Anda di halaman 1dari 15

Naskah Skenario 3

A. Skenario
Dok, kenapa kaki saya menendang ketika lutut saya dipukul?
Sdr K, seorang calon mahasiswa baru FK UMM sedang mengikuti tes kesehatan sebagai syarat
masuk FK. Salah satu pemeriksaan yang dilakukan dokter pemeriksa adalah melakukan
pemeriksaan reflek fisiologis yaitu reflek patela. Pemeriksaan tersebut menggunakan hammer
reflek dengan stimulus ketukan pada tendon patela. Respon yang muncul adalah ekstensi cruris
karena kontraksi musculus quadricep femoris. Setelah pemeriksaan, dokter pemeriksa
menjelaskan bahwa reflek tersebut muncul melalui rangkaian lengkung reflek yang berfungsi
normal. Pemeriksaan reflek fisiologis termasuk salah satu pemeriksaan fungsi jaras piramidalis
yang memerankan fungsi somatomotorik. Selain itu, juga dilakukan pemeriksaan fungsi
somatosensorik terhadap jaras spinotalamikus (fungsi eksteroseptik) dan funikulus dorsalis
(fungsi propioseptik).
Keyword: reflek fisiologis, neuroanatomi, tendon patella
B. Kata Sulit
1. Reflek fisiologis
2. Reflek patella
3. Hammer reflek
4. Stimulus
5. Tendon patella
6. Ekstensi cruris
7. Musculus quadricep femoris
8. Lengkung reflek
9. Jaras piramidalis
10. Somatomotorik
11. Somatosensorik
12. Jaras spinothalamicus
13. Fungsi eksteroseptif
14. Jaras funikulus dorsalis
15. Fungsi propioseptif
C. Klarifikasi Istilah
Reflek fisiologis :
Reflek dalam kaitan fisiologi adalah gerakan yang timbul sebagai jawaban terhadap rangsangan
tertentu secara tidak sadar (Bahar & Wuysang, 2015).
Reflek fisiologis adalah regang otot yang muncul sebagai akibat rangsangan terhadap tendon
atau periosteum atau kadang-kadang terhadap tulang (Okmi,2015).
Reflek patella :
Reflek patella adalah reflek sistem saraf berupa reflek kontraksi otot disekitar patella hingga kaki
akan terlibat seperti menendang.(Liana,2012).

Hammer reflek :
Hammer reflek adalah sebuah palu yang digunakan untuk menekan bagian tubuh seperti otot,
tendon, atau saraf untuk menguji fungsi saraf. (Farlex dkk, 2009).
Stimulus:
Tendon patella:
Tendon patella adalah adalah tendon yang menghubungkan antara os patella dengan tulang
kering (os tibia) yang berfuungsi untu ekstensi pada kaki (Liana,2012).
Ekstensi cruris :
Musculus quadricep femoris :
Musculus qudricep femoris adalah Otot-otot bagian anterior paha yang terdiri dari empat
musculus yaitu m.ractus femoris, m.vastus laterlais, m.vastus medialis, dan m.vastus
intermedius. Musculus ini berfungsi untuk ekstensi (Zega,2016).
Lengkung reflek :
Lengkung reflek mekiputi 3 macam neuron, yaitu: neuron aferen, eferen dan interneuron di
medulla spinalis yang bekerja dalam mekanisme terjadinya reflek fisiologis (Bahar & Wuysang,
2015).
Jaras piramidalis :
Somatomotorik :
Somatomotorik adalah susunan saraf yang mengurus hal yang berhubungan dengan gerakan otototot skeletal. Susunan itu terdiri dari 2 unsur, yaitu unsur saraf & unsur muskuli (Bejo,2010).
Somatosensorik
Jaras spinothalamicus
Jaras atau traktus spinotalamikus adalah suatu jalur asenden yang berasal dari medulla spinalis
dan berjalan di sepanjang medulla spinalis sampai bersinaps di talamus. Terdapat dua jalur yang
tergabung dalam sistem ini, yakni traktus spinotalamikus lateral dan traktus spinotalamikus
anterior (Yahya, 2009).
Jaras spinotalamikus adalah suatu jalur asenden yang berasal dari medulla spinalis dan berjalan
disepanjang medulla spinalis sampai bersinaps di talamus.(Sualman, 2009).
Fungsi eksteroseptif

Jaras funikulus dorsalis


Jaras funiculus dorsalis adalah saluran syaraf yang melalui dua macam fasiculus, yaitu: fasiculus
gracillis dan fasiculus cuneatus yang berperan membawa rangsangan propioseptif (Yanwirasti,
2010).
Fungsi propioseptif
D. Rumusan Masalah
Pemeriksaan seperti apa yang dilakukan oleh dokter pada sdr. K?
Apa yang menyebabkan stimulus (ketukan) pada tendon patellae mhs K menghasilkan
ekstensi cruris?
E. Peta Konsep

F.

