Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Oral Hygiene adalah tindakan yang ditujukan untuk menjaga
kontinuitas bibir, lidah dan membran mukosa mulut, mencegah terjadinya
infeksi rongga mulut serta mempertahankan kelembaban membran mukosa
mulut dan bibir ( American Dental Hygienist Assosiation, 2008 ). Dengan
tujuan mencegah penyakit pada mulut dan gigi, mencegah penyakit yang
penularannya melalui mulut, meningkatkan pertahanan tubuh terhadap
infeksi dan mempertahankan fungsi mulut untuk meningkatkan nafsu
makan (Khonet al, 2003).
Mulut yang sehat meliputi kebersihan, kenyamanan dan kelembabannya
dan perawatan mulut yang tepat dapat mencegah terjadinya penyakit mulut
dan kerusakan gigi. Oleh karena itu perawatan mulut harus dilakukan
dengan teratur dan setiap hari sehingga kebersihan rongga mulut dapat
dipertahankan. Adapun dampak yang dapat ditimbulkan oleh kebersihan
mulut

yang

kurang

adalah

penyakit

gigi

dan

mulut,

halitosis,

berkembangnya mikroorganisme yang dapat memperburuk penyakit klien


dan status gizi buruk pada rongga mulut (Potter dan Perry, 2006).
Klien yang dirawat di rumah sakit apalagi dalam perawatan yang
lama sangat perlu dilakukan perawatan mulut. Perawatan mulut diperlukan
pada klien yang terpasang oksigen, ventilator, terpasang Naso Gastrik Tube
(NGT), klien tidak sadar dan klien yang memiliki keterbatasan aktivitas.
Pada klien yang tidak mampu melakukan perawatan mulut secara mandiri
inilah yang harus mendapatkan bantuan dari perawat untuk merawat
mulutnya (Potter dan Perry,

2006). Pada klien yang tidak sadar lebih

rentan terhadap kekeringan sekresi saliva karena tidak makan dan minum
melalui mulut, sering bernafas melalui mulut dan menggunakan terapi
oksigen. Klien yang tidak sadar juga tidak dapat menelan sekresi saliva

yang menggumpal di mulut dimana sekresi ini sering terdiri dari bakteri
gram-negatif yang dapat menyebabkan pneumonia ( Kozier dan Erbs,
2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Beraldo dan Andrade dari University
of sao Paulo,Brazil tahun 2008, mengatakan bahwa pneumonia dapat
terjadi karena saliva yang tertinggal dimulut akan masuk kedalam paruparu yakni terjadi aspirasi sekresi ke dalam saluran pernafasan bagian
bawah atau refluks pada saluran pencernaan dimana terdapat kolonisasi
bakteri di orofaring dan saluran cerna, agen bakteri yang ditemukan adalah
basil gram-negatif yakni pseudomonas aeruginosa, Acinebacter dan
Staphylococcus. Perawatan mulut dapat dilakukan dengan berbagai macam
cara sesuai dengan kebutuhan klien dan melihat kondisi dari klien itu
sendiri misalnya klien dalam keadaan sadar dilakukan perawatan dengan
menggunakan sikat gigi, menggunakan benang gigi dan klien dalam
keadaan yang tidak sadar dan lemah dapat pula dilakukan perawatan mulut.
Untuk klien dengan menggunakan gigi palsu dapat dilakukan perawatan
seperti pada pelaksanaan menyikat gigi karena gigi palsu sama seperti gigi
alami dapat menjadi tempat berkembangnya mikroorganisme bila tidak
dilakukan perawatan (Kozier dan Erbs 2009 ).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Abidia RF dari Riyadh
University of Saudi Arabia (2007), menjelaskan bahwa klien yang dirawat
di ruang ICU perlu dilakukan perawatan mulut dan perawat tanpa
pengetahuan yang cukup dalam perawatan mulut tidak dapat melaksanakan
dengan baik. Pelaksanaan oral hygiene perawat di ruang Intensif Care Unit
(ICU) tercatat masih sangat kurang sehingga perlu adanya pedoman atau
standar pelaksanaan kebersihan mulut yang sudah di rekomendasikan untuk
dilakukan, sedangkan frekuensi pelaksanaan oral hygiene dilihat dari
kondisi klien dan dilakukan setiap hari atau setiap dua belas jam.
Penelitian dilakukan di Singapura oleh Chan EY dan Hui-Ling Ng I tahun
2011 tentang perawatan mulut yang dilaksanakan perawat kepada klien
yang dalam kondisi kritis bahwa perawat tidak memilki pengetahuan yang

memadai terkait dengan perawatan mulut Karena pengetahuan perawat


yang dipelajari hanya pada pendidikan perawatan dasar. Pengetahuan yang
seperti ini belum dapat mempersiapkan perawat dalam melakukan
perawatan mulut klien dengan sakit kritis.
Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Amalia, et al tahun 2009
di RS Dr. Saiful Anwar Malang, mengatakan bahwa pelaksanaan oral
hygiene oleh perawat dari 13 responden, 8 orang melaksanakan tindakan
oral hygiene dengan baik, 4 orang yang melaksanakan tindakan oral
hygiene kurang tepat dan 1 orang melaksanakan oral hygiene tidak tepat
dan perawat juga kurang memperhatikan tehnik aseptik dan antiseptik tidak
mematuhi SOP dan tidak mengetahui cara melakukan tindakan. Selain itu
penelitian yang dilakukan oleh Rosyid, di RSI Darus Syifa,Surabaya tahun
2009, mengatakan bahwa dari 29 responden yang diteliti tingkat
pengetahuannya adalah pengetahuan perawat dalam kategori baik sekitar
20,7% atau 6 orang,kategori cukup sekitar 58,6% atau 17 orang dan
kategori kurang sekitar 20,7% atau 6 orang. Menurut Kozier dan erbs
(2009), untuk klien yang tidak sadar atau lemah perlu perawatan oral
hygiene yang khusus dan frekuensi pelaksanaannya berbeda-beda setiap
praktek institusi tergantung bagaimana kondisi kesehatan mulut klien
sehingga oral hygiene diperlukan setiap dua sampai delapan jam. Adapun
hasil dari pelaksanaan oral hygiene tidak terlihat dalam beberapa hari
sehingga perlu dilakukan berulang-ulang untuk mendapatkan kebersihan
mulut sesuai yang diharapkan (Potter dan Perry, 2006). Dari data yang
diperoleh di Rumah Sakit pelamonia Makassar di ruang Intensif Care Unit
(ICU) melalui perawat yang bekerja di ruangan tersebut mengatakan bahwa
pelaksanaan oral hygiene belum rutin dilakukan setiaphari dan hanya pada
klien yang memiliki oral hygiene yang buruk dilakukan oral hygiene. Pada
penderita

