
bisa
ditindaklanjuti
sembarangan.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta
Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius
FKUI, Jakarta.
Purnawan
Junadi,
Kapita
Selekta
Kedokteran,
Edisi
ke
2.
Media
Aeskulapius, FKUI
1982. Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI
1990.