Learning Objective
Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana cara memeriksa reflek tendon patellae.
Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana mekanisme reflek fisiologis tendon patellae.
Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana perjalanan jaras somatomotorik dan
somatosensorik.
Mahasiswa mampu mengetahui apa saja fungsi proprioseptik dan eksteroseptik.

1. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana cara memeriksa reflek tendon patellae.


a. Minta klien duduk di tepimejaperiksa agar kaki
kliendapatmenjuntaidenganbebastidakmenginjaklantaiataubisadilakukandenganposisipasi
entidurterlentangdengan kaki yang difleksikan.
b. Tentukanlokasi tendon patella yang beradatepat di bawah patella (tempurunglutut)

(Mahar Marjono,2008)
c. Ketukkan hummer langsungpada tendon patella.
d. Amati adanyaekstensi kaki atautendangan kaki yang normal.
(Smeltzer & Bare, 2001)
2. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana mekanisme reflek fisiologis tendon patellae.
Reflex tendon patella atau knee-jerk reflex merupakan contoh klasik reflex regang. Otototot ekstenson lutut adalah kuadriseps femoris, yang membentuk anterior paha dan melekat ke
tibia (tulang kering) tepat di bawah lutut melalui tendon patella.
Pengetukan tendon ini dengan sebuah palu karet akan secara pasif meregangkan otot-otot
kuadriseps dan mengaktifkan reseptor-reseptor gelendongnya. Reflex regang yang terjadi
menimbulkan kontraksi otot ekstensor ini, sehingga lutut mengalami ekstensi dan mengangkat
tungkai bawah dengan cara yang khas.
Pemeriksaan ini dilakukan secara rutin sebagai penilain pendahuluan fungsi system saraf.
Reflex patella yang normal mengindikasikan dokter bahwa sejumlah komponen saraf dan ototgelendong otot, masukan aferen, neuron motorik, keluaran eferen taut neuromuskulus, dan otot
itu sendiri-berfungsi normal. Reflex ini juga mengindikasikan adanya keseimbangan antara
masukan eksitorik dan inhibitorik ke neuron motorik dari pusat-pusat yang lebih tinggi di otak.
3. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana perjalanan jaras somatomotorik dan
somatosensorik.
Sistem Somatosensorik
Sistem sensorik pada manusia berhubungan dengan kemampuan mempersepsi suatu rangsang.
Sistem ini sangat penting karena berfungsi terutama untuk proteksi tubuh. Sistem ini dapat juga
dimaknai sebagai perasaan tubuh atau sensibilitas.

Reseptor
Reseptor adalah sel atau organ yang berfungsi menerima rangsang atau stimulus. Dengan alat ini
sistem saraf mendeteksi perubahan berbagai bentuk energi di lingkungan dalam dan luar. Setiap
reseptor sensoris mempunyai kemampuan mendeteksi stimulus dan mentranduksi energi fisik ke
dalam sinyal (impuls) saraf.
Menurut letaknya, reseptor dibagi menjadi :

Exteroseptor ; perasaan tubuh permukaan (kulit), seperti sensasi nyeri, suhu, dan raba
Proprioseptor ; perasaan tubuh dalam (getar, tekan, posisi), seperti pada otot, sendi, dan tendo.
Interoseptor ; perasaan tubuh pada alat-alat viscera atau alat-alat dalam (lapar, mual), seperti
jantung, lambung, usus, dll yang disalurkan melalui serat-serat afferent anatomic. (Bahrudin,
2014)

Menurut tipe atau jenis stimulus, reseptor dibagi menjadi :

