Anda di halaman 1dari 20

BAB I

TINJAUAN TEORI

1.1 Pengertian Mikrobiologi


Sebuah cabang dari ilmu biologi yang mempelajari mikroorganisme. Objek kajiannya
biasanya adalah semua makhluk (hidup) yang perlu dilihat dengan mikroskop, khususnya
bakteri ,fungi, alga mikroskopik, protozoa, dan Archaea. Virus sering juga dimasukkan
walaupun sebenarnya tidak sepenuhnya dapat dianggap sebagai makhluk hidup.
1.2 Pengertian Mikrobiologi Udara
Mikrobiologi udara adalah udara sebagai media distribusi penyebaran mikroba. Flora
mikroba di udara bersifat sementara dan beragam. Udara bukanlah suatu medium tempat
mikroorganisme tumbuh, tetapi merupakan pembawa bahan partikulat debu dan tetesan cairan,
yang kesemuanya ini mungkin di muati mikroba. Jumlah dan tipe mikroorganisme yang
mencemari udara di tentukan oleh sumber pencemaran dan dalam lingkungan; misalnya, dari
saluran pernapasan manusia disemprotkan melalui batuk dan bersin, dan partikel-partikel debu,
dalam tetes-tetes cairan berukuran besar dan tersuspensikanhanya sebentar, dan dalam inti
tetesan, yang terbentuk bila titik-titik cairan berukuran kecil menguap. Organisme yang
memasuki udara dapat terangkut sejauh beberapa meter atau beberapa kilometer; sebagian
segera mati dalam beberapa detik, sedangkan yang lain dapat bertahan hidup selama
berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau lebih lama lagi. Mikroorganisme asal udara di atur
oleh seperangkat rumit keadaan di sekelilingnya, termasuk keadaan atmosfer, kelembaban,
cahaya matahari dan suhu; ukuran partikel yang membawa mikroorganisme itu; serta ciri-ciri
mikroorganismenya terutama kerentanannya terhadap keadaan fisik atmosfer.
Udara merupakan habitat asli dari microbe tetapi udara di sekeliling kita sampai
beberapa kilometer di atas permukaan bumi mengandung bermacam-macam jenis
mikroorganisme dalam jumlah yang beragam. Mikrooganisme yang paling banyak ditemukan
di udara bebas adalah bakteri,jamur, dan mikroalga. Kehadiran jasad renik dalam udara dalam
bentuk vegetatif atau generatif ( umumnya spora ). Kelompok microbe yang paling banyak di
temukan sebagai jasad hidup yang tidak di harapkan kehadiranya di udara, umumnya di sebut
hidup

yang

tidak

di

harapkan

kehadiranya

di

udara,

umumnya

di

sebut jasad

kontaminan. Suatu benda atau substrat yang di tubuhinya di nyatakan sebagai benda atau
substrat yang terkontaminasi Jasad
MIKROBIOLOGI UDARA

Page 1

1.3 Sumber
1. Mikroba di Luar Ruangan
Mikroba yang ada di udara berasal dari habitat perairan maupun terestrial. Mikroba di
udara pada ketinggian 300-1,000 kaki atau lebih dari permukaan bumi adalah organisme
tanah yang melekat pada fragmen daun kering, jerami, atau partikel debu yang tertiup angin.
Mikroba tanah masih dapat ditemukan di udara permukaan laut sampai sejauh 400 mil dari
pantai pada ketinggian sampai 10.000 kaki. Mikroba yang paling banyak ditemukan yaitu
spora jamur, terutama Alternaria, Penicillium, dan Aspergillus. Mereka dapat ditemukan baik
di daerah kutub maupun tropis. Mikroba yang ditemukan di udara di atas pemukiman
penduduk di bawah ketinggian 500 kaki yaitu spora Bacillus danClostridium, yeast,
fragmen dari

miselium,

spora

fungi,

serbuk

sari,

kista

protozoa,

alga, Micrococcus, dan Corynebacterium, dan lain-lain (Budiyanto, 2001).


2. Mikroba di Dalam Ruangan
Pada debu dan udara di sekolah dan rumah sakit atau kamar orang menderita penyakit
menular,

telah

ditemukan

mikroba

seperti

bakteri Tuberkulum,

Streptokokus,

Pneumokokus, dan Staphylokokus. Bakteri ini tersebar di udara melalui batuk, bersin,
berbicara, dan tertawa. Pada proses tersebut ikut keluar cairan saliva dan mukus yang
mengandung mikroba. Virus dari saluran pernapasan dan beberapa saluran usus juga
ditularkan melalui debu dan udara. Patogen dalam debu terutama berasal dari objek yang
terkontaminasi cairan yang mengandung patogen. Tetesan cairan (aerosol) biasanya dibentuk
oleh bersin, batuk dan berbicara. Setiap tetesan terdiri dari air liur dan lendir yang dapat
berisi ribuan mikroba. Diperkirakan bahwa jumlah bakteri dalam satu kali bersin berkisar
antara 10.000 sampai 100.000. Banyak patogen tanaman juga diangkut dari satu tempat ke
tempat lain melalui udara dan penyebaran penyakit jamur pada tanaman dapat diprediksi
dengan mengukur konsentrasi spora jamur di udara.
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi mikroba udara adalah suhu atmosfer,
kelembaban, angin, ketinggian, dan lain-lain. Temperatur dan kelembaban relatif adalah dua
faktor penting yang menentukan viabilitas dari mikroorganisme dalam aerosol. Studi
dengan Serratia marcesens dan E. coli menunjukkan bahwa kelangsungan hidup udara terkait
erat dengan suhu. Peningkatan suhu menyebabkan penurunan waktu bertahan. Ada
peningkatan yang progresif di tingkat kematian dengan peningkatan suhu dari -18 C sampai
49o C. Virus dalam aerosol menunjukkan perilaku serupa. Partikel influenza, polio dan
virus vaccinia lebih mampu bertahan hidup pada temperatur rendah, 7-24 C. tingkat