yang

mengalami

gangguan

penurunan

kesadaran

dapat

menyebabkan imobilitas fisik, gangguan menelan makanan lewat mulut


sehingga dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya peradangan selaput
lendir mulut (Stevens, 2003).

Penderita yang mengalami gangguan menelan makanan diberikan


melalui selang, sehingga ludah jarang mengalami pergantian yang
memudahkan terbentuknya koloni mikroflora oral komensal, apabila
dibiarkan keadaan tersebut dapat mendorong terjadinya infeksi rongga
mulut (Tasota, 2001). Oral Hygiene dalam kesehatan gigi dan mulut
sangatlah penting, beberapa masalah mulut dan gigi bisa terjadi karena kita
kurang menjaga kebersihan mulut dan gigi. Kesadaran menjaga oral
hygiene sangat perlu dan merupakan obat pencegah terjadinya masalah gigi
dan mulut yang paling manjur (Perry dan Potter, 2005).
Oral hygiene merupakan salah satu tindakan yang diperlukan untuk
menjaga agar mulut terhindar dari infeksi, membersihkan dan menyegarkan
mulut (Clark, 2003). Juga berdasarkan pengalaman pribadi banyak orang,
menurut (Wolf, 2006), tidak ada obat pencuci mulut, penyegar nafas, salep
atau pasta yang dapat menggantikan usaha membersihkan rongga mulut
secara menyeluruh dan sistematis. Pada penderita tersebut juga disertai
defisit neurologis dari yang ringan sampai yang berat termasuk gangguan
pemenuhan kebutuhan diri (Activity Daily Living). Penderita yang
mengalami penurunan kesadaran dan gangguan neuromuskuler (Doengoes,
2000).
Untuk mengoptimalkan pelaksanaan oral hygiene tersebut perlu
diberlakukan prosedur tetap pelaksanaan oral hygiene, menciptakan
lingkungan yang kondusif terhadap pelaksanaan oral hygiene, penyegaran
tentang oral hygiene dan penyajian kasus secara rutin untuk mengetahui
berbagai kekurangan dalam pemberian asuhan keperawatan. Pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya meningkatkan
kesehatan. Salah satu penyebab seseorang mengabaikan masalah kesehatan
gigi dan mulutnya adalah faktor kurang pengetahuan tentang kebersihan
gigi dan mulut. Masalah kesehatan gigi dan mulut seperti karies,
gingivitis, radang dan stomatitis pada kelompok usia dewasa menjadi
perhatian yang penting dalam pembangunan kesehatan salah satunya
disebabkan oleh rentannya kelompok usia dewasa dari gangguan

kesehatan

gigi

dan

mulut.

Hal

itu

dilandasi

oleh

kurangnya

pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya pemeliharaan gigi dan


mulut. World Health Organisation (WHO) dalam The Worldn Oral
Health Report. Menyatakan bahwa di indonesia terdapat peningkatan
prevalensi edentulousness yang mencapai 24% yang diakibatkan kurangnya
menjaga kebersihan gigi dan mulut

dengan rata-rata umur di atas 65

tahun, dan penduduk indonesia yang menderita gangguan kesehatan


gigi dan mulut masih mencapai 90%. dan penduduk Indonesia yang
menderita gangguan kesehatan gigi dan mulut masih mencapai 90%.
Penelitian Denloye di Nigeria pada anak berumur 13 - 15 tahun yang
dituangkan dalam jurnalnya membuktikan bahwa besar Debris Indeks
(DI) mencapai 1,57 dan besar Kalculus Indeks (CI) mencapai 1,48
dengan rata rata Oral Hygiene Index Status (OHI-S) untuk laki - laki
mencapai 3,09 orang dan untuk perempuan mencapai 2,94 orang yang
tergolong ringan sampai sedang.Oral Hygiene dalam kesehatan gigi
dan mulut sangatlah penting, karena masalah mulut dan gigi bisa
terjadi akibat kurang menjaga kebersihan mulut dan gigi. Kesadaran
menjaga oral hygiene sangat perlu dan merupakan obat pencegah
terjadinya masalah gigi dan mulut yang paling manjur (perry dan
potter, 2005).
Oral hygiene merupakan tindakan yang mutlak dilakukan oleh
perawat (Wolf, 2002). Di RSUD Abepura tindakan tersebut dilakukan
dengan optimal, tetapi perawat melakukan tindakan oral hygiene hanya
pada pasien yang tidak sadar, sedangkan pasien yang sadar tindakan oral
hygiene biasanya melibatkan keluarga pasien, peran perawat sebagai
Penatalaksanaan tindakan oral hygiene tersebut perlu diberlakukan
prosedur tetap, untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi
penderita dan untuk mengoptimalkan secara rutin, untuk mengetahui
berbagai kekurangan dalam pemberian asuhan keperawatan.
Pengetahuan merupakan landasan utama dan penting bagi tenaga
kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Perawat sebagai tenaga

kesehatan yang memiliki tanggung jawab utama dalam pelayanan


keperawatan serta pelaksanaan asuhan keperawatan yang holistic dan
komprehensif di tuntut memiliki pengetahuan yang tinggi dalam profesi
keperawatan termasuk pencegahan terhadap kejadian oral hygiene (Moore
dan Patricia, 2004).
Sikap yang dimiliki perawat merupakan respon batin yang timbul dan
diperoleh berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan dan sikap
akan

sangat

mempengaruhi

perilaku

seseorang

(Azwar,

2005).

