Disusun oleh:
Kelompok 3
Bayu Farhan Suhada
1606893046
Hanaa
1606830341
1606836401
1606836401
Retno Amalina
1606836805
Yorenva Cahaya
1606878524
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat ini, di Indonesia tengah marak terjadi penyalahgunaan Agama oleh oknum yang
tidak bertanggung jawab, yang menggunakan agama sebagai kedok atas penipuan yang
dilakukannya. Kasus yang masih hangat mengenai penyalahgunaan Agama di Indonesia ialah
kasus penipuan yang dilakukan oleh Dimas Kanjeng Taat Pribadi (DKTP) dan Gatot Brajamusti
(GB). Mereka mendirikan padepokan yang berkedok Islam namun memiliki ajaran yang
menyimpang, padahal padepokan merupakan sarana bagi masyarakat untuk memperdalam
pengetahuan mereka mengenai Agama dan sarana mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
1.2. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
BAB II
PEMBAHASAN
menimbulkan sikap superioritas, dan pelecehan. Harmoni sosial hanya akan terwujud apabila
masing-masing anggota masyarakat saling menghargai dan menghormati.
Apabila dikaitkan dengan kasus, DKTP ditangkap oleh polisi atas dugaan tindak pidana
pembunuhan dan penipuan. DKTP melakukan pembunuhan terhadap dua pengikutnya yang
dianggap menghambat padepokan miliknya dengan menyelewengkan uang setoran yang
dijanjikan untuk santri. Hal ini tentu saja menyalahi konsep kerukunan menurut Franz Magnis
Suseno. Dimana kerukunan berarti menghilangkan tanda-tanda ketegangan dalam masyarakat
atau antara pribadi-pribadi, sehingga hubungan sosial tetap kelihatan selaras dan baik-baik
Dengan kasus pembunuhan ini, maka timbulah ketegangan dalam masyarakat dan merusak
hubungan sosial yang ada.
Sedangkan kasus yang menimpa GB adalah penyalahgunaan narkoba dan pelecehan
seksual. Menurut salah satu warga di sekitar padepokan milik GB, GB merupakan sosok yang
ramah, namun padepokan tempat tinggal Gatot agak tertutup terhadap warga lain. Ada penjaga
yang menjaga pintu gerbang Dari sini terlihat jelas bahwa kerukunan antara GB dan warga
sekitar kurang baik. Padahal dalam islam dianjurkan untuk menjaga kerukunan antar tetangga,
namun bagaimana kerukunan tersebut akan tercipta jika menutup diri dan hanya mau menerima
orang dari kalangan tertentu saja.
Namun, menurut salah satu santri padepokan DKTP, aktivitas yang dilakukan di dalam
padepokan seperti kaum muslimin kebanyakan, seperti mengaji, wirid, berdoa, dan menggelar
istigasah. Bahkan menurut Sujadi, salah satu pengikut asal Rembang, Jawa Tengah mengaku
mendapatkan ketenangan dan merasa senang dengan rutinitas padepokan seperti solat Jemaah,
istigasah, dan olahraga. Jika diamati, konsep kerukunan antar santri di dalam padepokan DKTP
tercipta dengan baik, mengingat santri padepokan tersebut berasal dari berbagai daerah, mulai
Sulawesi hingga Kalimantan, mulai Jawa Barat hingga Bali. Bahkan banyak juga santri yang
berasal dari luar Kabupaten Probolinggo. Namun para santri dapat mengimplementasikan sikap
salng menghargai, sehingga terwujudlah kerukunan yang menggambarkan suatu hubungan
persahabatan, damai, dan tidak saling berselisih. Hal ini dibuktikan dengan shalat berjemaah
lima waktu yang rutin dilakukan di masjid Padepokan, pengajian umum & istigasah bersama saat
hari besar keagamaan.
Dapat diketahui bahwa kerukunan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan
karena kerukunan menciptakan kedamaian dan ketenangan. Sedangkan perselisihan dan
pertikaian menciptakan ketidaknyamanan dan kekhawatiran yang dapat mengganggu aktivitas.
2.3. Toleransi dalam islam
Pengertian Toleransi
Toleransi ialah sikap menenggang, memberikan, membolehkan, baik berupa pendirian,
kepercayaan, dan kelakuan yang dimiliki seseorang atas yang lainnya. Sikap ini juga diartikan
sebagai lapang dada terhadap prinsip orang lain. Rasa toleransi juga harus disertai dengan sikap
menahan diri dan senantiasa sabar. Sikap toleransi tidak mengharuskan kita untuk mengorbankan
kepercayaan atau prinsip yang kita anut. Malah sebaliknya, kita dituntut untuk kuat memegang
keyakinan dan pendapat kita sendiri. Hal ini dibuktikan oleh Rasulullah SAW dengan sikap-sikap
berikut:
1.