Mekanoreseptor ; kelompok reseptor sensorik untuk mendeteksi perubahan tekanan,


memonitor tegangan pada pembuluh darah, mendeteksi rasa raba atau sentuhan. Letaknya di
kulit, otot rangka, persendn dna organ visceral.
Contoh reseptornya : corpus Meissner (untuk rasa raba ringan), corpus Merkel dan badan
Paccini (untuk sentuhan kasar dan tekanan).
Thermoreseptor ; reseptor sensoris unuk mendeteksi perubahan suhu.
Contohnya : bulbus Krause (untuk suhu dingin), dan akhiran Ruffini (untuk suhu panas).
Nociseptor ; reseptor sensorik untuk mendeteksi rasa nyeri dan merespon tekaan yang
dihasilkan oleh adanya kerusakan jaringan akibat trauma fisik maupun kimia.
Contoh reseptornya berupa akhiran saraf bebas (untuk rasa nyeri) dan corpusculum Golgi
(untuk tekanan).
Chemoreseptor ; reseptor sensorik untuk mendeteksi rangsang kimiwa, seperti : bu-bauan
yang diterima sel reseptor olfaktorius dalam hidung, rasa makanan yang diterima oleh sel
reseptor pengecap di lidah, reseptor kimiawi dalam pembuluh darah untuk mendeteksi
oksigen, osmoreseptor untuk mendeteksi perubahan osmolalitas cairan darah, glucoreseptor di
hipotalamus mendeteksi perubahan kadar gula darah.
Photoreseptor ; reseptor sensorik untuk mendeteksi perbahan cahaya, dan dilakukan oleh sel
photoreceptor (batang dan kesrucut) di retina mata.

Rasa gabungan (combined sensation)


Rasa gabungan atau dikenal juga dengan istilah rasa somestesia luhur adalah perasaan tubuh
yang mempunyai sifat diskriminatif dan sifat tiga dimensi. Rasa gabungan melibatkan komponen
kortikal yaitu lobus parietalis untuk menganalisis serta mensistesis tiap jenis perasaan,
mengkorelasi serta mangintegrasi impuls, mengenal dan menginterpretasi rangsang. Jadi yang

diutamakan disini adalah fungsi persepsi dan fungsi diskriminatif. Yang termasuk rasa gabungan
diantaranya yaitu :

Rasa diskriminasi ; rasa ini melibatkan kemampuan taktil dari kulit, dan terdiri dari :
diskriminasi intensitas (kemampuan menilai kekuatan stimulus, seperti tekanna benda ke
permukaan kulit), dan diskriminasi spasial atau diskrimisani dua titik (kemampuan
membedakan lokasi atau titik asal rangsang).
Barognosia ; kemampuan untuk mengenal berat benda yang dipegang.
Stereognosia ; kemampuan untuk mengenal bentuk benda dengan meraba, tanpa melihat.
Topognosia (topostesia) ; kemampuan untuk melokalisasi tempat dari rasa raba.
Grafestesia ; kemampuan untuk mengenal huruf atau angka yang ditulis pada kulit, dengan
mata tertutup. (Euis Heryati dkk, 2008)

(Netter, 2010)

(
Stephen, 2010)
Rangsangan pada reseptor (eksteroreseptor atau propioseptor) akan mengakibatkan
dicetuskannya impuls eksteroseptif atau propioseptif yang akan disalurkan ke lintasan sensorik
(afferent) melalui radiks dorsalis menuju medulla spinalis. Rangsangan raba disalurkan melalui
traktus spinotalamikus anterior, sedangkan rangsangan nyeri dan suhu melalui traktus
spinotalamikus lateralis. Lintasan protopatik langsung menyilang 1/2 segmen diatas atau
dibawah tempat masuk ke medulla spinalis.
Sedangkan rangsangan propioseptif (rasa getar, tekan, gerak, dan posisi sendi) disalurkan melalui
kolumna dorsalis/funikulus dorsalis di bagian posterior medulla spinalis, tidak langsung
menyilang ditempat masuk akan tetapi langsung naik keatas menuju nucleus gracilis dan
cuneatus dan baru menyilang membentuk lemniscus medialis. Semua lintasan tersebut
(protopatik/propioseptif) akan menuju ke talamus sisi kontralateral.
Organisasi sistem somatosensorik dilakukan berdasarkan tingkat pengontrolan oleh neuron
motorik tingkat tinggi (upper motor neuron (UMN): neuron corteks cerebri; ganglia basalis dan
cerebellum) dan neuron motorik tingkat rendah (lower motor neuron (LMN): kornu ventralis
medulla spinalis dan neuron motorik di batang otak) yang akan dipengaruhi oleh adanya
komando dari neuron yang lebih tinggi yang menerima umpan balik dari sistem sensorik. Pada
medulla spinalis terdapat interneuron yang akan menjadi penghubung terjadinya refleks yang
merupakan hasil dari koordinasi gerak dari satu atau kedua ekstremitas tubuh. Sistem motorik
pada medulla spinalis juga akan mengontrol otot dalam kontrol posisi tubuh, berjalan dan
bernafas. Korteks motorik terorganisir secara somatotopik yang berarti bahwa setiap bagian dari
efektor memiliki pusat kontrol yang berbeda pada korteks cerebri. Ganglia basalis dan
cerebellum merupakan daerah yang penting pada proses pengontrolan gerakan. Pengontrolan