Pengetahuan, sikap, dan perilaku seharusnya berjalan sinergis Karena


terbentuknya perilaku baru akan dimulai dari domain kognitif atau
pengetahuan yang selanjutnya akan menimbulkan respon batin dalam
bentuk sikap dan akan dibuktikan dengan adanya tindakan, perilaku atau
praktek agar hasil dan tujuan menjadi optimal sesuai yang diharapkan,
akan tetapi pengetahuan dan sikap tidak selalu akan diikuti oleh adanya
tindakan atau perilaku (Notoatmodjo, 2002).
Berdasarkan studi literatur terdahulu, peneliti tertarik untuk
melakukan Penelitian tentang Gambaran Pengetahuan dan Sikap Perawat
Dalam Penatalaksanaan Tindakan Oral Hygiene di Ruang Perawatan Bedah
dan Perawatan Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Abepura.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah
penelitian Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Perawat
Dalam Penatalaksanaan Tindakan Oral Hygiene Di Ruang Perawatan
Bedah Dan Perawatan Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah
Abepura

1.3 Tujuan Penelitian


1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap perawat dalam
Penatalaksanaan Tindakan Oral Hygiene di Ruang Perawatan Bedah
dan Perawatan Penyakit dalam Rumah Sakit Umum Daerah Abepura.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui

karakteristik

umur,

jenis

kelamin, dan pendidikan,

Pekerjaan, Perawat dalam Penatalaksanaan Tindakan Oral Hygiene di


Ruang Perawatan Bedah dan Perawatan Penyakit dalam Rumah Sakit
Umum Daerah Abepura.
b. Mengetahui gambaran pengetahuan perawat dalam penatalaksanaan
tindakan Oral Hygiene di Ruang Perawatan Bedah dan Perawatan
Penyakit dalam Rumah Sakit Umum Daerah Abepura.
c. Mengetahui gambaran sikap perawat dalam penatalaksanaan tindakan
Oral Hygiene Di Ruang Perawatan

Bedah

dan Perawatan Penyakit

Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Abepura.


1.4 Manfaat Penelitian
1.

Bagi Dinas Kesehatan


Sebagai masukan bagi dinas kesehatan dan instansi lainnya dalam
usaha meningkatkan pelayanan perawatan bagi pasien.

1 Bagi Perawat
Meningkatkan pengetahuan dan tanggung jawab perawat terhadap
pelaksanaan tindakan oral hygiene.
2

Bagi Peneliti
Dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan peneliti keperawatan
dalam bidang penelitian selanjutnya.

1.5 Keaslian Penelitian


Terdapat beberapa hasil penelitian yang serupa, diantaranya penelitian
dengan judul Gambaran Pelaksanaan Tindakan Oral Hygiene Pada
Pasien Stroke Di Rsud Massenrempulu Kabupaten Enrekang Penelitian
ini dilakukan oleh Suyatmi pada tahun 2013. Penelitian tersebut
menggunakan desain penelitian deskripsi dengan menggunakan sampel
penelitian pasien stroke yang dirawat di ruang interna dan ICU.
Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh Elim Safrina Tresia
Randubada ,2012

dengan

judul Gambaran Pengetahuan Dan

Pelaksanaan Oral Hygiene Oleh Perawat Di Ruang Perawatan Intensif


Care Unit (Icu) Rumah Sakit TK. II Pelamonia Makassar . Desain
penelitian ini berupa deskriptif. Sampel yang digunakan dalam penelitian
tersebut adalah seluruh perawat yang bekerja/bertugas di ruang intensif
care unit (ICU) Rumah Sakit TK II Pelamonia Makassar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Perilaku


1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
melalui pancaindera manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan
telinga (Notoatmodjo, 2003 ). Pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu:
a

Tahu (know) yaitu kemampuan mengingat suatu materi yang telah


dipelajari sebelumnya.

Memahami (comprehension) yaitu kemampuan untuk menjelaskan


secara

benar

tentang

objek

yang

diketahui,

dan

dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.


c

Aplikasi (application) yaitu kemampuan untuk menggunakan materi


yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

Analisis (analysis) yaitu kemampauan untuk menjabarkan materi atau


suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Sintesis (synthesis) yaitu kemampuan untuk menghubungkan bagianbagian materi menjadi suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan
kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi yang telah ada.

Evalusi (evaluation) yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau


penilaian terhadap suatu objek atau materi.

2. Sikap
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007 ).
Seperti halnya sikap menurut (Notoatmodjo, 2007). Sikap terdiri
dari berbagai tingkat yaitu:
1. Menerima (receiving)
Menerima di artikan bahwa orang mau dan mempertahankan stimulus
yang di berikan.
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila di tanya,mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang di berikan.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suaatu
masalah.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan
segala risiko meruapkan siksp yang paling tinggi. Pengukuran sikap
dapat dilakukan dengan secara langsung dan tidak langsung. Secara
langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pertanyaan
responden terhadap suatu objek. Secara langsung tidak dilakukan
dengan pertanyan-pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat
responden.