MIKROBIOLOGI UDARA

Page 2

kelembaban relatif (RH) optimum untuk kelangsungan hidup mikroorganisme adalah antara
40 sampai 80%. Kelembaban relatif yang lebih tinggi maupun lebih rendah menyebabkan
kematian mikroorganisme. Pengaruh angin juga menentukan keberadaan mikroorganisme di
udara. Pada udara yang tenang, partikel cenderung turun oleh gravitasi (Pudjiastuti, dkk,
1998).
Pencemaran udara dapat terjadi di luar (outdoor) dan di dalam ruangan (indoor).
Pencemaran udara di luar ruangan biasanya terjadi akibat asap kendaraan bermotor dan asap
industri sedangkan pencemaran udara di dalam ruangan akibat asap rokok, gangguan sirkulasi
udara di gedung-gedung dan asap dari dapur tradisional, pemakaian kompor gas serta
pemanas ruangan. Mikroorganisme yang berasal dari luar misalnya serbuk sari, jamur dan
spora, yang bisa juga berada di dalam ruangan. Selain itu cemaran dalam ruangan yang
berasal dari mikroorganisme dalam ruangan seperti serangga, jamur pada ruangan yang
lembab, bakteri. Mikroorganisme yang tersebar di dalam ruangan dikenal dengan istilah
bioaerosol (Pudjiastuti, dkk, 1998).
Bioaerosol adalah partikel

debu

yang

terdiri

atas

makhluk

hidup

atau

sisa yang berasal dari makhluk hidup. Makhluk hidup terutama adalah jamur

dan

bakteri. Penyebaran bakteri, jamur, dan virus pada umumnya terjadi melalui sistem ventilasi.
1.4 Distribusi
Udara merupakan media penyebaran bagi mikroorganisme. Mereka terdapat dalam
jumlah yang relatif kecil bila dibandingkan dengan di air atau di tanah. Udara tidak
mengandung komponen nutrisi yang penting untuk bakteri, adanya bakteri di udara
kemungkinan terbawa oleh debu, tetesan uap air kering ataupun terhembus oleh tiupan
angin.
Udara dibagi menjadi dua bagian yaitu udara luar dan udara dalam ruangan. Udara dalam
ruang atau indoor airadalah udara dalam ruang gedung (rumah, sekolah, restoran, hotel,
rumah sakit, perkantoran) yang ditempati sekelompok orang dengan tingkat kesehatan yang
berbeda-beda selama minimal satu jam. Sedangkan udara luar atau outdoor air adalah udara
yang bergerak bebas di atmosfer dan jumlahnya lebih banyak dari udara dalam suatu ruangan
Budiyanto, 2001).
Kelompok mikroba yang paling banyak di udara adalah bakteri, jamur (termasuk di
dalamnya ragi) dan juga mikroalga. Kehadiran jasad hidup tersebut di udara, ada yang dalam
bentuk vegetatif (tubuh jasad) ataupun dalam bentuk generatif (umumnya spora). Mikroba
udara dapat dipelajari dalam dua bagian, yaitu mikroba di luar ruangan dan mikroba di dalam
ruangan. Mikroba paling banyak ditemukan di dalam ruangan (Pudjiastuti, dkk. 1998).
1.5 Pengkuran
MIKROBIOLOGI UDARA

Page 3

Pertumbuhan mikroorganisme dapat diukur berdasarkan konsentrasi sel (jumlah sel


per satuan isi kultur) ataupun destilasi sel (berat kering dari sel-sel persatuan isi kultur). Dua
parameter ini tidak selalu sama karena berat kering sel rata-rata bervariasi pada tahap
berlainan dalam pertumbuhan kultur, kedua parameter tersebut juga tidak bermakna sama
dalam penelitian mengenai biokimia mikroorganisme atau gizi mikroorganisme. Densitas sel
adalah kuantitas yang lebih bermakna, sedangkan dalam penelitian mengenai inaktivitas
mikroorganisme, kosentrasi sel adalah kuantitas yang bermakna.
Analisis kuantitatif mikrobiologi pada bahan pangan penting dilakukan untuk
mengetahui mutu bahan pangan dan menghitung proses pengawetan yang akan diterapkan
pada bahan pangan tersebut. Beberapa dapat digunakan untuk menghitung atau mengukur
jumlah jasad renik di dalam suatu suspensi atau bahan.
Perhitungan massa sel secara langsung atau tidak langsung sering digunakan untuk
mengukur pertumbuhan sel selama proses fermentasi, dimana komposisi substrat atau bahan
yang difermentasi dapat diamati dan diukur dengan teliti.
Untuk menentukan massa sel mikroba dalam suatu populasi, dilakukan dengan cara
menumbuhkannya dalam suspensi homogen pada medium yang sesuai dengan konsentrasi
(jumlah sel/ ml) dan densitasnya (mg/ml), dihitung adanya peningkatan seiring dengan
waktu. Pada kultur pertumbuhan mikroba dapat ditentukan laju pertumbuhan dan waktu
penuh.Metode penentuan massa sel dapat dibedakan menjadi dua cara, yaitu secara
langsung dan tidak langsung. Pengukuran pertumbuhan mikroorganisme secara langsung
dapat dilakukan dengan beberapa cara,yaitu :

1. Metode Total Count


Pada metode ini sampel ditaruh di suatu ruang hitung (seperti hemasitometer) dan
jumlah sel dapat ditentukan secara langsung dengan bantuan mikroskop (Hadioetomo,
1993). Jika setetes kultur dimasukkan kedalam wadah (misalnya hemasitometer) yang
diketahui volumenya, maka jumlah sel yang dapat dihitung. Akan tetapi cara tersebut
memiliki keterbatasan, yaitu tidak dapat membedakan sel hidup atau mati dan tidak dapat
digunakan pada jumlah sel yang sangat sedikit (kurang dari 102sel/ml) (Purwoko, 2007).
Kelemahan lainnya ialah sulitnya menghitung sel yang berukuran sangat kecil seperti
bakteri karena kekebalan hemositometer tidak memungkinkan digunakannya lensa objektif
celup minyak. Hal ini dibatasi dengan cara mencernai sel sehingga menjadi lebih mudah
dilihat. Kelemahan lain lagi ialah kadang-kadang cenderung bergerombol sehingga sukar
membedakan sel-sel individu. Cara mengatasinya ialah mencerai-beraikan gerombolan