gerakan dilakukan tidak dengan mengontrol LMN dan sirkuit lokal namun dengan cara
mengirimkan impuls ke UMN lain. Sistem somatomotorik menerima informasi dari system
sensorik tentang keadaan lingkungan, posisi dan orientasi tubuh dan ekstremitas serta tingkat
kontraksi otot sehingga dapat menyesuaikan dalam melakukan gerakan selanjutnya.
LMN akan mengirimkan akson yang membentuk sinapsis dengan otot skelet. Pada ujung akson
terjadi pengeluaran neurotransmiter yang akan diterima oleh reseptor pada otot skelet. Efek dari
ikatan neurotransmitter dan reseptornya tersebut adalah terjadinya kontraksi otot skelet. Pada
medulla spinalis badan sel LMN terletak pada cornu ventralis dan terorganisir secara
somatotopik. Bagian medial mengandung motor neuron yang menginervasi otot aksial atau
proximal sedangkan bangian lateral akan menginervasi otot yang lebih distal pada ekstremitas.
Pada tingkat ini juga terdapat sirkuit lokal yang akan menghubungkan system sensorik degan
neuron motorik pada tingkat yang sama.
Walaupun sirkuit lokal pada medulla spinalis dan batang otak dapat mengontrol gerakan secara
kasar, namun pengontrolan oleh UMN tetaplah penting dalam memproduksi gerakan yang
terkoordinasi secara halus terutama pada otot-otot bagian distal ekstremitas, otot lidah dan otot
wajah yang penting dalam berperilaku sehari-hari. Akson pada dua rangkaian jalur UMN akan
mempengaruhi sirkuit lokal pada pada medulla spinalis dan batang otak untuk memproduksi
gerakan. Jalur pertama berasal dari neuron di batang otak terutama pada nuklus vestibularis dan
formasi reticularis yang berpengaruh pada regulasi posisi tubuh. Formasi reticularis terutama
berperan penting pada kontrol feedforward posisi tubuh seperti ketika ada gerakan yang akan
mengantisipasi adanya perubahan pada stabilitas tubuh. Neuron pada nukleus vestibularis yang
akan diproyeksikan ke medulla spinalis berperan dalam feedback mekanisme regulasi posisi
tubuh seperti memproduksi gerakan yang ditimbulkan sebagai respon terhadap sinyal sensorik
yang mengindikasikan adanya perubahan posisi.
Sirkuit lokaJalur kedua pada UMN adalah yang berasal dari lobus frontalis dan melibatkan
proyeksi dari korteks motorik dan area premotor. Korteks premotorik berperan dalam
perencanaan dan pemilihan gerakan sedangkan korteks motorik berperan dalam eksekusi rencana
tersebut. Selain langsung memberikan sinyal ke sirkuit lokal di medulla spinalis dan batang otak,
korteks motorik juga mempengaruhi gerakan dengan memberikan sinyal secara tidak langsung
melalui sinyal ke UMN di batang otak (red nucleus dan formasi reticularis) yang kemudian akan
memberi pengaruh ke LMN.
Refleks
Setiap gerakan memerlukan kerja dari banyak otot skelet. Proses menghubungkan kontraksi
berbagai otot yang independen tersebut sehingga mereka dapat bekerja menghasilkan suatu
gerakan bersama disebut kordinasi motorik. Koordinasi motorik terjadi dengan adanya sirkuit
yang menghubungkan sistem somasensorik dengan sistem somatomotorik. Yang paling
sederhana adalah refleks. Sirkuit saraf yang bertanggungjawab pada refleks spinal ada pada