2.2 Konsep Oral Hygiene


1

Pengertian Oral Hygiene


Oral Hygiene dalam kesehatan gigi dan mulut sangatlah
penting, beberapa masalah

mulut dan gigi bisa terjadi karena kita

10

kurang menjaga kebersihan mulut dan gigi. Kesadaran menjaga oral


hygiene sangat perlu dan merupakan obat pencegah terjadinya
masalah gigi dan mulut yang paling manjur. Oral hygiene merupakan
tindakan

untuk membersikan dan menyegarkan mulut, gigi dan gusi

( Clark, 2005 ).
Menurut (Taylor et al 2000), oral hygiene adalah tindakan yang
di tujukan untuk :
a. Menjaga kontiunitas bibir, lidah dan mukosa membrane mulut
b. Mencegah terjadinya infeksi rongga mulut dan
c. Melembabkan mukosa membrane mulut dan bibir.
Sedangkan Menurut (Clark 2005), oral hygiene bertujuan untuk :
a. Mencegah penyakit gigi dan mulut.
b. Mencegah penyakit yang penularannya melalui mulut.
c. Mempertinggi daya tahan tubuh dan.
d. Memperbaiki fungsi mulut untuk meningkatkan nafsu makan.
Pada penderita yang tidak berdaya perawat tidak boleh lupa
memberikan perhatian khusus pada mulut penderita. Pengumpulan
lendir dan terbentuknya

kerak

pada

gigi dan

bibir dikenal

sebagai sordes. Jika terbentuk sordes atau lidahnya berlapis lendir


menunjukan kalau kebersihan rongga mulutnya kurang. (Wolf,
2004). Mulut merupakan bagian pertama dari saluran makanan dan
bagian dari sistem pernafasan (Wolf, 2004).
Mulut juga merupakan gerbang masuknya penyakit (Adam,
2002). Rongga

mulut

terdapat

saliva

yang

berfungsi

sebagai

pembersih mekanis dari mulut (Taylor, 2000). Dan dalam rongga mulut
terdapat berbagai macam mikroorgnisme meskipun bersifat komensal,
pada

keadaan

tertentu

bisa

bersifat

pathogen

apabila

respon

terganggu. (Roeslan, 2002).


Pembersihan mulut secara alamiah yang seharusnya dilakukan
oleh

lidah

dan air liur, bila tidak bekerja dengan semestinya dapat

menyebabkan terjadinya infeksi rongga mulut, misalnya penderita

11

dengan sakit parah dan penderita yang tidak boleh atau tidak mampu
memasukkan sesuatu melalui mulut mereka (Bouwhuizen, 2006). Klien
yang tidak sadar lebih rentan terkena kekeringan sekresi air

liur

pada mukosanya karena mereka tidak mampu untuk makan, minum,


bernapas melalui mulut dan seringkali memperoleh terapi oksigen.
Klien yang tidak sadar juga tidak bisa menelan sekresi air liur yang
mengumpul dalam mulutnya. Sekresi ini terdiri

dari bakteri gram

negatif yang bisa Menyebabkan pneumoni jika dihembuskan keparuparu (Perry potter, 2000).
2

Sistem Imunitas Rongga Mulut


Menurut ( Roeslan 2002). System imunitas rongga

mulut

dipengaruhi oleh :
a. Membran mukosa
Mukosa rongga mulut terdiri atas epitel skuamosa yang
berguna Sebagai barier mekanik terhadap infeksi. Mekanisme
proteksinya tergantung pada deskuamasinya sehingga bakteri sulit
melekat pada sel epitel dan derajat keratinisasinya yang sangat
efisien menahan penetrasi microbial.
b. Nodus Limfatik
Jaringan lunak rongga mulut berhubungan dengan nodus
limfatik ekstra oral dan agregasi limfoid oral. Kapiler limfatik
yang

terdapat

pada

permukaan

mukosa

lidah,

dasar

mulut,

palatum, pipi dan bibir, mirip yang berasal dari ginggiva dan
pulpa gigi. Kapiler ini bersatu

membentuk pembuluh limfatik

besar dan bergabung dengan pembuluh lmfatik yang berasal dari


bagian dalam otot lidah dan struktur lainnya. di dalam rongga
mulut terdapat tonsil palatel.
c. Saliva
Sakresi

saliva

merupakan

perlindungan

alamiah

karena

fungsinya memelihara jaringan keras dan lunak rongga mulut agar

12

tetap dalam fisiologis. Saliva yang disekresikan oleh kalenjar parotis,


submandibularis dan beberapa kelenjar saliva kecil yang tersebar
dibawah mukosa, berperan dalam membersihkan rongga mulut dari
debris dan mikroorganisme, selain bertindak sebagai pelumas pada
saat mengunyah dan berbicara.
d.

Celah Ginggiva
Epitel jangsional dapat dilewati oleh komponen seluler dan
humoral dari daerah dalam bentuk cairan celah ginggiva (CCG).
Aliran CCG merupakan proses fisiologik atau merupakan respon
terhadap inflamasi.

Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Oral Hygiene


Faktor - faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan oral
Hygiene (Perry dan Potter, 2005). yaitu :
a.