MIKROBIOLOGI UDARA

Page 4

sehinggga tersebut dengan menambahkan bahan anti gumpalan sepertidinatrium


etilanadiamina tetra asetat dan tween-80 sebanyak 0,1%. Keuntungan metode ini ialah
pelaksanaannya cepat dan tidak memerlukan banyak peralatan (Hadioetomo, 1993).
2. Metode Turbidimetrik
Bila kita harus memeriksa kosentrasi sel jumlah besar biakan, maka metode cawan
bukanlah pilihan yang baik karena tidak hanya memakan waktu tetapi juga memerlukan
media dan pecah-belah dalam jumlah besar. Untuk kasus demikian tersedia metode yang
lebih cepat dan praktis, yaitu pengukuran kekeruhan biakan dengan fotokilometer
(Hadioetomo, 1993).
Secara rutin jumlah sel bakteri dapat dihitung dengan cara menghitung kekeruhan
(turbiditas) kultur. Semakin keruh suatu kultur, semakin banyak jumlah sel. Prinsip dasar
metode turbidimeter adalah jika cahaya mengenai sel, maka sebagian cahaya diserap dan
sebagian cahaya diteruskan. Jumlah cahaya yang diserap propisional (sebanding lurus
dengan jumlah sel bakteri). Ataupun jumlah cahaya yang diteruskan berbanding terbalik
dengan jumlah sel bakteri. Semakin banyak jumlah sel, semakin sedikit cahaya yang
diteruskan. Metode ini memiliki kelemahan tidak dapat membedakan antara sel mati dan sel
hidup (Purwoko, 2007).

3. Metode Berat Kering


Cara yang paling cepat mengukur jumlah sel adalah metode berat kering. Metode
tersebut relatif mudah dilakukan, yaitu kultur disaringan atau disentrifugasi, kemudian
bagian yang disaring atau yang mengendap hasil sentrifugasi dikeringkan. Pada metode ini
juga tidak dapat membedakan sel yang hidup dan mati. Akan tetapi keterbatasan itu tidak
mengurangi manfaat metode tersebut dalam hal mengukur efesiensi fermentasi, karena
pertumbuhan diukur dengan satuan berat, sehingga dapat diperhitungkan dengan parameter
konsumsi substrat dan produksi senyawa yang diinginkan (Purwoko, 2007).
4. Metode Elektronic Counter
Pada pengukuran ini, suspensi mikroorganisme dialirkan melalui lubang kecil
(orifice) dengan bantuan aliran listrik. Elektroda yang ditempatkan pada dua sisi orifice
mengukur tekanan listrik (ditandi dengan naiknya tekanan) pada saat bakteri melalui orifice.
Pada saat inilah sel terhitung. Keuntungan metode ini adalah hasil bisa diperoleh dengan
lebih cepat dan lebih akurat, serta dapat menghitung sel dengan ukuran besar. Kerugiannya
metode ini tidak bisa digunakan untuk menghitung bakteri karena adanya gangguan derbit,

MIKROBIOLOGI UDARA

Page 5

filamen, dan sebagainya, serta tidak dapat membedakan antara sel hidup dan sel mati
(Pratiwi, 2008).
5. Metode Plating Techique
Metode ini merupakan metode perhitungan jumlah sel tampak (visible) dan di
dasarkan pada asumsi bahwa bakteri hidup akan tumbuh, membelah dan memproduksi satu
koloni tunggal. Satuan perhitungan yang dipakai adalah CFU (colony forming unit) dengan
cara membuat seri pengenceran sampel dan menumbuhkan sampel pada media padat.
Pengukuran dilakukan pada plat dengan jumlah koloni berkisar 25-250 atau 30-300.
Keuntungan metode ini adalah sederhana, mudah dan sensitif karena menggunakan colony
countersebagai alat hitung dapat digunakan untuk menghitung mikroorganisme pada sampel
makanan, air ataupun tanah. Kerugiannya adalah harus digunakan media yang sesuai dan
perhitungannya yang kurang akurat karena satu koloni tidak selalu berasal dari satu individu
sel (Pratiwi, 2008).

6. Metode filtrasi membran


Pada metode ini sampel dialirkan pada suatu sistem filter membran dengan bantuan
vaccum. Bakteri yang terperangkap selanjutnya ditumbuhkan pada media yang sesuai dan
jumlah koloni dihitung. Keuntungan metode ini adalah dapat menghitung sel hidup dan
sistem perhitungannya langsung, sedangkan kerugiannya adalah tidak ekonomis (Pratiwi,
2008).
Metode pengukuran pertumbuhan mikroorganisme secara tidak langsung dapat
dilakukan dengan beberapa metode sebagai berikut :
1. Metode Viable Count
Kultur diencerkan sampai batas yang di inginkan. Kultur encer ditumbuhkan
kembali pada media, sehingga di harapkan setiap sel tumbuh menjadi 1 koloni beberapa
saat berikutnya, biasanya 4-12 jam. Akan tetapi cara ini memiliki keterbatasan, yaitu
jumlah sel terhitung biasanya lebih dari sebenarnya (kemungkinan besar 1 koloni dapat
berasal dari 2 sel) dan tidak dapat di aplikasikan pada bakteri yang tumbuh lambat.
Pada metode tersebut yang perlu diperhatikan adalah jumlah sel bakteri harus
mendekati kelipatan 10 pada setiap pengencerannya. Jika tidak pengenceran di anggap
gagal. Misalnya cawan yang dapat dihitung jumlah selnya adalah yang mempunyai
jumlah sel sekitar 2-4 untuk sampel pengenceran (10 -x ), 20-40 untuk sampel
pengenceran (10(x+1)) dan 200-400 untuk sampel pengenceran (10-(x+2)) (Purwoko, 2007).