2.
3.
4.
Pada negara pluralis, toleransi sangat dibutuhkan oleh rakyatnya. Agama dapat menjadi
faktor pemersatu. Namun, dalam beberapa hal, agama dapat juga dengan mudah disalahgunakan
sebagai alat pemecah. Di sinilah harus ada faktor-faktor lain yang lebih memperkuat dan
mempertahankan kohesi sosial. Dibutuhkan suatu sikap toleransi, tidak hanya antaragama,
namun juga toleransi dalam berbagai kepercayaan dalam suatu agama. Contohnya, dalam Islam
terdapat berbagai kepercayaan dan anutan yang berbeda. Salah satu kasus yang terjadi di
Indonesia ialah kasus penyalahgunaan agama pimpinan Padepokan.
Kaitan dengan Kasus Padepokan DKTP dan GB
Padepokan menjadi pilihan masyarakat sebagai lembaga keagamaan untuk menambah
pengetahuan agama dan meningkatkan ritual untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Namun,
dalam pelaksanaannya, ajaran yang diberikan terkadang menyimpang. Hal ini dimanfaatkan
lembaga untuk memperoleh keuntungan. Bahkan tak jarang lembaga ini melakukan tindakan
kriminalitas. Padepokan DKTP dan GB sangat lihai memperdaya pengikut yang fanatik, tak
hanya dari kalangan bawah, namun juga kalangan atas yang berpendidikan. Memang,
tersebarnya ajaran Islam yang menyimpang akan membuat resah masyarakat muslim. Apalagi,
jika penyimpangan yang dilakukan terkait dengan kriminalitas dilakukan oleh pemimpin dari
sebuah lembaga islam. Apalagi, kriminalitas yang membawa nama agama. Hal ini akan
menimbulkan fitnah dari masyarakat nonmuslim. Mereka akan cenderung berpikir bahwa Islam
merupakan agama radikal yang berprinsip kekerasan.
Kita sebagai umat Islam dituntut untuk memegang teguh prinsip agama Islam yang
tertera dalam Al-Quran. Ketika ada keyakinan atau ajaran yang dinilai tidak masuk akal, kita
harus menguji kevaliditasannya di dalam Al-Quran dan hadis. Namun, dalam pelaksanaannya
dalam masyarakat, pasti tetap ada masyarakat yang menganut kepercayaan yang berbeda. Tugas
kita ialah saling mengingatkan sesama muslim, namun tidak dengan cara pemaksaan, apalagi
dengan cara menghina atau menjatuhkan kepercayaan yang mereka anut. Saat inilah sikap
toleransi harus diterapkan antarumat muslim.
Pemerintah adalah orang yang diberikan amanah dan kepercayaan untuk memimpin agar
tercipta kehidupan yang harmonis, nyaman,aman, dan sejahtera yang dilindungin Allah
sebagaimana digambarkan dalam QS.34 (Saba) : 15
Artinya : Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman
mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan):
"Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepadaNya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha
Pengampun".
Program-program yang telah dibuat oleh Pemerintah tidak akan berjalan dengan baik jika
tidak ada dukungan rakyatnya. Keinginan dan usaha rakyatpun tidak akan membuahkan hasil
tanpa dukungan dari Pemerintah sehingga perlu kebersamaan antara rakyat dan Pemerintah agar
terciptanya kehidupan yang aman, sentosa, dan memperoleh ampunan dari Allah. Pemeliharaan
kerukunan umat beragama baik di tingkat Daerah, Provinsi, maupun Negara pusat merupakan
kewajiban seluruh warga Negara beserta instansi Pemerintah.
Kasus Pelanggaran Kerukunan Antar Umat Beragama
Salah satu kasus pelanggaran kerukunan beragama adalah kasus yang menimpa Dimas
Kanjeng Taat Pribadi. Ia melakukan tindakan kriminal dengan berkedok agama yang pasti
membuat kerukunan umat beragama di Indonesia menjadi terganggu. Ia membuat pedepokan
yang beratas namakan agama Islam. Pedepokannya pun mensyaratkan para pengikutnya untuk
hafal Al-Quran. Namun naas saat diperiksa lebih lanjut iapun tersangkut kasus pembunuhan dan
pemerkosaan.
Selain kasus pembunuhan dan pemerkosaan, Dimas Kanjengpun tersangkut kasus penipuan.