Citra tubuh :
Penampilan umum klien dapat menggambarkan pentingnya oral
hygene pada orang tersbut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif
seseorang tentang penampilan fisiknya. Citra tubuh mempengaruhi
cara mempertahankan hygiene. Seorang klien yang menjaga dan
mempertahankan oral hygiene, terlihat dari fisik mulutnya. Maka
perawat mempertimbangkan rincian cara

oral hygiene dan

berkonsultasi pada klien sebelum membuat keputusan bagaimana


memberikan peralatan oral hygien.
b. Praktik Social :
Kelompok-kelompok sosial wadah seorang klien berhubungan dapat
mempenaruhi praktik hygiene pribadi. Selama masa kanak-kanak,
mendapatkan praktik hygiene dari orang tua mereka bagaimana cara
menjaga kebersihan mulut.
c. Status Social Ekonomi :
Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat

13

praktik kebersihan yang digunakan. Ketersediaan alat untuk hygiene


mulut juga dipengaruhi oleh ekonomi.
d. Pengetahuan :
Pengetahuan tentang pentingnya oral hygiene dan implikasinya bagi
kesehatan mempengaruh praktik hygiene. Seorang klien yang tidak
punya banyak pengetahuan tentang

pentingnya oral hygiene

kemungkinan malas untuk menjaga dan mempertahankan kebersihan


mulutnya.
e. Kebudayaan :
Kepercayaan kebudayaan klien dan nilai pribadi mempengaruhi
peawatan oral hygiene. Orang dari latar kebudayaan yang berada
mengikuti praktik keperawatan diri yang berbeda pula. Di asia oral
hygiene dipandang penting bagi kesehatan.
f. Pilihan Pribadi / Kesukaan :
Setiap klien memiliki keinginan individu yang berbeda. Misalnya
kapan ia akan menggosok gigi, kapan ia akan berkumur dan
melakukan perawatan oral hygiene. Klien juga memilih produk yang
berbeda seperti sikat gigi, pasta gigi, obat berkumur, vitamin bibir, dll.
g. Tingkat Perkembangan :
Proses belajar melakukan oral hygiene yang dilakukan sejak kanakkanak hingga bisa melakukan oral hygien sendiri, seperti menggosok
gigi dan menjaga kebersihan mulut, berlanjut hingga remaja dewasa
kemudian lansia.
4

Faktor Resiko Untuk Masalah Oral Hygiene


1.

Masalah Umum

a.

Karries gigi
Karries gigi merupakan radang pada gigi masalah umum pada
orang muda, perkembangan lubang merupakan proses patologi yang
mellibatkan kerusakan email gigi dikarenakan kekurangan kalsium.

14

b.

Penyakit periodontal
Adalah

penyakit

jaringan

sekitar

gigi,

seperti

peradangan

membrane periodontal.
c.

Plak
Adalah transparan dan melekat pada gigi, khususnya dekat dasar
kepala gigi pada margin gusi.

d.

Halitosis
Merupakan bau napas, hal ini merupakan masalah umum rongga
mulut akibat hygiene mulut yang buruk, makanan tertentu atau
proses infeksi.

e.

Kilosis
Merupakan bibir yang pecah-pecah, dan terutama pada sudut
mulut

2.

Masalah mulut lain

a.

Stomatitis
Radang pada daerah mukosa atau rongga mulut

b.

Glosisits
Radang pada lidah karena infeksi atau cidera, seperti luka bakar
atau gigitan.

c.

Gingivitis
Radang pada daerah gusi, biasanya akibat oral hygiene yang buruk.

d.

Bau Mulut
Bau mulut dapat disebabkan oleh Faktor internal dan eksternal yaitu.
Faktor internal biasanya disebabkan oleh penyakit sistemik yang
merupakan tanda-tanda adanya masalah kesehatan lain, seperti
diabetes militus. Kelainan pada saluran pencernaan atau pernafasan,
penyakit-penyakit pada kerongkongan. Sedangkan faktor eksternal
disebabkan oleh jenis makanan yang dimakan seperti pengaruh
minuman kopi, alkohol, makanan berbumbu bawang putih, atau
bawang merah. Faktor pembersih gigi yang tidak optimal dan faktor
kandungan yang ada didalam rokok bagi perokok. Mulut yang kering

15

karena kurang minum air putih juga merupakan konstributor


penyebab masalah bau mulut. Karena itulah, ketika bangun tidur
dipagi hari bau mulut kita juga kurang sedap, yang segera hilang
setelah sikat gigi dan minum air putih.
2.3 Konsep Perawat
1. Pengertian Peran Perawat
Peran perawat adalah segenap kewenangan yang dimiliki oleh
perawat

untuk

menjalankan

tugas

dan

fungsinya

sesuai

kompetensi yang dimilikinya (Gaffar, 2005). Peran perawat dalam


pelaksanaan oral hygiene sangat penting bagi penderita stroke,
dan penderita lainnya karena ketidakmampuan penderita untuk
merawat dirinya dan ketidakmampuan penderita untuk melakukan
sirkulasi

air liur

bila

dibiarkan

saja

dapat mengakibatkan

terjadinya infeksi rongga mulut, oleh karena itu diperlukan peran


perawat yang baik dan positif sebagai pemberi pelayanan dan
pendidik disamping keterampilan yang memadai.
2.

Peran Perawat di Rumah Sakit


Hasil Lokakarya Nasional 1983 dikutip oleh Ali, 2002 peran
perawat mencakup :

1. Perawat sebagai pelaksana pelayanan kesehatan


Perawat

bertanggung

jawab

dalam memberikan

pelayanan

keperawatan dari yang bersifat sederhana sampai yang paling


yang kompleks, secara langsung atau tidak langsung kepada klien
sebagai

individu,

keluarga,

kelompok

dan

masyarakat.

Ini

merupakan peran utama dari perawat, dimana perawat dapat


memberikan keperawatan yang profesioanal,menerapkan ilmu atau
teori, prinsip, konsep dan menguji kebenaran dalam situasi yang
nyata, apakah criteria profesional dapat ditampilkan dan sesuai
dengan harapan penerima jasa keperawatan.