MIKROBIOLOGI UDARA

Page 6

2. Metode Aktivitas Metabolik


Metode ini di dasarkan pada asumsi bahwa produk metabolit tertentu, misalnya asam
atau CO2, menunjukkan jumlah mikroorganisme yang terdapat di dalam media.
Misalnya pengukuran produksi asam untuk menentukan jumlah vitamin yang di
hasilkan mikroorganisme (Pratiwi, 2008).
3. Metode Berat Sel Kering
Metode ini umum

digunakan

untuk

mengukur

pertumbuhan

fungi

berfilamen. Miselium fungi dipisahkan dari media dan dihitung sebagai berat
kotor. Miselium selanjutnya dicuci dan dikeringkan dengan alat pengering (desikator)
dan ditimbang beberapa kali hingga mencapai berat yang konstan yang dihitung sebagai
berat sel kering (Pratiwi, 2008).
Menurut Pelezar and Chan (1986), juga menyatakan bahwa penentuan massa sel
berdasar jumlah partikel dengan menggambarkan sinar yang dilewatkan pada suspensi
sel. Jumlah sinar yang dihambat proporsional dengan massa sel yang ada, semakin
banyak massa sel yang ada dalam susupensi maka sinar yang dihamburkan akan
semakin banyak. Sejumlah sinar tersebut akan mencapai suatu alat (sejenis detector),
dimana alat tersebut akan dihubungkan dengan skala pembacaan untuk absorbansi.
Semakin banyak jumlah sinar yang tertangkap oleh detector maka nilai absorbansi yang
terbaca akan semakin besar. Intensitas cahaya yang ditransmisikan dan diabsorbansi
oleh larutan dapat ditentukan dengan hukum Lambert-Beer . Rasio intensitas yang
diteruskan (I) dengan intensitas cahaya mula-mula (I 0) disebut persen transmitansi
(%T). Semakin keruh suatu suspensi maka semakin kecil %T.
1.7 Metode Impinger
Sampling udara dengan impinger pada hakikatnya terdiri dari beberapa langkah yaitu:

Menarik udara dengan pompa hisap ke dalam tabung impinger yang berisi larutan
penangkap.

Mengukur kontaminan yang tertangkap atau bereaksi dengan larutan penangkap baik
dengan metoda konvensional maupun instrumental.

Menghitung kadar kontaminan dalam udara berdasarkan jumlah udara yang dipompa
dan hasil pengukuran

MIKROBIOLOGI UDARA

Page 7

Dalam penentuan lokasi pengambilan contoh uji, yang perlu diperhatikan adalah bahwa data
yang diperoleh harus dapat mewakili daerah yang sedang dipantau, yang telah memenuhi
persyaratan yang ditetapkan.
Titik pemantauan kualitas udara ambien ditetapkan dengan mempertimbangkan :

Faktor meteorologi (arah dan kecepatan angin),

Faktor geografi seperti topografi, dan tata guna lahan.

Kriteria berikut ini dapat dipakai dalam penentuan suatu lokasi pemantauan kualitas udara
ambien:
1.

Area dengan konsentrasi pencemar tinggi. Daerah yang didahulukan untuk dipantau
hendaknya daerah-daerah dengan konsentrasi pencemar yang tinggi. Satu atau lebih
stasiun pemantau mungkin dibutuhkan di sekitar daerah yang emisinya besar.

2.

Area dengan kepadatan penduduk tinggi. Daerah-daerah dengan kepadatan penduduk


yang tinggi, terutama ketika terjadi pencemaran yang berat.

3.

Di daerah sekitar lokasi penelitian yang diperuntukkan untuk kawasan studi maka
stasiun pengambil contoh uji perlu ditempatkan di sekeliling daerah/kawasan.

4.

Di daerah proyeksi. Untuk menentukan efek akibat perkembangan mendatang


dilingkungannya, stasiun perlu juga ditempatkan di daerah-daerah yang diproyeksikan.

5.

Mewakili seluruh wilayah studi. Informasi kualitas udara di seluruh wilayah studi
harus diperoleh agar kualitas udara diseluruh wilayah dapat dipantau (dievaluasi).

Beberapa petunjuk yang dapat digunakan dalam pemilihan titik pengambilan contoh uji
adalah:
1.

Hindari tempat yang dapat merubah konsentrasi akibat adanya absorpsi, atau adsorpsi
(seperti dekat dengan gedung-gedung atau pohon-pohonan).

2.

Hindari tempat dimana pengganggu kimia terhadap bahan pencemar yang akan diukur
dapat terjadi: emisi dari kendaraan bermotor yang dapat mengotori pada saat mengukur
ozon, amoniak dari pabrik refrigerant yang dapat mengotori pada saat mengukur gasgas asam.

3.

Hindari tempat dimana pengganggu fisika dapat menghasilkan suatu hasil yang
mengganggu pada saat mengukur debu (partikulat matter) tidak boleh dekat dengan

MIKROBIOLOGI UDARA

Page 8

incinerator baik domestik maupun komersial, gangguan listrik terhadap peralatan


pengambil contoh uji dari jaringan listrik tegangan tinggi
4.

Letakkan peralatan di daerah dengan gedung/bangunan yang rendah dan saling


berjauhan.

5.

Apabila

pemantauan

bersifat

kontinyu,

maka

pemilihan

lokasi

harus

mempertimbangkan perubahan kondisi peruntukan pada masa datan


3.3 Persyaratan Mikrobiologi
1. Menurut

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

1405/MENKES/SK/XI/2001 Tentang Perkantoran dan Industri Persyaratan Mikrobiologi


Ruangan yaitu
3
- Angka kuman kurang dari 700 koloni/m udara
- Bebas kuman patogen

2. Persyaratan Mikrobiologi Udara di Dalam Ruangan Menurur PMK No 1077 ttg


Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah
NO

Jenis parameter

Satuan

Kadar Maksimum

Jamur

CFU/m

0 CFU/m

Bakteri Patogen

CFU/m

0 CFU/m

Angka Kuman

CFU/m

< 700 CFU/m

Catatan :- CFU= Coloni Form Unit- Bakteri patogen yang harus diperiksa :
Legionela,Streptococcusaureus , Clostridium dan bakteri patogen lain bila diperlukan
3.4 Dampak Kesehatan
Kontaminasi bioaerosol pada sumber air sistem ventilasi (humidifier) yang
terdistribusi keseluruh ruangan dapat menyebabkan reaksi yang berbagai ragam seperti
demam, pilek, sesak nafas dan nyeri otot dan tulang. Pada usap AC ditemukan gram positif
batang dan gram negatif batang. Pencemar yang bersifat biologis terdiri atas berbagai
jenis mikroba patogen, antara lain jamur, metazoa, bakteri, maupun virus. Penyakit
yang disebabkannya seringkali diklasifikasikan sebagai penyakit yang menyebar lewat
udara (Pudjiastuti, dkk, 1998).