Ia membuat para pengikutnya percaya bahwa ia dapat menggandakan uang sehingga ia memiliki
banyak pengikut. Hal ini sangat mengganggu kerukunan antar umat beragama karena selain
membuat warga resah, hal inipun dapat membuat agama Islam dipandang tidak baik oleh agama
lainnya sehingga menimbulkan kurang toleransi antar sesama agama yang berujung pada
ketidakrukunannya umat beragama di Indonesia.
2.5. Musyawarah
Pengertian dan Dalil Musyawarah
Kata musyawarah berasal dari kata syura yang berasal dari kata syawwara yusyawwiru
yang berarti menjelaskan, menyatakan atau mengajukan dan mengambil sesuatu, bentuk lain dari
kata kerja ini adalah syawir yang berarti minta pendapat. Jadi, syura berarti menjelaskan
menyatakan pendapat yang baik, di sertai dengan menanggapi dengan baik pula pendapat
tersebut.
Musyawarah menurut bahasa berarti berunding dan berembuk. Menurut istilah,
musyawarah artinya perundingan bersama antara dua orang atau lebih untuk mendapatkan
keputusann yang terbaik.
Islam memandang musyawarah sebagai hal yang sangat penting dalam aspek kehidupan manusia
baik di dalam rumah tangga maupun sampai kehidupan berbangsan dan bernegara. Dalil-dalil alQuran tentang musyawarah antara lain:
Artinya: Apabila keduanya (suami istri) ingin menyapih anak mereka (sebelum dua tahun) atas
dasar kerelaan dan permusyawarahan antara mereka. Maka tidak ada dosa atas keduanya. (QS.
Al-Baqarah: 233).
Artinya: Maka disebabkan rahmat Allahlah, engkau bersikap lemah lembut terhadap mereka.
Seandainya engkau bersikap kasar dan berhati keras. Niscaya mereka akan menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan tertentu. Kemudian, apabila engkau telah
membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah.Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. Ali Imran: 159)
Artinya: Tempatkanlah mereka para istri dimana kamu bertempat tinggal menurut
kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan hati mereka.
Dan mereka istri-istri yang sudah ditalak itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka
nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan anak-anakmu untukmu
maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan bermusyawarahlah di antara kamu segala sesuatu
dengan baik dan jika kamu menemui kesulitan, maka perempuan lain boleh menyusukan anak itu
untuknya. (QS. At-Thalaq: 6)
Artinya: Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan
shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka
menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. (QS. Asy-Syura: 38).
Dapat dsimpulkan bahwa Allah sangat menganjurkan kita untuk bermusyawarah dalam segala
pengambilan keputusan untuk mendapatkan yang terbaik, bahkan dalam kehidupan berumah
tangga sekalipun.
Manfaat Musyawarah
Manfaat dari musyawarah amatlah banyak, diantaranya sebagai berikut:
1.
kecintaan, dan keikhlasan seseorang terhadap kemaslahatan umum. Mengapa? Karena dengan
tujuan dari musyawarah itu sendiri adalah mengambil keputusan yang terbaik untuk semua pihak
dan seseorang yang benar-benar peduli terhadap sekitarnya akan mengusahakan yang terbaik.
2.
berbeda-beda. Sebab, kemungkinan ada diantara mereka mempunyai suatu kelebihan yang tidak
dimiliki orang lain.
perbedaan. Sikap yang paling tepat untuk menanggapinya adalah untuk tetap saling menghargai
pendapat satu sama lain. Oleh sebab itu, musyawarah mengajarkan kita untuk saling toleransi
terhadap setiap perbedaan yang ditemui.
3.
dipilihlah pendapat yang lebih baik. Di dalam musyawarah, akan tampak bersatunya hati untuk
mensukseskan suatu upaya dan kesepakatan hati. Dalam hal itu, memang, sangat diperlukan
untuk suksesnya masalahnya masalah yang sedang dihadapi. Oleh sebab itu, musyawarah juga
menumbuhkan rasa persatuan dalam suatu kelompok masyarakat.
Dalam membangun persatuan dan kesatuan dalam melindungi negara kita harus bisa
mewujudkan kebersamaan, saling bahu-membahu, dan hidup rukun sebagai wujud keserasian
dan keselarasan dalam masyarakat yang menjadi salah satu nilai-nilai nasionalisme serta menjadi
faktor pendukung untuk mencapai kemajuan dan kejayaan bangsa. Al-Quran sebagai sumber
utama ajaran Islam telah menerangkan betapa pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan
negara, seperti dalam QS. Ali Imran ayat 103, sebagaimana berikut:
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai
berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh
musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orangorang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan
kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk. (QS. Ali Imran 103)
2.