16

2. Perawat sebagai pengelola pelayanan dan institusi keperawatan


Perawat bertanggung jawab dalam hal administrasi keperawatan
baik dimasyarakat maupun diinstansi dalam mengelola pelayanan
keperawatan untuk individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Perawat juga bekerja sebagai pengelola suatu sekolah maupun
pendidikan keperawatan.
3. Perawat sebagai pendidik dalam keperawatan
Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran
ilmu keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun
tenaga kesehatan yang lainnya.
4. Perawat sebagai peneliti dan pengembang pelayanan keperawatan
Seorang

perawat

(inovator)

dalam

diharapkan
ilmu

dapat

keperawatan

menjadi
karena

pembaharu
ia

memiliki

kreativitas, inisiatif, cepat tanggap terhadap rangsangan dari


lingkungannya.
3. Peran Perawat Secara Umum
Adapun dalam kewenangannya menurut (Chitty, 2001), Perawat
mempunyai tanggung jawab profesional yaitu terdiri dari :
1.

Pemberi Pelayanan (Care Giver)


Dalam

menjalankan

membekali

diri

tugas

dengan

dan

fungsinya,

pengetahuan,

perawat

sikap

dan

perlu

perilaku

(Kozier, 2001). Perawat memberikan asuhan langsung atau


tidak langsung sebagai individu, keluarga dan masyarakat.
Metode

yang

digunakan

masalah

yang

disebut

adalah

proses

pendekatan

pemecahan

keperawatan (Gaffar

2005).

Menjelaskan peran utamanya adalah memberikan pelayanan


keperawatan

kepada

individu,

keluarga,

kelompok

atau

masyarakat sesuai diagnose masalah yang terjadi mulai dari


masalah yang bersifat sederhana sampai yang komplek.

17

2. Pendidik (Educator)
Sebagai pendidik (health educator), perawat berperan mendidik
individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat serta tenaga

keperawatan atau tenaga kesehatan yang berada di bawah


tanggung

jawabnya.

Peran

ini

dapat

berupa

penyuluhan

kesehatan kepada klien maupun bantuk desiminasi ilmu kepada


peserta didik keperawtan, antara sesama perawat atau tenaga
kesehatan lain (Gaffar, 2005).
3.

Konselor (Counselor)
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola
interaksi

klien

perubahan

pola

merencanakan

terhadap

keadaan

interaksi
metode

ini

untuk

sehat

sakitnya.

merupakan
meningkatkan

dasar

Adanya
dalam

kemampuan

aplikasinya. Konseling diberikan kepada individu, keluarga


dalam

mengintegrasikan

pengalaman

kesehatan

dengan

pengalaman yang lalu (Doheny, 2007).


4.

Manajer (Manager)
Dalam hal ini perawat mempunyai mempunyai peran dan
tanggung jawab dalam mengelola pelayanan maupun pendidikan
keperawatan yang berada di bawah tanggung jawabnya sesuai
dengan

konsep

manajemen

keperawatan

dalam

kerangka

paradigma keperawatan (Gaffar, 2005).


5. Peneliti (Researcher)
Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu dalam
ilmu keperawatan karena ia memiliki kreativitas, inisiatif, cepat
tanggap terhadap rangsangan dari lingkungannya, kegiatan ini
dapat diperoleh melalui penelitian. Penelitian pada hakekatnya
adalah melakukan evaluasi, mengukur kemampuan, menilai dan
mempertimbangkan sejauh mana efektifitas tindakan yang telah
diberikan (Gaffar, 2005).

18

6.

Kolaborator (Collaborator)
Dalam hal ini nperawat bersama klien, keluarga dan tim
kesehatan berupaya mengidentifikasi pelayanan kesehatan yang
diperlukan termasuk tukar pendapat terhadap pelayan yang
diperlukan klien, pemberi dukungan, panduan keahlian dan
keterampilan

dari berbagai professional

pemberi

pelayanan

kesehatan (Gaffar, 2005).


7. Agen Perubahan (Change Agent)
Elemen ini mencakup perencanaan, kerja sama, perubahan yang
sistematis dalam berhubungan dengan klien dan cara pemberian
keperawatan kepada klien (Gaffar, 2005).
4. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Peran Perawat
Menurut Notoatmodjo (2003), factor - faktor yang mempengaruhi
peran perawat meliputi :
a. Factor kelas sosial
b. Faktor bentuk keluarga
c. Faktor tahap perkembangan keluarga
d. Faktor model peran
e. Faktor peristiwa situsional khususnya masalah sehat atau sakit.

5.

Kerangka Teori
.
Konsep perilaku
1. pengetahuan perawat.
2. sikap perawat

19

Konsep oral hygiene


1. pengetrian oral hygiene.

Tindakan
oral hygiene

2. sistem imunitas rongga mulut.


3. faktorfactor yang mempengaruhi oral hygiene.
4. faktor resiko untuk masalah oral hygiene.

Konsep perawat
1. pengertian peran perawat
2. peran perawat di rumah sakit
3. peran perawat secara umum
4. faktor - faktor yang mempengaruhi peran perawat

Gambar 3.1 Kerangka Teori

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

20

Kerangka konsep dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui


Pengetahuan maupun sikap perawat dalam

pelaksanaan tindakan

oral hygiene di ruang perawatan bedah dan perawatan penyakit dalam


Rumah Sakit Umum Daerah Abepura.
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Tentang Variabel Tunggal
Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Perawat Dalam
Penatalaksanaan Tindakan Oral Hygiene Diruang Perawatan Bedah
Dan Perawatan Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah
Abepura

3.2 Definisi Operasional

21

Tabel 3.1 variabel,definisi operasional


No

Variabel

Definisi

Alat

Hasil Ukur

Operasional

Ukur

Pengetahua

Informasi yang

Kuesioner

n perawat

diketahui

berjumlah 16

kesehatan

responden

soal multiple

tentang tindakan

chois dengan

oral hygiene

skor Benar 1, dan

meliputi

Salah 0.

pengertian,fakto

Kemudian total

r-faktor yang

skor

mempengaruhi

dikategorikan

oral hygiene,

menjadi 2, yaitu :

dan faktor risiko

1. Baik

masalah oral

2. Kurang

Skala
Ukur

Pertanyaan

Nominal

hygiene.
2

Sikap

Respon/tanggap

Perawat

an responden

Kesehatan

dalam Tindakan

Kuesioner

Oral Hygiene

3.3

Populasi dan Sampel

22

Pertayaan
berjumlah 10
dengan 4 pilihan
jawaban SS, S,
TS, dan STS.
Kemudian total
skor di
kategorikan
menjadi 2, yaitu :
1.Baik
2.Kurang

Nominal

1.

Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari subyek dengan karakteristik
tertentu yang akan di teliti. Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah
perawat kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Abepura yang terdiri dari
ruang perawatan bedah dan perawatan penyakit dalam pria dan wanita
sebesar 65 orang.

2.

Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel pada penelitian ini adalah
seluruh populasi atau total sampling yaitu berjumlah orang.

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian


1.

Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Abepura.


2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini di laksanakan pada bulan Mei - Juni
3.5

Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya
rekomendasi dari pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan
permohonan izin kepada instansi tempat penelitian dalam hal ini Rumah
Sakit Umum Daerah Abepura. Setelah mendapatkan persetujuan barulah
dilakukan penelitian dengan menekankan masalah etika penelitian yang
meliputi (Nursalam, 2011) .

1.

Manfaat
Dalam penelitian ini peneliti selalu mempertimbangkan manfaat dan
resiko yang mungkin dapat terjadi terhadap responden, informasi yang
diberikan responden dijamin tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang
dapat merugikan responden dalam bentuk apapun. Penelitian ini

23

dilakukan untuk mendapatkan hasil yang bermanfaat untuk meningkatkan


mutu pelayanan keperawatan khususnya dalam pelaksanaan oral hygiene.
2.

Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)


Peneliti menjunjung tinggi martabat serta menghormati hak azasi
seseorang dalam hal ini responden. Sebelum penelitian, terlebih dahulu
menjelaskan (informed consent) tentang tujuan penelitian yang akan
dilaksanakan dan tidak akan memaksakan responden jika tidak bersedia
dan tetap menghormati hak-hak subjek.

3.

Prinsip Keadilan (right to justice)


Dalam penelitian ini setiap responden diperlakukan secara adil dan
terbuka dan mempunyai hak yang sama selama dan sesudah penelitian
tanpa adanya diskriminasi. Peneliti juga merahasiakan identitas, tanpa
nama (anonimity) tetapi dengan cara memberi kode (inisial) dan
informasi yang diberikan dijamin oleh peneliti kerahasiaannya
(confidentiality) hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan
sebagai hasil penelitian.
3.6 Alat dan Prosedur Pengumpul Data
1. Kuesioner pertama : Pengetahuan
Kuesioner pertama diisi oleh responden, untuk mengetahui
pengetahuan responden meliputi nama inisial, umur, pendidikan
terakhir,masa kerja. Pertanyaan merupakan pertanyaan tertutup dimana
responden memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai,
kecuali nama inisial,umur, dll menggunakan pertanyaan terbuka.
2. Kuesioner kedua : Sikap

24

Kuesioner kedua mencakup petanyaan untuk mengukur sikap


responden. Kuesioner ini menggunakan skala likert. Petanyaan positif
dengan jawaban sangat setuju (SS)=4, setuju (S)=3, tidak setuju (TS)=2
dan sangat tidak setuju (STS)=1. Untuk pertanyaan negatif sangat setuju
(SS)=1, setuju (S)=2, tidak setuju (TS)=3 dan sangat tidak setuju
(STS)=4.
3.7

Rencana Analisa Data


Metode pengolahan data pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif adalah metode
pengolahan data yang meringkas dan menggambarkan data secara
ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik frekuensi dan persentase
(Nursalam, 2013). Dalam pengolahan data hasil penelitian ini
menggunakan sistem komputerisasi.
Analisa data yang digunakan pada penelitian ini

menjelaskan

karakteristik setiap variabel penelitian tergantung dari jenis datanya.


Dan hasilnya dalam bentuk distribusi frekuensi dan presentase dari tiap
variabel (Notoadmodjo, 2010).

Adapun variabelnya terdiri dari

distribusi frekuensi responden berdasarkan umur, distribusi frekuensi


responden berdasarkan pendidikan dan lama kerja, distribusi frekuensi
berdasarkan pengetahuan dan sikap, distribusi frekuensi berdasarkan
pelaksanaan oral hygiene.

LEMBAR KUESIONER

25

I.
a.

Petunjuk Umum
Perawat diharapkan menjawab pertanyaan di bawah ini dengan cara
memberi tanda silang (X) pada pilihan yang jawabannya dianggap benar.

b.

Bila ada pertanyaan yang kurang dimengerti dapat ditanyakan langsung


pada peneliti.

II.
Identitas Responden
1. Nama (inisial) :
2. Umur :
3. Pendidikan terakhir : :
4. Masa kerja :
5. No responden :
(diisi oleh peneliti)
III.

Pengetahuan tentang Oral Hygiene

1. Yang dimaksud dengan Oral Hygiene adalah


a.

Kebersihan mulut dan gigi

b.

Menjaga kebersihan mulut agar sehat

c.

Melakukan perawatan mulut

d. Tindakan yang ditujukan untuk menjaga kontinuitas bibir,


lidah dan membran mukosa mulut.
2. Akibat yang dapat ditimbulkan oleh oral hygiene yang kurang adalah
a.

Penyakit gigi dan mulut

b.

Halitosis

c.

Berkembangnya mikroorganisme yang dapat memperburuk


penyakit

d.

Semuanya benar.

3. Gigi palsu perlu dilakukan perawatan sama seperti gigi alami, agar :
a. Tidak kuning
b. Tidak bau
c.

Enak dipakai

d. Tidak menjadi tempat berkembangnya mikroorganisme.