MIKROBIOLOGI UDARA

Page 9

Kualitas udara dalam ruang dipengaruhi antara lain kondisi bangunan, elemen
interior, fasilitas pendingin ruangan, pencemar kimia dan pencemar biologi. Buruknya
kualitas udara dalam ruang akibat keberadaan pencemar biologi yaitu bakteri dan jamur
ditengarai menjadi salah satu sebab kejadian sick building syndrome(SBS) (Setyaningsih,
dkk, 2003).
Sick Building Sindrome (SBS) yaitu kumpulan gejala yang disebabkan terutama oleh
buruknya kualitas udara ruangan, ditandai dengan keluhan-keluhan mata pedih, merah, berair,
kepala pusing, batuk, pilek, hidung tersumbat, bersin-bersin, rongga mulut sakit, rongga
mulut kering, badan panas dingin, mual, tidak nafsu makan, lesu, kelelahan, pegal-pegal
anggota tubuh dan kulit gatal. Penilaian Indoor Air Quality (IAQ) pada beberapa perkantoran
menggunakan pendingin ruangan (AC) di Hongkong terjadi dalam kontribusi terbesar yang
menyebabkan ketidaknyamanan adalah total volatile organic compounds (TVOC), indoor
airborne fungi count (AFC) dan airborne bacteria count (ABC). Beberapa genera dominan
diidentifikasi terdapat pada beberapa ruang publik pada penelitian di Taiwan yaitu dari jenis
bakteri Staphylococcus sp, Micrococcus sp.,Corynebacterium sp., dan Bacillus sp. Sedangkan
untuk

jenis

jamur

contohnya Penicillium

sp., Cladosporium

sp.,

dan Aspergillus

sp. (Hodgson, 2000).


Untuk menghitung organisme dalam suatu volume udara digunakan teknik kualitatif
sederhana yaitu dengan menadahkan cawan hara atau medium di udara untuk beberapa saat.
Selama waktu pendedahan ini, beberapa bakteri di udara akan menetap pada cawan yang
terdedah. Semakin banyak bakteri maka bakteri yang menetap pada cawan semakin banyak.
Kemudian cawan tersebut diinkubasi selama 24 jam hingga 48 jam maka akan tampak
koloni-koloni bakteri, khamir dan jamur yang mampu tumbuh pada medium yang digunakan
(Volk & Wheeler 1989).
1. TBC Tuberkulosis
Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit yang sangat mudah sekali dalam
penularannya. Penderita TBC biasanya mengalami batuk yang berkepanjangan sebagai gejala
utama selama beberapa minggu yang diikuti dengan demam tinggi. Biasanya demam
menyerang pada malam hari, namun ketika siang demam akan berkurang bahkan cenderung
turun dan akan datang lagi bila mulai menjelang malam. Orang yang terkena TBC, daya
tahan tubuhnya akan menurun secara drastis, nafsu makan berkurang, dan berat badan juga
menurun dengan sangat cepat, rasa lelah dan batuk-batuk. Ini terjadi jika infeksi awal telah
berkbang menjadi progressive tuberculosis yang menjangkiti organ paru dan organ tubuh
lainnya.

MIKROBIOLOGI UDARA

Page 10

Dalam kasus reactivation tuberculosis, infeksi awal tubercilosis (primary tuberculosis)


mungkin telah lenyap tetapi bakterinya tidak mati melinkan hanya tidur untuk sementara
waktu. Bakteri ini akan aktif apabila kondisi tubuh sedang tidak fit dan dalam imunitas yang
rendah. Bila penyakit ini semakin progresif maka bakteri yang aktif akan merusak jaringan
paru-paru dan berbentuk rongga-rongga (lubang) pada paru-paru penderita, maka si penderita
akan batuk-batuk dan memproduksi sputum (dahak) yang bercampur darah. Bila tidak segera
dilakukan tindakan penanganan maka akan dapat menimbulkan kematian pada si penderita.
Penderita yang tidak berobat dapat menularkan penyakitnya kepada orang disekitarnya.
Pada umumnya penularan TBC terjadi secara langsung ketika sedang berhadaphadapan dengan si penderita, yaitu melalui ludah dan dahak yang keluar dari batuk dan
hembusan nafas penderita. Secara tidak langsung dapat juga melalui debu, Lamanya dari
terkumpulnya kuman sampai timbulnya gejala penyakit dari yang berbulan-bulan sampi
tahunan membuat penyakit ini digolongkan penyakit kronis.
Gejala umum yang sering dirasakan adalah :
a. Batuk lama lebih dari 30 hari yang disertai ataupun tidak dengan dahak bahkan

bisa

disertai juga dengan batuk darah.


b. Demam lama dan berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifoid, malaria, atau infeksi
saluran nafas akut), dan terkadang disertai dengan badan yang berkeringat di malam
hari.
c. Nafsu makan menurun dan bila terjadi pada anak maka terlihat gagal tumbuh serta
penambahan berat badan tidak memadai sesuai dengan usia anak tersebut.
d. Berat badan menurun dengan drastis tanpa sebab yang jelas disamping karna nafsu
makan yang menurun, pada anak berat badan tidak naik dalam satu bulan walaupun
sudah dilakukan penanganan gizi.
e. Adanya pembesaran kelenjar seperti di leher atau ketiak.
Pencegahan dan Penanganan Pengobatan TBC
TBC bisa diobati, asalkan benar-benar mempunyai keinginan dan semangat yang
besar untuk sembuh. Dorongan dari keluarga dan orang disekitar anda sangatlah diperlukan.
Pemeriksaan yang intensif dan teliti serta disiplin minum obat yang diberikan dokter harus
dilakukan penderita agar penyakit yang dideritanya segera sembuh. Pengobatan yang
dilakukan dapat bertujuan untuk menyembuhkan, mencegah kematian, dan kekambuhan.