medulla spinalis sendiri. Refleks spinal juga sangat bermanfaat dalam diagnosis klinis karena
dapat digunakan untuk mengetahui adanya kelainan pada medulla spinalis.
Penamaan refleks sering kurang sistematik. Refleks dapat dinamakan dengan pusat refleks
seperti refleks spinal atau refleks bulbar (bulbus = batang otak). Kadang suatu refleks dinamakan
sesuai dengan stimulus yang menimbulkannya (seperti refleks regangan, refleks nociceptive)
atau sesuai dengan efektor (seperti refleks fleksor, refleks ekstensor). Nama organ yang diberi
stimulus (refleks cornea, refleks tendon) juga kadang digunakan untuk menyebut suatu refleks.
Refleks juga dapat dibagi mehjadi refleks monosinaptik dan refleks polisinaptika. Refleks
monosinaptika adalah refleks yang diproduksi oleh sirkuit dua neuron dengan hubungan tunggal
antara neuron sensorik aferen dengan neuron motorik. Contohnya adalah refleks regangan.
penamRefleks regangan merupakan sirkuit monosinaptik dengan koneksi antara serabut sensorik
dari spindle otot dan motor neuron alpha yang menginervasi otot yang yang sama atau yang
sinergis. Cabang yang lain akan mengeksitasi interneuron yang akan menginhibisi neuron
motorik yang menginervasi otot antagonis. Contoh yang paling dikenal adalah refleks patella.
Adanya pukulan pada tendon akan menghasilkan regangan pada tendon otot ekstensor sendi lutut
dan stimulus tersebut akan dideteksi oleh reseptor sensorik pada otot yang akan mengirmkan ke
medulla spinalis. Pada medulla spinalis membentuk sinapsis dan mengeksitasi neuron motorik
yang akan menginervasi otot yang sama (ekstensor). Neuron sensorik juga akan mengeksitasi
interneuron yang akan menginhibisi neuron motorik yang menginervasi otot antagonis (fleksor).
Hasilnya adalah stimulasi kontraksi otot ekstensor dan inhibisi kontraksi otot fleksor. Sebagian
besar refleks merupakan refleks polisinaptika melibatkan satu atau lebih interneuron yang
menerima input dari lebih dari satu sumber. Contohnya adalah refleks fleksor. Refleks fleksor
distimulasi oleha danya stimulus nyeri. Adanya stimulus nyeri pada kaki kanan misalnya akan
dikirimkan ke medulla spinalis dan mengeksitasi interneuron pada sisi ipsilateral yang kemudian
akan menginhibisi neuron motorik yang menginervasi otot ekstensor ipsilateral dan mengeksitasi
neuron motorik yang menginervasi otot fleksor ipsilateral. Cabang neuron sensorik akan
mengeksitasi interneuron pada sisi kontralateral yang akan mengeksitasi neuron motorik yang
menginervasi otot ekstensor kontralateral dan menginhibisi neuron motorik yang menginervasi
otot fleksor kontralateral. Hasilnya adalah terangkatnya kaki kanan dan ekstensi sendi lutut kaki
kiri untuk memberikan topangan yang kuat bagi tubuh supaya tidak jatuh karena terangkatnya
kaki kanan. Adanya interneuron yang menerima input dari banyak sumber memungkinkan
terjadinya modifikasi dari otak dan input aferen lain yang dapat memodifikasi ekspresi refleks.
Modulasi dari supraspinalis akan membuat ekspresi refleks tidak terjadi. Sebagian besar serabut
saraf yang berasal dari supraspinal akan membentuk sinapsis dengan interneuron termasuk
traktus pyramidalis sehingga akan dapat mengkoordinasikan gerakan yang diinervasi oleh motor
neuron pada level tersebut lebih baik dibandingkan bila langsung membentuk sinapsis dengan
neuron motorik itu sendiri.
Ganglia basalis

Ganglia basalis merupakan istilah yang merujuk pada daerah yang luas dan berbeda secara
fungsional yang terdapat pada daerah cerebrum bagian dalam. Ganglia basalis merupakan
substansia grisea pada cerebrum diluar korteks cerebri. Neuron yang memiliki fungsi dalam
kontrol motorik terdapat pada corpus striatum dan globus pallidus. Corpus striatum yang
merupakan daerah yang terluas dan dapat dibagi menjadi caudate dan putamen. Dua daerah
tambahan yaitu substansia nigra pada midbrain dan nukleus subthalamik pada thalamus juga
merupakan daerah yang terkait dengan fungsi ganglia basalis sehingga juga akan diikutkan
dalam pembahasan. Daerah-daerah tersebut akan membentuk sirkuit subcortikal yang akan
menghubungkan korteks motorik dengan neuron UMN di batang otak. Neuron pada sirkuit ini
akan memberikan sinyal sebagai antisipasi suatu gerakan dan efeknya pada UMN akan
diperlukan dalam inisiasi gerakan volunter. Kontribusi basal ganglia pada kontrol motorik
terlihat dari adanya defisit yang merupakan hasil dari kerusakan pada komponennya Jika ada
kerusakan pada ganglia basalis maka pasien tersebut tidak dapat mengkoordinasi mulainya
gerakan baru dan selesainya gerakan sebelumnya.
Sirkuit dasar pada ganglia basalis adalah serabut saraf dari korteks motorik akan mengeksitasi
neuron di corpus striatum yang kemudian megirim sinyal inhibisi ke globus pallidus dan
substansia nigra pars reticulata. Neuron dari kedua daerah tersebut akan mengimkan sinyal
inhibisi ke thalamus yang justru akan mengirim sinyal eksitasi ke korteks motorik. Neuron eferen
dari ganglia basalis mempengaruhi UMN pada korteks dengan membuat gerbang informasi yang
menyeleksi impuls melalui relai dari thalamus.