Dengan bermusyawarah dalam menyelesaikan segala sesuatu permasalahan, akan timbul suatu
keputusan bersama. Sehingga akan timbul rasa saling menghargai dan rasa saling menghormati
antar sesama manusia. Membudayakan musyawarah merupakan salah satu bentuk sikap cinta
tanah air, karena semua permasalahan yang ada di negara ini dapat diselesaikan dengan baik.
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakal kepada-Nya. (QS. Ali Imran: 159)
Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan salat,
sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka
menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (QS. Asy Syura: 38)
3.
Memperjuangkan keadilan
Keadilan didefinisikan sebagai menempatkan seruan secara proposional dan memberikan hak
kepada pemiliknya. Menurut pendapat yang lebih umum, dikatakan bahwa keadilan adalah
pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban. Dalam Islam, konsep
tentang nilai-nilai keadilan telah diterangkan dalam QS. An-Nisa ayat 58, sebagaimana berikut:
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. An-Nisa: 58)
Patriotisme dalam Islam
Patriotisme adalah sikap yang berani, pantang menyerah dan rela berkorban demi bangsa
dan negara. Dalam konteks Islam, patriotisme merujuk kepada semangat jihad di jalan Allah.
Jihad bukanlah merujuk kepada satu kepentingan yang sempit, tetapi meninggikan kalimah Allah
yang kepentingannya lebih luas. Jihad dalam konteks ini adalah untuk menegakkan peradaban
manusia seluruhnya yang diridhoi Allah yang memerlukan semangat kuat dan sikap
mendahulukan kepentingan masyarakat sebelum kepentingan dirinya sendiri sebagai manifestasi
dari semangat pengorbanan (tadhiyah) yang tinggi.
Jihad berasal dari kata jahada dalam bahasa Arab yang berarti melakukan sesuatu
dengan bersungguh-sungguh. Jika dilihat dari perspektif yang lebih luas, jihad merupakan asas
kepada ditegakkannya kehidupan berperadaban menurut Islam. Peradaban Islam sebenarnya
merujuk kepada sesebuah masyarakat yang berjaya menjalankan mabadi (prinsip) Islam dalam
kehidupan serta melaksanakan manhaj (sistem) Islam sebagai cara hidup mereka.
Ibn Qayyim al-Jauziah membahagi jihad dalam empat kategori, yaitu:
Jihad melawan hawa nafsu, yaitu merujuk kepada usaha yang bersungguh-sungguh untuk
memperbaiki diri dengan memupuk nilai-nilai terpuji serta menghindarkan nilai-nilai tercela.
Jihad melawan syaitan, yaitu merujuk kepada usaha yang bersungguh-sungguh untuk
menghapuskan hasutan syaitan yang mendorong manusia melakukan hal - hal yang melampaui
batas Allah (taghut).
Jihad melawan golongan munafik, yaitu merujuk kepada usaha yang bersungguh untuk
menentang golongan musuh dalam selimut,
perilaku mereka juga tidak dapat menjadi contoh yang baik, padahal seharusnya dengan posisi
mereka sebagai pemimpin padepokan, mereka dapat menunjukkan perilaku terpuji yang dapat
menjadi contoh untuk masyarakat. Hal ini juga menunjukkan bahwa mereka tidak dapat menjaga
nama baik agama Islam.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Penyimpangan agama yang dilakukan oleh DKTP dan GB telah melanggar berbagai
macam aturan baik aturan dalam islam, maupun aturan dalam negara. Tidak hanya melanggar
aturan, namun mereka juga memberikan dampak negatif terhadap persatuan, kerukunan,
toleransi, musyawarah, nasionalisme, serta patriotisme dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
3.2. Saran
Seorang mahasiswa dituntut untuk dapat berpikir kritis, tidak hanya menerima informasi
begitu saja. Seorang mahasiswa sebaiknya selalu peduli dengan segala macam permasalahn yang
terjadi meskipun masalah tersebut tidak mencakup bidang yang tengah dijalani, agar mahasiswa
dapat menjadi panutan dalam menghindari kasus-kasus penipuan yang menjerumuskan ke jalan
yang sesat.
dari:
kuliahdaring.dikti.go.id/lms1/mod/resource/view.php?id=9549
12. https://www.academia.edu/13752705/Patriotisme_dalam_Historiografi_Melayu_Islam_Kurun_K
e-13_hingga_Ke-19_
13. http://www.republika.co.id/berita/koran/islam-digest-koran/15/08/23/ntj6pn1-akar-nasionalismedalam-islam
14. Said, M. (2004). Panduan Praktis Dalam Pergaulan. 1st ed. Jakarta: Gema Insani Press.
15. http://abdmajid.staf.upi.edu/2013/08/27/islam-dan-pluralitas-masyarakat-indonesia-2/