MIKROBIOLOGI UDARA

Page 11

Adapun obat TBC yang utama adalah Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid,


Streptomisin dan Etambutol. Sedangkan jenis obat tambahan yang sering digunakan adalah
Kanamisin, Kuinolon, Makroloid, dan Amoksilin dikombinasikan dengan Klavulanat.
Pengobatan ini dilakukan selama 12 bulan untuk keseluruhan. Faktor utama dari pada
kesembuhan adalah prilaku dan lingkungan dimana sipenderita itu tinggal, kedisiplinandalam
minum obat dan dan dukungan orang-orang disekitar si penderita.
Dalam proses penyembuhan, sipenderita harus minum obat sesuai dengan petunjuk
dan waktu yang telah ditentukan (612 bulan) berturut-turut tanpa putus serta mengkonsumsi
makanan-makanan yang bergizi. Selain petugas kesehatan yang memantau dan mengawasi,
keluarga juga di ajak turut serta dalam mengawasi dan memastikan si penderita TBC
meminum obat yang telah diberikan. Jika si penderita tidak disiplin dan teratur dalam
meminum obat, dapat mengakibatkan kuman-kuman yang ada didalam tubuh akan menjadi
kebal terhadap obat tersebut. Dan apabila si penderita berhenti minum obat sebelum
waktunya maka, batuk yang sudah hilang akan timbul kembali dan kemungkinan kuman akan
kebal dan TBC akan sulit untuk disembuhkan.
Dilakukannya pengobatan selama 69 bulan karena, bakteri-bakteri tuberkulosis
memiliki daya tahan yang sangat kuat hingga berbulan-bulan walaupun sudah terkena
antibiotik. Kombinasi beberapa obat sangat diperlukan karena untuk menghadapi kuman TBC
yang berada dalam berbagai stadium dan fase pertumbuhan yang cepat. Walaupun gejalagejala sudah hilang, namun pengobatan tidak boleh berhenti sampai batas waktu yang telah
ditentukan. Selain obat rekomendasi dari dokter, ada juga obat tradisional yang bisa
digunakan yang sudah sejak dahulu digunakan yaitu :
a. Sambiloto (Andrographis paniculata) : Daun kering digiling ditambah madu
secukupnya kemudian dibuat pil dengan diameter 0,5 cm. Satu hari dua kali minum,
setiap kali minum 15 30 pil.
b. Tembelekan : Lantana camara : bunga kering 6 10 gram ditambah tiga gelas air lalu
direbus hingga setengahnya. Gunakan untuk tiga kali minum setiap harinya.
2. Meningitis
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meninges, yaitu membrane atau
selaput yang melapisi otak dan syaraf tunjang. Meningitis dapat disebabkan berbagai

MIKROBIOLOGI UDARA

Page 12

organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam darah dan
berpindah kedalam cairan otak.
Pasien yang diduga mengalami Meningitis haruslah dilakukan suatu pemeriksaan
yang akurat, baik itu disebabkan virus, bakteri ataupun jamur. Hal ini diperlukan untuk
spesifikasi pengobatannya, karena masing-masing akan mendapatkan therapy sesuai
penyebabnya.
Meningitis yang disebabkan oleh virus umumnya tidak berbahaya, akan pulih tanpa
pengobatan dan perawatan yang spesifik. Namun Meningitis disebabkan oleh bakteri bisa
mengakibatkan kondisi serius, misalnya kerusakan otak, hilangnya pendengaran, kurangnya
kemampuan belajar, bahkan bisa menyebabkan kematian. Sedangkan Meningitis disebabkan
oleh jamur sangat jarang, jenis ini umumnya diderita orang yang mengalami kerusakan
immun (daya tahan tubuh) seperti pada penderita AIDS.
Bakteri yang dapat mengakibatkan serangan meningitis diantaranya:
1. Streptococcus pneumoniae (pneumococcus).
2. Neisseria meningitidis (meningococcus).
3. Haemophilus influenzae (haemophilus).
4. Listeria monocytogenes (listeria).
5. Bakteri lainnya yang juga dapat menyebabkan meningitis adalahStaphylococcus
aureus dan Mycobacterium tuberculosis.
Tanda dan Gejala Penyakit Meningitis Gejala yang khas dan umum ditampakkan oleh
penderita meningitis diatas umur 2 tahun adalah demam, sakit kepala dan kekakuan otot leher
yang berlangsung berjam-jam atau dirasakan sampai 2 hari. Tanda dan gejala lainnya adalah
photophobia (takut/menghindari sorotan cahaya terang), phonophobia (takut/terganggu
dengan suara yang keras), mual, muntah, sering tampak kebingungan, kesusahan untuk
bangun dari tidur, bahkan tak sadarkan diri.
Pada bayi gejala dan tanda penyakit meningitis mungkin sangatlah sulit diketahui,
namun umumnya bayi akan tampak lemah dan pendiam (tidak aktif), gemetaran, muntah dan
enggan menyusui.
Penanganan dan Pengobatan Penyakit Meningitis
Apabila ada tanda-tanda dan gejala seperti di atas, maka secepatnya penderita dibawa
kerumah sakit untuk mendapatkan pelayan kesehatan yang intensif. Pemeriksaan fisik,
pemeriksaan labratorium yang meliputi test darah (elektrolite, fungsi hati dan ginjal, serta
darah lengkap), dan pemeriksaan X-ray (rontgen) paru akan membantu tim dokter dalam
mendiagnosa penyakit. Sedangkan pemeriksaan yang sangat penting apabila penderita telah
MIKROBIOLOGI UDARA

Page 13

diduga meningitis adalah pemeriksaan Lumbar puncture (pemeriksaan cairan selaput otak).
Jika berdasarkan pemeriksaan penderita didiagnosa sebagai meningitis, maka pemberian
antibiotik secara Infus (intravenous) adalah langkah yang baik untuk menjamin kesembuhan
serta mengurang atau menghindari resiko komplikasi. Antibiotik yang diberikan kepada
penderita tergantung dari jenis bakteri yang ditemukan.
Adapun beberapa antibiotik yang sering diresepkan oleh dokter pada kasus meningitis
yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniaedan Neisseria meningitidis antara
lain Cephalosporin (ceftriaxone ataucefotaxime). Sedangkan meningitis yang disebabkan
oleh