(elisa,2011)
Dalam keadaan tidak ada gerakan maka maka neuron pada striatum tidak emndapat input dari
korteks. Dalam keadaan ini neuron globus pallidus memproduksi sinyal inhibitorik yang akan
menghambat penerusan sinyal dari neuron eksitatorik pleh neuron pada ventral lateral dan
anterior (VA/VL) thalamus. Bila ada gerakan tubuh maka neuron korteks motorik akan
memberikan sinyal juga ke neuron pada striatum. Jika neuron pada striatum tereksitasi maka
akan timbul inhibisi terhadap neuron di globus pallidus sehingga tidak akan menginhibisi neuron

VAA/L thalamus (disinhibisi). Dengan demikiansir neuron di thalamus tersebut dapat


meneruskan sinyal dari neuron eksitatorik sehingga terjadi eksitasi neuron pada korteks motorik
yang kemudian dapat memproduksi sinyal ke LMN sehingga akan terjadi gerakan. Disfungsi
ganglia basalis akan menyebabkan hilangnya inhibisi normal pada keadaan tidak ada gerakan
volunter. Hal tersebut menimbulkan eksitabilitas berlebihan pada UMN sehingga terjadi gerakan
involunter yang dapat diamati sebagai gejala kelainan pada ganglia basalis seperti pasien yang
menderita penyakit Hutington dan Parkinson.
Cerebellum
Cerebellum terdiri dari korteks dan medulla. Pada korteks terdapat 3 lapisan yaitu stratum
moleculare yang berisi neuron stelatus dan neuron basket disamping sinaosis yang dibentuk oleh
dendrit sel Purkinje dengan serabut dari climbing fibers dan serabut paralel dari sel granular.
Dibawahnya terdapat stratum sel Purkinje yang berisi satu lapis badan sel Purkinje. Di bawah
lapisan tersebut terdapat lapisan tebal sel granular yang meurpakan neuron berukuran kecil.
Selain neuron pada lapisan granular semua neuron yang badan selnya ada di korteks cerebellum
merupakan neuron yang bersifat inhibitorik. Pada medulla cerebellum terdapat substansia alba
yang berisi serabut saraf dan pada pangkal cerebellum terdapat kumpulan badan sel neuron yang
disebut deep cerebellar nuclei yang merupakan sumber output dari cerebellum. Deep cerebellar
nuclei menerima inout dari sel Purkinje.
Cerebellum menerima input dari daerah korteks cerebri yang merencanakan dan menginisiasi
gerakan yang kompleks. Cerebellum juga menerima inervasi dari sistem sensorik yang
memonitor gerakan. Adanya pengaturan tersebut menjadikan cerebellum menjadi pusat
koordinasi motorik dengan adanya informasi dari gerakan yang sedang dilakukan dan yang akan
dilakukan sehingga akan mengurangi terjadinya kesalahan dalam memproduksi gerakan
selanjutnya.
Proses belajar motorik terjadi karena adanya climbing fibers yang datang dari nukleus olivarius
inferior yang membuat kontak dengan dendrit sel Purkinje di korteks cerebellum. Informasi dari
climbing fibers memodulasi keefektivan input sekunder ke sel Purkinje yang datang dari serabut
paralel sel granular. Sel granular menerima input tentang gerakan yang akan dilakukan melalui
mossy fibers dari berbagai sumber termasuk dari jalur cortico-ponto-cerebelar. Output dari
cerebellum berasal dari sel Purkinje dengan relai informasi ke deep cerebellar nuklei dan
diteruskan ke berbagai upper motor neuron yaitu red nukleus, nukleus vestibularis, colliculus
superior, formasi reticularis dan korteks motorik visirkua relai di thalamus.