26

4. Menggososk gigi sebaiknya dilakukan :


a.

Satu kali sehari

b.

Sesudah makan dan sebelum tidur

c.

Hanya malam saja

d.

Dua hari sekali

5. Perawatan mulut diperlukan pada klien yang :


a. Terpasang ventilator
b. Terpasang NGT
c.

Klien yang mengalami keterbatasan aktivitas

d.

Semuanya benar

6. Bagian-bagian mulut terdiri dari


a.

Gigi, lidah dan kelenjar ludah

b.

Gigi dan lidah

c.

Gigi, lidah dan tenggorokan

d.

Gigi dan kelenjar ludah

7. Lidah berfungsi untuk, kecuali :


a.

Memecah makanan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil

b.

Membantu mencampur dan menelan makanan

c. Mempertahankan makanan agar berada diantara gigi atas dan bawah saat
menguyah
d.

Sebagai alat perasa makanan

8. Peran perawat dalam pelaksanaan oral hygiene adalah


a.

Mengamati keadaan mulut klien

b.

Mengajarkan tehnik yang benar cara perawatan mulut yang baik

c.

Menyuruh klien membeli sikat gigi

d.

Membiarkan klien melakukan perawatan mulut sendiri

27

9. Pelaksanaan yang pertama perawat lakukan sebelum melakukan


tindakan oral hygiene adalah
a.

Pakai sarung tangan

b.

Mencuci tangan

c.

Meletakkan nierbekken di dagu klien

d.

Merapikan klien

10. Menyikat gigi sangatlah penting karena dapat mencegah:


a.

Berkembangnya mikroorganisme dan kerusakan gigi

b.

Gusi berdarah

c.

Pertumbuhan gigi taring

d.

Kerusakan paru-paru

11. Peralatan yang perlu disiapkan saat klien menyikat gigi adalah,
kecuali :
a.

Sikat gigi yang halus

b.

Handuk

c.

Sarung tangan

d.

Spatel lidah

12. Untuk mencegah penyebaran mikroorganisme yang perlu


dilakukan perawat adalah :
a.

Memakai sarung tangan

b.

Memakai pinset

c.

Memakai handuk

d.

Memakai spatel lidah

13. Sisa makanan yang masih tersisa di gigi dapat menyebabkan, kecuali:
a.

Bau mulut

28

b.

Pertumbuhan bakteri

c.

Caries gigi

d.

Pertumbuhan gigi yang berlebihan

14. Alat yang digunakan untuk mempertahankan mulut terbuka dan gigi terpisah
selama pelaksanaan oral hygiene sehingga tidak membuat trauma struktur
mulut adalah:
a.

Kapas lidi

b.

Pinset dibungkus dengan kassa

c. Tongue spatel dibungkus dengan kassa


d.

Kassa steril

15. Tindakan akhir yang perlu dilakukan perawat untuk melihat hasil dari
pelaksanaan prosedur yang telah dilakukan adalah
a.

Mencuci tangan

b.

Mendokumentasikan pada catatan perawatan

c.

Merapikan alat dan mengemnalikan ketempat semula

d. Atur kembali posisi klien


16. Selain gigi, lidah juga perlu dibersihkan karena dapat mengurangi akumulasi
plak, mengurangi halitosis dan mencegah lidah kotor, cara membersihkan
lidah adalah:
a.

Mengoles dengan kapas

b.

Menggunakan kapas lidi

c.

Kompres dengan menggunakan NaCl

d.

Mengusap atau menyikat dengan menggunakan sikat gigi.

DAFTAR PUSTAKA

29

Aziz Alimul Hidayat. Riset keperawtan dan teknik penulisan ilmiah Edisi 2
Salemba Medika, Jakarta.
Abidia. R.F. 2007, Oral care in the intensive care unit: A Review, Journal of
Contemporary Dental Practice, January : (8) 1: 076-082.
Amalia, et al, 2009, Seminar jurnal : Hubungan pelaksanaan tindakan oral
hygiene dengan kejadian infeksi rongga mulut pada pasien cedera kepala dengan
penurunan kesehatan diruang 13 RSU. Dr. Saiful Anwar Malang.
Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan jurusan Keperawatan,
Purwokerto.
Chan EY, Hui-Ling Ng I, 2011, Oral care practices among critical care nurses in
Singapore : a questionnaire survey, Singapura.
Khon et al, 2003, Guidelines for infection control dental health care,52-1-61
Kozier dan Erbs, 2009, Buku Ajar praktek keperawatan klinik, Edisi 5, EGC,
Jakarta.
Potter and Perry, 2006, Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses dan
praktik, Edisi 4, Vol 2, EGC, Jakarta.
Notoadmodjo, 2007, Promosi kesehatan dan prilaku, Rineka Cipta : Jakarta.
Notoadmodjo, 2010, Metode penelitian kesehatan , Rineka Cipta: Jakarta.
Notoadmodjo, 2010, Ilmu perilaku kesehatan, Rineka Cipta : Jakarta.
Nursalam, 2003, 2011, Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu
keperawatan, Edisi 2,Salemba Medika, Jakarta.

30

Rosyid, 2009, Hubungan pengetahuan dan sikap perawat dalam pelaksanaan


oral hygiene pada pasien stroke di ruangan interna (kelas II, VIP), RSI Darus
Syifa, Surabaya, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah,
Surabaya.
Wolf and Weitzel dan Fuerst, (1984), Dasar-dasar Ilmu Keperawatan, Jakarta, PT
Gunug Agung.
Potter and Perry, (2005), Fundamental Keperawatan, Jakarta, EGC.

Pelapina

Heriana,S.Kep. Ners 2014

BUKU AJAR KEBUTUHAN DASAR

MANUSIA.

31

Anda mungkin juga menyukai