bakteri Listeria

monocytogenes akan

diberikan

Ampicillin,

Vancomycin

dan

Carbapenem (meropenem), Chloramphenicol atau Ceftriaxone. Treatment atau therapy


lainnya adalah yang mengarah kepada gejala yang timbul, misalnya sakit kepala dan demam
(paracetamol), shock dan kejang (diazepam) dan lain sebagainya.
Pencegahan Tertularnya Penyakit Meningitis
Meningitis yang disebabkan oleh virus dapat ditularkan melalui batuk, bersin, ciuman,
sharing makan 1 sendok, pemakaian sikat gigi bersama dan merokok bergantian dalam satu
batangnya. Maka bagi anda yang mengetahui rekan atau disekeliling ada yang mengalami
meningitis jenis ini haruslah berhati-hati. Mancuci tangan yang bersih sebelum makan dan
setelah ketoilet umum, memegang hewan peliharaan. Menjaga stamina (daya tahan) tubuh
dengan makan bergizi dan berolahraga yang teratur adalah sangat baik menghindari berbagai
macam penyakit.
3. Flu burung
Avian Influenza atau flu burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
virus influenza H5N1. Virus yang membawa penyakit ini terdapat pada unggas dan dapat
menyerang manusia. Flu burung terkadang sulit terdeteksi pada stadium awal, karena gejala
klinis penyakit ini sangat mirip dengan gejala flu biasa,antara lain demam, sakit tenggorokan,
batuk, pilek, nyeri otot, sakit kepala, dan lemas. Namun, dalam waktu singkat penyakit ini
dapat menyerang paru-paru dan menyebabkan peradangan (pneumonia). Jika tidak dilakukan
penanganan segera, pada banyak kasus penderita akan meninggal dunia.
Virus influenza H5N1 merupakan penyebab wabah flu burung pada unggas dan
memiliki sifat dapat bertahan hidup di air hingga empat hari pada suhu 22C dan lebih dari
30

hari

pada

0C.

Penularan

virus

flu

burung

berlangsung

melalui

saluran

pernapasan. Unggas yang terinfeksi virus ini akan mengeluarkan virus dalam jumlah besar di

MIKROBIOLOGI UDARA

Page 14

kotorannya. Manusia dapat terjangkit virus ini bila kotoran unggas bervirus ini menjadi
kering, terbang bersama debu, lalu terhirup oleh saluran napas manusia.
Walaupun secara umum virus H5N1 tidak menyerang manusia, dalam beberapa kasus
tertentu virus mengalami mutasi lebih ganas sehingga dapat menyerang manusia. Upaya
pencegahan penularan virus flu burung adalah senantiasa menjaga sanitasi lingkungan. Pola
hidup yang tidak menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan akan mempercepat
penyebaran virus ini. Selain itu, rajinlah mencuci tangan, jangan sembarangan mengorek
lubang hidung jika jemari belum dicuci dengan sabun. Waspadai semua kotoran unggas
peliharaan, kandang, sangkar maupun kotoran burung liar.

4. Pnemonia
Pneumonia atau yang dikenal dengan nama penyakit radang paru-paru ditandai
dengan gejala yang mirip dengan penderita selesma atau radang tenggorokan biasa, antara
lain batuk, panas, napas cepat, napas berbunyi hingga sesak napas, dan badan terasa lemas.
Penyakit ini umumnya terjadi akibat bakteri Streptococus pneumoniaedan Hemopilus
influenzae yang berterbangan di udara terhirup masuk ke dalam tubuh. Bakteri tersebut sering
ditemukan pada saluran pernapasan, baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Selain dapat
menimbulkan infeksi pada paru-paru, bakteri berbahaya itu juga dapat mengakibatkan radang
selaput pada otak (meningitis) serta infeksi pembuluh darah yang amat fatal.
Kasus pneumonia banyak terjadi di daerah yang sistem sanitasinya buruk. Untuk itu,
menjaga kebersihan di lingkungan sekitar anda menjadi syarat utama agar terhindar dari
penyakit ini, selain membiasakan diri untuk hidup bersih dan sehat. Biasakan mencuci tangan
menggunakan sabun dan segera periksakan diri ke dokter jika mendapati gejala tersebut di
atas.
Bila ditemukan banyak kasus pneumonia di suatu wilayah, sebaiknya segera lakukan
upaya preventif berupa kunjungan pemeriksaan dan penyuluhan dari rumah ke rumah oleh
petugas Puskesmas dan jika perlu melakukan pengobatan. Tutup mulut dan hidung dengan
menggunakan masker untuk mencegah masuknya kuman ketika berada di wilayah endemik
pneumonia.

MIKROBIOLOGI UDARA

Page 15

5. Sars
Sindrom pernapasan akut parah atau Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)
merupakan penyakit yang ditandai dengan gejala awal gangguan pernapasan berupa napas
pendek dan terkadang disertai batuk. Penyebab SARS adalah Coronavirus, yaitu virus yang
bersifat menular dan umumnya menyerang saluran pernapasan atas, virus ini juga dapat
menyebabkan flu. Penyebaran terbanyak penyakit ini adalah di Asia, terutama Cina dan Hong
Kong. Sementara itu, di Indonesia sendiri, menurut data terakhir Badan Kesehatan Dunia
(WHO) baru ditemukan 7 kasus suspect, 2 kasus probable, dan belum ada satu pun kasus
kematian akibat penyakit ini (WHO, 21 Juli 2006).
Sars adalah stadium lanjut dari pneumonia sehingga gejala awal yang dialami
penderita juga mirip dengan flu biasa. Namun, demam yang menyerang penderita SARS
dapat mencapai 38 derajat Celcius yang terkadang disertai dengan menggigil, sakit kepala,
perasaan lesu, serta nyeri tubuh.
Pada stadium awal penyakit biasanya penderita akan mengalami gangguan
pernapasan ringan selama tiga sampai tujuh hari. Jika tidak segera diatasi, besar kemungkinan
penderita mengalami batuk kering yang dapat menimbulkan kekurangan oksigen dalam
darah. Pada beberapa kasus, penderita akan memerlukan napas bantuan mengunakan
ventilator (alat bantu pernapasan). Belum ditemukan vaksin untuk mencegah penyakit ini,
sehingga yang dibutuhkan adalah sikap waspada agar tidak terjangkit. Beberapa cara yang
dapat dilakukan antara lain:
Mencuci tangan sesering mungkin. Bila bersentuhan dengan sesuatu yang banyak
mengandung kuman atau kotoran, gunakan alkohol untuk membunuh bakteri yang menempel
di kulit.
Hindari menyentuh

mulut,

mata,

hidung

dengan

tangan

yang

kotor.