4. Mahasiswa mampu mengetahui apa saja fungsi proprioseptik dan eksteroseptik.


G. Tinjauan Pustaka
1. Gerak Refleks

Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap
rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa
dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya
berkedip, bersin, atau batuk.
Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari
reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh
set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf
motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung
refleks. Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada
di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks
sumsum tulang belakang bila set saraf penghubung berada di dalam sumsum tulang belakang
misalnya refleks pada lutut.
Unit dasar setiap kegiatan reflex terpadu adalah lengkung reflex. Lengkung reflex ini terdiri
dari alat indra, serat saraf aferen, satu atau lebih sinaps yang terdapat di susunan saraf pusat atau
di ganglion simpatis, serat saraf eferen, dan efektor. Pada mamalia, hubungan (sinaps) antara
neuron somatil aferen dan eferen biasanya terdapat di otak atau medulla spinalis. Serat neuron
aferen masuk susunan saraf pusat melalui radiks dorsalis medulla spinalis atau melalui nervus
kranialis, sedangkan badan selnya akan terdapat di ganglion-ganglion homolog nervi kranialis
atau melalui nervus cranial yang sesuai. Kenyataan radiks dorsalis medulla spinalis bersifat
sensorik dan radiks ventralis bersifat motorik dikenal sebagai hokum Bell-Magendie.
Kegiatan pada lengkung reflex dimulai di reseptor sensorik, sebagai potensial reseptor yang
besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Potensial reseptor ini akan membangkitkan potensial
aksi yang bersifat gagal atau tuntas, di saraf aferen. Frekuensi potensial aksi yang terbentuk akan
sebanding dengan besarnya potensial generator. Di system saraf pusat (SSP), terjadi lagi respons
yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang, berupa potensial eksitasi pascasinaps
(Excitatory Postsynaptic Potential=EPSP) dan potesial inhibisi postsinaps (Inhibitory
Postsynaptic Potential=IPSP) di hubungan-hubungan saraf (sinaps). Respon yang timbul di serat
eferen juga berupa repons yang bersifat gagal atau tuntas. Bila potensial aksi ini sampai di
efektor, terjadi lagi respons yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Bila efektornya
berupa otot polos, akan terjadi sumasi respons sehingga dapat mencetuskan potensial aksi di otot
polos. Akan tetapi, di efektor yang berupa otot rangka, respons bertahap tersebut selalu cukup
besar untuk mencetuskan potensial aksi yang mampu menghasilkan kontraksi otot. Perlu
ditekankan bahwa hubungan antara neuron aferen dan eferen biasanya terdapat di system saraf
pusat, dan kegiatan di lengkung reflex ini dapat dimodifikasi oleh berbagai masukan dari neuron
lain yang juga bersinaps pada neuron eferen tersebut.
Lengkung reflex. Paling sederhana adalah lengkung reflex yang mempunyai satu sinaps
anatara neuron aferen dan eferen. Lengkung reflex semacam itu dinamakan monosinaptik, dan
reflex yang terjadi disebut reflex monosinaptik. Lengkung reflex yang mempunyai lebih dari satu
interneuron antara neuron afern dan eferen dinamakan polisanptik, dan jumlah sinapsnya antara
2 sampai beberapa ratus. Pada kedua jenis lengkung reflex, terutama pada lengkung reflex

polisinaptik. Kegiatan refleksnya dapat dimodifikasi oleh adanya fasilitas spasial dan temporal,
oklusi, efek penggiatan bawah ambang (subliminal fringe), dan oleh berbagai efek lain.
Bila suatu otot rangka dengan persarafan yang utuh direnggangkan, akan timbul kontraksi.
Respons ini disebut reflex renggang. Rangsangannya adalah regangan pada otot, dan responnya
berupa kontraksi otot yang direnggangkan. Reseptornya adalah kumparan otot (muscle spindle).
Impuls yang timbul akibat peregangan kumparan otot yang dihantarkan ke SSP melalui seraserat sensorik cepat yang langsung bersinaps dengan neuron motorik otot yang teregang itu.
Neurotransmitter di sinaps yang berada di SSP ini adalah glutamate. Reflex-refleks regang
merupakan contoh reflex monosimpatik yang paling dikenal dan paling banyak diteliti.
Jika suatu otot keseluruhan diregangkan secara pasif, serat-serat intrafusal di dalam
gelendong-gelendong otot juga teregang, terjadi peningkatan pembentukan potensial aksi di serat
saraf aferen yang ujung-ujung sensoriknya berakhir di serat-serat gelendong yang teregang
tersebut. Neuron aferen secara langsung bersinaps dengan neuron motorik alfa yang
mempersarafi serat-serat ekstrafusal otot yang sama, sehingga terjadi kontraksi otot itu. Refleks
regang (stretch reflex) ini berfungsi sebagai mekanisme umpan balik negative untuk menahan
setiap perubahan pasif panjang otot, sehingga panjang optimal dapat dipertahankan.
Contoh klasik reflex regang adalah reflex tendon patella atau knee-jerk reflex. Otot- otot
ekstenson lutut adalah kuadriseps femoris, yang membentuk anterior paha dan melekat ke tibia
(tulang kering) tepat di bawah lutut melalui tendon patella. Pengetukan tendon ini dengan sebuah
palu karet akan secara pasif meregangkan otot-otot kuadriseps dan mengaktifkan reseptorreseptor gelendongnya. Reflex regang yang terjadi menimbulkan kontraksi otot ekstensor ini,
sehingga lutut mengalami ekstensi dan mengangkat tungkai bawah dengan cara yang khas.
Pemeriksaan ini dilakukan secara rutin sebagai penilain pendahuluan fungsi system saraf. Reflex
patella yang normal mengindikasikan dokter bahwa sejumlah komponen saraf dan ototgelendong otot, masukan aferen, neuron motorik, keluaran eferen taut neuromuskulus, dan otot
itu sendiri-berfungsi normal. Reflex ini juga mengindikasikan adanya keseimbangan antara
masukan eksitorik dan inhibitorik ke neuron motorik dari pusat-pusat yang lebih tinggi di otak.
Tujuan utama reflex regang adalah menahan kecenderungan peregangan pasif otot-otot
ekstensor yang ditimbulkan oleh gaya gravitasi ketika seseorang berdiri tegak. Setiap kali sendi
lutut cenderung melengkung akibat gravitasi, otot-otot kuadriseps teregang. Kontraksi yang
terjadi pada otot ekstensor ini akibat reflex regang dengan cepat meluruskan lutut, menahan
tungkai tetap terkstensi, sehingga orang yang bersangkutan tetap berdiri tegak.
Stretch dinamis dan statis Stretch Reflex. Itu refleks regangan dapat dibagi menjadi dua
komponen: refleks peregangan dinamis dan reflex regangan statis. Dinamis adalah menimbulkan
refleks regangan oleh menimbulkan sinyal dinamis ditularkan dari indra utama akhiran dari
spindle otot, yang disebabkan oleh peregangan cepat atau unstretch. Artinya, ketika tiba-tiba otot
diregangkan atau teregang, sinyal kuat ditularkan ke sumsum tulang belakang; ini seketika kuat
menyebabkan refleks kontraksi (atau penurunan kontraksi) dari otot yang sama dari sinyal yang
berasal. Jadi, fungsi refleks untuk menentang perubahan mendadak pada otot panjang. Refleks
regangan yang dinamis berakhir dalam fraksi detik setelah otot telah menggeliat (atau awalnya)
untuk panjang baru, tetapi kemudian yang lebih lemah statis refleks regangan terus untuk waktu

yang lama setelahnya. Refleks ini diperoleh oleh statis terus-menerus sinyal reseptor ditularkan
oleh kedua primer dan endings.The sekunder pentingnya peregangan statis refleks adalah bahwa
hal itu menyebabkan tingkat kontraksi otot tetap cukup konstan, kecuali jika sistem saraf
seseorang secara spesifik kehendak sebaliknya. Yang sangat penting fungsi dari refleks regangan
adalah kemampuannya untuk mencegah osilasi atau sentakan pada pergerakan mesin tubuh. Ini
adalah fungsi meredam dam memperlancar seperti yang dijelaskan dalam paragraf berikut.
Sinyal dari sumsum tulang belakang sering ditularkan ke otot dalam bentuk unsmooth,
meningkatkan intensitas untuk beberapa milidetik, kemudian menurun intensitas, kemudian
mengubah tingkat intensitas lain, dan begitu seterusnya.

Daftar Pustaka
Bahrudin, Mochamad. 2014. Neuroanatomi dan Aplikasi Klinis Diagnosis Topis. Malang : UMM
Press.
Heryati, Euis, dkk. 2008. Diktat Kuliah Psikologi Faal. Bandung : Universitas Pendidikan
Indonesia.
Elisa, 2011. Sistem Saraf dan Indra kode. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada
Kuntarti. 2010. Anatomi Sistem Saraf. Jakarta : Docudesk.
Mahar Marjono.2008.NeurologiKlinisDasar, Jakarta:Dian Rakyat Jakarta.
Netter F.H., Craig John A, Perkins James. 2002. Atlas of Neuroanatomy and Neurophysiology.
USA : Icon Custom Communications.
Smeltzer, C.S., Bare, G.B., (2001). Buku ajar keperawatan medical bedah Brunner &Suddarth,
Edisi 8, Volume 3. Jakarta: EGC.
Stephen G.W. 2010. Clinical Neuroanatomy 26th Edition. New York : Mc Graw Hill Medical

Anda mungkin juga menyukai