Gunakan masker apabila menderita batuk/pilek agar kuman dan bakteri tidak menyebar ke
orang lain. Sebagian besar infeksi terjadi di rumah sakit, karena itu kurangi frekuensi
mengunjungi ruangan dengan tingkat infeksi tinggi.

MIKROBIOLOGI UDARA

Page 16

BAB II
ANALISIS
Setelah kami membaca dan memahami teori yang ada dapat kami jabarkan
mikrobiologi

merupakan

semua makhluk (hidup) yang perlu dilihat dengan bantuan

mikroskop karena ukurannya yang terlalu kecil , khususnya bakteri ,fungi, alga
mikroskopik, protozoa, dan Archaea. Virus .
dimana

sedangkan Mikrobiologi udara merupakan

udara sebagai media distribusi penyebaran mikroba yang dapat menyebabkan

penularan penyakit yang disebabkan oleh miroba akan tetapi udara bukan media tempat
mikroorganisme tumbuh, tetapi merupakan pembawa bahan partikulat debu dan tetesan
cairan, yang kesemuanya ini mungkin di muati mikroba seperti ketika seseorang mengalami
bersin beribu ribu bakteri dihembuskan oleh orang tersebut dan apabila orang lain di
sekirtarnya dalam keadaan kurang sehat atau daya imunitasnya sedang menurun tidak dapat
dipungkiri akan terjadi penularan penyakit. . dan Jumlah dan tipe mikroorganisme yang
mencemari udara di tentukan oleh sumber pencemaran dan dalam lingkungan; misalnya, dari
saluran pernapasan manusia disemprotkan melalui batuk dan bersin, dan partikel-partikel
debu, dalam tetes-tetes cairan berukuran besar dan tersuspensikanhanya sebentar, dan
dalam inti tetesan, yang terbentuk bila titik-titik cairan berukuran kecil menguap. Faktorfaktor lingkungan yang mempengaruhi mikroba udara adalah suhu atmosfer, kelembaban,
angin, ketinggian, dan lain-lain.
Suhu dan kelembaban merupakan dua faktor penting yang menentukan viabilitas
dari mikroorganisme dalam aerosol. tingkat kelembaban relatif (RH) optimum untuk
kelangsungan hidup mikroorganisme adalah antara 40 sampai 80%. Kelembaban relatif yang
MIKROBIOLOGI UDARA

Page 17

lebih tinggi maupun lebih rendah menyebabkan kematian mikroorganisme. Pengaruh angin
juga menentukan keberadaan mikroorganisme di udara.
Menurut

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

1405/MENKES/SK/XI/2001 Tentang Perkantoran dan Industri Persyaratan Mikrobiologi Ruangan


yaitu

3
- Angka kuman kurang dari 700 koloni/m udara
- Bebas kuman patogen
Hal ini bertujuan untuk mengurangi potensi penularan penyakit di ruangan tersebut , dan
mencegah terjadinya Penyakit akibat kerja dikarenakan udara dalam tempat kerja yang tidak baik
untuk di hirup oleh manusia atau pekerja untuk kesehatannya. Kualitas udara dalam ruang

dipengaruhi antara lain kondisi bangunan, elemen interior, fasilitas pendingin ruangan,
pencemar kimia dan pencemar biologi. Buruknya kualitas udara dalam ruang akibat
keberadaan pencemar biologi yaitu bakteri dan jamur ditengarai menjadi salah satu sebab
kejadian sick building syndrome(SBS) yang merupakan kumpulan gejala yang disebabkan
terutama oleh buruknya kualitas udara ruangan, ditandai dengan keluhan-keluhan mata pedih,
merah, berair, kepala pusing, batuk, pilek, hidung tersumbat, bersin-bersin, rongga mulut
sakit, rongga mulut kering, badan panas dingin, mual, tidak nafsu makan, lesu, kelelahan,
pegal-pegal anggota tubuh dan kulit gatal. Adapun penyakit lain yang dapat menular dengan
media udara yaitu Tbc,Pnemonia, Flu Burung,SARS.

MIKROBIOLOGI UDARA

Page 18

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1. Mikrobiologi udara merupakan dimana

udara sebagai media distribusi

penyebaran mikroba yang dapat menyebabkan penularan penyakit yang


disebabkan oleh miroba.
2. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi mikroba udara adalah suhu
atmosfer, kelembaban, angin, ketinggian, dan lain-lain.
3. Udara tidak mengandung komponen nutrisi yang penting untuk bakteri,
adanya bakteri di udara kemungkinan terbawa oleh debu, tetesan uap air
kering ataupun terhembus oleh tiupan angin.
4. Dampak kesehata yang diakibatkan oleh mikroba di udara adalah penyakit
TBC, meningitis, pneumonia, flu burung, dan sars.
3.2 Saran
1. Untuk udara di dalam ruangan sebaiknya memiliki ventilasi dengan ukuran
10% dari luas lantai agar cahaya matahari dapat merambat ke ruangan
sehingga suhu dan kelembaban ruangan tetap normal dan tidak mendukung
untuk perkembangbiakan mikroba patogen, terdapat jendela yang dilengkapi
dengan kain streamin agar dapat menangkap debu.
2. Untuk udara di luar ruangan sebaiknya ditanami vegetasi agar debu dapat
tertahan oleh vegetasi dan mendapat tambahan oksigen dari vegetasi tersebut.

BAB III
REFERENSI

MIKROBIOLOGI UDARA

Page 19

http://mukono.blog.unair.ac.id/2010/02/11/pengaruh-kualitas-udara-dalam-ruangan-ber-acterhadap-gangguan-kesehatan/
(Diakses Tanggal 20 Mei 2016)
http://hendra-biologihamzanwadi.blogspot.co.id/2013/11/makalah-mikroba-udara.html
(Diakses Tanggal 20 Mei 2016)
http://firstudin90.blogspot.co.id/2015/02/pembahasan-makalah-mikrobiologi-udara.html
(Diakses Tanggal 20 Mei 2016)

MIKROBIOLOGI UDARA

Page 20

Anda mungkin juga menyukai